Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MODAL SENDIRI DAN EKUITAS

Dosen Pengampu : Maria Natalia Wainip Epin, S.E., M.Ak.

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Igamawarni Ramma 202162201096

Windi Nathalia Sanda 202162201097

Maria Felisitas Melisa Mombe 202162201098

Tasya Maria Siregar 202362201PMM01

KELAS B
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha
Esa atas segala berkat kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah sederhana ini yang berjudul “Modal Sendiri dan
Ekuitas” ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih


kepada semua pihak yang secara langsung maupun secara tidak langsung ikut
membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Ibu Dosen Mata Kuliah Akuntansi Perpajakan (Ibu, Maria Natalia Wainip
Epin, S.E., M.Ak).

Penulis menyadari sungguh bahwa dalam penyusunan makalah ini masih


sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi komposisi isi makalah, metode
penulisan, penyusunan maupun dari sisi tata naskahnya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya konstruktif demi perbaikan
dan kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.

Merauke, 26 Oktober 2023

Hormat kami,

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................1
C. TUJUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. MODAL SAHAM.....................................................................................3
B. SALDO LABA..........................................................................................9
C. RIGHTS, WARRANT, DAN OPSI ATAS SAHAM.............................10
D. PENYESUAIAN MODAL.....................................................................13
E. SELISIH PENILAIAN KEMBALI.........................................................15
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
KESIMPULAN..................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akuntansi perpajakan adalah bidang yang sangat penting dalam dunia


bisnis dan keuangan. Perusahaan-perusahaan harus memahami dan menerapkan
peraturan perpajakan yang berlaku untuk memastikan kepatuhan mereka terhadap
hukum dan untuk mengoptimalkan pengelolaan pajak mereka terutama modal
sendiri dan ekuitas.

Modal sendiri dan ekuitas merupakan dua konsep yang saling terkait
dalam akuntansi perpajakan. Modal sendiri adalah jumlah dana yang
diinvestasikan oleh pemilik perusahaan, sedangkan ekuitas mencakup modal
sendiri dan laba yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.
Pengelolaan modal sendiri dan ekuitas memainkan peran penting dalam
perencanaan pajak perusahaan dan pengambilan keputusan keuangan secara
umum.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu modal saham?


2. Apa itu saldo laba?
3. Bagaimana rights, warrant, dan opsi atas saham?
4. Bagaimana penyesuaian modal?
5. Apa itu selisih penilaian kembali?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami modal saham.


2. Untuk mengetahui dan memahami saldo laba.

1
3. Untuk mengetahui dan memahami rights, warrant, dan opsi atas saham.
4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penyesuaian modal.
5. Untuk mengetahui dan memahami apa itu selisih penilaian kembali.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. MODAL SAHAM

Modal saham merupakan bagian dari ekuitas suatu perseroan terbatas yang
dikontribusikan pemilik. Lazimnya seseorang dalam berusaha atau meningkatkan
usahanya akan membutuhkan ekuitas. Ekuitas dapat diperoleh dengan bermacam-
macam cara, antara lain investo menyertakan dalam persekutuan atau investor
membeli saham yang diterbitkan perusahaan. Setoran ekuitas dapat berupa uang,
aset baru, atau tenaga kerja tetapi dalam hal bentuk hukum perusahaan yaitu
Perseroan Terbatas tentu berupa saham.

Ekuitas (PSAK No. 21 Reformat Tahun 2007) diartikan sebagai bagian


hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aset dan kewajiban yang ada,
dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut.
Tentu ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan yang dapat
berubah karena adanya penarikan kembali penyertaan, pembagian laba, atau rugi.
Dengan demikian, kriteria ekuitas terdiri atas:

1. ekuitas atau simpanan pokok anggota untuk koperasi;


2. saldo laba; dan
3. unsur lain, misalnya tambahan setoran ekuitas.

