Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PERENCANAAN PAJAK
PENYUSUTAN
Makalah Ini Disusun Sebagai Hasil Tugas Kelompok

Oleh : Kelompok 4

Monika Diah Wijiastuti 02271811079


Salshadilla Novianti 02271711050
Dewi Risky Praditya 02271711064
Susila Teapon 02271711112
Intan Ramadhaniar Fabanyo 02271811004
Vynka Ditya Irliani 02271811019
Ahmad Fauzi Syamsul 02271811035
Siti Balqis Hardi 02271811032
Vivin Salim 02271811042
Irawanti Iksan 02271811065
Renita Damopolii 02271811123

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Penyusutan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas 
dari ibu Yustiana Djaelani, SE., M.Si  selaku dosen Perencaan Pajak. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Penyusutan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Yustiana Djaelani, SE., M.Si
selaku dosen mata kuliah Perencanaan Pajak yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Ternate, 25 Februari 2020

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 5

1.1. Latar Belakang............................................................................................................ 5

1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................... 6

1.3. Tujuan Masalah.......................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 7

2.1. PENGERTIAN PENYUSUTAN............................................................. 7

2.2. KARAKTERISTIK DARI ASET YANG DAPAT DISUSUTKAN....... 11

2.2.1. Penyusutan yang Dipercepat........................................................... 12

2.3. PENYUSUTAN BERDASARKAN PERATURAN PERPAJAKAN....... 14

2.3.1. Saat Mulainya Penyusutan Fiskal................................................... 14

2.3.2. Harta/Aset dalam Pengerjaan........................................................... 15

2.3.3. Harta/Aset dalam Usaha Sewa Guna Usaha.................................. 15

2.3.4. Persetujuan Dirjen Pajak.................................................................. 15

2.3.5. Pengelompokan Harta Berwujud..................................................... 15

2.3.6. Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal.............................................. 16

2.4. PENYUSUTAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI


KEUANGAN......................................................................................... 18

2.4.1. Biaya Perolehan................................................................................. 19

2.4.2. Kriteria Aset yang Dapat Disusutkan............................................. 19

iii
2.4.3. Masa Manfaat.................................................................................... 20

2.4.4. Metode Penyusutan........................................................................... 20

2.4.5. Penyusutan Kelompok dan Gabunagan.......................................... 25

2.4.6. Saat Dimulainya Penyusutan........................................................... 25

2.4.7. Dasar Penyusutan.............................................................................. 25

2.4.8. Pengungkapan................................................................................... 26

2.4.9. Persamaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal............... 26

2.4.10. Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal............... 27

2.5. PERENCANAAN PAJAK UNTUK PENYUSUTAN.............................. 29

BAB III PENUTUP................................................................................................. 31

3.1. Kesimpulan................................................................................................ 31

3.2. Saran........................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 33

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Suatu perusahaan tertentu pada dasarnya selalu berusaha untuk
mencapai tujuan didirikannya perusahaan tersebut. Untuk menunjang agar
tercapainya tujuan itu, setiap perusahaan mempunyai aktiva (harta/asset)
tertentu guna memperlancar kegiatan yang dilaksanakan perusahaan.
Aktiva tetap merupakan komponen yang sangat penting bagi
perusahaan untuk kegiatan operasionalnya. Aktiva tetap tersebut merupakan
salah satu komponen dalam neraca, sehingga ketelitian dalam pengolahan
aktiva tetap sangat berpengaruh terhadap kewajaran penilaiannya dalam
laporan keuangan.
Kewajaran penilaian aktiva tetap suatu perusahaan dapat disesuaikan
dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (2009).
Dalam PSAK ini dinyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administratif dan diharapkan
untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Aset tetap biasanya memiliki masa pemakaian lebih dari satu tahun,
sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam
jangka waktu yang relatif lama. Namun, manfaat yang diberikan aktiva tetap
umumnya semakin lama semakin menurun manfaatnya secara terus menerus,
dan menyebabkan terjadi penyusutan (depreciation).
Seiring dengan berlalunya waktu, aktiva tetap akan mengalami
penyusutan (kecuali tanah). Faktor yang mempengaruhi menurun kemampuan
suatu aktiva tetap untuk memberikan jasa/manfaaat yaitu : Secara fisik,
disebabkan oleh pemakaian dan keausan karena penggunaan yang berlebihan
5
dan secara fungsional, disebabkan oleh ketidakcukupan kapasitas yang
tersedia dengan yang diminta (misal kemajuan teknologi). Sehingga
penurunan kemampuan aktiva tetap tersebut dapat dialokasikan sebagai biaya.
Masalah pengalokasian biaya penyusutan merupakan masalah penting,
karena mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Apabila
menggunakan metode penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
yang berlaku atau kondisi perusahaan tersebut, maka akan mempengaruhi
pendapatan yang dilaporkan setiap periode akuntansi. Selain itu juga
mempengaruhi nilai dari aktiva tetap tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah yang dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Penyusutan?
2. Bagaimana Karakteristik dari asset yang dapat disusutkan ?
3. Bagaimana penyusutan berdasarkan peraturan perpajakan?
4. Bagaimana penyusutan berdasarkan standar akuntansi keuangan?
5. Bagaimana perencanaan pajak untuk penyusutan?

