Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI : EKUITAS


Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Teori Akuntansi

Dosen pengampu : Siti Noor Khikmah , SE, MSi

Disusun Oleh : KELOMPOK 1

1. Marleny Putri P 13.0102.0018


2. Diah Dwi Hastuti 13.0102.0060
3. Chuswatun Chasanah 13.0102.0070
4. Ida Nur ‘ Aini 13.0102.0083
5. Ika Purnamasari 13.0102.0096
6. Prasasti Retno Hapsari P 13.0102.00119
7. Diah Ayu Laksmi P 12.0102.0053

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN

Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva
dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan
tersebut. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian
rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai
dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal, untuk organisasi
nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya
pemilikan.
Karena kensep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan,
informasi tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut
menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. dari sudut
pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang
tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang
saham merupakan "utang" perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, ekuitas
pemegang saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antara perseroan
dan pemegang saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana
melaporkan atau menyajikan informasi elemen ini agar hubungan dan tanggung jawab yuridis
dapat dipertahankan.
Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah
menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan
manajemen. Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek
investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya, serta merupakan tanggung jawab yuridis
pemilik. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan berkaitan tentang
ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah sumber ekuitas, pembatasan pembagian
dividen dan likuidasi, batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ekuitas
PSAK No. 21 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) menyatakan bahwa ekuitas
sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga
memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan
peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
Akuntansi untuk ekuitas dibedakan menjadi dua yaitu akuntansi untuk ekuitas badan
usaha bukan PT dan Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT. Akuntansi untuk
ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk
industri yang bersangkutan, misalnya koperasi.
Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT meliputi modal saham yang
meliputi saham preferen, saham biasa, dan akuntambahan modal disetor. Pos modal
lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari
tambahan modal disetor. Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur
penambahan modal, seprti; agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan
harga yang lebih rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan
modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang
dibayarkan pada saat perolehaannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan
lain sebagainya. Akuntambahan modal disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos
laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa.

1. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT


Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi
keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan, misalnya koperasi.
Ekuitas perusahaan perseorangan adalah kepemilikan usaha pemilik yang pada
umumnya disajikan dalam satu jumlah tertentu, dimana tidak diperlukan penyajian
subklasifikasi ekuitas karena pemilik tidak membatasi mengenai berapa banyak yang harus
diinvestasikan atau ditarik dari bisnis. Dalam hal likuidasi atau insolvensi, kreditor dapat
mengambil aktiva pribadi si pemilik, dan laba yang timbul dihitung secara berkala dan
ditambahkan pada akun modal pada setiap akhir periode. Transaksi modal (penarikan dan
investasi tambahan) dicatat langsung dalam akun modal, dan semua perubahan diikhtisarkan
dalam laporan perusahaan yang terpisah.
2. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT
Modal saham berbentuk PT meliputi saham preferen, saham biasa dan akun tambahan
modal disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat
disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor.
Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah
menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan
manajemen. Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek
investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya, serta merupakan tanggung jawab yuridis
pemilik. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan berkaitan
tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah sumber ekuitas, pembatasan
pembagian dividen dan likuidasi, batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.
2.1 Perbedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan
Ditinjau dari sumbernya, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas
pemegang saham yaitu: laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba
yang dipindahkan dari akun ikhtisar laba-rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan,
sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang
sah. Seperti juga modal setoran, laba ditahan menunjukan sejumlah hak atas seluruh
jumlah rupiah aset bukan hak atas jenis aset tertentu. Dengan demikian untuk mengukur
seluruh hak pemegang saham atas aset, laba ditahan harus digabungkan dengan modal
setoran.
Perbedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting. Dari segi
administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga laba
ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlah akhirnya ditotal
untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga penting secara yuridis
karena modal setoran merupakan dana besar yang harus tetap dipertahankan untuk
menunjukan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam
likuidasi rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.
Unsur penambah modal disetor PT terdiri atas :
 agio saham
 tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih
rendah daripada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran
 tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga
di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya
- tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor
2.2 Modal Yuridis
2.2.1. Pengertian
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa
harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan
terhadap pihak lain.Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus
empunyai nilai nominal atau nilai minimun yang dinyatakan untuk menunjukan
hak yuridis. Modal yuridis adalah jumlah rupiah "minimal" yang harus disetor
oleh investor sehingga membentuk modal yuridis.
Tujuan penyajian modal yuridi ini adalah untuk memberi informasi
kepada para pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinya.
Akuntansi menganggap pengungkapan modal yuridis tersebut tidak penting
karena akuntansi lebih menekankan pada jumlah rupiah yang benar-benar disetor
oleh pemegang saham sebagai jumlah rupiah kontrak antara perseroan dengan
pemegang saham.
2.2.2. Besarnya Modal Yuridis
Dalam hal saham bernilai nominal , modal yuridis dapat sama dengan
jumlah yang dikenal dengan nama modal saham. Modal saham menunjukan
jumlah rupiah perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai nominal
persaham. Jumlah ini merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak
pemegang saham walaupun dalam transaksi pembelian saham jumlah rupiah yang
disetor atau dibayar melebihi modal yiridis tersebut.
Modal saham ini juga merupakan batastanggung jawab pemegang saham
dan batas kerugian pribadi yang harus ditanggung pemegang saham. artinya,
dalam hal terjadi likuidasi pemegang saham tidak dapat menuntun pembagian
kekayaan atas dasar modal yang disetor (kecuali adanya sisa untuk itu).
Sebaliknya, dalam hal hasil penjualan aset dalam likuidasi tidak dapat menutup
seluruh hutang perseroan, pemegang saham tidak dapat diminta untuk menutup
utang lebih dari modal saham atau modal yang telah disetor kecuali pemegang
saham sebagai direksi.
2.3. Modal Setoran Lain
Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektip saham
sehingga secara akuntansi penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak
bermakna ekonomik. Dalam hal tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan
alat untuk pemerataan distribusi pemilikan daripada untuk menunjukan nilai
salaham itu sendiri. Karena tidak bermakna ekonomik, saham dapat diterbitkan
tanpa nilai nominal. Ada dua alasan penerbitan saham tanpa nilai nominal yaitu:
a. Pasal 42 undang-undang no 1 tahun 1995 menetapkan bahwa saham tanpa
nilai nominal tidak dapat diterbitkan. Ketentuan ini sebenarnya dimaksudkan
untuk menentukan modal yuridis. Nilai niminal merupakan jumlah rupiah
minimal yang harus disetor investor sehingga membentuk modal yuridis.
Jika modal saham terjual dengan harga diatas nominal, dapatkah selisihnya
diperlakukan sebagai laba ditahan karen modal yuridis telah terpenuhi?
b. Dalam hal ini, Patton danLittleton (1970) menegaskan bahwa perseroan
merupakan kesatun usaha maupun kesatuan hukum. Sifat ganda ini
menjadikan akuntasni mempunyai fungsi ganda pula yaitu menyajikan data
ekonomik sekaligus mencerminkan aspek yuridis yang sebenarnya. Fungsi
ganda ini menimbulkan masalah pelaporan ekuitas pemegang saham karena
konsep kesatuan usaha dan konsep hukum sangat berbeda. Dari segi hukum
ada tendesi untuk memandang ekuitas pemegang saham sebagai jumlah
rupiah tertentu yang menjadi batas penarikan kembali dana yang ditanamkan
oleh pemegang saham tanpa memperhatikan setoran yang sesungguhnya.
Dari segi akuntansi, yang menganut substansi dari pada bentuk, memandang
ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik
tertanam diperusahaan termasuk laba ditahan.
2.4. Perubahan Modal Setoran
Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan
secara tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi
modal. Dalam hal kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah
memperlakukan kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan
adanya jumlah yang trsedia untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat
mengubah modal setoran dengan berbagai masalah teoretisnya adalah:
a. Pemesanan saham
b. Obligasi terkonversi atau berhak tukar
c. Saham istimewa terkonversi atau brhak tukar
d. Dividen saham
e. Hak beli saham, opsi, dan warna
f. Saham treasuri