Klasifikasi keuangan ditentukan berdasarkan substansi pengakuan awal


transaksi (contractual arrangement or initial recognition). Apabila awal transaksi
penyerahan suatu instrumen keuangan mengandung kewajiban kontraktual untuk
menyerahkan uang tunai atau sejenisnya di masa depan, maka instrumen
keuangan tersebut digolongkan sebagai kewajiban. Sebaliknya ekuitas sesuai
paragraf 07 PSAK 21 reformat 2007 menyatakan bila pemegang instrumen

3
keuangan tidak mempunyai hak keuangan masa depan pada penerbit instrumen,
namun berhak secara proporsional atas dividen atau distribusi berlandas ekuitas,
sehingga instrumen digolongkan sebagai ekuitas. Dengan demikian instrumen
keuangan yang tergolong bukan kelompok kewajiban dikelompokkan
dengan judul ekuitas.

Sebagaimana telah diuraikan bahwa ekuitas saham bagian dari ekuitas.


Dalam hal pengungkapannya dalam ekuitas tersebut dengan terbatas dan jelas
mengelompokkan:

1. ekuitas disetor;
2. saldo laba;
3. selisih penilaian kembali aset tetap; dan
4. ekuitas sumbangan.

Secara umum ekuitas saham yang termasuk dalam akuntansi ekuitas untuk
badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas yang diatur dalam PSAK 21 Tahun
2007, Ekuitas Saham meliputi:

1. saham preferen (preferered stock);


2. saham biasa (common stock);
3. tambahan ekuitas disetor (paid in capital).

Untuk ekuitas yang berasal dari sumbangan disajikan sebagai bagian


tambahan ekuitas disetor. Dalam penyajiannya di neraca harus dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan, peraturan
yang berlaku. dan menggambarkan keuangan yang ada, sehingga dalam neraca
akan terlihat ekuitas dasar, ekuitas yang ditetapkan, ekuitas yang disetor, nilai
nominal, dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham.

Jenis saham tersebut terdapat saham preferen yang memberikan hak


prefensi kepada pemegangnya berupa:

4
1. pembagian aset terlebih dahulu pada saat berdiri;
2. pembagian diuraikan dalam pembagian laba yang dapat berbentuk
kumulatif dan tidak kumulatif, partisipasi, dan tanpa partisipasi;
3. convertible.

Saham biasa tidak mempunyai hak lebih dibanding saham-saham lainnya,


sedangkan tambahan ekuitas disetor sebagai bagian dari ekuitas saham memuat
dari berbagai macam unsur penambah ekuitas seperti agio saham, tambahan
ekuitas, dan perolehan kembali saham dengan harga yang lebih murah daripada
jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan ekuitas dari penjualan
saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada
saat perolehannya, tambahan ekuitas dari perbedaan harus ekuitas disetor dan lain
sebagainya (PSAK No. 21 Reformat Tahun 2007). Dalam PSAK diatur pencatatan
perubahan ekuitas disetor PT dicatat berdasarkan:

1. jumlah uang yang diterima;


2. setoran saham dalam bentuk uang sesuai transaksi nyata untuk jenis saham
yang status dalam bentuk rupiah pada akta pendiriannya, setoran saham
tunai dalam bentuk mata uang asing dinilai berdasarkan kurs yang berlaku;
3. besarnya tagihan yang timbul atau kurang yang dikonversi menjadi
ekuitas;
4. setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham,
yaitu harga dasar tanggal transaksi untuk PT yang sahamnya terdaftar di
Bursa Efek atau nilai wajar yang disepakati Rapat Umum Pemegang
Saham untuk saham yang tidak ada harga pasarnya;
5. nilai wajar aset lancar kas yang diterima;
6. setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), menggunakan nilai wajar
aset bukan kas yang diserahkan yaitu nilai appraisal atau tanggal transaksi
yang disetujui Dewan Komisaris untuk saham yang terdaftar di Bursa
Efek.

5
Pencatatan dapat pula untuk penggunaan saham yang disetor yang lainnya
akan dicatat berdasarkan:

1. jumlah yang dibutuhkan; atau


2. besarnya utang yang timbul; atau
3. nilai wajar aset bahan kas yang diserahkan.