1.3. Tujuan Masalah


Adapun yang menjadi tujuan penulisan yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyusutan
2. Untuk mengetahui penyusutan berdasarkan peraturan perpajakan
3. Untuk mengetahui Penyusutan berdasarkan standar akuntansi
keuangan
4. Untuk mengetahui perencanaan pajak tentang penyusutan

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PENYUSUTAN


Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena
manfaat yang diberikan dari aset tersebut semakin berkurang. Pengurangan
nilai aset dibebankan secara bertahap. Regulasi yang mengatur tentang
penyusutan:
A. Undang-Undang
Pasal 9 ayat 2 dan pasal 11 UU No 36 Tahun 2008 tentang perubahan
keempat UU No 7 Tahun 1983 Tentang PPh Isinya yakni sebagai
berikut:
1. Pasal 9 ayat 2 : Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan
sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau
amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal
11A.
2. Pasal 11 ayat 1 : Penyusutan atas pengeluaran untuk
pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan
harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak
guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki
dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama
masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut.

7
3. Pasal 11 ayat 2 : Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain bangunan, dapat
juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama
masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif
penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat
nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan
secara taat asas.
4. Pasal 11 ayat 3 : Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya
pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses
pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya
pengerjaan harta tersebut.
5. Pasal 11 ayat 4 : Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak,
Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada
bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang
bersangkutan mulai menghasilkan.
6. Pasal 11 ayat 6 : Ketentuan menghitung penyusutan, masa
manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud.
B. Peraturan Pemerintah
Pasal 3 Peraturan Pemerintah No.42 Tahun1985 Isinya yakni:
1. Ayat 1 : Penyusutan dan amortisasi dimulai pada tahuan
pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses
pengerjaan, penyusutan, dan amortisasi dimulai pada tahun
selesainya pengerjaan harta tersebut, dan untuk harta dalam
usaha leasing penyusutan dimulai pada tahun harta yang
bersangkutan dileasingkan.
2. Ayat 2 : Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib
Pajak diperbolehkan melakukan penyusutan mulai pada tahun
harta tersebut dipergunakan dalam perusahan atau
8
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan,atau pada saat harta yang bersangkutan mulai
menghasilkan.
3. Ayat 3 : Tarif penyusutan dan penggolongan harta berwujud
dalam usaha leasing,dilakukan sesuai dengan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (9) dan ayat (14)
Undang-undang Pajak Penghasilan.
4. Ayat 4 : Apabila terjadi penarikan harta berwujud dari
pemakaian karena dihibahkan, disumbangkan, atau diwariskan
kepada pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(1) huruf c Undang-undang Pajak Penghasilan 1984, maka
untuk memperoleh dasar penyusutan:
a. jumlah sebesar harga sisa buku dari harta yang
dihibahkan, disumbangkan atau diwariskan tersebut,
dikurangkan dari jumlah awal masing-masing golongan
harta yang bersangkutan , sedangkan jumlah sebesar
sebesar harga sisa buku tersebut tidak boleh
dikurangkan sebagai biaya.
b. jumlah sebesar harga perolehan dari harta Golongan
Bangunan yang dihibahkan, disumbangkan atau
diwariskan tersebut dikurangkan dari jumlah awal
Golongan Bangunan, sedangkan jumlah sebesar harga
sisa bukunya tidak boleh dikurangkan sebagai biaya.
5. Pasal 5 : Apabila terjadi penarikan harta Golongan Bangunan
dari pemakaian, baik karena sebab biasa maupun karena sebab
luar biasa, maka untuk memperoleh dasar penyusutan, harga
perolehan dikurangkan dari jumlah awal Golongan Bangunan,
sedangkan jumlah sebesar harga sisa bukunya dibebankan
sebagai biaya pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut,
9
dan jumlah sebesar nilai atau harga jual atau penggantian
asuransinya merupakan penghasilan.
Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal
yaitu :
1. Keadilan pajak
Untuk keadilan pajak perlu diperhatikan jenis kegiatan dari
wajib pajak, apakah termasuk perusahaan manufaktur atau perusahaan
jasa. Dan juga harus memperhatikan struktur modalnya, apakah
termasuk padat modal (capital intensive) atau padat karya (labour
intensive). Dengan adanya penyusutan, maka perusahaan manufaktur
dan jenis usaha yang padat modal (capital intensive) akan lebih
diuntungkan dibandingkan perusahaan jasa ataupun jenis usaha padat
karya (labor intensive).
2. Kebijakan ekonomi
Dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan
investasi (capital growth). Jika penyusutan besar maka laba setelah
pajak juga besar, pengembalian atas investasi (return on investment-
ROI) besar, sehingga pada akhirnya menyebabkam arus kas menjadi
tinggi. Menurut ketentuan perpajakan, perhitungan penyusutan dimulai
pada tahun perolehan. Secara ekonomis dapat diatur dengan peraturan
tertentu secara selektif, untuk mendorong atau menghambat suatu
peningkatan modal. Penyusutan secara selektif dapat dibedakan
menjadi:
a. Penyusutan untuk barang baru atau barang bekas
b. Penyusutan berdasarkan jenis industry tertentu
c. Penyusutan berdasarkan jenis asset
d. Penyusutan berdasarkan lokasi (terpencil)
3. Administrasi

10
Secara administrasi penyusutan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu sederhana dan kompleks. Pemilihan jenis penyusutan, baik yang
sederhana ataupun yang komplek, tergantung pada beberapa hal,
seperti besarnya biaya administrasi, sumberdaya manusia, dan
kepatuhan dari Wajib Pajak.

