Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

“Ekuitas”
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hadri Kusuma MBA.

Disusun oleh
Eva Budiana (20919014)
Fatmawati (20919015)
Hastini Busarotun Ika Putri (20919016)

Kelas Maksi 21 B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmatNya, kami
dapat menyelesaikan makalah mengenai “Ekuitas”. Makalah ini merupakan
tugas mata kuliah “Teori Akuntansi”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami selaku mahasiswa dan para pembaca pada umumnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Hadri Kusuma MBA
selaku dosen mata kuliah “Teori Akuntasi” atas segala bimbingannya selama
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
memperbaiki kekurangan kami, sehingga pada masa yang akan datang dapat
lebih baik lagi.

Yogyakarta, 19 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................0
BAB 1......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4
C. TUJUAN.......................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Pengertian Ekuitas.....................................................................................5
2.1.1. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT.................................5
2.1.2. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT..........................6
2.2. Perbedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan................................................6
2.3. Modal Yuridis................................................................................................7
2.3.1. Pengertian...............................................................................................7
2.3.2. Besarnya Modal Yuridis.........................................................................8
2.4. Modal Setoran Lain.......................................................................................8
2.5. Perubahan Modal Setoran.............................................................................9
2.5.1. Pemesanan Saham..................................................................................9
2.5.2. Obligasi terkonversi atau berhak tukar.................................................10
2.5.3. Saham prioritas terkonversi..................................................................10
2.5.4. Deviden Saham.....................................................................................11
2.5.5. Hak beli saham, opsi, dan warna..........................................................13
2.5.6. Saham treasuri......................................................................................15
2.6. Penebusan/Penarikan Kembali Modal Saham PT.......................................16
2.6.1. Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Cost Method....................16
2.6.2. Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Par Value Method...........16
2.6.3. Perolehan Kembali Saham Sumbangan................................................17
BAB VI..................................................................................................................18
Kesimpulan............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara
aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran
nilai jual perusahaan tersebut. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam
perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi
mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan
perundangan dan akta pendirian yang berlaku.

Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal, untuk


organisasi nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk
menghindari kesan adanya pemilikan. Karena kensep kesatuan usaha yang
memisahkan antara manajemen dan pemilikan, informasi tentang akuitas
pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut menunjukan
hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. dari sudut
pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau
nilai yang tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan
usaha, ekuitas pemegang saham merupakan "utang" perseroan kepada para
pemegang saham.

Oleh karena itu, ekuitas pemegang saham dapat juga dipandang sebagai
gambaran hubungan yuridis antara perseroan dan pemegang saham. Dengan
kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau
menyajikan informasi elemen ini agar hubungan dan tanggung jawab yuridis
dapat dipertahankan.

Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah


menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan

iv
kepengurusan manajemen. Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi
tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya,
serta merupakan tanggung jawab yuridis pemilik. Untuk memenuhi tujuan
tersebut, informasi yang harus disampaikan berkaitan tentang ekuitas pemegang
saham tersebut minimal adalah sumber ekuitas, pembatasan pembagian dividen
dan likuidasi, batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah “Ekuitas” antara lain:

a. Apa yang dimaksud dengan Ekuitas.

C. TUJUAN
a. Penulis dapat mengetahui tentang Ekuitas

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekuitas


PSAK No. 21 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) menyatakan bahwa ekuitas
sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa
sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan
sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.

Akuntansi untuk ekuitas dibedakan menjadi dua yaitu akuntansi untuk ekuitas
badan usaha bukan PT dan Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT.
Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar
akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan,
misalnya koperasi.

Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT meliputi modal saham


yang meliputi saham preferen, saham biasa, dan akuntambahan modal disetor.
Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan
sebagai bagian dari tambahan modal disetor. Akun tambahan modal disetor
terdiri dari berbagai macam unsur penambahan modal, seperti agio saham,
tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah
dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari
penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang
dibayarkan pada saat perolehaannya, tambahan modal dari perbedaan kurs
modal disetor dan lain sebagainya. Akuntambahan modal disetor tidak boleh
didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa.

2.1.1. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT.


Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan
standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang

vi
bersangkutan, misalnya koperasi. Ekuitas perusahaan perseorangan adalah
kepemilikan usaha pemilik yang pada umumnya disajikan dalam satu jumlah
tertentu, dimana tidak diperlukan penyajian subklasifikasi ekuitas karena
pemilik tidak membatasi mengenai berapa banyak yang harus diinvestasikan
atau ditarik dari bisnis. Dalam hal likuidasi atau insolvensi, kreditor dapat
mengambil aktiva pribadi si pemilik, dan laba yang timbul dihitung secara
berkala dan ditambahkan pada akun modal pada setiap akhir periode. Transaksi
modal (penarikan dan investasi tambahan) dicatat langsung dalam akun modal,
dan semua perubahan diikhtisarkan dalam laporan perusahaan yang terpisah.

