KONSEP LABA
MAKALAH
Disusun Oleh :
SITI NURMALA
201802048
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian laba
2. Untuk mengetahui Contoh Kasus
3. Untuk mengetahui Konsep Laba Akuntansi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
kekayaan, investasi, sumber daya ekonomik, atau apapun yang dapat dinilai
dengan uang.
2.1.2 Fungsi Perhitungan Laba
Perolehan laba perlu diketahui karena merupakan informasi penting
dalam suatu laporan keuangan. Laba yang secara umum dihitung berdasarkan
selisih lebih pendapatan dan biaya diharapkan dapat digunakan sebagai
berikut:
1. Indikator efisiensi penggunaan modal atau biaya
2. Pengukur prestasi atau kinerja management
3. Alat motivasi bagi management dalam pengelolaan perusahaan
4. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
5. Dasar penghitungan deviden
6. Dasar pembagian kompensasi dan bonus
7. Pedoman dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
8. Dasar peramalan kondisi perusahaan di masa yang akan datang
2.1.3 Jenis-Jenis Laba
Laba yang menjadi dasar pengukuran laporan keuangan dibedakan
menurut kelompok penerima, yaitu tergantung fungsi dan tujuan
pemakaiannya. Secara ringkas, laba berdasarkan penyajiannya untuk masing-
masing kelompok penerima dibagi menjadi lima jenis.
1. Value Added Karyawan, Pemilik, Kreditur, dan Pemerintah Harga jual
produk – Cost yang dikeluarkan
2. Enterrprise NetIncome Pemegang saham, Pemegang obligasi, dan
Pemerintah (Revenue – Expenses) + (Gains – Loses) tidak termasuk Biaya
bunga, Pajak penghasilan, dan Pembagian deviden
3. Net Income to Investors Pemegang saham dan Pemegang obligasi Seperti
butir dua, namun termasuk Pajak penghasilan
4. Net Income to Shareholders Pemegang saham (Preffered stock dan
Common stock) Seperti butir tiga, namun setelah dikurangi bunga obligasi
5. Net Income to Residual Shareholders Pemegang saham Common stock
Seperti butir empat, namun setelah dikurangi deviden Preferred Stock
4
2.1.4 Konsep Laba
1. Laba Akuntansi dari Segi Sintaktis
Menurut pendekatan sintaktis, laba didefinisikan sebagai selisih antara
pendapatan dan beban. Laba dianggap telah timbul bila terjadi kenaikan nilai
dari kekayaan bersih sebagai akibat adanya transaksi. Terdapat dua
pendekatan pengukuran laba.
3 Pendekatan Transaksi (Transactions Approach)
Menurut pendekatan transaksi, laba telah timbul pada saat terjadinya
transaksi. Khususnya transaksi eksternal, yaitu transaksi yang terjadi dan
melibatkan pihak luar. Laba dapat timbul pada saat terjadinya transaksi
pertukaran/penjualan dan terjadinya pengakuan beban.
2.1.5 Manfaat Penggunaan Pendekatan Transaksi
Ada beberapa manfaat dari penggunaan pendekatan transaksi dalam
pengukuran laba, yaitu:
1. Laba dapat dilaporkan menurut berbagai macam kelompok, misalnya menurut
produk atau pelanggan.
2. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang
yang ada pada akhir periode.
3. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk berbagai
tujuan.
4. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan
yang lainnya.
2.1.6 Tujuan Pelaporan Laba
Dalam praktiknya, peran pengguna laporan keuangan menggunakan
konsep laba dan model pengambilan keputusan yang berbed-beda. Pengertian
dan cara pengukuran yang berbeda-beda ini dikesampingkan dalam hal tujuan
dari pelaporan laba. Laba akuntansi dengan berbagai interpretasi yang
disebutkan di atas diharapkan dapat digunakan antara lain untuk:
a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam entitas bisnis
yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi.
5
b. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
c. Dasar penentuan besarnya jumlah kena pajak.
d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomis suatu negara.
e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tariff dalam perusahaan publik.
f. Alat pengendalian terhadap debitur dalam kontrak utang.
g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
i. Dasar pendistribusian dividen.
1. Pendekatan Aktivitas (Activities Approach)
Dalam pendekatan aktivitas, tidak dilihat ada tidaknya transaksi,
melainkan apakah kegiatan telah berlangsung. Dengan perkataan lain, laba
akan timbul bersamaan dengan berlangsungnya aktivitas. Misalnya, mulai dari
perencanaan produksi, proses produksi, dan penjualan, maka laba dianggap
telah terbentuk/terhimpun/earned.
Manfaat dari penggunaan pendekatan aktivitas ini, yaitu informasi laba
dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan. Misalnya, untuk mengukur
efisiensi dan profitabilitas tiap-tiap kegiatan.