2.2. KARAKTERISTIK DARI ASET YANG DAPAT DISUSUTKAN


1. Digunakan dalam kegiatan usaha
Aset yang boleh disusutkan adalah aset yang dipakai dalam
usaha atau menjalankan usaha. Asset ini dapat dibedakan menjadi asset
bisnis, asset campuran, dan asset pribadi. Untuk asset bisnis dapat
disustkan semuanya, sedangkan untuk aset campuran boleh disusutkan
sebagian sesuai dengan yang digunakan dalam kegiatan usaha.
2. Nilainya menurun secara bertahap
Nilai asset yang dapat disusutkan harus diturunkan secara
bertahap, baik karena semakin buruk fisiknya atau karena faktor
kualitas. Kalau nilainya tidak menurun secara bertahap maka tidak
dapat disusutkan tetapi langsung dibiayakan. Adapun asset yang tidak
dapat disusutkan adalah tanah, asset pendanaan, barang dagangan, dan
persediaan.
3. Aset berwujud dan tidak berwujud
Asset berwujud maupun asset tidak berwujud yang mempunyai
manfaat lebih dari satu periode dapat disusutkan. Untuk asset tidak
berwujud penyusutannya disebut dengan amortisasi.
4. Pihak yang berhak melakukan penyusutan
Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah :
a. Pihak yang menggunakan aset tersebut dalam kegiatan usaha

b. Pemilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner


5. Saat dilakukan penyusutan

11
Secara umum saat dilakukan penyusutan adalah saat
digunakan, tetapi adakalanya pada tahun perolehan.
6. Dasar melakukan penyusutan
Pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga sebagai berikut:
a. Harga perolehan (historical cost)
Termasuk didalamnya adalah harga, ongkos, dan pajak. Pajak
yang dapat dikreditkan, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
yang dapat dikreditkan dengan pajak keluaran tidak termasuk
dalam harga perolehan.
b. Harga penggantian (replacement cost)
Pada prinsipnya harga penggantian tidak diperkenankan,
karena untuk kepentingan pencatatan menggunakan harga
perolehan.
c. Revaluasi
Suatu asset yang telah direvaluasikan biasanya disusutkan
berdasarkan nilai revaluasinya.

2.2.1. Penyusutan yang Dipercepat


Penyusutan dapat dipercepat untuk meningkatkan arus kas, karena jika
penyusutannya besar, maka pajak yang dibayar lebih kecil dan pengembalian
atas investasi menjadi tinggi. Metode yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Dipercepat (accelerated)
Terdapat dua cara utama dalam penyusutan tercepat, yaitu:
a. Metode saldo menurun ganda (double declining balance
method)

Metode saldo menurun ganda sering disebut metode


penyusutan yang dipercepat (accelerated depreciation method).

12
Metode ini sering kali digunakan dengan pertimbangan bahwa
biaya pemeliharaan dan perbaikan asset tetap akan cenderung
meningkat dengan bertambahnya usia aset tetap. Oleh karena
itu, berkurangnya jumlah penyusutan pada tahun-tahun
berikutnya dalam metode ini akan diimbangi dengan
peningkatan beban pemeliharaan dan perbaikan. Metode saldo
menurun ganda menggunakan nilai buku untuk menghitung
penyusutan, penyusutan yang diterapkan pada nilai buku adalah
40% pertahun atau dua kali lipat (dobel) dari garis lurus yaitu
20% per tahun.
b. Metode jumlah angka tahunan (sum of the year digits method).
Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan
yang menurun dengan dasarpenurunan pecahan dari nilai yang
dapat disusutkan yakni harga perolehan dikurang dengannilai
sisa dan setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai
bilangan penyebut. Misalnya jika kita memiliki umur pakai
selama 4 tahun, sehingga kita menambahkan 1 + 2 + 3 + 4 =
10. kemudian penyusuta akan menjadi 4/10 tahun pertama,
3/10 tahun kedua, 2/10 tahun ketiga dan 1/10 tahun keempat.
Sehingga jika harga beli 5000 dikurangi nilai sisa 1000, hasil
yang diperoleh 4000. maka untuk tahun pertama 4/10 dari 4000
adalah 1600; tahun kedua 3/10 dari 4000 adalah 1200; tahun
ketiga 2/10 dari 4000 adalah 800; tahun ke empat 1/10 dari
4000 adalah 400. (Merlina Hamadi).

2. Memperpendek umur (shorted life)

13
Dengan umur yang menjadi pendek maka unsur pembagi yang
digunakan untuk menentukan nilai aktiva menjadi lebih kecil,
sehingga penyusutan menjadi lebih besar.
3. Bebas (Arbitrary deduction)

2.3. PENYUSUTAN BERDASARKAN PERATURAN PERPAJAKAN


Sebagaimana telah diatur dalam pasal 9 ayat (2) UU PPh bahwa
pengeluaran untuk mendapatkan manfaat, menagih, dan memelihara
penghasilanyang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh
dibebankan sekaligus, melainkan melalui penyusutan. Hal ini sesuai dengan
kelaziman dunia usaha dan selaras dengan prinsip penandingan antara
pengeluaran dan penerimaan ( matching cost againsts revenue ).
Dalam ketentuan ini pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan
mempertahankan penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun, tidak dapat diperkurangkan sebagai biaya sekaligus pada tahun
pengeluarannya. Namun demikian, dalam perhitungan dan penerapan tariff
penyusutan untuk keperluan pajak, perlu diperhatikan dasar hukum
penyusutan fiscal, karena dapat berbeda dengan penyusutan untuk akuntansi.
Mulai tahun 1995 ketentuan fiskal mengharuskan penyusutan harta
tetap dilakukan secara individual per aset, tidak lagi secara gabungan
( berdasarkan golongan ) seperti yang berlaku sebelumnya kecuali untuk alat-
alat kecil yang sama atau sejenis masih boleh menggunakan penyusutan
secara golongan.