Pada umumnya pengeluaran saham dengan / mempunyai nilai nominal. Di


Indonesia, pengeluaran saham tanpa nilai nominal tidak diperkenankan (Undang –
Undang PT). Akan tetapi, dapat pula terjadi nilainya ditetapkan (stated value)
yang jarang di Indonesia, walaupun hakikatnya tidak berbeda dengan saham
dengan nilai nominal. Untuk lebih jelasnya dalam mencatat atau melaporkannya
dapat diilustrasikan sebagai berikut.

1. Pada tanggal 1 Juni 2016 PT Aditya setuju untuk mengeluarkan saham 10.000
lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp100.000.000,00 per lembar.
Sejumlah 4.000 lembar terjual seharga Rp450.000.000,00 tunai.
Ayat Jurnal

Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kas 450.000.000
Ekuitas Saham 400.000.000
Tambahan Ekuitas Disetor/Agio 50.000.000

Kelebihan nilai di atas nilai nominal pada saat penempatan/penjualan dicatat


dalam akuntansi tambahan ekuitas disetor atau tahun “agio saham biasa”.

2. Kemungkinan nilai nominal tidak ditetapkan (no par value), sehingga jumlah
yang diterima tunai atas penjualan tersebut tidak dicatat dalam akun
“Tambahan Ekuitas Disetor”, tetapi akun “Ekuitas Saham” seperti di atas akan
dijurnal.

6
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kas 450.000.000
Ekuitas Saham 450.000.000

3. Dampak pula terjadi bahan penjualan saham tersebut berupa tanah yang
senilai harga jual saham Rp450.000.000,00.
Ayat jurnal yang disusun.

Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Tanah 450.000.000
Ekuitas Saham 400.000.000
Tambahan Ekuitas Saham 50.000.000

4. Apabila harga pasar tanah ditetapkan sebesar Rp425.000.000,00 dan harga


pasar wajar saham tidak ditetapkan, atau dijurnal.

Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Tanah 425.000.000
Ekuitas Saham 400.000.000
Tambahan Ekuitas Disetor 25.000.000

5. Apabila seseorang menyatakan akan membeli saham.


Apabila penyetoran uangnya akan dilakukan kemudian, berarti ekuitas telah
ditempatkan (subkribed).

Pola umumnya kondisi demikian belum dicatat kecuali bentuk perusahaan


yang go public. Sebagai contoh PT Arwana setuju untuk mengeluarkan 10.000
lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp100.000,00 per lembar. Pada tanggal
1 November 2016 dijual 5.000 lembar dengan biaya Rp125.000,00 per saham
dengan pembayaran awal 50%, sedangkan kekurangannya akan dibayar dalam
tenggang waktu 90 hari tepat jurnal yang disusun.

a. Saat penempatan.

7
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Piutang atas perusahaan saham 625.000.000
Saham yang dipesan 500.000.000
Tambahan Ekuitas Disetor 125.000.000

b. Saat penerimaan bagian pertama

Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kas dalam Bank 312.500.000
Piutang atas Pemesanan Saham 312.500.000

c. Saat menerima kekurangannya bagian kedua dan pengeluarannya 2.500 lembar


yang seharusnya sebagai saham yang dipesan.

1)

Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kas dalam Bank 156.000.000
Piutang atas Pemesanan Saham 165.000.000

2)

Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Saham yang dipesan 250.000.000
Saham Biasa 250.000.000

Berdasarkan data di atas, maka ekuitas yang dilaporkan, tampak sebagi berikut.

Ekuitas pemegang saham


Saham biasa nominal
@ Rp100.000 yang disetujui,
25.000 lembar telah beredar Rp 250.000.000
Saham yang di pesan Rp 250.000.000
Tambahan ekuitas yang disetor Rp 125.000.000

8
Piutang atas penambahaan saham Rp (156.250.000 +
Total ekuitas Rp 468.750.000

B. SALDO LABA

Pos saldo laba biasanya disajikan terpisah dari pos modal saham. Biasanya
saldo laba disediakan untuk dibagikan sebagai diveden. Namun apabila dianggap
perlu maka saldo laba dapat dicadangkan untuk keperluhan lain, seperti untuk
ekspansi perusahaan sehingga tidak seluruh saldo laba didisrtibusikan. Saldo laba
adalah laba yang dikumpulkan setelah dipotong pph sehingga menurut akuntansi
komersial laba ini tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang
seharusnya diperhitungkan pada perhitungan laba rugi tahun berjalan. Pembayaran
yang bersumber dari saldo laba tidak diperkenankan sebagai biaya untuk tahun
buku berikunya. Contoh: pembayaran bonus, gratifikasi, jasa produksi, dan
tantiem kepada pegawai serta pengurus yang diambil dari saldo laba tidak boleh
diperhitungan sebagai biaya. Perlakuan ini sama dengan ketentuan fiscal yang
menyatakan bahwa pembayaran tersebut merupakan biaya.

