2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Penyertaan Saham, Akuntansi
Penyisihan Penghapusan Akiva Produktif dan Aktiva Sewa Guna Usaha.” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Akuntansi Perbankan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Novita Mardiani, SE., MM selaku dosen
bidang studi Akuntansi Perbankan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami sesuai dengan bidang studi.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
BAB III.....................................................................................................................................................20
PENUTUP................................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................20
3.2 Saran................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyisihan penghapusan aktiva produktif dilakukan karena adanya depresiasi atau penurunan
nilai aset seiring berjalannya waktu atau karena adanya kerusakan, keausan, atau perubahan
teknologi. Penyisihan ini mencerminkan pengakuan atas depresiasi atau penurunan nilai aset
dalam laporan keuangan perusahaan. Penyisihan penghapusan aktiva produktif penting dalam
akuntansi karena mempengaruhi nilai aset dan laporan keuangan perusahaan. Penyisihan ini
memastikan bahwa nilai aset mencerminkan nilai aktual dan membantu dalam menghitung
pendapatan dan keuntungan yang sebenarnya.
Aktiva sewa guna usaha mencakup berbagai aset seperti kendaraan, peralatan, mesin, atau
bangunan. Dalam laporan keuangan, aktiva sewa guna usaha biasanya dicatat dalam neraca
perusahaan dan diperlakukan berbeda dengan aset tetap produktif yang dimiliki langsung.
Penggunaan aktiva sewa guna usaha memiliki pengaruh penting dalam keuangan perusahaan.
Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengakses dan menggunakan aset yang diperlukan
tanpa harus membelinya secara langsung, yang dapat mengurangi kebutuhan akan investasi
modal awal. Namun, perusahaan harus membayar biaya sewa guna usaha yang dapat
mempengaruhi arus kas dan laba perusahaan.
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengaruh Peryataan Sewa ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. PENCATATAN PENYERTAAN DENGAN METODE HARGA PEROLEHAN
(COST METHOD)
Metode ini digunakan untuk mencatat penyertaan bank pada perusahaan anak bila jumlah
penyertaannya relatif kecil. Pada metode ini penyertaan dicatat sebesar harga perolehan.
Setiap penerimaan deviden tunai akan dicatat sebagai penadapatan lain-lain, akan tetapi
dalam hal pendapatan deviden berbentuk saham (Stock Devident) maka tidak diakui
sebagai pendapatan dan tidak boleh dicatat menambah harga perolehan penyertaan.
Rekening penyertaan malahan akan dikredit bila:
a. Penerimaan deviden merupakan pembagian keuntungan yang berasal dari laba yang
ditahan dalam periode sebelum penyertaan dilakukan
b. Penurunan nilai penyertaan yang disebabkan oleh perusahaan anak mengalami kerugian
yang sangat materal
Contoh :
Tanggal 2 januari 2011 Bank Musi Plg membeli saham PT.ABC Sebanyak 450.000
lembar @Rp.10.000 harga kurs 103% tunai. Kepemilikan ini menjadikan Bank Musi
memiliki 15% dari jumlah saham PT.ABC yang beredar. Biaya pembelian saham
berjumlah Rp. 5.000.000
Info lainnya, tanggal 31 desember 2011 PT.ABC mendapat laba sebesar Rp. 8,6 milyar.
Tanggal 31 januari 2012 PT.ABC mengumumkan akan membagikan dividen 70% tunai.
Tanggal 1 februari 2012 PT.ABC membagikan deviden tunai kepada pemegang
saham.
Kas 4.600.000
31/12/12 -
3
31/1/12 Piutang Dividen 903.000
Missal dari contoh 1, PT.ABC membagi 1 lembar saham deviden untuk tiap
kepemilikan 5 lembar saham biasa, dengan demikian maka:
Dalam hal ini Bank Musi hanya mencatat banyaknya lembar saham yang
bertambah atas PT.ABC, tetapi tidak menjurnal atas dividen saham yang diterima.
