Anda di halaman 1dari 18

INCOME

KONSEP LABA
MAKALAH

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi


Dosen Pengampu : Heidi Siddiqa.SE.MM.AK,CA

Disusun Oleh :
SITI NURMALA
201802048

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS CIPASUNG TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi robil’alamiin, puji dan syukur kepada Allah SWT atas


segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
merupakan tugas dari mata Teori Akuntansiyang membahas tentang. Income
Saya ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu, terutama kepada keluarga dan rekan-rekan yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, kritik
dan saran diharapkan dapat diberikan agar berguna untuk perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 26 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulis ................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulis ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Laba....................................................................................... 3
2.1.1 Karakteristik Laba.......................................................................... 3
2.1.2 Fungsi Perhitungan Laba............................................................... 4
2.1.3 Jenis-Jenis Laba............................................................................. 4
2.1.4 Konsep Laba................................................................................. 5
2.1.5 Manfaat Penggunaan Pendekatan Transaksi................................... 5
2.1.6 Tujuan Pelaporan Laba................................................................... 5
2.1.7 Penyajian Laba............................................................................... 8
2.2 Contoh Kasus.................................................................................... 9
2.3 Konsep Laba Akuntansi (Accounting Income)......................................... 10
2.3.1 Definisi Laba Akuntansi............................................................... 10
2.3.2 Sifat Laba Akuntansi..................................................................... 10
2.3.3 Permasalahan Laba Akuntansi...................................................... 10
2.3.4 Konsep Laba Akuntansi................................................................ 11
2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Laba Akuntansi................................. 11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di suatu akhir periode akuntansi perusahaan ada dua hasil yang sering
terjadi, yaitu laba atau rugi. Laporan Laba-Rugi adalah suatu bentuk laporan
keuangan yang menyajikan informasi hasil usaha perusahaan yang isinya
terdiri dari pendapatan usaha dan beban usaha untuk satu periode akuntansi
tertentu.
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi
perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per
lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah
pendapatan danbiaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan
biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain:
laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.
Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi
perusahaantetapi penting juga sebagai informasi bagi pembagian laba dan
penentuankebijakan investasi. Laba menjadi informasi yang dilihat oleh
banyak orang yangberkepentingan seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis
keuangan, pemegangsaham, ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001:
259). Untuk mengetahuilebih jauh tentang laba kita perlu terlebih dahulu
untuk memahami tentang konsepLaba. Oleh karena itu kami ingin
memaparkan makalah tentang konsep laba agarpembaca lebih mudah dalam
menguasai materi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Pengertian laba ?
2. Apa saja yang dimaksud dengan Contoh Kasus ?
3. Bagaimana Konsep Laba Akuntansi ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian laba
2. Untuk mengetahui Contoh Kasus
3. Untuk mengetahui Konsep Laba Akuntansi

1.4 Manfaat Penulisan


Hasil penulisan ini diharapkan menjadi bahan kajian ilmiah pada bidangilmu
akuntansi, khususnya cabang ilmu teori akuntansi serta dapat memperoleh
tambahan wawasan tentang konsep laba.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Laba


Laba merupakan suatu konsep akuntansi yang memiliki berbagai sudut
pandang, tergantung dari siapa yang menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya
tersebut. Oleh karena itu, para ahli dan organisasi akuntansi memberikan definisi
berbeda tentang konsep laba yaitu sebagai berikut :
Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang
merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya
dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan
pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur
prediksi. (Belkaoui : 1993)
Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi,
biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. (Commite On
Terminology, Sofyan Syafri H : 2004)
Laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur
nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki
kekayaan yang sama dengan posisi awalnya. (Stice, Skousen : 2009)
Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban
(termasuk penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan pada
penghasilan. Kalau beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya
merupakan kerugian bersih.(Ikatan Akuntan Indonesia : 2007)
2.1.1 Karakteristik Laba
Dari berbagai definisi laba di atas, dapat disimpulkan bahwa laba
secara konseptual memiliki karakteristik umum sebagai berikut:
1. Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas
2. Perubahan terjadi dalam suatu periode sehingga harus diidentifikasi kondisi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir
3. Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang
menguasai kemakmuran, asalkan kemakmuran awal dipertahankan
4. Kemakmuran dapat berupa aset bersih perusahaan, modal pemegang saham,