Menurut Oktovia (2014) menemukan bahwa saldo bepengaruh positif


terhadap peringkat obligasi dengan demikian nilai perusahaan meningkat. Saldo
laba merupakan dana cadangan bagi perusahaan untuk kegiatan operasional,
invetasi maupun pengembangan perusahaan. Saldo laba memengaruhi investor
karena merupakan sinyal bahwa perusahaan memiliki dana cadangan yang cukup
untuk perusahaan sehinnga meningkatkan nilai perusahaan.

PSAK No. 21 menyatakan saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha


periodic setelah memperhitungkan pembagian deviden dan koreksi laba periode
lalu. Saldo laba ditemukan dari hasil laba – rugi perusahaan. Selain itu, saldo laba
juga bersumber dari hasil operasi perusahaan, earning & profit (penghasilan &
laba).

9
Contoh:

PT. Darma dalam tahun 2000 memperoleh penghasilan kena pajak Rp.
100.000.000. Penghasilan itu diperoleh setelah eliminasi penghasilan antar badan
Rp. 34.000.000 dan pengeluaran untuk karyawan yang berupa fasilitas dan
kenikmatan.

Untuk keperluan perpajakan, penghasilan dan laba tahun 2000 PT Darma


yang dapat ditransfer ke saldo laba dihitung sbb:

Penghasilan kena pajak Rp. 100.000.000


Pajak penghasilan 21.250.000 -
78.750.000
Penghasilan bukan objek pajak 34.000.000 +
112.750.000
Pengeluaran bukan pengurangan PKP 20.000.000 -
Penghasilan dan laba Rp. 92.750.000

Konsep earning & profit ini merupakan pendekatan ekstra komptabel


untuk menghitung besar saldo laba yang tersedia untuk pembagian deviden.

C. RIGHTS, WARRANT, DAN OPSI ATAS SAHAM

1. Rights

Perusahaan yang berkeinginan melakukan emisi saham dapat memberikan


kesempatan pertama untuk membeli saham kepada pemegang saham lama (dalam
bentuk pre-emptive stock right), pemegang sekuritas yang lain dan opsi kepada
pejabat atau karyawan perusahaan. Penerbitan right dicatat dalam memorial. Bagi
investor, pengumuman right secara komersial diikuti dengan relokasi biaya
(harga) perolehan saham. Harga perolehan relokasi dipakai sebagai unsur
penambah harga saham baru.

10
Contoh:

PT. Iwan memiliki 100 lembar saham PT. Andi (dari total 1000 lembar).
Nilai nominal saham Rp. 10.000 dan dibeli dengan harga Rp. 18.000 per lembar.
PT. Andi mengumumkan tiap 4 lembar saham lama dapat membeli 1 lembar
saham emisi baru dengan harga Rp. 11.000. Saham lama dijual di pasar dengan
harga sebesar Rp. 14.500 (tanpa right), sedangkan right dapat dijual dengan harga
Rp. 500. Alokasi harga perolehan yang dilakukan PT. Iwan sebagai berikut:

a. Right = 500/(14.500 + 500) x Rp. 18.000 = Rp. 600 per lembar


b. Saham = Rp. 18.000 – Rp.600 = Rp.17.400

Atas alokasi harga perolehan dicatat:

Hak atas saham PT Andi (600 x 100) Rp. 60.000


Investasi saham PT Andi Rp. 60.000

Bila hak atas saham itu dimanfaatkan, dicatat:

Investasi sahaam PT Andi Rp. 335.000


Kas Rp. 275.000

Hak atas saham PT Andi Rp. 60.000

Nilai saham baru sebanyak 25 lembar yang dibeli sebesar 25 x Rp. 11.000,
ditambah dengan harga right Rp. 60.000 dan jumlah totalnya Rp. 335.000. Kalau
right dijual semua dengan harga Rp. 875 per lembar, dibuat catatan sbb:

Kas (100 x 675) Rp. 87.500


Hak beli saham PT Andi Rp. 60.000

11
Laba penjualan hak beli saham PT Andi Rp. 27.500

2. Warrant

Penerbitan saham perferen atau obligasi sering diikuti dengan hak untuk
membeli saham biasa perusahaan. Warrant membutuhkan alokasi harga perolehan
dengan pencatatan yang oleh penerbit.

Contoh:

PT. Surya menerbitkan 100 lembar saham preferen dengan nominal Rp.
10.000 dengan harga Rp. 12.000. Pemegang saham preferen itu dapat memesan
saham biasa dengan nominal Rp. 5.000 dengan harga Rp. 6.500. Segera setelah
penerbitan saham preferen warrant terjual dengan harga Rp. 1.000, sedangkan
saham preferen tanpa warrant dijual dengan harga Rp. 11.500.

Harga perolehan warrant 1.00 / (11.500 1.000) x 12.000 = Rp. 960.000


atau sebesar Rp. 960 per lembar.

Pada saat penjualan 100 lembar saham preferen oleh PT Surya


dibuat catatan sbb:

Kas Rp. 12.000.000

Saham preferen Rp. 10.000.000


Agio saham preferen Rp. 1.040.000
Warrant saham biasa Rp. 960.000

Bila warrant dipakai semua, dicatat:

Kas Rp. 6.500.000

12
Warrant atas saham biasa Rp. 960.000

Saham biasa Rp. 5.000.000


Agio saham preferen Rp. 2.460.000

Bila warrant dibiarkan kadaluarsa, dicatat:

Warrant ats saham biasa Rp. 960.000

Tambahan setoran modal kadaluarsa-


Rp. 960.000
warrant

Secara komersial, kadaluarsa warrant diaanggap sebagai transaksi modal.


Tidak ada keuntungan yang dilaporkan.

3. Opsi atas Saham

Opsi saham merupakan pemberian hak berpartisipasi karyawan dalam


pemilikan perusahaan. Nilai yang dicatat dalam realisasi program sebesar nilai
pertukaran yang terjadi.

D. PENYESUAIAN MODAL

Penyesuaian modal dalam modal sendiri dan ekuitas adalah proses yang
dapat terjadi dalam akuntansi perusahaan. Ini terkait dengan bagaimana
perusahaan mengelola modalnya, terutama modal sendiri dan ekuitas pemegang
saham. Beberapa penyesuaian modal yang umum mencakup:

1. Investasi modal tambahan: Ketika pemilik atau pemegang saham lainnya


memasukkan modal tambahan ke dalam perusahaan, itu akan
meningkatkan modal sendiri atau ekuitas.
2. Penarikan modal: Jika pemilik mengambil uang dari perusahaan untuk
tujuan pribadi, itu dapat mengurangi modal sendiri atau ekuitas.

13
3. Laba dan kerugian: Laba yang dihasilkan oleh perusahaan dapat
meningkatkan modal sendiri atau ekuitas, sementara kerugian dapat
menguranginya.
4. Dividen: Pembayaran dividen kepada pemegang saham akan mengurangi
ekuitas, karena ini adalah distribusi laba kepada pemegang saham.

Semua penyesuaian ini mencerminkan perubahan dalam modal perusahaan


dan harus dicatat dengan benar dalam laporan keuangan. Penyesuaian modal
adalah bagian penting dalam memantau kesehatan keuangan perusahaan dan
memberikan pemahaman tentang bagaimana modal berkembang atau menurun
seiring berjalannya waktu.

Adapun penyesuaian modal karena kuasi reorganisasi. Kuasi reorganisasi


(atau restrukturisasi capital) merupakan prosedur penataan kembali modal yang
dilakukan untuk menutup kerugian struktual (kerugian terus – menerus) atau
deficit dalam jumlah yang material yang membuat tampilan struktur perusahaan
menjadi lebih baik.