2.4.1 Pemesanan Saham


Pada umumnya, investor yang berminat membeli saham harus memesan
lebih dahulu saham yang akan dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan
pada saat pemesanan. Pada saat perusahaan didirikan atau melakukan penawaran
publik perdana, perusahaan telah menetapkan apa yang disebut modal dasar.
Dengan autorisasi tersebut perusahaan akan mencetak sertifikat saham. Bila
saham telah terjual dan pembeli telah membayar penuh kesepakatannya, sertifikat
saham akan diserahkan kepada pembeli. Berdasar konsep kesatuan usaha, jumlah
rupiah yang diterima perusahaan akan menimbulkan atau diimbangi dengan
modal setoran.
Pada umumnya investor yang berminat membeli saham perusahaan harus
memesan terlebih dahulu saham yang dibeli dengan harga yang sesuai. Yang
menjadi masalah adalah apakah jumlah rupiah saham pesanan tersebut telah dapat
diakui sebagai modal setoran?
Jumlah rupiah saham pesanan dapat diakui sebagai modal setoran hanya
apabila memenuhi dua syarat, yaitu tidak dapat dibatalkan, dan pelunasan tidak
terlalu lama.
2.4.2 Obligasi terkonversi atau berhak tukar
Dalam hal tertentu perusahaan menerbitkan obligasi dengan kharakteristik
dapat ditukarkan dengan saham biasa. Kalau hak tukar dari obligasi tersebut
digunakan oleh pemegang obligasi akan timbul perubahan status kewajiban
menjadi modal storan. Masalah teoritisnya adalah pada saat hak diambil, berapakah
jumlah rupiah yang diakui sebagai modal setoran sehingga modal saham dan
kelebihan diatas modal saham (kalau ada) dapat ditentukan? Untuk mengatasi
masalah tersebut terdapat beberapa alternatif yang dapat digunakan sebagai basis
kapitalisasi, yaitu nilai bawaan obligasi, harga pasar obligasi, dan harga pasar
saham.
2.4.3 Saham prioritas terkonversi
Saham prioritas atau saham istimewa menjadi saham biasa atas kehendak
pemegang saham. Masalah yang ada sama dengan masalah yang muncul pada
obligasi terkonversi, yaitu Pada saat hak diambil, berapakah jumlah rupiah yang
diakui sebagai modal setoran? Dalam mengatasi permasalahan tersebut terdapat
dua alternatif yang dapat digunakan, yaitu Pendekatan satu-transaksi, dan
pendekatan dua-transaksi.
2.4.4 Deviden Saham
Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis
dengan saham yang mula-mula diterbitkan. Permasalahan yang muncul akibat
pembagian deviden saham adalah bila dikapitalisasi, berapakah jumlah rupiah
yang dikapitalisasi menjadi modal setoran? Untuk mengatasinya, alternatif
penyelesaian yang digunakan terdiri atas dasar nilai nominal, dan atas dasar nilai
pasar saham.
Bila distribusi dividen saham tidak disertai dengan kapitalisasi laba ditahan,
dividen saham akan menyerupai pemecahan saham. Pemecahan saham adalah
penurunan nominal (atau nilai nyata) persaham dengan cara menukar tiap satu saham
yang beredar dengan dua atau lebih saham baru yang nilai nominal per sahamnya
merupakan pecahan dari nilai nominal saham semula. Bila perusahaan mendistribusi
dividen saham 20% tanpa disertai kapitalisasi, perusahaan sebenarnya telah
menurunkan nilai nominal per saham menjadi 100/120 dari nilai nominal semula.
Bagi pemegang saham, dividen saham bukan merupakan pendapatan atau
laba. Berbagai teori atau argumen diajukan untuk menjelaskan mengapa dividen
saham bukan merupakan laba bagi penerimanya. Dari sudut pandang kesatuan usaha,
dividen saham bukan merupakan pembagian laba karena tidak ada penurunan aset
perusahaan atau kenaikan utang perusahaan. Hal ini berbeda dengan dividen kas jelas
merupakan pendapatan bagi penerima karena ada transfer kemakmuran ke pemegang
saham.
Bila dividen saham dipandang sebagai pendapatan in natura karena menaikan
nilai investasi, pendapatan tersebut belum terealisasi bila belum dijual oleh
penerimanya. Investasi naik karena dividen saham dapat di jual atau kalau tidak dijual
penerima berhak menerima dividen tunai dimana yang akan datang atas saham
tersebut.