2. Kebaikan pendekatan kegiatan adalah:
Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan
jenis evaluasi dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari
pembelian dan penjualan surat berharga yang ditujukan pada usaha
memperoleh capital gain.
Efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba
diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab
manajemen.
Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan
pola perilaku dari jenis kegiatan yang berbeda.
Perbedaan yang mendasar pada kedua pendekatan tersebut adalah
bahwa pendekatan transaksi didasarkan kepada proses pelaporan yang
mengukur peristiwa ekstern, yaitu transaksi; sedangkan pendekatan kegiatan
6
didasarkan kepada konsep dunia yang nyata (real-world) mengenai kegiatan
atau peristiwa dalam arti yang luas.
7
Beidelman (1973): Perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai
usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba
sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam
hal ini, perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk
mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam
praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar (sound).
Hayworth (1953) menyatakan bahwa motivasi yang mendorong
dilakukannya perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan dengan
kreditor, investor dan karyawan, serta meratakan siklus bisnis melalui proses
psikologis. Sementara itu, Gordon (1964) mengajukan proposisi berkaitan
dengan perataan laba sebagai berikut:
- Kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih metode
akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasan atau kemakmurannya.
- Kepuasan merupakan fungsi dari keamanan pekerjaan, level dan tingkat
pertumbuhan gaji serta level dan tingkat pertumbuhan besaran (size)
perusahaan.
- Kepuasan pemegang saham dan kenaikan performan perusahaan dapat
meningkatkan status dan reward bagi manajer.
- Kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan stabilitas
laba perusahaan.
Dascher dan Malcolm (1970) membedakan bentuk income smoothing
menjadi dua yaitu
- Real Smoothing
Real smoothing berkaitan dengan transaksi aktual yang dilakukan atau
tidak dilakukan berdasarkan pada pengaruh perataan terhadap laba.
- Artificial Smoothing
Artificial smoothing berkaitan dengan prosedur akuntansi yang
diterapkan untuk mengubah cost atau pendapatan dari satu periode ke
periode lain. (p. 253-254).
2.1.7 Penyajian Laba
Masalah konseptual yang erat kaitannya dengan penyajian adalah
pemisahan pelaporan pos-pos operasi dan pos-pos transaksi dengan pemilik
8
(transaksi modal). Pos-pos operasi dalam arti luas (transaksi nonpemilik) pada
umumnya dilaporkan melalui statemen laba rugi sedangkan pos-pos yang
jelas-jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen laba
ditahan atau statemen perubahan ekuitas.
2.2 Contoh Kasus
Untuk mempermudah dalam membedakan empat konsep capital
maintenance yang telah dibahas sebelumnya, berikut contoh kasus sederhana :
PT Sipangko Jaya memiliki kekayaan bersih sebesar Rp10.000.000,00
pada tanggal 1 Januari 2000 dan pada tanggal 31 Desember 2000 menjadi
Rp15.000.000,00. Untuk mempertahankan kapasitas produksi fisik
perusahaan yang sebenarnya, diperlukan biaya Rp12.500.000,00, sedangkan
tingkat harga umum naik 10% selama periode itu. Hitunglah laba menurut
keempat konsep capital maintenance!
1) Money Maintenance
Net Asset 31 Desember 2000 Rp 15.000.000,00
Net Asset 1 Januari 2000 Rp 10.000.000,00 (-)
Laba Rp 5.000.000,00
2) GPP Money Maintenance
Net Asset 31 Desember 2000 Rp 15.000.000,00
Net Asset 1 Januari 2000 Rp 10.000.000,00
Penyesuaian GPL =
10% x Rp 10.000.000,00 Rp 1.000.000,00 (+) Rp 11.000.000,00 (-)
Laba Rp 4.000.000,00
3) Productive Capacity Maintenance
Net Asset 31 Desember 2000 Rp 15.000.000,00
Biaya yang diperlukan untuk mempertahankan kapasitas produksi perusahaan
Rp 12.500.000,00 (-)
Laba Rp 2.500.000,00
4) GPP Productive Capacity Maintenance
Net Asset 31 Desember 2000 Rp 15.000.000,00
Biaya yang diperlukan untuk mempertahankan kapasitas produksi perusahaan:
9
Net Asset 1 Januari 2000 Rp 12.500.000,00
Penyesuaian GPL =
10% x Rp 12.500.000,00 Rp 1.250.000,00 (+) Rp 13.750.000,00 (-)
Laba Rp 1.250.000,00
2.3 Konsep Laba Akuntansi (Accounting Income)
Laba dari sisi akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga
penjualan dan biaya produksi.
