“Ekuitas”
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hadri Kusuma MBA.
Disusun oleh
Eva Budiana (20919014)
Fatmawati (20919015)
Hastini Busarotun Ika Putri (20919016)
Kelas Maksi 21 B
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmatNya, kami
dapat menyelesaikan makalah mengenai “Ekuitas”. Makalah ini merupakan
tugas mata kuliah “Teori Akuntansi”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami selaku mahasiswa dan para pembaca pada umumnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Hadri Kusuma MBA
selaku dosen mata kuliah “Teori Akuntasi” atas segala bimbingannya selama
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
memperbaiki kekurangan kami, sehingga pada masa yang akan datang dapat
lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................0
BAB 1......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4
C. TUJUAN.......................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Pengertian Ekuitas.....................................................................................5
2.1.1. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT.................................5
2.1.2. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT..........................6
2.2. Perbedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan................................................6
2.3. Modal Yuridis................................................................................................7
2.3.1. Pengertian...............................................................................................7
2.3.2. Besarnya Modal Yuridis.........................................................................8
2.4. Modal Setoran Lain.......................................................................................8
2.5. Perubahan Modal Setoran.............................................................................9
2.5.1. Pemesanan Saham..................................................................................9
2.5.2. Obligasi terkonversi atau berhak tukar.................................................10
2.5.3. Saham prioritas terkonversi..................................................................10
2.5.4. Deviden Saham.....................................................................................11
2.5.5. Hak beli saham, opsi, dan warna..........................................................13
2.5.6. Saham treasuri......................................................................................15
2.6. Penebusan/Penarikan Kembali Modal Saham PT.......................................16
2.6.1. Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Cost Method....................16
2.6.2. Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Par Value Method...........16
2.6.3. Perolehan Kembali Saham Sumbangan................................................17
BAB VI..................................................................................................................18
Kesimpulan............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara
aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran
nilai jual perusahaan tersebut. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam
perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi
mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan
perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
Oleh karena itu, ekuitas pemegang saham dapat juga dipandang sebagai
gambaran hubungan yuridis antara perseroan dan pemegang saham. Dengan
kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau
menyajikan informasi elemen ini agar hubungan dan tanggung jawab yuridis
dapat dipertahankan.
iv
kepengurusan manajemen. Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi
tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya,
serta merupakan tanggung jawab yuridis pemilik. Untuk memenuhi tujuan
tersebut, informasi yang harus disampaikan berkaitan tentang ekuitas pemegang
saham tersebut minimal adalah sumber ekuitas, pembatasan pembagian dividen
dan likuidasi, batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah “Ekuitas” antara lain:
C. TUJUAN
a. Penulis dapat mengetahui tentang Ekuitas
v
BAB II
PEMBAHASAN
Akuntansi untuk ekuitas dibedakan menjadi dua yaitu akuntansi untuk ekuitas
badan usaha bukan PT dan Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT.
Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar
akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan,
misalnya koperasi.
vi
bersangkutan, misalnya koperasi. Ekuitas perusahaan perseorangan adalah
kepemilikan usaha pemilik yang pada umumnya disajikan dalam satu jumlah
tertentu, dimana tidak diperlukan penyajian subklasifikasi ekuitas karena
pemilik tidak membatasi mengenai berapa banyak yang harus diinvestasikan
atau ditarik dari bisnis. Dalam hal likuidasi atau insolvensi, kreditor dapat
mengambil aktiva pribadi si pemilik, dan laba yang timbul dihitung secara
berkala dan ditambahkan pada akun modal pada setiap akhir periode. Transaksi
modal (penarikan dan investasi tambahan) dicatat langsung dalam akun modal,
dan semua perubahan diikhtisarkan dalam laporan perusahaan yang terpisah.
vii
Gambar 2.1
viii
tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah: (1) sumber ekuitas
pemegang saham beserta riwayatnya, (2) peraturan yuridis yang membatasi
pembagian dividen dan pengembangan modal setoran kepada pemegang saham,
dan (3) prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas
lainnya (urutan proteksi).
Perbedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting. Dari
segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba
sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun
jumlah akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan
ini juga penting secara yuridis karena modal setoran merupakan dana besar yang
harus tetap dipertahankan untuk menunjukan perlindungan bagi pihak lain. Dana
ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi rupiah yang secara yuridis dapat
digunakan untuk pembagian dividen. Unsur penambah modal disetor PT terdiri
atas:
1. Agio saham.
2. Tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih
rendah daripada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran.
3. Tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan
harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya.
a. Tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor
ix
2.5. Modal Yuridis.
2.5.1. Pengertian.
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa
harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka
perlindungan terhadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa
saham harus empunyai nilai nominal atau nilai minimun yang dinyatakan
untuk menunjukan hak yuridis. Modal yuridis adalah jumlah rupiah
"minimal" yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal
yuridis. Tujuan penyajian modal yuridi ini adalah untuk memberi informasi
kepada para pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan
investasinya. Akuntansi menganggap pengungkapan modal yuridis tersebut
tidak penting karena akuntansi lebih menekankan pada jumlah rupiah yang
benar-benar disetor oleh pemegang saham sebagai jumlah rupiah kontrak
antara perseroan dengan pemegang saham.
x
2.6. Modal Setoran Lain
Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektip saham
sehingga secara akuntansi penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak
bermakna ekonomik. Dalam hal tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan
alat untuk pemerataan distribusi pemilikan daripada untuk menunjukan nilai
salaham itu sendiri. Karena tidak bermakna ekonomik, saham dapat diterbitkan
tanpa nilai nominal. Ada dua alasan penerbitan saham tanpa nilai nominal
yaitu:
xi
perubahan akibat transaksi modal. Dalam hal kenaikan modal setoran,
pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah memperlakukan kenaikan akibat
transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang trsedia
untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal
setoran dengan berbagai masalah teoretisnya adalah:
1. Pemesanan saham
2. Obligasi terkonversi atau berhak tukar
3. Saham istimewa terkonversi atau brhak tukar
4. Dividen saham
5. Hak beli saham, opsi, dan warna
6. Saham treasuri.
xii
digunakan oleh pemegang obligasi akan timbul perubahan status kewajiban
menjadi modal storan. Masalah teoritisnya adalah pada saat hak diambil,
berapakah jumlah rupiah yang diakui sebagai modal setoran sehingga modal
saham dan kelebihan diatas modal saham (kalau ada) dapat ditentukan?
Untuk mengatasi masalah tersebut terdapat beberapa alternatif yang dapat
digunakan sebagai basis kapitalisasi, yaitu nilai bawaan obligasi, harga pasar
obligasi, dan harga pasar saham.
xiii
Bagi pemegang saham, dividen saham bukan merupakan pendapatan atau
laba. Berbagai teori atau argumen diajukan untuk menjelaskan mengapa
dividen saham bukan merupakan laba bagi penerimanya. Dari sudut pandang
kesatuan usaha, dividen saham bukan merupakan pembagian laba karena
tidak ada penurunan aset perusahaan atau kenaikan utang perusahaan. Hal ini
berbeda dengan dividen kas jelas merupakan pendapatan bagi penerima
karena ada transfer kemakmuran ke pemegang saham.
xiv
mengkapitalisasi sebesar harga pasar memberi kesan bahwa dividen tersebut
merupaka pendapatan yang direinvestasi kedalam perusaahn. Alasan lain
yang dianggap cukup kuat adalah bahwa harga pasar menggambarkan harga
seluruh ekuitas pemegang saham (modal setoran dan laba ditahan). Jadi
sangat tridak logis mentransfer jumlah yang merefleksi elemen modal setoran
dan laba ditaha ke modal setoran itu sendiri.