Dari sudut pandang kesatuan pemilik, dividen saham bukan merupakan laba
bagi penerimanya. Alasannya adalah bahwa laba perseroan juga merupakan laba
[pemilik. oleh karena itu dividen kas dianggap sebagai pengambilan atau prive oleh
pemilik dari sesuatu yang memang sudah menjadi haknya sehingga tidak ada
tambahan kemakmuran. Dividen saham juga bukan merupakan laba tetapi sekedar
teklasifikasi ekuitas. karena sudut pandang akuntansi adalah kesatuan usaha, apakan
dividen saham pendapatan bagi pemegang saham sebenarnya bukan masalah yang
relevan. Yang relevan bagi perusahaan adalah apakah dividen saham dipansang
sebagai reklasifikasi ekuitas dan bila demikin bagaimana kapitalisasi diukur.
Kapitalisasi dapat didasarkan atas:
Kalau tujuan penyajian informasi modal pemegang saham adalah untuk
menunjukan modal yuridis (legal capital), kapitalisasi dividen saham harus hanya
sebesar nilai nominal atau nyataannya: jumlah ini sebesarnya merupakan jumlah
minimal yang harus dikapitalisasi untuk memenuhi ketentuan yuridis. Alasan
pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai yuridis adalah bahwa divisen saham bukan
merupakan pendapatan dan mengkapitalisasi sebesar harga pasar memberi kesan
bahwa dividen tersebut merupaka pendapatan yang direinvestasi kedalam perusaahn.
Alasan lain yang dianggap cukup kuat adalah bahwa harga pasar menggambarkan
harga seluruh ekuitas pemegang saham (modal setoran dan laba ditahan). Jadi sangat
tridak logis mentransfer jumlah yang merefleksi elemen modal setoran dan laba ditaha
ke modal setoran itu sendir.
Walaupun dividen saham berbeda dengan dividen kas, sebagai divide
keduanya dianggap sebagai distribusi ke pemilik. Oleh karena itu, dividen saham
dapat di pandang sebagai pengganti dividen kas karena dividen daham mempunyai
nilai. Paling tidak, pemegang saham dapat menjual saham tersebut kalau dividen kas
yang diharapkan dan investasi semula tidak berubah. Nilai tersebut diukur atas dasar
harga saham. dengan demikian harga pasar merupakan dasar yang tepat untuk
menentukan kapitalisasi berbagai dasar pikiran mendukung hal ini.
2.4.5 Hak beli saham, opsi, dan warna
Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk
membeli sejumlah saham (proposional dengan pemilikan). Hak ini biasanya
dimaksudkan untuk mempertahankan pemilikan pemegang saham lama. Pada umumnya,
hak beli saham umurnya tidak lama dan beli harga saham dengan hak beli tersebut
biasanya lebih rendah dari harga pasar saham bersangkutan. Oleh karena itu, hak beli
saham sering dianggap mempunyai harga pasar sehingga timbul pendapat bahwa hak beli
saham tersebut dikapitalisasi. Harga pasar hak beli saham ini adalah sebesar selisih harga
pasar saham sengan harga yang harus dibayar pemegang saham yang mempunyai hak
beli saham. Perlukah jumlah rupiah selisih ini dikapitalisasi?
Bila dividen saham dapat dikapitalisasi maka hak beli saham juga dapat dikapitalisasi
karena hak beli saham dapat dianggap sebagai dividen saham dengan nilai sebesar harga
pasar hak beli saham. jumlah ini dikapitalisasi ke modal setoran lain. Argumen dibantah
dengan alasan bahwa kapitalisasi hak belisaham menjadi modal setoran adalah tidak logis
karena tidak ada sumber ekonomi yang disetorkan oleh pemegang saham dan tidak ada
saham baru yang diterbitkan. Lain halnya dengan kupon beli saham atau waran yang di
bahas sesudah opsi saham berikut.
Secara umum opsi diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual saham
tertentu yang sengaja diciptakan oleh investor untuk dijual kepada investor lain. Dalam
arti khusus, opsi saham adalah semacam kontrak yang membeli hak kepada karyawan
perusahaan (termasuk manager atau pemimpin) untuk membeli saham perusahaan dalam
jangka waktu tertentu dengan harga yang tertentu pula. pada umumnya harga
pengambilan dibawah harga pasar saham yang bersangkutan atau harga yang ditawarkan
kepada pihak lain. Kebijakan semacam ini sering disebut dengan program opsi saham