3
kekayaan, investasi, sumber daya ekonomik, atau apapun yang dapat dinilai
dengan uang.
2.1.2 Fungsi Perhitungan Laba
Perolehan laba perlu diketahui karena merupakan informasi penting
dalam suatu laporan keuangan. Laba yang secara umum dihitung berdasarkan
selisih lebih pendapatan dan biaya diharapkan dapat digunakan sebagai
berikut:
1. Indikator efisiensi penggunaan modal atau biaya
2. Pengukur prestasi atau kinerja management
3. Alat motivasi bagi management dalam pengelolaan perusahaan
4. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
5. Dasar penghitungan deviden
6. Dasar pembagian kompensasi dan bonus
7. Pedoman dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
8. Dasar peramalan kondisi perusahaan di masa yang akan datang
2.1.3 Jenis-Jenis Laba
Laba yang menjadi dasar pengukuran laporan keuangan dibedakan
menurut kelompok penerima, yaitu tergantung fungsi dan tujuan
pemakaiannya. Secara ringkas, laba berdasarkan penyajiannya untuk masing-
masing kelompok penerima dibagi menjadi lima jenis.
1. Value Added Karyawan, Pemilik, Kreditur, dan Pemerintah Harga jual
produk – Cost yang dikeluarkan
2. Enterrprise NetIncome Pemegang saham, Pemegang obligasi, dan
Pemerintah (Revenue – Expenses) + (Gains – Loses) tidak termasuk Biaya
bunga, Pajak penghasilan, dan Pembagian deviden
3. Net Income to Investors Pemegang saham dan Pemegang obligasi Seperti
butir dua, namun termasuk Pajak penghasilan
4. Net Income to Shareholders Pemegang saham (Preffered stock dan
Common stock) Seperti butir tiga, namun setelah dikurangi bunga obligasi
5. Net Income to Residual Shareholders Pemegang saham Common stock
Seperti butir empat, namun setelah dikurangi deviden Preferred Stock

4
2.1.4 Konsep Laba
1. Laba Akuntansi dari Segi Sintaktis
Menurut pendekatan sintaktis, laba didefinisikan sebagai selisih antara
pendapatan dan beban. Laba dianggap telah timbul bila terjadi kenaikan nilai
dari kekayaan bersih sebagai akibat adanya transaksi. Terdapat dua
pendekatan pengukuran laba.
3 Pendekatan Transaksi (Transactions Approach)
Menurut pendekatan transaksi, laba telah timbul pada saat terjadinya
transaksi. Khususnya transaksi eksternal, yaitu transaksi yang terjadi dan
melibatkan pihak luar. Laba dapat timbul pada saat terjadinya transaksi
pertukaran/penjualan dan terjadinya pengakuan beban.
2.1.5 Manfaat Penggunaan Pendekatan Transaksi
Ada beberapa manfaat dari penggunaan pendekatan transaksi dalam
pengukuran laba, yaitu:
1. Laba dapat dilaporkan menurut berbagai macam kelompok, misalnya menurut
produk atau pelanggan.
2. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang
yang ada pada akhir periode.
3. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk berbagai
tujuan.
4. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan
yang lainnya.
2.1.6 Tujuan Pelaporan Laba
Dalam praktiknya, peran pengguna laporan keuangan menggunakan
konsep laba dan model pengambilan keputusan yang berbed-beda. Pengertian
dan cara pengukuran yang berbeda-beda ini dikesampingkan dalam hal tujuan
dari pelaporan laba. Laba akuntansi dengan berbagai interpretasi yang
disebutkan di atas diharapkan dapat digunakan antara lain untuk:
a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam entitas bisnis
yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi.

5
b. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
c. Dasar penentuan besarnya jumlah kena pajak.
d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomis suatu negara.
e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tariff dalam perusahaan publik.
f. Alat pengendalian terhadap debitur dalam kontrak utang.
g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
i. Dasar pendistribusian dividen.
1. Pendekatan Aktivitas (Activities Approach)
Dalam pendekatan aktivitas, tidak dilihat ada tidaknya transaksi,
melainkan apakah kegiatan telah berlangsung. Dengan perkataan lain, laba
akan timbul bersamaan dengan berlangsungnya aktivitas. Misalnya, mulai dari
perencanaan produksi, proses produksi, dan penjualan, maka laba dianggap
telah terbentuk/terhimpun/earned.
Manfaat dari penggunaan pendekatan aktivitas ini, yaitu informasi laba
dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan. Misalnya, untuk mengukur
efisiensi dan profitabilitas tiap-tiap kegiatan.
2. Kebaikan pendekatan kegiatan adalah:
Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan
jenis evaluasi dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari
pembelian dan penjualan surat berharga yang ditujukan pada usaha
memperoleh capital gain.
Efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba
diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab
manajemen.
Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan
pola perilaku dari jenis kegiatan yang berbeda.
Perbedaan yang mendasar pada kedua pendekatan tersebut adalah
bahwa pendekatan transaksi didasarkan kepada proses pelaporan yang
mengukur peristiwa ekstern, yaitu transaksi; sedangkan pendekatan kegiatan