2.1.2. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT.


Modal saham berbentuk PT meliputi saham preferen, saham biasa dan akun
tambahan modal disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari
sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor.

Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah


menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan
kepengurusan manajemen. Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi
tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya,
serta merupakan tanggung jawab yuridis pemilik. Untuk memenuhi tujuan
tersebut, informasi yang harus disampaikan berkaitan tentang ekuitas
pemegang saham tersebut minimal adalah sumber ekuitas, pembatasan
pembagian dividen dan likuidasi, batas perlindungan dan urutan penyerapan
rugi.

2.2 Komponen Ekuitas Pemegang Saham

Ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas dasar dua komponen penting,


yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal
saham (capital stock sebagai modal yuridis (legal capital) dan modal setiran
tambahan (additional paid-in capital), dan komponen lain yang merefleksi
transaksi pemilik (misalnya saham treasuri atau modal sumbangan).

vii
Gambar 2.1

Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya

Dalam berbagai literatur, modal setoran sering disebut pula sebagai


invested capital, original capital, atau bahkan original investment. Modal yuridis
(legal capital) sering disebut sebagai formal capital, restricted capital, stated
capital , atau capital stock. Modal setoran lain sering disebut secara spesifik
sebagaipaid-in-surplu,unrestricted capital, paid-in capital in excess of capital
stock,capital in excess of par( stated value), capital surplus, atau stock premium.

2.3 Tujuan Penyajian Ekuitas

Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat


dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen
keuangan. Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham
adalah menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan
kepengurusan (stewardship) manajemen. Tujuan lain adalah menyediakan
informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemengan ekuitas
lainnya. Informasi tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang
saham dan pihak lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang
saham ini. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan

viii
tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah: (1) sumber ekuitas
pemegang saham beserta riwayatnya, (2) peraturan yuridis yang membatasi
pembagian dividen dan pengembangan modal setoran kepada pemegang saham,
dan (3) prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas
lainnya (urutan proteksi).

2.4. Perbedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan


Ditinjau dari sumbernya, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas
pemegang saham yaitu: laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari
akumulasi laba yang dipindahkan dari akun ikhtisar laba-rugi. Begitu saldo laba
ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi
elemen modal pemegang saham yang sah. Seperti juga modal setoran, laba
ditahan menunjukan sejumlah hak atas seluruh jumlah rupiah aset bukan hak
atas jenis aset tertentu. Dengan demikian untuk mengukur seluruh hak pemegang
saham atas aset, laba ditahan harus digabungkan dengan modal setoran.

Perbedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting. Dari
segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba
sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun
jumlah akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan
ini juga penting secara yuridis karena modal setoran merupakan dana besar yang
harus tetap dipertahankan untuk menunjukan perlindungan bagi pihak lain. Dana
ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi rupiah yang secara yuridis dapat
digunakan untuk pembagian dividen. Unsur penambah modal disetor PT terdiri
atas:

1. Agio saham.
2. Tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih
rendah daripada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran.
3. Tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan
harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya.
a. Tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor

ix
2.5. Modal Yuridis.

2.5.1. Pengertian.
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa
harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka
perlindungan terhadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa
saham harus empunyai nilai nominal atau nilai minimun yang dinyatakan
untuk menunjukan hak yuridis. Modal yuridis adalah jumlah rupiah
"minimal" yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal
yuridis. Tujuan penyajian modal yuridi ini adalah untuk memberi informasi
kepada para pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan
investasinya. Akuntansi menganggap pengungkapan modal yuridis tersebut
tidak penting karena akuntansi lebih menekankan pada jumlah rupiah yang
benar-benar disetor oleh pemegang saham sebagai jumlah rupiah kontrak
antara perseroan dengan pemegang saham.

2.5.2. Besarnya Modal Yuridis.


Dalam hal saham bernilai nominal, modal yuridis dapat sama dengan jumlah
yang dikenal dengan nama modal saham. Modal saham menunjukan jumlah
rupiah perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai nominal persaham.
Jumlah ini merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak
pemegang saham walaupun dalam transaksi pembelian saham jumlah rupiah
yang disetor atau dibayar melebihi modal yiridis tersebut.