Contoh:

Neraca PT. Darma per 31 Desember 2000, sebagai berikut.

Aktiva lancar 300.000 Hutang 400.000


Peralatan 2.000.000 Modal saham 1.500.000
Akumulasi depresiasi (600.000) Tambahan modal distr 300.000
Saldo laba (500.000)
1.700.000 1.700.000

Untuk menutup jumlah negative saldo laba, dilakukan kuasi reorganisasi sbb:

1. Peralatan dinilai kembali sebesar harga pasar menjadi Rp. 920.000


(semula 1.400.000)

14
2. Dalam aktiva lancar terdapat persediaan yang overstated Rp. 80.000 dan
Rp. 40.000 merupakan piutang tak tertagih
3. Nilai nominal saham diturunkan menjadi Rp. 40 per saham (semula Rp.
100)

Pencatatan yang dilakukan sbb:

1. Saldo laba Rp. 480.000


Akumulasi depresiasi Rp. 480.000

2. Saldo laba Rp. 120.000


Aktiva lancar Rp. 120.000

3. Modal saham (nom Rp.100) Rp. 1.500.000


Modal saham (nom Rp.40) Rp. 1.500.000
Tambahan modal disetor Rp. 900.000

4. Tambahan modal disetor Rp. 1.100.000


Saldo laba Rp. 1.100.000

Setelah kuasi reorganisasi:

Aktiva lancar 180.000 Hutang 400.000


Peralatan 2.000.000 Modal saham 600.000
Akumulasi depresiasi (1.080.000) Tambahan modal disetor 100.000
Saldo laba -
1.100.000 1.100.000

Kuasi reorganisasi PT. Darma dapat menimbulkan beberapa implikasi sbb:

1. Pengurangan nilai persediaan dan penghapusan piutang memerlukan suatu


penelitian yang seksama sebab ketentuan pajak menganut asas material
(bagaimana faktanya). Secara jelas pengurangan nilai persediaan tidak

15
diperkenankan, sedangkan penghapusan piutang harus didukung oleh
beberapa fakta.
2. Devaluasi peralatan (aktiva tetap) tak mudah diizinkan karena pajak
menganut harga historis.
3. Penghapusan rugi (deficit Rp. 500.000) dapat menghilangkan hak
kompensasi kerugian sebagaimana diatur dalam pasal 6 ayat (3) UU PPh
1984.

E. SELISIH PENILAIAN KEMBALI

Standar akuntansi keuangan menganjurkan perusahaan untuk tidak


melakukan penilaiaan kembali aktiva tetap tanpa adanya peraturan pemerintah
(PSAK Nomor 21 Paragraf 49). Hal itu dapat diungkapkan karena akuntansi
komersial menganut harga historis dan harga pertukaran. Namun, dalam praktik
komersial penyimpangan dasar harga historis dapat diterima apabila:

1. Terdapat perubahan harga yang cukup materil dan secara relatif bersifat
permanen.
2. Memperoleh fasilitas perpajakan.
3. Untuk penjualan saham di pasar modal
4. Untuk tujuan penggabungan badan usaha.

Fasilitas pajak yang diberikan pembebasan pajak yaitu: selisih nilai lebih
revaluasi dan kapitalisasi dan distribusi saham dari nilai lebih. Keuangan
berdasarkan harga pasar wajar, hanya boleh dilakukan terhadap aktiva yang
dimiliki lebih dari 5 tahun. Revaluasi tersebut dilakukan terhadap seluruh aktiva
tetap dan boleh dilakukan lagi setelah 5 tahun untuk aktiva yang belum
direvaluasi pada masa revaluasi sebelumnya. Nilai sisa lebih dari penilaian
kembali aktiva itu dikenakan pajak penghasilan final 10 % setelah terlebih dahulu
dikompesasikan kerugian. Kalau atas selisih penilaian kembali setelah pajak itu

16
dikapitalisasi dan dibagikan dalam bentuk saham bonus, pembagian dividen tidak
dikenakan pajak penghasilan.