2.3.1. Saat Mulainya Penyusutan Fiskal


Undang-undang pajak penghasilan secara khusus dan eksplisit
menetapkan saat dimulainya penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan.

Penyusutan fiskal harus dilakukan sebulan penuh. Pengecualian dari ketentuan


ini hanya dapat terjadi karena hal-hal brikut ini.

14
1. Harta/asset yang masih dalam proses pengerjaan
2. Harta/asset dalam usaha sewa guna usaha (leasing)
3. Wajib pajak yang mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak.

2.3.2. Harta/Aset dalam Pengerjaan


Untuk harta/aset tetap dalam proses pengerjaan, penyusutuannya
dimulai pada tahun selesainya pekerjaan tersebut. Jadi, walaupun pada
umumnya penyusutan atas harta/aset dimulai pada tahun perolehan tetapi
untuk harta/aset yang pengerjaannya memerlukan waktu lebih dari satu tahun,
perhitungan dimuli saat selesainya harya/aset yang bersangkutan.

2.3.3. Harta/Aset dalam Usaha Sewa Guna Usaha


Penyusutan terhadap harta dalam usaha sewa guna usaha (leasing)
khususnya sewa guna tanpa hak opsi (operating lease) dimulai pada bulan
harta tersebut disewagunausahakan

2.3.4. Persetujuan Dirjen Pajak


Wajib pajak dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak,
apabila tidak mengikuti prinsip umum penyusutan. Misalnya penyusutan baru
dilakukan pada tahun harta/aset tersebut menghasilkan.

2.3.5. Pengelompokan Harta Berwujud


Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aset tetap
berwujud yang memenuhi syarat penyusutan fiskal harus dikelompokkan
terlebih dahulu menjadi dua golongan :
1. Harta berwujud kelompok bukan bangunan.
2. Harta berwujud kelompok bangunan.
Harta berwujud bukan bangunan dikelompokan menurut masa
manfaatnya sebagai berikut :

15
Kelompok Bukan Masa Manfaat
Bangunan

Kelompok 1 4 tahun

Kelompok 2 8 tahun

Kelompok 3 16 tahun

Kelompok 4 20 tahun

Harta berwujud bangunan dikelompokan menurut masa manfaatnya


sebagai berikut :

Kelompok Bukan Masa Manfaat


Bangunan

Bangunan Permanen 20 tahun

Bangunan tidak Permanen 10 tahun

2.3.6. Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal


Mulai tahun 1995 Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode
penyusutan fiskal untuk aset tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode
saldo menurun ganda atau metode garis lurus. Metode mana yang akan
dipakai bergantung pada Wajib Pajak, sepanjang dilaksanakan dengan taat
asas. Satu yang perlu dicatat adalah bahwa metode yang dipilih harus
diterapkan terhadap seluruh kelompo harta. Maksudnya, Wajib Pajak tidak
dapat menggunakan metode saldo menurun terhadap kelompok yang satu dan
menerapkan metode garis lurus terhadap kelompok lainnya. Dalam hal Wajib
Pajak memilih metode saldo menurun maka, pada tahun terakhir masa
manfaat nilai sisa buku harta yang bersangkutan disusutka seluruhnya. Aset

16
tetap bangunan hanya menggunakan satu metode yaitu metode garis lurus.
Sebagai akibat dari adanya dua metode penyusutan ini, timbul perbedaan
presentase penyusutan fiskal.
1. Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Bukan Bangunan

Kelompok Tarif Penyusutan


Bukan
Metode Garis Lurus Metode Saldo Menurun
Bagunan

Kelompok 1 25,00% 50,00%

Kelompok 1 12,50% 25,00%

Kelompok 1 6,25% 12,50%

Kelompok 1 5,00% 10,00%

2. Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Berupa Bangunan

Kelompok Bangunan Tarif Penyusutan (Metode Garis Lurus)

5%
Bangunan Permanen

Bangunan tidak Permanen 10%

2.4. PENYUSUTAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


Aset tetap dan akuntansi penyusutan diatur dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) didalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

17
Nomor 16 tentang Aset Tetap dan Aset Lain-lain , PSAK Nomor 17 tentang
Akuntansi Penyusutan.
Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakaiatau dibangun lebih dulu, yang digunakakn dalam proses perusahaan,
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Tanah biasanya memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan
biasanya tidak dianggap suatu asetyang dapat disusutkan. Namun, tanah yang
memiliki masa manfaat terbatas bagi perusahaan diperlakukan sebagai aset
tetap yang dapat disusutkan.
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Jumlah yang dapat disusutkan
adalah jumlah perolehan suatu aset atau jumlah lain yang disubtitusikan untuk
biaya perolehan dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya.
Jumlah yang dapat disusutkan ( depreciable amount ) adalah jumlah
perolehan suatu aset atau jumlah lain yang distribusikan untuk biaya
perolehan dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya.
Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat
diperoleh pada akhir masa manfaat suatu aset setelah dikurangu taksiran biaya
pelepasan.
Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu mungkin aset dapat ditukar
atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan
berkinginan untuk melakukan transaksi yang wajar (arm’s lengh transaction).
Jumlah tercatat adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu aset
setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan.