Modal saham ini juga merupakan batastanggung jawab pemegang saham


dan batas kerugian pribadi yang harus ditanggung pemegang saham. artinya,
dalam hal terjadi likuidasi pemegang saham tidak dapat menuntun pembagian
kekayaan atas dasar modal yang disetor (kecuali adanya sisa untuk itu).
Sebaliknya, dalam hal hasil penjualan aset dalam likuidasi tidak dapat menutup
seluruh hutang perseroan, pemegang saham tidak dapat diminta untuk menutup
utang lebih dari modal saham atau modal yang telah disetor kecuali pemegang
saham sebagai direksi.

x
2.6. Modal Setoran Lain
Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektip saham
sehingga secara akuntansi penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak
bermakna ekonomik. Dalam hal tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan
alat untuk pemerataan distribusi pemilikan daripada untuk menunjukan nilai
salaham itu sendiri. Karena tidak bermakna ekonomik, saham dapat diterbitkan
tanpa nilai nominal. Ada dua alasan penerbitan saham tanpa nilai nominal
yaitu:

1. Pasal 42 undang-undang no 1 tahun 1995 menetapkan bahwa saham tanpa


nilai nominal tidak dapat diterbitkan. Ketentuan ini sebenarnya
dimaksudkan untuk menentukan modal yuridis. Nilai niminal merupakan
jumlah rupiah minimal yang harus disetor investor sehingga membentuk
modal yuridis. Jika modal saham terjual dengan harga diatas nominal,
dapatkah selisihnya diperlakukan sebagai laba ditahan karen modal yuridis
telah terpenuhi?
2. Dalam hal ini, Patton danLittleton (1970) menegaskan bahwa perseroan
merupakan kesatun usaha maupun kesatuan hukum. Sifat ganda ini
menjadikan akuntasni mempunyai fungsi ganda pula yaitu menyajikan data
ekonomik sekaligus mencerminkan aspek yuridis yang sebenarnya. Fungsi
ganda ini menimbulkan masalah pelaporan ekuitas pemegang saham karena
konsep kesatuan usaha dan konsep hukum sangat berbeda. Dari segi hukum
ada tendesi untuk memandang ekuitas pemegang saham sebagai jumlah
rupiah tertentu yang menjadi batas penarikan kembali dana yang
ditanamkan oleh pemegang saham tanpa memperhatikan setoran yang
sesungguhnya. Dari segi akuntansi, yang menganut substansi dari pada
bentuk, memandang ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang
secara ekonomik tertanam diperusahaan termasuk laba ditahan.

2.7. Perubahan Modal Setoran.


Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk
membedakan secara tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan

xi
perubahan akibat transaksi modal. Dalam hal kenaikan modal setoran,
pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah memperlakukan kenaikan akibat
transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang trsedia
untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal
setoran dengan berbagai masalah teoretisnya adalah:

1. Pemesanan saham
2. Obligasi terkonversi atau berhak tukar
3. Saham istimewa terkonversi atau brhak tukar
4. Dividen saham
5. Hak beli saham, opsi, dan warna
6. Saham treasuri.

2.7.1. Pemesanan Saham


Pada umumnya, investor yang berminat membeli saham harus memesan
lebih dahulu saham yang akan dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan
pada saat pemesanan. Pada saat perusahaan didirikan atau melakukan
penawaran publik perdana, perusahaan telah menetapkan apa yang disebut
modal dasar. Dengan autorisasi tersebut perusahaan akan mencetak sertifikat
saham. Bila saham telah terjual dan pembeli telah membayar penuh
kesepakatannya, sertifikat saham akan diserahkan kepada pembeli. Berdasar
konsep kesatuan usaha, jumlah rupiah yang diterima perusahaan akan
menimbulkan atau diimbangi dengan modal setoran.

Pada umumnya investor yang berminat membeli saham perusahaan harus


memesan terlebih dahulu saham yang dibeli dengan harga yang sesuai.
Jumlah rupiah saham pesanan dapat diakui sebagai modal setoran hanya
apabila memenuhi dua syarat, yaitu tidak dapat dibatalkan, dan pelunasan
tidak terlalu lama.

2.7.2. Obligasi terkonversi atau berhak tukar.


Dalam hal tertentu perusahaan menerbitkan obligasi dengan kharakteristik
dapat ditukarkan dengan saham biasa. Kalau hak tukar dari obligasi tersebut

xii
digunakan oleh pemegang obligasi akan timbul perubahan status kewajiban
menjadi modal storan. Masalah teoritisnya adalah pada saat hak diambil,
berapakah jumlah rupiah yang diakui sebagai modal setoran sehingga modal
saham dan kelebihan diatas modal saham (kalau ada) dapat ditentukan?
Untuk mengatasi masalah tersebut terdapat beberapa alternatif yang dapat
digunakan sebagai basis kapitalisasi, yaitu nilai bawaan obligasi, harga pasar
obligasi, dan harga pasar saham.

2.7.3. Saham prioritas terkonversi.


Saham prioritas atau saham istimewa menjadi saham biasa atas kehendak
pemegang saham. Masalah yang ada sama dengan masalah yang muncul pada
obligasi terkonversi, yaitu Pada saat hak diambil, berapakah jumlah rupiah
yang diakui sebagai modal setoran? Dalam mengatasi permasalahan tersebut
terdapat dua alternatif yang dapat digunakan, yaitu Pendekatan satu-transaksi,
dan pendekatan dua-transaksi.