Apabila selisih penilaian kembali secara fiskal lebih besar dari selisish
penilaian kembali komersial, maka pemberian saham bonus atau pencatatan
tambahan nilai nominal saham tanpa penyetoran yang bukan objek pajak hanya
sebesar selisih penilaian kembali secara komersial. Selisih lebih penilaian kembali
(selisih nilai buku dengan nilai penilaian kembali) merupakan objek pajak yang
kena tarif umum dan tidak final. Kompensasi kerugian berdasarkan ketentuan
umum, kapitalisasi atau selisih lebih penilaian kembali dikenakan pajak sesuai
ketentuan umum (orang pribadi kena pajak final 10 % dan badan pemiliki saham
kurang dari 25 % kena tarif umum).

Contoh:

PT. Dian, selain aktiva kelompok 1 (masa manfaat 4 tahun) dan kelompok
2 (masa manfaat 8 tahun), mempunyai harta berupa tanah dan bangunan Rp.
300.000. Nilai buku dari harta kelompok 2 Rp. 150.000.000. Perusahaan berniat
melakukan revaluasi dengan jasa appraisal “Iwan & rekan”. Nilai appraisal tanah
dan bangunan Rp. 500.000.000, nilai harta kelompok 2 Rp. 200.000.000.
Perusahaan masih mempunyai kerugian yang dapat dikompensasikan Rp
125.000.000. Dengan penilaian kembali itu akan diperoleh nilai lebih Rp.
250.000.000. Karena kerugian yang masih dapat dikompensasikan
Rp.125.000.000, pajak penghasilan yang dapat dibayar final 10% sebesar Rp.
12.500.000. Nilai lebih itu kemudian dikapitalisasi dalam bentuk saham dan
dibagikan kepada para persero. Pencatatan yang dilakukan:

1. Untuk mencatat revaluasi

17
Tanah dan bangunan Rp. 200.000.000

Harta kelompok 2 50.000.000

Pajak penghasilan terhutang Rp. 12.500.000

Selisih penilaian kembali aktiva 237.500.000

2. Untuk mencatat pembayaran pajak penghasilan

Pajak penghasilan terhutang Rp. 12.500.000

Kas Rp. 12.500.000

3. Untuk mencatat pembayaran pajak penghasilan

Selisih penilaian kembali aktiva Rp. 237.500.000

Modal saham Rp. 237.500.000

Untuk pembagian saham bonus tidak dilakukan pencatatan pembukuan,


cukup dalam buku memorial.

- Bila terlebih dahulu ditentukan, saldo rugi akan ditutup ke selisih penilaian
kembali aktiva yang berarti jumlah yang dikapitalisasi Rp. 112.500.000.
- Biaya yang dikeluarkan untuk kantor appraisal sehubungan dengan jasa yang
lain, misalnya Rp. 12.500.000 karena sesuai dengan ketentuan perpajakan

18
biaya itu tidak boleh dikurangkan dari penghasilan kena pajak yang lain,
jumlah yang dikapitalisasi menjadi Rp. 100.000.000.
- Penyusutan atas nilai buku baru harta kelompok 2 Rp. 200.000.000 dilakukan
selama masa 8 tahun, apakah memakai metode garis lurus atau saldo menurun
bergantung pada metode yang dipakai perusahaan sebelum revaluasi.
- Nilai buku bangunan Rp. 500.000.000 disusutkan selama 20 tahun dengan
menggunakkan metode garis lurus.

19
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya modal sendiri dan ekuitas dalam
akuntansi perpajakan sangatlah penting. Pengelolaan yang baik dari kedua konsep
ini dapat membantu perusahaan mengoptimalkan struktur keuangan mereka,
mengurangi beban pajak, dan memaksimalkan nilai perusahaan secara
keseluruhan. Dengan pengetahuan yang mendalam tentang modal sendiri dan
ekuitas, perusahaan dapat membuat keputusan keuangan yang lebih baik dan
mempertahankan kepatuhan perpajakan yang baik pula.

20
DAFTAR PUSTAKA

Waluyo. 2016. Akuntansi Pajak Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Gunadi. 2009. Akuntansi Pajak (Sesuai dengan Undang – Undang Pajak Baru)
Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia.

21

Anda mungkin juga menyukai