karyawan. Opsi saham ini biasanya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan
loyalitas dan motivasi karyawan dengan menjadikan mereka pemilik perusahaan dan
utnuk menambah penghasilan karyawan (sebagai konvensasi tambahan). Banyaknya
saham yang dapat dibeli dan harga opsi dapat ditentukan pasa saat hak opsi diberikan
atau bergantung pada beberapa kejadian dimasa mendatang seperti pertumbuhan
perusahaan dan perubahan harga saham.
Dalam hal opsi saham karyawan, ada kalanya harga pengambilan begitu rendah
di banding harga pasar sehingga selisihnya dapat dipandang sebagai kompensasi atau
imbalan jasa karyawan. Ada kalanya program opsi saham diluncurkan bukan untuk
tujuan meningkatkan kompensasi karyawan tetapi untuk meningkatkan status karyawan
sebagai pemilik perusahaan dan untuk membantu perusahaan menambah dana. APB
Opinion No.25 pasal 7 menentukan bahwa opsi saham dapat dikategorikan sebagai
nonimbalan. Jika program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi saham
nonimbalan, tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi saham imbalan. Terdapat dua
macam opsi yaitu call dan put. Opsi call adalah opsi yang memberi hak kepada pemegang
opsi untuk membeli saham dengan harga tertentu selama perioda tertentu. Orang
membeli bila mengharapkan harga saham menaik. Sedangkan opsi put adalah opsi yang
memberi hak kepada pemegang opsi untuk menjual saham dengan harga tertentu selama
perioda tertentu. Orang membeli opsi bila mengharapkan harga saham menurun.
Perusahaan dapat juga menjual hak beli saham kepada nonpemegang saham dengan cara
menjual kupon pembelian saham atau waran. Dalam PSAK No. 41, IAI mendefinisikan
waran sebagai berikut:
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada
pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka
waktu tertentu (pasal 30). Terdapat beberapa karakteristik dari warran, yaitu (1) berbeda
dengan hak beli saham atau opsi, (2) terdapat beberapa jenis: lepas, lekat, dan bebas, (3)
perlakuan akuntansi berbeda untuk tiap jenis. Perbedaan waran dengan hak beli saham
dan opsi saham dalam beberapa aspek, yaitu:
 Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas yang disertai waran
lepas dialokasi ke sekuritas dan waran atas dasar nilai wajar masing-masing
komponen pada saat penerbitannya. jumlah rupiah yang melekat pada sekuritas
dilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal
15).
 Apabila waran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran dikapitalisasi
ke modal saham dan agio saham (bila ada) apa bila waran tidak diambil sampai
masa opsi berakhir, jumlah rupiah tecatat waran tetap diperlakukan sebagai
modal setoran lain (pasal 16).
 Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang/ekuitas) yang disertai
waran lekat diakui seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan
karakteristiknya (pasal 17).
 Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar jumlah
rupiah hasil penerbitan tersebut. bila waran bebas diterbitkan secara cuma-cuma,
tidak diperlukan penaksiran nilai waran untuk diakui sebagai modal setoran lain
(pasal 18-19).
2.4.6 Saham treasuri
Saham treasuri adalah penarikan kembali saham yang beredar untuk sementara
dan kemudian diterbitkan kembali. Beberapa alasan perusahaan melakukan penarikan
kembali antara lain saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam
program opsi saham, serta saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan
lain dalam transaski penggabungan usaha.
Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri adalah (1)
penentuan jumlah rupiah yang harus dianggap sebagai pengurangan modal setoran
dan laba ditahan, (2) pengungkapan pengaruhnya terhadap modal yuridis bila saham
treasuri dijual kembali. Mengenai hal tersebut, terdapat dua pendekatan atau konsep
yang dapat diterapkan yaitu konsep satu-transaksi dan konsep dua-transaksi.