Bila dividen saham dapat dikapitalisasi maka hak beli saham juga dapat
dikapitalisasi karena hak beli saham dapat dianggap sebagai dividen saham
dengan nilai sebesar harga pasar hak beli saham. jumlah ini dikapitalisasi ke
modal setoran lain. Argumen dibantah dengan alasan bahwa kapitalisasi hak
xv
belisaham menjadi modal setoran adalah tidak logis karena tidak ada sumber
ekonomi yang disetorkan oleh pemegang saham dan tidak ada saham baru
yang diterbitkan. Lain halnya dengan kupon beli saham atau waran yang di
bahas sesudah opsi saham berikut.
Secara umum opsi diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual
saham tertentu yang sengaja diciptakan oleh investor untuk dijual kepada
investor lain. Dalam arti khusus, opsi saham adalah semacam kontrak yang
membeli hak kepada karyawan perusahaan (termasuk manager atau
pemimpin) untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu
dengan harga yang tertentu pula. pada umumnya harga pengambilan dibawah
harga pasar saham yang bersangkutan atau harga yang ditawarkan kepada
pihak lain. Kebijakan semacam ini sering disebut dengan program opsi saham
karyawan. Opsi saham ini biasanya digunakan sebagai sarana untuk
meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan dengan menjadikan mereka
pemilik perusahaan dan utnuk menambah penghasilan karyawan (sebagai
konvensasi tambahan). Banyaknya saham yang dapat dibeli dan harga opsi
dapat ditentukan pasa saat hak opsi diberikan atau bergantung pada beberapa
kejadian dimasa mendatang seperti pertumbuhan perusahaan dan perubahan
harga saham.
Dalam hal opsi saham karyawan, ada kalanya harga pengambilan begitu
rendah di banding harga pasar sehingga selisihnya dapat dipandang sebagai
kompensasi atau imbalan jasa karyawan. Ada kalanya program opsi saham
diluncurkan bukan untuk tujuan meningkatkan kompensasi karyawan tetapi
untuk meningkatkan status karyawan sebagai pemilik perusahaan dan untuk
membantu perusahaan menambah dana. APB Opinion No.25 pasal 7
menentukan bahwa opsi saham dapat dikategorikan sebagai nonimbalan. Jika
program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi saham nonimbalan,
tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi saham imbalan. Terdapat dua
macam opsi yaitu call dan put. Opsi call adalah opsi yang memberi hak
kepada pemegang opsi untuk membeli saham dengan harga tertentu selama
xvi
perioda tertentu. Orang membeli bila mengharapkan harga saham menaik.
Sedangkan opsi put adalah opsi yang memberi hak kepada pemegang opsi
untuk menjual saham dengan harga tertentu selama perioda tertentu. Orang
membeli opsi bila mengharapkan harga saham menurun.
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi
hak kepada pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut
pada harga dan jangka waktu tertentu (pasal 30). Terdapat beberapa
karakteristik dari warran, yaitu (1) berbeda dengan hak beli saham atau opsi,
(2) terdapat beberapa jenis: lepas, lekat, dan bebas, (3) perlakuan akuntansi
berbeda untuk tiap jenis. Perbedaan waran dengan hak beli saham dan opsi
saham dalam beberapa aspek, yaitu:
1. Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas yang disertai
waran lepas dialokasi ke sekuritas dan waran atas dasar nilai wajar
masing-masing komponen pada saat penerbitannya. jumlah rupiah yang
melekat pada sekuritas dilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai
dengan karakteristiknya (pasal 15).
2. Apabila waran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran
dikapitalisasi ke modal saham dan agio saham (bila ada) apa bila waran
tidak diambil sampai masa opsi berakhir, jumlah rupiah tecatat waran tetap
diperlakukan sebagai modal setoran lain (pasal 16).
3. Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang/ekuitas) yang
disertai waran lekat diakui seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas
sesuai dengan karakteristiknya (pasal 17).
4. Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar
jumlah rupiah hasil penerbitan tersebut. bila waran bebas diterbitkan
xvii
secara cuma-cuma, tidak diperlukan penaksiran nilai waran untuk diakui
sebagai modal setoran lain (pasal 18-19).
Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri adalah (1)
penentuan jumlah rupiah yang harus dianggap sebagai pengurangan modal
setoran dan laba ditahan, (2) pengungkapan pengaruhnya terhadap modal
yuridis bila saham treasuri dijual kembali. Mengenai hal tersebut, terdapat dua
pendekatan atau konsep yang dapat diterapkan yaitu konsep satu-transaksi dan
konsep dua-transaksi.
xviii
penambah akun agio saham, disajikan per jenis saham dan rupiah, dengan
judul tambahan (pengurang) agio modal dari perolehan kembali saham.
Apabila agio saham menjadi defisit (disagio) karena transaksi perolehan
kembali, defisit tersebut dibebankan pada saldo laba.
Dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar dari pada jumlah yang
diterima pada saat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan dengan
mendebet akun saldo laba. Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih
kecil, selisihnya dianggap sebagai unsur penambah modal dan dibukukan
dengan mengkredit akun tambahan modal dari perolehan kembali saham.
Metode ini lazimnya digunakan bila perolehan kembali dilakukan dalam
rangka penarikan saham.
xix
Kalau pemisahan antara transaksi modal dan transaksi operasi harus tetap
dipertahankan, hanya terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba
ditahan yaitu laba atau rugi periodic dan pembagian deviden. Laba yang
dipindahkan dari aku laba rugi adalah laba yang merupakan selesih seluruh
elemen transaksi operasi dalam arti luas yang disebut laba komrehesif. Transaksi
lain yang dapat mempengaruhi laba ditahan adalah transaksi yang tergolong
dalam transaksi modal yang diuraikan dalam pembahasan perubahan modal
setoran. Pengaruh beberapa transaksi diatas langsung dimasukkan dalam laba
ditahan dan tidak melalui statemen laba rugi periode terjadinya transaksi tersebut
karena merupakan transaksi modal. Terdapat beberapa hal yang dapat
menyebabkan laba ditahan pada suatu periode berubah selain karena transaksi
modal tetapi karena transaksi khusus yaitu:
xx
Beberapa pendapat ada yang mendukung dan ada yang menolak perlakuan
rugi tersebut sebagai penyesuaian periode lalu, pihak yang mendukung beragumen
sebagai berikut:
1. Laba akan menjadi lebih berarti kalau rugi yang timbul akibat kejadian masa
lalu dilaporkan sebagai elemen laba rugi periode yang bersangkutan.
Memasukkannya sebagai elemen laba rugi periode sekarang akan
menimbulkan distorsi pelaporan laba periode sekarang.
2. Pelakuan semacam ini menggambarkan penerapan penandingan pendapatan
dan biaya yang tepat.
1. Semua pendapatan untung biaya dan rugi yang berkaitan dengan kegiatan
menghasilkan pendapatan harus dilaporkan dalam statement laba rugi.
Kalau rugi diberlakukan sebagai penyesuaian periode lalu maka jumlah
tersebut tidak akan pernah masuk dalam riwayat laba perusahaan ini berarti
daya melaba jangka panjang tidak dapat digambarkan secara lengkap.
2. Pemakaian laporan kemungkinan besar tidak akan pernah mengetahui
bahwa rugi tertentu pernah dialami oleh perusahaan kalau jumlah tersebut
tidak dimasukkan dalam statement laba rugi.
Misalnya saja kesulitan dalam memecah kos menjadi biaya dan bagian
yang ditunda pembebanannya pada akhir periode membuka kemungkinan untuk
xxi
melakukan koreksi di kemudian hari terhadap asset dan laba yang sebelumnya
telah dilaporkan. Juga dapat terbukti bahwa setelah beberapa periode ternyata
depresiasi telah dibebankan terlalu besar bila dibandingkan dengan kenyataan
yang sekarang dialami. Hal ini berarti bahwa nilai buku asset telah dilaporkan
terlalu rendah dan perhitungan laba pada masa yang lalu juga menjadi terlalu
rendah ditinjau dari segi fakta yang sekarang diperoleh. Demikian juga, kalau
terbukti bahwa beban depresiasi telah ditentukan terlalu kecil sehingga depresiasi
akumulasian kemungkinan tidak mencapai jumlah rupiah yang dapat menutup kos
asset pada saat diberhentikan maka ini berarti bahwa saldo asset telah dilaporkan
terlalu besar pula. Yang manapun dari situasi di atas, suatu koreksi diperlukan
segera setelah cukup bukti bahwa kesalahan telah terjadi.