2.3.1 Definisi Laba Akuntansi
Laba Akuntansi merupakan perbedaan antara realisasi penghasilan yang
berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan tersebut. Menurut
Belkaoui, laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan
antara pendapatan realisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan
biaya historis yang sepadan dengannya.
2.3.2 Sifat Laba Akuntansi
Definisi laba menurut Belkaoui mengandung lima sifat yaitu:
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu
timbulnya pendapatan dan biaya untuk mendapatkan pendapatan tersebut
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba, artinya
merupakan prestasi perusahaan dalam bidang keuangan pada periode
tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan
pengukuran dan pengakuan.
4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk
biaya historis yang dikeluarkan perusahaan.
5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip “matching” artinya hasil
pendapatan dikurangi biaya yang dikeluarkan dalam periode yang sama.
2.3.3 Permasalahan Laba Akuntansi
Permasalahan yang sering dihadapi mengenai laba akuntansi adalah
menentukan nilai ekonomi, harga, modal, skala, dan pengukuran pertukaran.
Nilai ekonomi adalah preferensi seseorang terhadap suatu produk berdasarkan
10
kegunaan di masa yang akan datang dibanding dengan produk lainnya.
Apabila terjadi pertukaran, maka akan terjadi pertukaran harga (exchange
price) yang ditetapkan berdasarkan nilai uang. Jenis harga dalam menentukan
laba akuntansi yaitu :
11
landasan teoritis jangka panjang dalam pelaporan laba akuntansi tersebut.
2. Generally Accepted Accounting Principle (GAAP), masih memungkinkan
dan membolehkan perhitungan laba atas penerapan metode dan teknik
akuntansi yang tidak konsisten.
12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam
ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor
sebagai hasil penanaman modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang
berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya
kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih
antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan diantara keduanya
adalah dalam hal pendefinisian biaya. Laba merupakan selisih antara pendapatan
dan biaya secara akrual.
Di dalam FASB konsep income di dalam teori akuntansi tersebut disebut
dengan laba komprehensif. Karena secara umum, akuntansi menganut konsep
penandingan, konsep kos historis, dan asas akrual, maka laba akuntansi yang
sekarang dianut dimaknai sebagai selisih pendapatan dan biaya.
Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu
kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah
perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu
dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu.
Meski berbeda namun keduanya saling berkaitan, pengukuran laba
tergantung bagaimana cara pandang si pelaku bisnis dan bagaimana mereka
menetukan laba tersebut. Karena pada dasarnya baik individu maupun perusahaan
memiliki konsep yang berbeda-beda. Perbedaan hanya terletak pada benda atau
produk dan jasa yang akan dinilai serta bagaimana unit ukur yang digunakan.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, banyak hal yang perlu adanya perbaikan-
perbaikan dalam penyusunan makalah ini. Tak ada gading yang tak retak. Untuk
itu penyusun menyadari atas kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Antara
lain masih banyaknya penulisan ejaan yang tidak sesuai, bahasa yang terlalu
13
kasar, banyak menyinggung orang lain, dan banyak yang bukan dari pemikiran
pribadi tertuang dalam penyusunan makalah ini. Harap dijadikan maklum dan
kritik serta saran yang membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan-
perbaikan selanjutnya. Akhir kata dengan kerendahan hati mohon maaf yang
sebesar-besarnya dan disampaikan terima kasih.
14
DAFTAR PUSTAKA
Groves, R., Dillman, D., Eltinge, J., and Little, R. (eds.) (2002), Survey
Nonresponse, New York: Wiley.
Groves, R., Wissoker, D., Greene, L., McNeeley, M., and Montemarano, D.
(2000), "Common Influences on Noncontact Nonresponse Across
Household Surveys: Theory and Data," paper presented at the annual
meetings of the American Association for Public Opinion Research.
https://www.slideshare.net/EliMeivawati1/makalah-penelitian-survei-67824281
Juster, F., and Smith, J. (1997), "Improving the Quality of Economic Data:
Lessons from the HRS and AHEAD," Journal of the American Statistical
Association, 92, pp. 1268-1278.
Van der Zouwen, J., Dijkstra, W., and Smit, J. (1991), "Studying Respondent
Interviewer Interaction: The Relationship between Interviewing Style,
Interviewer Behavior, and Response Behavior," in Biemer, P., Groves, R.,
Lyberg, L., Mathiowetz, N., and Sudman,
Vehovar, V., Batagelj, Z., Lozar Manfreda, K., and Zaletel, M. (2002),
"Nomesponse in Web Surveys," in Groves, R., Dillman, D., Eltinge, J., and
Little, R. (eds.), Survey Nonresponse, pp. 229-242, New York: Wiley.
15