6
didasarkan kepada konsep dunia yang nyata (real-world) mengenai kegiatan
atau peristiwa dalam arti yang luas.

3. Laba Menurut Konsep Laba Ekonomi (Economic Income)


Pada awal abad XX Fischer, lindhal dan hick (1946) menjelaskan
secara spesifik menyebutkan bahwa laba ekonomi (economic income) adalah
jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi selama satu minggu tanpa harus
mengurangi jumlah kemakmuran pada awal periode, sifat-sifat laba ekonomi
mencakup tiga tahap:
Physical Income, Yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang
sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan. Laba
jenis ini tidak dapat diukur.
Real Income, Adalah ungkapan kejadian yang memberikan
peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk
real incomeini adalah ‘biaya hidup’ (cost of living). Dengan kata lain
kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang timbul dari keuntungan yang
diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang dan
jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi.
Money Income, Merupakan hasil uang yang diterima dan
dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut
Ficher real incomelebih dekat pada pengertian akuntansi tentang income.
Lindahl menganggap konsep laba sebagai interest yaitu merupakan
penghargaan yang terus menerus terhadap barang modal sepanjang waktu.
Perbedaan antar interest dengan konsumsi yang diharapkan pada periode
tertentu dianggap sebagai saving sehingga laba dianggap sebagai konsumsi
tambah saving.
4. Income Smoothing
Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara
sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu (Belkaoui, 1993).
Definisi income smoothing lainnya adalah definisi yang dikemukakan oleh

7
Beidelman (1973): Perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai
usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba
sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam
hal ini, perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk
mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam
praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar (sound).
Hayworth (1953) menyatakan bahwa motivasi yang mendorong
dilakukannya perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan dengan
kreditor, investor dan karyawan, serta meratakan siklus bisnis melalui proses
psikologis. Sementara itu, Gordon (1964) mengajukan proposisi berkaitan
dengan perataan laba sebagai berikut:
- Kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih metode
akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasan atau kemakmurannya.
- Kepuasan merupakan fungsi dari keamanan pekerjaan, level dan tingkat
pertumbuhan gaji serta level dan tingkat pertumbuhan besaran (size)
perusahaan.
- Kepuasan pemegang saham dan kenaikan performan perusahaan dapat
meningkatkan status dan reward bagi manajer.
- Kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan stabilitas
laba perusahaan.
Dascher dan Malcolm (1970) membedakan bentuk income smoothing
menjadi dua yaitu
- Real Smoothing
Real smoothing berkaitan dengan transaksi aktual yang dilakukan atau
tidak dilakukan berdasarkan pada pengaruh perataan terhadap laba.
- Artificial Smoothing
Artificial smoothing berkaitan dengan prosedur akuntansi yang
diterapkan untuk mengubah cost atau pendapatan dari satu periode ke
periode lain. (p. 253-254).
2.1.7 Penyajian Laba
Masalah konseptual yang erat kaitannya dengan penyajian adalah
pemisahan pelaporan pos-pos operasi dan pos-pos transaksi dengan pemilik