2.7.4. Deviden Saham.


Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis
dengan saham yang mula-mula diterbitkan. Permasalahan yang muncul akibat
pembagian deviden saham adalah bila dikapitalisasi, berapakah jumlah rupiah
yang dikapitalisasi menjadi modal setoran? Untuk mengatasinya, alternatif
penyelesaian yang digunakan terdiri atas dasar nilai nominal, dan atas dasar
nilai pasar saham.

Bila distribusi dividen saham tidak disertai dengan kapitalisasi laba


ditahan, dividen saham akan menyerupai pemecahan saham. Pemecahan
saham adalah penurunan nominal (atau nilai nyata) persaham dengan cara
menukar tiap satu saham yang beredar dengan dua atau lebih saham baru
yang nilai nominal per sahamnya merupakan pecahan dari nilai nominal
saham semula. Bila perusahaan mendistribusi dividen saham 20% tanpa
disertai kapitalisasi, perusahaan sebenarnya telah menurunkan nilai nominal
per saham menjadi 100/120 dari nilai nominal semula.

xiii
Bagi pemegang saham, dividen saham bukan merupakan pendapatan atau
laba. Berbagai teori atau argumen diajukan untuk menjelaskan mengapa
dividen saham bukan merupakan laba bagi penerimanya. Dari sudut pandang
kesatuan usaha, dividen saham bukan merupakan pembagian laba karena
tidak ada penurunan aset perusahaan atau kenaikan utang perusahaan. Hal ini
berbeda dengan dividen kas jelas merupakan pendapatan bagi penerima
karena ada transfer kemakmuran ke pemegang saham.

Bila dividen saham dipandang sebagai pendapatan in natura karena


menaikan nilai investasi, pendapatan tersebut belum terealisasi bila belum
dijual oleh penerimanya. Investasi naik karena dividen saham dapat di jual
atau kalau tidak dijual penerima berhak menerima dividen tunai dimana yang
akan datang atas saham tersebut.

Dari sudut pandang kesatuan pemilik, dividen saham bukan merupakan


laba bagi penerimanya. Alasannya adalah bahwa laba perseroan juga
merupakan laba pemilik. oleh karena itu dividen kas dianggap sebagai
pengambilan atau prive oleh pemilik dari sesuatu yang memang sudah
menjadi haknya sehingga tidak ada tambahan kemakmuran. Dividen saham
juga bukan merupakan laba tetapi sekedar teklasifikasi ekuitas. karena sudut
pandang akuntansi adalah kesatuan usaha, apakan dividen saham pendapatan
bagi pemegang saham sebenarnya bukan masalah yang relevan. Yang relevan
bagi perusahaan adalah apakah dividen saham dipansang sebagai reklasifikasi
ekuitas dan bila demikin bagaimana kapitalisasi diukur. Kapitalisasi dapat
didasarkan atas:

Kalau tujuan penyajian informasi modal pemegang saham adalah untuk


menunjukan modal yuridis (legal capital), kapitalisasi dividen saham harus
hanya sebesar nilai nominal atau nyataannya: jumlah ini sebesarnya
merupakan jumlah minimal yang harus dikapitalisasi untuk memenuhi
ketentuan yuridis. Alasan pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai yuridis
adalah bahwa divisen saham bukan merupakan pendapatan dan

xiv
mengkapitalisasi sebesar harga pasar memberi kesan bahwa dividen tersebut
merupaka pendapatan yang direinvestasi kedalam perusaahn. Alasan lain
yang dianggap cukup kuat adalah bahwa harga pasar menggambarkan harga
seluruh ekuitas pemegang saham (modal setoran dan laba ditahan). Jadi
sangat tridak logis mentransfer jumlah yang merefleksi elemen modal setoran
dan laba ditaha ke modal setoran itu sendiri.

Walaupun dividen saham berbeda dengan dividen kas, sebagai divide


keduanya dianggap sebagai distribusi ke pemilik. Oleh karena itu, dividen
saham dapat di pandang sebagai pengganti dividen kas karena dividen daham
mempunyai nilai. Paling tidak, pemegang saham dapat menjual saham
tersebut kalau dividen kas yang diharapkan dan investasi semula tidak
berubah. Nilai tersebut diukur atas dasar harga saham. dengan demikian harga
pasar merupakan dasar yang tepat untuk menentukan kapitalisasi berbagai
dasar pikiran mendukung hal ini.

2.7.5. Hak beli saham, opsi, dan warna


Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama
untuk membeli sejumlah saham (proposional dengan pemilikan). Hak ini
biasanya dimaksudkan untuk mempertahankan pemilikan pemegang saham
lama. Pada umumnya, hak beli saham umurnya tidak lama dan beli harga
saham dengan hak beli tersebut biasanya lebih rendah dari harga pasar saham
bersangkutan. Oleh karena itu, hak beli saham sering dianggap mempunyai
harga pasar sehingga timbul pendapat bahwa hak beli saham tersebut
dikapitalisasi. Harga pasar hak beli saham ini adalah sebesar selisih harga
pasar saham sengan harga yang harus dibayar pemegang saham yang
mempunyai hak beli saham.