2.4.1. Biaya Perolehan


Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset

18
pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam
kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan.
Biaya perolehan aset tetap terdiri atas harga belinya, termasuk biaya
impor dan PPN masukan tidak boleh direstitusikan dan setiap biaya yang
dapat diatribusikan secara langsung dalam dalam membawa aset tersebut ke
kondisi aset yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk pengunaan yang
dimaksudkan, setiappotongan dagang dan rabat dikurangkan dari pembelian .
biaya dapat didistribusiaka secara langsung Misalnya :
1. Biaya persiapan tenpat
2. Biaya pengiriman awal, biaya simpan dan biaya bongkar muat.
3. Biaya pemasangan
4. Biaya professional seperti arsitek dan insinyur
Apa bila suatu aset diperoleh secara gabungan maka harga perolehan
ditentukan dengan mengolakasikan harga gabungan tersebut berdasarkann
perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.
Aset tetap yang diperoleh dengan pertukaran atau pertukaran sebagian
untuk aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya, biaya peolehannya diukur
berdasarkan nilai wajar aset yang dilepaskan atau yang diperoleh, yang mana
yang lebih andal sesuai ekuivalen dengan nilai wajar aset yang dilepaskan
setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer.
Pada umumnya, SAK menganut penilaian berdasarkan harga
perolehan atau harga pertukaran, jadi tidak mengijinkan penilaian kembali
aset tetap.

2.4.2. Kriteria Aset yang Dapat Disusutkan


Kriteria Aset yang Dapat Disusutkan adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas. Masa manfaat dapat
berupa periode suatu asset diharapkan digunakan oleh perusahaan atau

19
jumlah produksi atau unit berupa yang diharapkan diperoleh dari asset
oleh perusahaan. Masa manfaat asset harus ditelaah ulang secara
periodic dan bila harapan berbeda secara signifikan dengan estimasi
sebelumnya, maka beban penyusutan untuk periode sekarang dan masa
yang akan datang harus disesuaikan.
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau
memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan
administrasi.

2.4.3. Masa Manfaat


Pengertian masa manfaat sebagai berikut :
1. Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh perusahaan.

2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset
oleh perusahaan

2.4.4. Metode Penyusutan


Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat
dikelompokkan menurut kriteria berikut ini:
1. Berdasarkan waktu
a. Metode Garis lurus (straight line method)
Dalam metode garis lurus lebih melihat aspek waktu
daripada aspek kegunaan. Metode ini paling banyak diterapkan
oleh perusahaan-perusahaan karena paling mudah diaplikasikan
dalam akuntansi. Dalam metode penyusutan garis lurus, beban
penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama besar dan tidak
dipengaruhi dengan hasil/output yang diproduksi.
Rumus :
Keterangan:
P = Harga beli asset