8
(transaksi modal). Pos-pos operasi dalam arti luas (transaksi nonpemilik) pada
umumnya dilaporkan melalui statemen laba rugi sedangkan pos-pos yang
jelas-jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen laba
ditahan atau statemen perubahan ekuitas.
2.2 Contoh Kasus
Untuk mempermudah dalam membedakan empat konsep capital
maintenance yang telah dibahas sebelumnya, berikut contoh kasus sederhana :
PT Sipangko Jaya memiliki kekayaan bersih sebesar Rp10.000.000,00
pada tanggal 1 Januari 2000 dan pada tanggal 31 Desember 2000 menjadi
Rp15.000.000,00. Untuk mempertahankan kapasitas produksi fisik
perusahaan yang sebenarnya, diperlukan biaya Rp12.500.000,00, sedangkan
tingkat harga umum naik 10% selama periode itu. Hitunglah laba menurut
keempat konsep capital maintenance!
1) Money Maintenance
Net Asset 31 Desember 2000 Rp 15.000.000,00
Net Asset 1 Januari 2000 Rp 10.000.000,00 (-)
Laba Rp 5.000.000,00
2) GPP Money Maintenance
Net Asset 31 Desember 2000 Rp 15.000.000,00
Net Asset 1 Januari 2000 Rp 10.000.000,00
Penyesuaian GPL =
10% x Rp 10.000.000,00 Rp 1.000.000,00 (+) Rp 11.000.000,00 (-)
Laba Rp 4.000.000,00
3) Productive Capacity Maintenance
Net Asset 31 Desember 2000 Rp 15.000.000,00
Biaya yang diperlukan untuk mempertahankan kapasitas produksi perusahaan
Rp 12.500.000,00 (-)
Laba Rp 2.500.000,00
4) GPP Productive Capacity Maintenance
Net Asset 31 Desember 2000 Rp 15.000.000,00
Biaya yang diperlukan untuk mempertahankan kapasitas produksi perusahaan:

9
Net Asset 1 Januari 2000 Rp 12.500.000,00
Penyesuaian GPL =
10% x Rp 12.500.000,00 Rp 1.250.000,00 (+) Rp 13.750.000,00 (-)
Laba Rp 1.250.000,00
2.3 Konsep Laba Akuntansi (Accounting Income)
Laba dari sisi akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga
penjualan dan biaya produksi.
2.3.1 Definisi Laba Akuntansi
Laba Akuntansi merupakan perbedaan antara realisasi penghasilan yang
berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan tersebut. Menurut
Belkaoui, laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan
antara pendapatan realisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan
biaya historis yang sepadan dengannya.
2.3.2 Sifat Laba Akuntansi
Definisi laba menurut Belkaoui mengandung lima sifat yaitu:
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu
timbulnya pendapatan dan biaya untuk mendapatkan pendapatan tersebut
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba, artinya
merupakan prestasi perusahaan dalam bidang keuangan pada periode
tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan
pengukuran dan pengakuan.
4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk
biaya historis yang dikeluarkan perusahaan.
5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip “matching” artinya hasil
pendapatan dikurangi biaya yang dikeluarkan dalam periode yang sama.
2.3.3 Permasalahan Laba Akuntansi
Permasalahan yang sering dihadapi mengenai laba akuntansi adalah
menentukan nilai ekonomi, harga, modal, skala, dan pengukuran pertukaran.
Nilai ekonomi adalah preferensi seseorang terhadap suatu produk berdasarkan

10
kegunaan di masa yang akan datang dibanding dengan produk lainnya.
Apabila terjadi pertukaran, maka akan terjadi pertukaran harga (exchange
price) yang ditetapkan berdasarkan nilai uang. Jenis harga dalam menentukan
laba akuntansi yaitu :

1. Harga Historis (Historical Cost)


2. Harga Sekarang (Current Price)/ Harga Ganti (Replacement Cost)/ Exit
Price
3. Harga nanti, harga ganti nanti, atau harga exit price nanti.
4. Harga Diskonto/ Computed Amount
2.3.4 Konsep Laba Akuntansi
Pada laba akuntansi dikenal konsep Replacement Cost Income dengan
dua komponen laba yaitu :
1) Current oprating profit : Perhitungan dari pengurangan biaya pengganti
(replacement cost) dari penghasilan
2) Realized holding gain and loss : Perhitungan perbedaan antara replacement
cost barang yang dijual dengan biaya historis barang yang sama.
2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Laba Akuntansi
Karakteristik dari pengertian laba akuntansi mengandung beberapa
keunggulan yakni :
1. Terbukti bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para pemakainya dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laba akuntansi yang telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat
diuji kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung
oleh bukti.
3. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan, laba akuntansi
memenuhi dasar konservatisme.
4. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan
dengan pertanggungjawaban manajemen.
Namun laba akuntansi masih terdapat kelemahan. Berikut penjabaran
kelemahan dari laba akuntansi yakni:
1. Konsepsi laba dianggap belum dirumuskan dengan jelas, belum ada

11
landasan teoritis jangka panjang dalam pelaporan laba akuntansi tersebut.
2. Generally Accepted Accounting Principle (GAAP), masih memungkinkan
dan membolehkan perhitungan laba atas penerapan metode dan teknik
akuntansi yang tidak konsisten.