Bila dividen saham dapat dikapitalisasi maka hak beli saham juga dapat
dikapitalisasi karena hak beli saham dapat dianggap sebagai dividen saham
dengan nilai sebesar harga pasar hak beli saham. jumlah ini dikapitalisasi ke
modal setoran lain. Argumen dibantah dengan alasan bahwa kapitalisasi hak

xv
belisaham menjadi modal setoran adalah tidak logis karena tidak ada sumber
ekonomi yang disetorkan oleh pemegang saham dan tidak ada saham baru
yang diterbitkan. Lain halnya dengan kupon beli saham atau waran yang di
bahas sesudah opsi saham berikut.

Secara umum opsi diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual
saham tertentu yang sengaja diciptakan oleh investor untuk dijual kepada
investor lain. Dalam arti khusus, opsi saham adalah semacam kontrak yang
membeli hak kepada karyawan perusahaan (termasuk manager atau
pemimpin) untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu
dengan harga yang tertentu pula. pada umumnya harga pengambilan dibawah
harga pasar saham yang bersangkutan atau harga yang ditawarkan kepada
pihak lain. Kebijakan semacam ini sering disebut dengan program opsi saham
karyawan. Opsi saham ini biasanya digunakan sebagai sarana untuk
meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan dengan menjadikan mereka
pemilik perusahaan dan utnuk menambah penghasilan karyawan (sebagai
konvensasi tambahan). Banyaknya saham yang dapat dibeli dan harga opsi
dapat ditentukan pasa saat hak opsi diberikan atau bergantung pada beberapa
kejadian dimasa mendatang seperti pertumbuhan perusahaan dan perubahan
harga saham.

Dalam hal opsi saham karyawan, ada kalanya harga pengambilan begitu
rendah di banding harga pasar sehingga selisihnya dapat dipandang sebagai
kompensasi atau imbalan jasa karyawan. Ada kalanya program opsi saham
diluncurkan bukan untuk tujuan meningkatkan kompensasi karyawan tetapi
untuk meningkatkan status karyawan sebagai pemilik perusahaan dan untuk
membantu perusahaan menambah dana. APB Opinion No.25 pasal 7
menentukan bahwa opsi saham dapat dikategorikan sebagai nonimbalan. Jika
program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi saham nonimbalan,
tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi saham imbalan. Terdapat dua
macam opsi yaitu call dan put. Opsi call adalah opsi yang memberi hak
kepada pemegang opsi untuk membeli saham dengan harga tertentu selama

xvi
perioda tertentu. Orang membeli bila mengharapkan harga saham menaik.
Sedangkan opsi put adalah opsi yang memberi hak kepada pemegang opsi
untuk menjual saham dengan harga tertentu selama perioda tertentu. Orang
membeli opsi bila mengharapkan harga saham menurun.

Perusahaan dapat juga menjual hak beli saham kepada nonpemegang


saham dengan cara menjual kupon pembelian saham atau waran. Dalam
PSAK No. 41, IAI mendefinisikan waran sebagai berikut:

Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi
hak kepada pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut
pada harga dan jangka waktu tertentu (pasal 30). Terdapat beberapa
karakteristik dari warran, yaitu (1) berbeda dengan hak beli saham atau opsi,
(2) terdapat beberapa jenis: lepas, lekat, dan bebas, (3) perlakuan akuntansi
berbeda untuk tiap jenis. Perbedaan waran dengan hak beli saham dan opsi
saham dalam beberapa aspek, yaitu:

1. Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas yang disertai
waran lepas dialokasi ke sekuritas dan waran atas dasar nilai wajar
masing-masing komponen pada saat penerbitannya. jumlah rupiah yang
melekat pada sekuritas dilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai
dengan karakteristiknya (pasal 15).
2. Apabila waran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran
dikapitalisasi ke modal saham dan agio saham (bila ada) apa bila waran
tidak diambil sampai masa opsi berakhir, jumlah rupiah tecatat waran tetap
diperlakukan sebagai modal setoran lain (pasal 16).
3. Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang/ekuitas) yang
disertai waran lekat diakui seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas
sesuai dengan karakteristiknya (pasal 17).
4. Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar
jumlah rupiah hasil penerbitan tersebut. bila waran bebas diterbitkan

xvii
secara cuma-cuma, tidak diperlukan penaksiran nilai waran untuk diakui
sebagai modal setoran lain (pasal 18-19).