20
B = Harga beli asset (orginal cost)
S = Nilai sisa (scrap value)
N = Umur ekonomis aset
b. Metode jumlah angka tahun (sum of year digit method)
Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan
yang menurun dengan dasar penurunan pecahan dari nilai yang
dapat disusutkan yakni harga perolehan dikurang dengan nilai
sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai
bilangan penyebut (5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15) dan jumlah tahun
akhir dari estimasi umur kegunaan sebagai penghitung.
Rumus :
( harga perolehan – nilai resedu )
c. Metode saldo menurun dan saldo menurun ganda
(declining/double declining balance method)
Metode ini juga merupakan metode penurunan beban
penyusutan yang menggunakan tingkat penyusutan
(diekspresikan dalam persentase) yang merupakan perkalian
dari metode garis lurus. Prosentase penyusutan metode ini
selalu tetap dan diaplikasikan untuk mengurangi nilai buku
pada setiap akhir tahun. Tidak seperti metode lain, dalam
metode saldo menurun nilai sisa tidak dikurangkan dari harga
perolehan dalam mengitung nilai yang dapat disusutkan
sehingga saat dikonversi ke akuntansi finansial tidak
memerlukan perubahan dalam perhitungannya (sama-sama
tidak mengakui nilai sisa) .
Rumus :
Penyusutan = [2 x (100% : umur ekonomis)] x harga buku
aktiva tetap
2. Berdasarkan Penggunaan
21
a. Metode jam jasa (service hour method)
Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban
penyusutan berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva
yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan
jumlah jam kerja sebagai dasar pengalokasian beban
penyusutan untuk tiap periode. Dalam metode ini beban
penyusutan diperlakukan sebagai beban variabel daripada
beban tetap seperti dalam metode penyusutan Garis Lurus
(Straight Line Method) sesuai dengan jam kerja yang
dibutuhkan untuk memproduksi barang atau jasa tiap periode
akuntansi. Kelemahan dari metode ini adalah ketika kapasitas
produktif dari perusahaan menjadi berkurang karena adanya
pesaing baru yang mungkin lebih efisien dan efektif, sehingga
cepat atau lambat perusahaan dipaksa untuk mengakui
kelemahan dari kapasitas produksinya. Selain itu metode jasa
jasa mengakui beban penyusutan berdasarkan unit produksi,
sehingga beban penyusutan yang diakui menjadi kecil pada
saat produksi yang dihasilkan sedikit, yang selanjutnya akan
menyebabkan overstatement terhadap laba yang dilaporkan
oleh perusahaan.
b. Metode jumlah unit produksi (productive output method)
Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban
penyusutan berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva
yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan hasil
produksi sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan
untuk tiap periode. Dalam metode ini beban penyusutan
diperlakukan sebagai beban variabel sesuai dengan unit
produksi yang dihasilkan tiap periode akuntansi, bukan beban
tetap seperti dalam metode penyusutan garis lurus (Straight
22
Line Method). Kelemahan dari metode ini adalah sama seperti
kelemahan yang terdapat pada metode jam jasa.
3. Berdasarkan kriteria lainnya
a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and
composite method)
Metode penyusutan biasanya digunakan untuk satu
aktiva tetap. Dalam keadaan tertentu bagaimanapun juga ada
berbagai macam aktiva yang disusutkan dengan menggunakan
satu tarif penyusutan. Ada 2 metode penyusutan untuk aktiva
yang beragam ini yaitu group dan composite method. Group
mengindikasikan kumpulan dari aktiva yang memiliki jenis
yang sama dan composite mengarah kepada kumpulan aktiva
yang memiliki jenis yang berbeda. Metode group biasanya
digunakan untuk kelompok aktiva yang hampir sama jenisnya
dan memiliki umur kegunaan yang sama. Sedangkan
composite method digunakan untuk aktiva yang bermacam –
macam dan memiliki umur kegunaan yang berbeda. Tarif
penyusutan untuk composite method ditentukan dengan
membagi penyusutan tiap tahun dengan nilai total dari aktiva
yang disusutkan. Dalam metode ini tarif penyusutan
didasarkan pada umur kegunaan kelompok aktiva. Laba atau
rugi dalam keadaan normal akibat aktiva tersebut
dipensiunkan/tidak lagi digunakan, tidak diakui. Perbedaan
antara nilai buku aktiva dan nilai sisa dibebankan atau
dikurangkan pada akumulasi penyusutan.
b. Metode anuitas (anuity method)
Dalam metode anuitas ini beban penyusutan yang
dihasilkan pada tahun / periode awal adalah rendah dan akan

23
meningkat jumlahnya tiap periode berikutnya. Metode ini
paling banyak digunakan dalam industri real estate dan
beberapa penyedia jasa , tetapimmetode ini bukanlah metode
penyusutan yang secara umum dapat diterima. Prinsip
Akuntansi diterima Umum ( U.S. GAAP ) sendiri tidak
mengijinkan bentuk metode penyusutan ini.
c. Metode persediaan (inventory sistem)
Metode penyusutan ini biasanya digunakan untuk
menilai aktiva berwujud yang nilainya kecil. Persediaan
peralatan, sebagai contoh, mungkin ada pada awal dan akhir
periode. Kemudian jumlah beban penyusutan dapat dihitung
dengan menggunakan nilai awal dari persediaan ditambah
dengan beban yang dikeluarkan untuk memperoleh peralatan
tersebut dikurangi dengan nilai akhir persediaan. Keberatan
utama terhadap metode ini dikarenakan metode ini tidak
sistematik dan rasional, karena tidak ada seperangkat formula
yang digunakan.
Pemilihan metode alokasi dan estimasi masa manfaat aktiva tetap yang
dapat disusutkan adalah merupakan masalah pertimbangan. Pengungkapan
metode penyusutan yang digunakan dan estimasi masa manfaat akan berguna
bagi para pemakai laporan keuangan, dalam menelaah kebijakan yang dipilih
manajemen dan dapat membuat perbandingan dengan perusahaan lain. Untuk
alasan serupa, perlu untuk mengungkapkan jumlah yang dapat disusutkan
yang dialokasikan dalam suatu periode dan akumulasi penyusutan pada akhir
periode tersebut.
Metode penyusutan yang digunakan ditelaah ulang secara periodik dan
jika terdapat perubahan yang signifikan dalam pola pemanfaatan ekonomi atas
aktiva tersebut, metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan hal itu.

24
Perubahan metode penyusutan harus dilaporkansesuai dengan PSAK yang
berlaku tentang laba rugi bersih pada tahun berjalan, kesalahan mendasar,
perubahan kebijakan dan beban penyusutan untuk periode sekarang dan masa
datang harus disesuaikan

2.4.5. Penyusutan Kelompok dan Gabunagan


Untuk memudahkan kegiatan administrasi, ada kalanya perusahaan
memilih cara penyusutan dengan mengolompokkan asset ke dalam beberapa
kelompok. Dalam ketentuan fiskal disebut dengan golongan harta.

2.4.6. Saat Dimulainya Penyusutan


Pada umumnya penyusutan dimulai pada tahun pengeluaran. Untuk
asset tetap yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutan dimulai pada
tahun selesainya pengerjaan tersebut. Berbeda dengan penyusutan fiskal yang
harus setahun penuh, penyusutan komersial boleh dilakukan untuk jangka
yang lebih pendek.