4
Pencatatan dengan metode ini lebih mencerminkan hubungan ekonomis
dibandingkan metode harga perolehan. Sebagai investasi saham terbesar pada perusahaan
anak, jelas perusahaan induk (parent company) akan dapat mempengaruhi kebijakan
perusahaan anak.
Dalam metode ini penyertaan dicatat sebesar harga perolehan dan selanjutnya di
debet atau di kredit secara proporsional dengan bagian laba atau rugi perusahaan anak.
Deviden tunai yang diterima dicatat sebagai pengurang rekening penyertaan yang
bersangkutan. Pencatatan dengan metode ini lebih mencerminkan hubungan ekonomis
dibandingkan metode harga perolehan.
Contoh :
Misalkan pada contoh 1, kepemilikan saham Bank Musi sebanyak 450.000 lembar
merupakan kepemilikan saham 40% saham PT.ABC. Buat pencatatan dengan
metode ekuitas.
5
31 jan 12, kas dari dividen = 8,6 M x 70% x 40% = 2,408 M
Bila PT.ABC mengalami kerugian ,maka Bank Musi ikut menanggung juga, misal
rugi Rp.100 juta. Maka bank akan mencatat :
Contoh:
Tanggal 1 mei PT.ABC tidak dapat melunasi kreditnya pada Bank Musi dan
menjadi kredit bermasalah, berdasarkan kesepakatan jumlah kredit bermasalah
dialihkan menjadi penyertaan dengan nilai wajar Rp.10.200./ lbr saham dengan
jumlah 500.000 lembar saham. Kredit yang bermasalah Rp.5 milyar dengan bunga
Rp. 300 juta.
6
2.2 AKUNTANSI PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF (PPAP)
Aktiva produktif (earning assets) adalah penanaman dana bank baik dalam valuta
rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar
bank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening
administratif.
Aktiva produktif berfungsi untuk memperoleh pendapatan utama bank dengan
risiko yang besar. Potensi kerugian akibat memburuknya kolektibilitas asset dapat
membawa kebangkrutan bank oleh karena itu bank wajib membentuk PPAP berupa
cadangan umum dan cadangan khusus guna menutup risiko kerugian.
Dalam membentuk PPAP, bank akan memperhitungkan setiap jenis aktiva
produktif bank yang masih outstanding dari yang berkualitas lancar sampai yang macet,
yang didasarkan pada kriteria:
1. Ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan peminjam yang
ditinjau dari keadaan usaha yang bersangkutan untuk kredit yang diberikan.
2. Tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan, untuk surat
berharga.
7
4. Penyertaan adalah penanaman dana dalam bentuk saham pada perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan yang tidak melalui pasar modal, serta dalam bentuk
penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit.
5. Transaksi rekening administratif adalah komitmen & kontijensi yang terdiri dari
warkat penerbitan jaminan, akseptasi, irrevocable Letter of Credit yang masih
berjalan, akses atas wesel impor atas dasar L/C berjangka, penjualan surat
berharga dengan syarat repurchase agreement, serta transaksi derivatif yg
mempunyai risiko kredit.
8
2. Besarnya kemungkinan dropping yang di salurkan kepada nasabah itu
kembali.
9
C. PENENTUAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF YANG
DIKLASIFIKASIKAN
Untuk menutup resiko kerugian penanaman dana, bank wajib membentuk
PPAP yang terdiri dari cadangan umum dan cadangan khusus.
1. Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) bank umum konvensional
Bank umum konvensional wajib membentuk PPAP terhadap aktiva produktif
dan aktiva non produktif. PPAP untuk aktiva produktif berupa cadangan
umum dan khusus. Besarnya cadangan umum ditetapkan paling kurang 1%
dari aktiva produktif yang memiliki kualitas lancar tidak termasuk SBI, SUN
dan AP, yang dijamin anggunan tunai. Besarnya cadangan khusus untuk bank
umum ditetapkan minimal:
a. 5% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus setelah
dikurangkan anggunan, dan
b. 15% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar setelah
dikurangi dengan nilai anggunan, dan
c. 50% dari nilai aktiva produktif yang digolongkan diragukan setelah
dikurangi dengan anggunan, dan
d. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi
dengan nilai anggunan.
a. Surat berharga dan saham yang aktif diperdangkan atau memiliki peringkat
investasi dan diikat secara gadai.
b. Tanah, rumah tinggal dan gedung yang diikat dengan hak tanggungan.
c. Pesawat udara atau kapal laut dengan ukuran diatas 20 meter kubik yang
diikat dengan hipotek.
d. Kendaraan bermotor dan persediaan yang diikat secara fidusia.
2. Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) Bank Syariah
Cadangan umum pada bank umum syariah minimal sebesar 18% dari
seluruh aktiva produktif yang digolongkan lancar, tidak termasuk sertifikat
10
wadiah bank syariah (SWBI) dan suarat utang pemerintah(SUP). Besarnya
cadangan khusus yang dibentuk ditetapkan sama dengan sebagaimana yang
dipersyaratkan bagi bank umum. Sementara itu, untuk cadangan khusus
piutang ijarah yang digolongkan dalam perhatian khusus, kurang lancar,
diragukan dan macet ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 50% dari
masing-masing kewajiban pembentukan PPAP. Agunan yang dapat
diperhitungkan sebagai faktor pengurangan dalam pembentukan PPAP terdiri
dari:
a. Giro dan atau tabungan wadiah, tabungan dan atau deposito mudharabah
dan setoran jaminan dalam rupiah dan valas yang diblokir dengan disertai
surat kuasa perceraian.
b. Sertifikat wadiah bank indonesia(SWBI) dan atau surat utang
pemerintah(SUP).
c. Surat berharga syariah yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan dan
aktif diperdagangkan di pasar modal.
d. Tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara dan kapal laut dengan
ukuran diatas 20m3.
3. Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAD) BPR konvensional
Besarnya cadangan umum pada BPR konvensional minimal adalah 0,5%
dari aktiva produktif yang digolongkan lancar. Besarnya cadangan khusus
BPR ditetapkan minimal:
a. 10% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar setelah
dikurangi dengan nilai angunan.
b. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan setelah
dikurangi dengan nilai angunan.
c. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi
dengan nilai angunan.
Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam
perhitungan PPAP setingi-tingginya.
a. 100% dari nilai agunan yang bersifat likuid yaitu uang kas, emas, mata
uang emas, deposito, dan tabungan pada BPR yang bersangkutan.
11
b. 75% dari nilai agunan lainnya atau sebesar nilai yang ditetapkan oleh
perusahaan penilai.
Anggunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurangan dalam
perhitungan PPAP terdiri dari:
a. Giro, deposito, tabungan, dan setoran jaminan dalam mata uang rupiah
dan valuta asing yang diblokir disertai dengan surat kuasa pencairan.
b. Sertifikat bank Indonesia dan surat utang pemerintah.
c. Surat berharga yang aktif di pasar modal.
d. Tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, dan kapal laut dengan
ukuran 20m3.
4. Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) BPR syariah
Besarnya cadangan umum pada BPRS sekurang-kurangnya sebesar 0,5%
dari seluruh aktiva produktif yang digolongkan lancar, tidak termasuk
sertifikat wadiah bank Indonesia. Ketentuan mengenai besarnya cadangan
khusus pada BPRS ditentukan sama dengan ketentuan besarnya cadangan
BPRS konvensional. Kewajiban untuk membentuk PPAP tidak berlaku bagi
aktiva produktif berupa ijarah, agunan yang didapat diperhitungkan sebagai
pengurangan dalam pembentukan PPAP terdiri dari:
a. Tabungan wadiah, tabungan dan atau deposito mudharobah, emas,
uang kertas asing, mata uang emas dan setoran jaminan yang diblokir
disertai dengan surat kuasa pencairan.
b. Sertifiakat wadiah bank Indonesia yang telah dilakukan pengikatan
secara global.
c. Tanah, gedung, rumah tinggal dan kendaraan bermotor yang telah
dilakukan pengikatan.
5. Sanksi
Bank yang tidak nentati ketentuan dalam pasal 2, pasal 5 dan pasal 6 ayat
(1) terkena sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 52
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 berupa: Teguran
tertulis, penurunan tingkat kesehatan, penggantian pengurus.