2.7.6. Saham treasuri


Saham treasuri adalah penarikan kembali saham yang beredar untuk
sementara dan kemudian diterbitkan kembali. Beberapa alasan perusahaan
melakukan penarikan kembali antara lain saham tersebut akan diterbitkan
kembali kepada karyawan dalam program opsi saham, serta saham tersebut
akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transaski penggabungan
usaha.

Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri adalah (1)
penentuan jumlah rupiah yang harus dianggap sebagai pengurangan modal
setoran dan laba ditahan, (2) pengungkapan pengaruhnya terhadap modal
yuridis bila saham treasuri dijual kembali. Mengenai hal tersebut, terdapat dua
pendekatan atau konsep yang dapat diterapkan yaitu konsep satu-transaksi dan
konsep dua-transaksi.

2.8. Penebusan/Penarikan Kembali Modal Saham PT.

2.8.1. Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Cost Method


Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan,
selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan
jumlah yang diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba
atau rugi perusahaan. Perolehan kembali saham yang telah dikeluarkan dapat
dicatat dengan menggunakan cost atau par value method. Dengan cost
method, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan
kembali dan disajikan sebagai pengurang atas jumlah modal.

Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai harga perolehan kembali,


disajikan sebagai pengurang akun modal saham, untuk saham sejenis,
disajikan dalam jumlah lembar dan nilai nominal. Kemudian, selisih harga
perolehan kembali dengan nilai nominal disajikan sebagai pengurang atau

xviii
penambah akun agio saham, disajikan per jenis saham dan rupiah, dengan
judul tambahan (pengurang) agio modal dari perolehan kembali saham.
Apabila agio saham menjadi defisit (disagio) karena transaksi perolehan
kembali, defisit tersebut dibebankan pada saldo laba.

2.8.2. Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Par Value Method


Metode nilai nominal atau par value method lazimnya digunakan dalam
hal saham yang diperoleh kembali tersebut akan dikeluarkan lagi dikemudian
hari. Dengan metode nilai nominal (par value method), saham yang diperoleh
kembali dicatat sebesar nilai nominal saham yang bersangkutan dan disajikan
sebagai pengurang akun modal saham. Apabila saham yang diperoleh
kembali tersebut semula dikeluarkan dengan harga di atas pari, akun agio
saham akan didebit dengan agio saham yang bersangkutan.

Dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar dari pada jumlah yang
diterima pada saat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan dengan
mendebet akun saldo laba. Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih
kecil, selisihnya dianggap sebagai unsur penambah modal dan dibukukan
dengan mengkredit akun tambahan modal dari perolehan kembali saham.
Metode ini lazimnya digunakan bila perolehan kembali dilakukan dalam
rangka penarikan saham.

2.8.3. Perolehan Kembali Saham Sumbangan


Saham yang diperoleh kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar
jumlah yang diterima pada saat pengeluarannya dengan mendebet akun modal
saham yang diperoleh kembali dan mengkredit akun modal yang berasal dari
sumbangan. Pada saat saham tersebut dijual kembali, selisih antara jumlah
yang tercatat dengan harga jualnya ditambahkan pada akun modal yang
berasal dari sumbangan.

2.9 Perubahan Laba Ditahan

xix
Kalau pemisahan antara transaksi modal dan transaksi operasi harus tetap
dipertahankan, hanya terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba
ditahan yaitu laba atau rugi periodic dan pembagian deviden. Laba yang
dipindahkan dari aku laba rugi adalah laba yang merupakan selesih seluruh
elemen transaksi operasi dalam arti luas yang disebut laba komrehesif. Transaksi
lain yang dapat mempengaruhi laba ditahan adalah transaksi yang tergolong
dalam transaksi modal yang diuraikan dalam pembahasan perubahan modal
setoran. Pengaruh beberapa transaksi diatas langsung dimasukkan dalam laba
ditahan dan tidak melalui statemen laba rugi periode terjadinya transaksi tersebut
karena merupakan transaksi modal. Terdapat beberapa hal yang dapat
menyebabkan laba ditahan pada suatu periode berubah selain karena transaksi
modal tetapi karena transaksi khusus yaitu:

1. Penyesuaian periode yang lalu


2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya
3. Pengaruh perubahan akuntansi
4. Kuasi reorganisasi

2.10 Penyesuaian Periode Tahun Lalu

Penyesuaian ini sering juga disebut dengan penyesuaian susulan.