Kalau laba suatu periode telah ditentukan atas dasar fakta yang obyektif
pada waktu itu maka tidak berarti bahwa laba tersebut tidak dapat diperbaiki bila
terbukti ada kesalahan. Kenyataan bahwa buku besar biaya dan pendapatan pada
tahun-tahun yang lalu telah ditutup tidaklah menutup kemungkinan untuk
merevisi kembali angka-angka laba yang telah dilaporkan sebelumnya dan untuk
melaporkan koreksi yang ternyata diperlukan dengan adanya fakta baru di
kemudian hari.
xxii
yang memenuhi ketentuan umum dalam SFAS No. 16 paragraf 1 yang dibahas
sebelumnya.
Metode ini dapat diterima dari sudut pandang neraca saja dan tidak
mengganggu kenormalan atau keutuhan (integrity) beberapa statemen laba rugi
berikutnya. Di lain pihak, prosedur ini tidak layak karena riwayat laba yang
pernah dilaporkan menjadi tidak lengkap dan besar kemungkinan angka laba
dapat menyesatkan.
xxiii
BAB VI
Kesimpulan
Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisik dan konseptual antara
manajemen dan pemilik. Ekuitas pemegang saham menggambarkan hubungan
yuridis antara perseroan dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang
saham terdiri atas dua komponen yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal
setoran dipecahkan menjadi modal yuridis dan modal setoran lain.
Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal, yaitu hak atas
penyelesaian klaim, hak penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis).
Walaupun demikian, atas dasar konsep kesatuan usaha kreditor dan investor
dipandang sebagai pihak luar perusahaan yang terpisah dari manajemen.
xxiv
Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan
ditunjukan oleh keseluruhan dana yang disetor (modal setoran) tanpa
memperhatikan adanya modal yuridis atau modal saham yang sering dianggap
sebagai batas perlindungan bagi pihak lain. Pemisahan dan pelaporan modal
yuridis tidak menjadi masalah secara teknis. Akan tetapi, secara konseptual
modal yuridis dan modal setoran lain harus ditotal untuk menunjukan modal
setoran yang harus dibedakan dengan laba ditahan. Dari segi akuntansi, yang
mendasarkan diri pada konsep dasar substansi di atas bentuk, ekuitas
pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik tertanam dalam
perseroan termasuk laba ditahan.
1. Dua konsep dapat diterapkan yaitu konsep satu transaksi dan konsep dua
transaksi. Beberapa pos yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi laba
ditahan dan dilaporkan sebagai penyesuai laba ditahan adalah penyesuaian
perioda-lalu, koreksi kesalahan, pengaruh perubahan akuntansi, dan kuasi
reorganisasi. Secara umum, perubahan akibat ketiga komponen pertama
diperlakukan sebagai transaksi operasi sehingga dilaporkan dalam statemen
laba-rugi. Kuasi reorganisasi akan mempengaruhi laba ditahan secara
langsung.
2. Kuasi-reorganisasi dilakukan apabila terdapatdefisit yang sukup besar tetapi
perusahaan masih berjalan baik dan mempunyai prospek yang baik pula.
Hal ini, dilakukan untuk mengatasi keadaan yang disebut bangkrut secara
teknis sehingga perusahaan bebas dari kemungkian bangkrut. atau pailit
yang secara hukum mengarah ke likuidasi.
xxv
DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono (2005). Teori Akuntansi. Yogyakarta, BPFE Yogyakarta.
http://shantycr7.blogspot.co.id/2013/05/makalah-ekuitas-paling-lengkap.html
xxvi