2.5 Penebusan/Penarikan Kembali Modal Saham PT


2.5.1 Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Cost Method
Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan, selisih
antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan jumlah yang
diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba atau rugi perusahaan.
Perolehan kembali saham yang telah dikeluarkan dapat dicatat dengan menggunakan
cost atau par value method. Dengan cost method, saham yang diperoleh kembali
dicatat sebesar harga perolehan kembali dan disajikan sebagai pengurang atas jumlah
modal.
Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai harga perolehan kembali, disajikan
sebagai pengurang akun modal saham, untuk saham sejenis, disajikan dalam jumlah
lembar dan nilai nominal. Kemudian, selisih harga perolehan kembali dengan nilai
nominal disajikan sebagai pengurang atau penambah akun agio saham, disajikan per
jenis saham dan rupiah, dengan judul tambahan (pengurang) agio modal dari
perolehan kembali saham. Apabila agio saham menjadi defisit (disagio) karena
transaksi perolehan kembali, defisit tersebut dibebankan pada saldo laba.
2.5.2 Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Par Value Method
Metode nilai nominal atau par value method lazimnya digunakan dalam hal
saham yang diperoleh kembali tersebut akan dikeluarkan lagi dikemudian hari.
Dengan metode nilai nominal (par value method), saham yang diperoleh kembali
dicatat sebesar nilai nominal saham yang bersangkutan dan disajikan sebagai
pengurang akun modal saham. Apabila saham yang diperoleh kembali tersebut semula
dikeluarkan dengan harga di atas pari, akun agio saham akan didebit dengan agio
saham yang bersangkutan.
Dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar dari pada jumlah yang diterima
pada saat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan dengan mendebet akun saldo
laba. Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih kecil, selisihnya dianggap sebagai
unsur penambah modal dan dibukukan dengan mengkredit akun tambahan modal dari
perolehan kembali saham. Metode ini lazimnya digunakan bila perolehan kembali
dilakukan dalam rangka penarikan saham.
2.5.3 Perolehan Kembali Saham Sumbangan
Saham yang diperoleh kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar
jumlah yang diterima pada saat pengeluarannya dengan mendebet akun modal saham
yang diperoleh kembali dan mengkredit akun modal yang berasal dari sumbangan.
Pada saat saham tersebut dijual kembali, selisih antara jumlah yang tercatat dengan
harga jualnya ditambahkan pada akun modal yang berasal dari sumbangan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisik dan konseptual antara
manajemen dan pemilik. Ekuitas pemegang saham menggambarkan hubungan yuridis
antara perseroan dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua
komponen yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecahkan menjadi modal
yuridis dan modal setoran lain.
Ekuitas didefinisikan secara sintatik sebagai hak residual atas aset perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintatik bukan
semantik karena keperluan untuk memprtahankan artikulasi statemen keuangan. Ekuitas
mengandung makna pemilikan. Oleh karena itu, untuk organisasi nonbisnis ekuitas sering
disebut sebagai aset bersih.
Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal, yaitu hak atas penyelesaian klaim,
hak penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian, atas dasar
konsep kesatuan usaha kreditor dan investor dipandang sebagai pihak luar perusahaan yang
terpisah dari manajemen.
Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal
setoran merupakan suatu bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya
sedangkan laba ditahan merupakan modal yang tercipta atau terhimpun
karena pemanfaatan aset. Modal setoran merupakan perubahaan aset dalam rangka
pendanaan (transaksi modal) sedangkan laba ditahan merupakan perubahan aset dalam
rangka produksi (transaksi operasi).
Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan ditunjukan oleh
keseluruhan dana yang disetor (modal setoran) tanpa memperhatikan adanya modal yuridis
atau modal saham yang sering dianggap sebagai batas perlindungan bagi pihak lain.
Pemisahan dan pelaporan modal yuridis tidak menjadi masalah secara teknis. Akan tetapi,
secara konseptual modal yuridis dan modal setoran lain harus ditotal untuk menunjukan
modal setoran yang harus dibedakan dengan laba ditahan. Dari segi akuntansi, yang
mendasarkan diri pada konsep dasar substansi di atas bentuk, ekuitas pemegang saham
adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik tertanam dalam perseroan termasuk laba
ditahan.
Modal setoran dapat bertambah karena pemesanan saham, konversi status obligasi,
konveersi status saham istimewa, dividen saham, dan hak beli saham. Trnsaksi yang
menyangkut hal-hal tersebut merupakan transaksi modal sehingga tidak melibatkan sama
sekali laba atau rugi meskipun dalam beberapa kasus dapat melibatkan laba ditahan. Modal
setoran dapat berkurang karena saham treasuri. Masalah yang berkaitan dengan saham
treasuri adalah:
Dua konsep dapat diterapkan yaitu konsep satu transaksi dan konsep dua transaksi.
Beberapa pos yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi laba ditahan dan dilaporkan
sebagai penyesuai laba ditahan adalah penyesuaian perioda-lalu, koreksi kesalahan,
pengaruh perubahan akuntansi, dan kuasi reorganisasi. Secara umum, perubahan akibat
ketiga komponen pertama diperlakukan sebagai transaksi operasi sehingga dilaporkan
dalam statemen laba-rugi. Kuasi reorganisasi akan mempengaruhi laba ditahan secara
langsung.
Kuasi-reorganisasi dilakukan apabila terdapatdefisit yang sukup besar tetapi
perusahaan masih berjalan baik dan mempunyai prospek yang baik pula. Hal ini, dilakukan
untuk mengatasi keadaan yang disebut bangkrut secara teknis sehingga perusahaan bebas
dari kemungkian bangkrut. atau pailit yang secara hukum mengarah ke likuidasi.
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono (2005). Teori Akuntansi. Yogyakarta, BPFE Yogyakarta.


http://shantycr7.blogspot.co.id/2013/05/makalah-ekuitas-paling-lengkap.html

Anda mungkin juga menyukai