Penyesuaian periode lalu adalah perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang
mempengaruhi operasi periode masa lalu bukan sebagai pengurang atau
penambah perhitungan laba tahun sekarang tetapi sebagai penyesuaian tehadap
laba ditahan awal periode sekarang, sebagai contoh perusahaan yang pada periode
lalu dituntut unutk mengganti rugi sejumlah uang tertentu karena dituduh
melanggar hak paten perusahaan lain. Baru pada periode sekarang dapat
dipastikan bahwa perusahaan harus membayar ganti rugi sejumlah tertentu.
Jumlah tersebut harus diperlakukan sebagai rugi bagi perusahaan. Rugi tersebut
diakui sebagai penyesuaian terhadap laba bersih peiode lalu ketika peristiwa yang
menyebabkan rugi tersebut terjadi.

xx
Beberapa pendapat ada yang mendukung dan ada yang menolak perlakuan
rugi tersebut sebagai penyesuaian periode lalu, pihak yang mendukung beragumen
sebagai berikut:

1. Laba akan menjadi lebih berarti kalau rugi yang timbul akibat kejadian masa
lalu dilaporkan sebagai elemen laba rugi periode yang bersangkutan.
Memasukkannya sebagai elemen laba rugi periode sekarang akan
menimbulkan distorsi pelaporan laba periode sekarang.
2. Pelakuan semacam ini menggambarkan penerapan penandingan pendapatan
dan biaya yang tepat.

Sementara pihak yang menolak mengajukan argumen sebagai berikut:

1. Semua pendapatan untung biaya dan rugi yang berkaitan dengan kegiatan
menghasilkan pendapatan harus dilaporkan dalam statement laba rugi.
Kalau rugi diberlakukan sebagai penyesuaian periode lalu maka jumlah
tersebut tidak akan pernah masuk dalam riwayat laba perusahaan ini berarti
daya melaba jangka panjang tidak dapat digambarkan secara lengkap.
2. Pemakaian laporan kemungkinan besar tidak akan pernah mengetahui
bahwa rugi tertentu pernah dialami oleh perusahaan kalau jumlah tersebut
tidak dimasukkan dalam statement laba rugi.

2.11 Koreksi Kesalahan

Sistem akuntansi biasanya sudah dirancang dengan cukup cermat sehingga


kesalahan dalam pencatatan akan segera dapat dideteksi sehingga dapat dilakukan
koreksi. Untuk dapat disebut kesalahan suatu jumlah rupiah harus berasal dari
kesalahan hitung, kesalahan aplikasi, atau kekeliruan menggunakan fakta yang
tersedia dalam penyusunan laporan keuangan. Perubahan taksiran muncul dari
adanya informasi atau perkembangan baru yang berarti dari tilikan yang lebih baik
atau pertimbangan yang lebih mantap.

Misalnya saja kesulitan dalam memecah kos menjadi biaya dan bagian
yang ditunda pembebanannya pada akhir periode membuka kemungkinan untuk

xxi
melakukan koreksi di kemudian hari terhadap asset dan laba yang sebelumnya
telah dilaporkan. Juga dapat terbukti bahwa setelah beberapa periode ternyata
depresiasi telah dibebankan terlalu besar bila dibandingkan dengan kenyataan
yang sekarang dialami. Hal ini berarti bahwa nilai buku asset telah dilaporkan
terlalu rendah dan perhitungan laba pada masa yang lalu juga menjadi terlalu
rendah ditinjau dari segi fakta yang sekarang diperoleh. Demikian juga, kalau
terbukti bahwa beban depresiasi telah ditentukan terlalu kecil sehingga depresiasi
akumulasian kemungkinan tidak mencapai jumlah rupiah yang dapat menutup kos
asset pada saat diberhentikan maka ini berarti bahwa saldo asset telah dilaporkan
terlalu besar pula. Yang manapun dari situasi di atas, suatu koreksi diperlukan
segera setelah cukup bukti bahwa kesalahan telah terjadi.

Kalau laba suatu periode telah ditentukan atas dasar fakta yang obyektif
pada waktu itu maka tidak berarti bahwa laba tersebut tidak dapat diperbaiki bila
terbukti ada kesalahan. Kenyataan bahwa buku besar biaya dan pendapatan pada
tahun-tahun yang lalu telah ditutup tidaklah menutup kemungkinan untuk
merevisi kembali angka-angka laba yang telah dilaporkan sebelumnya dan untuk
melaporkan koreksi yang ternyata diperlukan dengan adanya fakta baru di
kemudian hari.

2.11.1 Koreksi sebagai Penyesuaian Laba Ditahan

Menurut pandangan ini penyesuaian yang diperlukan terhadap laba yang


pernah dilaporkan harus dilakukan langsung terhadap akun laba ditahan untuk
semua kasus kecuali untuk koreksi-koreksi yang jumlahnya tidak terlalu besar
(material) sehingga tidak mengganggu pelaporan laba normal. Ini berarti koreksi
tidak tampak dalam statemen laba rugi.

Laba ditahan awal periode berjalan disesuaikan dengan jumlah rupiah


pengaruh kumulatif kesalahan terhadap perhitungan laba periode-periode
sebelumnya dan kalau statemen komparatif disajikan, pengaruh retroaktif
kesalahan harus ditunjukkan dalam statemen keuangan periode-periode yang
terpengaruh. Perlakuan semacam ini sebenarnya hanya berlaku untuk kesalahan

xxii
yang memenuhi ketentuan umum dalam SFAS No. 16 paragraf 1 yang dibahas
sebelumnya.