2.4.7. Dasar Penyusutan


Dasar penyusutan yang digunakan adalah biaya perolehan awal, baik
melalui pembelian maupun pendirian, penambahan, dan perbaikan. Apabila
perusahaan melakukan penilaian kembali (revaluasi) maka dasar
penyusutannya adalah nilai setelah revaluasi.

2.4.8. Pengungkapan
Pemilihan suatu metode alokasi dan estimasi masa manfaat suatu asset
merupakan masalah pertimbangan. Pengungkapan metode yang digunakan
dan estimasi masa manfaat atau tingkat penyusutan yang digunakan
menyediakan bagi para pengguna laporan informasi yang membuat mereka
menelaah kebijaan yang dipilih manajemen dan dapat membuat perbandingan
dengan perusahaan lain.

25
2.4.9. Persamaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal
Persamaan yang terdapat dalam akuntansi komersial dan akuntansi
fiskal adalah sebagai berikut:
1. Aktiva/harta tetap yang memberikan manfaat lebih dari satu periode
tidak boleh langsung dibebankan pada tahun pengeluarannya tetapi
harus dikapitalisir dan disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya.

2. Aktiva/harta yang dapat disusutkan adalah aktiva tetap baik bangunan


maupun bukan bangunan.

3. Tanah pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali tanah tersebut


memiliki masa manfaat terbatas.

2.4.10. Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal

Akuntansi Komersial Akuntansi Finansial

Masa Manfaat : Masa Manfaat :


a. Masa manfaat ditentukan aset a. Ditetapkan berdasarkan
berdasarkan taksiran umur keputusan Menteri Keuangan
ekonomis maupun umur teknis b. Nilai residu tidak diperhitungan
b. Ditelaah ulang secara periodik

26
c. Nilai residu bsa diperhitungkan
Harga Perolehan :
a. Untuk pembelian menggunakan Harga Perolehan :
harga sesungguhnya a. Untuk transaksi yang tidak

b. Untuk pertukaran aset tidak mempunyai hubungan istimewa

sejenis menggunakan harga wajar berdasarkan harga yang

c. Untuk pertukaran sejenis sesungguhnya

berdasarkan nilai buku aset yang b. Untuk transaksi yang mempunyai

dilepas hubungan istimewa berdasarkan

d. Aset sumbangan berdasarkan harga pasar

harga pasar c. Untuk transaksi tukar-menukar


adalah berdasrakan harga pasar
d. Dalam rangka likuidasi,
peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau penggabungan
adalah harga pasar kecuali
ditentukan lain oleh Menteri
Keuangan
e. Jika direvaluasi adalah sebesar
nilai setelah revaluasi

Metode Penyusutan :
a. Garis lurus Metode Penyusutan :
a. Untuk aset tetap bangunan adalah
b. Jumlah angka tahun
garis lurus
c. Saldo menurun/menurun ganda
b. Utnuk aset tetap bukan bangunan
d. Metode jam jasa
Wajib Pajak dapat memilih garis
e. Unit produksi
lurus atau saldo menurun ganda
f. Anuitas
asal deiterapkan secara taat asas
g. Sistem persediaan

27
Perusahaan dapat memilih salah satu
metode yang dianggap sesuai, namun
harus diterapkan secara konsisten dan
harus ditelaah secara periodik.

Sistem Penyusutan :
a. Penyusutan individual
Sistem Penyusutan :
b. Penyusutan gabungan/kelompok a. Penyusutan secara individu
kecuali untuk peralatan kecil,
boleh secara golongan
Saat dimulainya penyusutan :
a. Saat perolehan Saat dimulainya penyusutan :
b. Saat penyelesaian a. Saat perolehan
b. Dengan izin Menteri Keuangan
dapat dilakukan pada tahun
penyelesaian atau tahun mulai
menghasilkan

2.5. PERENCANAAN PAJAK UNTUK PENYUSUTAN


Penentuan metode penyusutan secara tepat penting untuk dilakukan
dalam perencanaan pajak, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang padat
modal. Berdasarkan pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan metode
penyusutan dapat digunakan untuk melakukan penyusutan terhadap aset tetap
bukan bangunan adalah metode garis lurus atau saldo menurun. Untuk lebih
jelas, hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Contoh Soal Perencanaan Pajak Atas Penyusutan

28
PT.Abadi membeli aset tetap berupa mesin, dengan harga perolehan
Rp1.000.000.000,00. Mesin tersebut dalam aset tetap kelompok 1. Besarnya
beban penyusutan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 :
Besar beban penyusutan per tahun dihitung dengan metode garis lurus dan
saldo menurun.
Jenis aset : Mesin
Harga perolehan : Rp. 1.000.000.000
Umur : 4 tahun

Metode penyusutan

Tahun
Garis Lurus Saldo Menurun

(Rp) (Rp)
1 250.000.000 500.000.000
2 250.000.000 250.000.000
3 250.000.000 125.000.000
4 250.000.000 125.000.000
Akumulasi
1.000.000.000 1.000.000.000
Penyusutan
Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa besarnya beban penyusutan per
tahun berbeda-beda tetapi pada akhir masa manfaat (tahun ke-4) jumlah
akumulasi penyusutan adalah sama. Sehingga dalam perpajakan perbedaan
besarnya beban penyusutan ini dikenal dengan istilah beda waktu/beda
sementara (timing difference/temporary difference). Walaupun berdasarkan
nilai nominal pada akhir masa manfaat besarnya akumulasi beban penyusutan
sama, namun jika ditinjau dari nilai tunai (present value) jumlahnya akan
menjadi berbeda. Dalam contoh ini, untuk mengetahui nilai tunai (present
value) tingkat diskon yang digunakan adalah 20%. (Lihat tabel 2) berikut.
Tabel 2