12
2.3 AKTIVA SEWA GUNA USAHA
Sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor (perusahaan
leasing) dengan (nasabah) dimana pihak lesor menyediakan barang dengan lassee hak
penggunaan oleh dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka leasee waktu tertentu.
Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan
No.1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha,
sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa
hak opsi (Operating Lease), untuk digunakan oleh selama operating lease leasee jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Sementara itu, yang dimaksud dengan adalah kegiatan sewa gun finance lease a
usaha dimana pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli leasee objek
sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya, operating lease tidak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha. Dalam setiap transaksi
leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama, yaitu:
1. Lessor, adalah perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal ini pihak yang memiliki
hak kepemilikan atas barang
2. Leasee, adalah perusahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi
pada akhir perjanjian
3. Supplier, adalah pihak penjual barang yang disewa guna usahakan.
A. JENIS LEASING
1. CapitalLease
Capital lease adalah mekanisme leasing yang paling sering digunakan, yakni
dengan cara perusahaan memberikan berbagai macam kebutuhan benda modal
nasabah. Nantinya, mereka akan membayar pesanan tersebut di supplier dan
mendapat pengembalian melalui cicilan lessee. Dengan kata lain nasabah
(lessee) tidak berhubungan langsung dengan supplier.
2. OperatingLease
Jenis lainnya leasing adalah operating lease, yakni pembiayaan dimana lessor
membeli barang untuk disewakan pada lessee dalam kurun waktu tertentu
13
sesuai kesepakatan. Kemudian lessee hanya perlu membayar biaya rental,
sedangkan biaya lain telah ditanggung lessor.
3. SalesTypeLease
Sales type lease adalah penjualan barang produksi sendiri dengan mekanisme
leasing. Jadi, perusahaan tersebut akan mendapat penghasilan dari harga jual
dan bunga yang disetorkan oleh lessee.
4. CrossBorderLease
Cross-border lease adalah praktik leasing antara lessee dan lessor yang berada
di negara berbeda. Biasanya ini dilakukan untuk permodalan berupa pesawat
atau alat-alat militer.
5. LeverageLease
Salah satu tipe lain dari leasing adalah leverage lease, yakni permodalan
dengan melibatkan pihak ketiga. Jadi, lessor tidak membayar barang modal
sepenuhan, melainkan akan patungan bersama pihak ketiga. Jadi, dalam
pembayarannya nanti, lessee berurusan dengan lebih dari satu pihak.
14
Pada akhir perjanjian (easing pihak lessee yang melakukan capital lease
dapat mengembalikan barang tersebut kepada pihak lessor atau membelinya
dengan harga yang relatif rendah sebagaimana telah diperjanjikan atau lessee
dapat melakukan perpanjangan leasing dengan syarat yang disetujui bersama.
Sedangkan dalam operating lease pihak lessee tidak dapat memiliki hak opsi
sehingga pada akhir perjanjian atau perjanjian diakhiri, maka barang yang
bersangkutan harus dikembalikan kepada lessor.
Pembukuan capital lease dicatat oleh lessee sebagai aktiva sewa guna
usaha dan mencatat utang sewa guna usaha kepada lessor. Sedangkan untuk
operating lease, pihak lessee hanya mencatat pada sat terjadi pengeluaran biaya
sewa saja yaitu debit biaya sewa dan kredit rekening kas.
15
b. Tarif bunga kredit oleh Bank Mitra Niaga yang disebut Lessee's Incremental
Borrowing Rate sebesar 15% setahun.
c. Pihak Lessor memperhitungkan sewa dengan dasar rate of return on
investment sebesar 14%. Penentuan tarif ini disepakati oleh Bank Mitra Niaga
(Lessee).
d. Pihak Bank Mitra Niaga dalam melakukan penyusutan aktiva tetap
menggunakan metode garis lurus.
e. Dalam perjanjian dikatakan bahwa bank bole melakukan pembelian aktiva
sewa guna usaha yang bersangkutan pada akhir masa sewa.