Metode ini dapat diterima dari sudut pandang neraca saja dan tidak
mengganggu kenormalan atau keutuhan (integrity) beberapa statemen laba rugi
berikutnya. Di lain pihak, prosedur ini tidak layak karena riwayat laba yang
pernah dilaporkan menjadi tidak lengkap dan besar kemungkinan angka laba
dapat menyesatkan.

Pengaruh koreksi dapat ditunjukkan dalam statemen laba rugi


komprehensif sebagai penambah atau pengurang (modifier) angka laba bersih atau
angka manapun yang akhirnya toh akan ditambahkan ke (atau dikurangkan
terhadap) laba ditahan,. Letak yang tepat penyesuaian koreksi tidaklah merupakan
masalah yang penting asalkan ada pengungkapan yang jelas tentang hal tersebut
dalam statemen laba rugi. Tentu saja tidak dikehendaki untuk memasukkan
pengaruh koreksi dalam klasifikasi pendapatan operasi atau biaya operasi berjalan
(periode sekarang) karena

xxiii
BAB VI
Kesimpulan
Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisik dan konseptual antara
manajemen dan pemilik. Ekuitas pemegang saham menggambarkan hubungan
yuridis antara perseroan dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang
saham terdiri atas dua komponen yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal
setoran dipecahkan menjadi modal yuridis dan modal setoran lain.

Ekuitas didefinisikan secara sintatik sebagai hak residual atas aset


perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi
secara sintatik bukan semantik karena keperluan untuk memprtahankan
artikulasi statemen keuangan. Ekuitas mengandung makna pemilikan. Oleh
karena itu, untuk organisasi nonbisnis ekuitas sering disebut sebagai aset
bersih.

Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal, yaitu hak atas
penyelesaian klaim, hak penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis).
Walaupun demikian, atas dasar konsep kesatuan usaha kreditor dan investor
dipandang sebagai pihak luar perusahaan yang terpisah dari manajemen.

Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal


setoran merupakan suatu bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan
keutuhannya sedangkan laba ditahan merupakan modal yang tercipta
atau terhimpun karena pemanfaatan aset. Modal setoran merupakan
perubahaan aset dalam rangka pendanaan (transaksi modal) sedangkan laba
ditahan merupakan perubahan aset dalam rangka produksi (transaksi operasi).

xxiv
Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan
ditunjukan oleh keseluruhan dana yang disetor (modal setoran) tanpa
memperhatikan adanya modal yuridis atau modal saham yang sering dianggap
sebagai batas perlindungan bagi pihak lain. Pemisahan dan pelaporan modal
yuridis tidak menjadi masalah secara teknis. Akan tetapi, secara konseptual
modal yuridis dan modal setoran lain harus ditotal untuk menunjukan modal
setoran yang harus dibedakan dengan laba ditahan. Dari segi akuntansi, yang
mendasarkan diri pada konsep dasar substansi di atas bentuk, ekuitas
pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik tertanam dalam
perseroan termasuk laba ditahan.

Modal setoran dapat bertambah karena pemesanan saham, konversi status


obligasi, konveersi status saham istimewa, dividen saham, dan hak beli saham.
Trnsaksi yang menyangkut hal-hal tersebut merupakan transaksi modal
sehingga tidak melibatkan sama sekali laba atau rugi meskipun dalam beberapa
kasus dapat melibatkan laba ditahan. Modal setoran dapat berkurang karena
saham treasuri. Masalah yang berkaitan dengan saham treasuri adalah:

1. Dua konsep dapat diterapkan yaitu konsep satu transaksi dan konsep dua
transaksi. Beberapa pos yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi laba
ditahan dan dilaporkan sebagai penyesuai laba ditahan adalah penyesuaian
perioda-lalu, koreksi kesalahan, pengaruh perubahan akuntansi, dan kuasi
reorganisasi. Secara umum, perubahan akibat ketiga komponen pertama
diperlakukan sebagai transaksi operasi sehingga dilaporkan dalam statemen
laba-rugi. Kuasi reorganisasi akan mempengaruhi laba ditahan secara
langsung.
2. Kuasi-reorganisasi dilakukan apabila terdapatdefisit yang sukup besar tetapi
perusahaan masih berjalan baik dan mempunyai prospek yang baik pula.
Hal ini, dilakukan untuk mengatasi keadaan yang disebut bangkrut secara
teknis sehingga perusahaan bebas dari kemungkian bangkrut. atau pailit
yang secara hukum mengarah ke likuidasi.

xxv
DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono (2005). Teori Akuntansi. Yogyakarta, BPFE Yogyakarta.

http://shantycr7.blogspot.co.id/2013/05/makalah-ekuitas-paling-lengkap.html

xxvi

Anda mungkin juga menyukai