29
Besar Beban Penyusutan dan Nilai Tunainya dengan Tingkat Dison 20%

Metode Penyusutan

Tahun Garis Lurus (Rp) Saldo Menurun (Rp) Ting


kat
Disk
Nominal PV PV Nominal PV PV on
(20
%)

1. 250.000.000 208.333.333,30 500.000.000 416.666.666,70 0,8

2. 250.000.000 173.611.111,10 250.000.000 173.611.111,10 0,7

3. 250.000.000 144.675.925,90 120.500.000 72.337.963,00 0,6

4. 250.000.000 120.563.271,60 120.500.000 60.281.635,80 0,5


1.000.000
.000 647.183.641,90 1.000.000.000 722.897.376,60

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat
perolehannya sebesar Rp 1.000.000.000,00 dan pada akhir masa manfaat
(tahun ke-4) dengan discount factor 20% jumlah nilai tunai (present value)
dari akumulasi beban penyusutan mesin dengan menggunakan metode garis
lurus sebesar Rp 647.183.642,00 dan menggunakan metode saldo menurun
sebesar Rp 722.897.76,50.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena

30
manfaat yang diberikan dari aset tersebut semakin berkurang. Pengurangan
nilai aset dibebankan secara bertahap.
Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi Kecuali
tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan
artinya nilai aktiva tetap selain tanah, misalnya mobil, berkurang seiring
dengan realisasi masa umur pemanfaatannya, sampai ketika masa guna itu
habis, nilai aktiva mobil yang bersangkutan adalah nol. Depresiasi juga dapat
didifinisikan yaitu sebagian dari Harga perolehan suatu aktiva berwujud yang
dialokasikan atau diakui sebagai biaya baik setiap tahun atau setiap bulan
setiap periode akuntansi.
Secara umum perusahaan dalam menentukan depresiasi biasanya
menggunakan beberapa metode penetapan nilai penyusutan yaitu; Metode
Garis Lurus, Metode jam jasa, Metode Saldo Menurun, Metode Jumlah
Angka‐Angka Tahun dan Metode Nilai Produksi. Tetapi secara umum
biasanya perusahaan menggunakan salah 1 dari banyak metode yang ada,
biasanya yang digunakan adalah metode garis lurus dan metode saldo
menurun karena dalam perpajakan, pajak penghasilan pasal 11, metode yang
boleh dalam pelaporan pajak adalah metode garis lurus dan saldo menurun.
(untik lebih jelasnya lihat peraturan atau UU pajak penghasilan pasal 11 dan
penggolongan jenis – jenis harta dalam Kep. Men. Keu. No.
138/KMK.03/2002). Dalam menentukan suatu keputusan untuk menyusutkan
aktiva tetapnya tentu didasari dengan alasan kenapa aktiva tetap disusutkan
dan faktor – factor yang mempengaruhi biaya depresiasi.

3.2. Saran
Masalah pengalokasian biaya penyusutan merupakan masalah penting,
karena mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Apabila
menggunakan metode penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
yang berlaku atau kondisi perusahaan tersebut, maka akan mempengaruhi

31
pendapatan yang dilaporkan setiap periode akuntansi. Yang perlu diingat
bahwa manajemen dapat memilih satu atau lebih metode yang dianggap
paling sesuai. Dan bila sudah menetapkan satu metode, harus ditetapkan
secara konsisten, sepanjang masa penggunaan aktiva yang bersangkutan,
sehingga laporan keuangan dari periode ke periode dapat diperbandingkan.

DAFTAR PUSTAKA
Erly Suandy. 2011. Perencanaan Pajak. Edisi ke-5.Yogyakarta: Penerbit Salemba
Empat.

Husaeni, Martani.1989.Perencaan Strategis Dalam Organisasi. Jakarta:Pusat Antar


Universita Bidang Sosial, UI

Ikatan Akuntan Indonesia.2007.Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:Salemba Empat

Mardiasmo.2009.Perpajakan.Yogyakarta:CV Andi Offset.

32
http://amelsahubawa.blogspot.co.id/2014/10/perencanaan-pajak-melalui-
penyusutan_1.htmls.

http://akuntansi-unsika.blogspot.co.id/2012/06/aktiva-tetap-menurut-standar-
akuntansi.html.

http://www.scribd.com/doc/225089105/MAKALAH-PENYUSUTAN#scribd.

http://akuntansipendidik.blogspot.com/2013/02/metode-penyusutan-aktiva-tetap-
dalam-akuntansi.html

http://keuanganlsm.com/penyusutan-depresiasi-menurut-perpajakan/

http://nichonotes.blogspot.co.id/2014/11/penyusutan-aset-tetap.html

http://agussalim170891.blogspot.co.id/2013/06/makalah-penysutan.html

http://art-buleleng.blogspot.co.id/2013/12/makalah-depresiasipenyusutan.html

http://softbizniz.blogspot.co.id/2013/06/makalah-depresiasi-aktiva-tetap.html

33

Anda mungkin juga menyukai