Berdasarkan soal di atas, maka dapat dihitung angsuran yang harus dibayar oleh
Bank Mitra Niaga pada akhir setiap tahun sebagai berikut:
374.031.500
Nilai sekarang atas nilai residu dihitung dengan tingkat yang berlaku dan
ditentukan ole lessor pada sat perjanjian yaitu 14% dengan masa sewa guna usaha
5 tahun. Dengan demikian dapat ditentukan sewa tahunan dengan cara membagi
nilai bersih sewa guna usaha dengan harga tunai anuitas akhir periode untuk Rp1
(lihat tabel bunga) sebagai berikut: Rp374.031.500 : 3,433 = R 108.951.790 setiap
tahun agar dapat menutup harga barang modal dan pihak lessor memperoleh rate
of return on investment sebesar 14%.
16
Transaksi tersebut dicatat sebagai berikut:
Tanggal 1 Januari 2012 pada saat perjanjian sewa guna saha, bila nilai residu
dijamin oleh Bank Mitra Niaga (Lessee), jurnalnya sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Keterangan:
Perhitungan Bunga tahun 2012 adalah:
17
(Rp374.031.500 - Ro108.951.790) × 14% = Rp 37.111.160
Perhitunean deoresiasi tahun 2012 adalah:
(400.000.000 - 50.000.000) / 5 = Rp 70.000.000
Tanggal 1 Januari 2013 pada waktu pembayaran angsuran pokok dan bunga yang
pertama, pencatatannya adalah:
18
Dr. Utang Sewa Guna Usaha 50.000.000
Bila harga aktiva sewa guna saha pada akhir periode melebihi nilai residu
maka dicatat sebagai laba sewa guna usaha. Pada kasus lain bahwa nilai residu
tidak dijamin oleh pihak lessee atas kesepakatan bersama, maka besarnya nilai
sewa guna usaha adalah sebesar harga perolehan dikurangi nilai residu dengan
jurnal sebagai berikut.:
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyertaaan saham melibatkan pengakuan, penilaian, dan pengelolaan investasi saham
oleh bank. Pengakuan pendapatan, risiko, dan pengungkapan yang tepat adalah aspek
penting yang harus diperhatikan oleh bank dalam mengelola penyertaan saham mereka.
Penyisihan penghapusan aktiva produktif adalah proses penting dalam akuntansi yang
memastikan pengakuan kerugian yang mungkin terjadi pada aktiva produktif. Hal ini
membantu bank dalam mengantisipasi risiko dan memastikan laporan keuangan
mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya.
Dalam rangka mengelola aktiva sewa guna usaha dengan baik, perbankan perlu
memahami prinsip akuntansi yang relevan, melakukan pengukuran dan pengakuan yang
tepat, serta memberikan pengungkapan yang transparan dalam laporan keuangan. Hal ini
akan memastikan bahwa informasi yang diberikan mencerminkan kondisi keuangan yang
sebenarnya dan membantu pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan yang
lebih baik.
3.2 Saran
Bank dapat menggunakan penyertaan saham sebagai strategi diversifikasi portofolio
mereka. Dengan berinvestasi dalam berbagai perusahaan di sektor yang berbeda, bank
dapat mengurangi risiko kredit yang terkait dengan sektor tertentu dan mendapatkan
keuntungan dari pertumbuhan potensial dalam industri lain.
Bank perlu memiliki kebijakan yang konsisten terkait dengan penyisihan penghapusan
aktiva produktif. Kebijakan ini harus mencakup prosedur yang jelas untuk menentukan
jumlah penyisihan yang akan dilakukan, kriteria pengakuan kerugian, dan metode
perhitungan yang digunakan.
20
Bank perlu secara berkala meninjau kembali kebijakan akuntansi terkait dengan aktiva
sewa guna usaha. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan
masih konsisten dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan mencerminkan transaksi
dengan benar.
21
DAFTAR PUSTAKA
Taswan. (2013). Akuntansi Perbankan Transaksi dalam Valuta Rupiah Edisi III Cetakan
Ketiga. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
22