3. Laba akuntansi yang didasarkan pada konsep historical cost menjadi


kurang bermakna apabila pengaruh perubahan harga diperhitungkan dalam
penentuan angka laba tersebut.
4. Laba akuntansi hanya laba di atas kertas saja karena angka laba yang
tinggi belum tentu menggambarkan kemampuan likuiditas perusahaan atau
menggambarkan kemampuan dalam memberikan cash deviden.
Dari kelemahan yang terdapat pada laba akuntansi, maka dilakukan
upaya untuk mengatasi kelemahan dari konsepsi laba tersebut antara lain:
1. Berusaha memperbaiki laporan laba akuntansi dengan memberikan
tekanan pada data transaksi dan aktualisasi secara lebih mendalam.
2. Sebaiknya ada konsep laba yang tunggal dan operasional yang dapat
digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan untuk membayar
deviden.
3. Membuat konsep tunggal mengenai laba yang lebih sesuai dengan apa
yang disebut konsep laba secara ekonomi.
4. Seharusnya ada berbagai konsep laba untuk berbagai kepentingan
(different income for different purposes).

12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam
ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor
sebagai hasil penanaman modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang
berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya
kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih
antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan diantara keduanya
adalah dalam hal pendefinisian biaya. Laba merupakan selisih antara pendapatan
dan biaya secara akrual.
Di dalam FASB konsep income di dalam teori akuntansi tersebut disebut
dengan laba komprehensif. Karena secara umum, akuntansi menganut konsep
penandingan, konsep kos historis, dan asas akrual, maka laba akuntansi yang
sekarang dianut dimaknai sebagai selisih pendapatan dan biaya.
Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu
kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah
perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu
dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu.
Meski berbeda namun keduanya saling berkaitan, pengukuran laba
tergantung bagaimana cara pandang si pelaku bisnis dan bagaimana mereka
menetukan laba tersebut. Karena pada dasarnya baik individu maupun perusahaan
memiliki konsep yang berbeda-beda. Perbedaan hanya terletak pada benda atau
produk dan jasa yang akan dinilai serta bagaimana unit ukur yang digunakan.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, banyak hal yang perlu adanya perbaikan-
perbaikan dalam penyusunan makalah ini. Tak ada gading yang tak retak. Untuk
itu penyusun menyadari atas kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Antara
lain masih banyaknya penulisan ejaan yang tidak sesuai, bahasa yang terlalu

13
kasar, banyak menyinggung orang lain, dan banyak yang bukan dari pemikiran
pribadi tertuang dalam penyusunan makalah ini. Harap dijadikan maklum dan
kritik serta saran yang membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan-
perbaikan selanjutnya. Akhir kata dengan kerendahan hati mohon maaf yang
sebesar-besarnya dan disampaikan terima kasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Irianto, Sulistyowati & Shidarta (eds), 2011, “Metode Penelitian Hukum:


Konstelasi & Refleksi”. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia

Groves, R., Dillman, D., Eltinge, J., and Little, R. (eds.) (2002), Survey
Nonresponse, New York: Wiley.

Groves, R., Wissoker, D., Greene, L., McNeeley, M., and Montemarano, D.
(2000), "Common Influences on Noncontact Nonresponse Across
Household Surveys: Theory and Data," paper presented at the annual
meetings of the American Association for Public Opinion Research.

Groves, Robert M., Survey Methodology (2010), Second edition of the


(2004) first edition ISBN 0-471-48348-6

https://www.slideshare.net/EliMeivawati1/makalah-penelitian-survei-67824281

Juster, F., and Smith, J. (1997), "Improving the Quality of Economic Data:
Lessons from the HRS and AHEAD," Journal of the American Statistical
Association, 92, pp. 1268-1278.

Singarimbun, Masri, Sofian Effendi (1989), Metode Penelitian Survai, LP3ES,


Jakarta Sprent, P., Metode Statistik Nonparametrik Terapan, 1991, UI
Press, Jakarta

Van der Zouwen, J., Dijkstra, W., and Smit, J. (1991), "Studying Respondent
Interviewer Interaction: The Relationship between Interviewing Style,
Interviewer Behavior, and Response Behavior," in Biemer, P., Groves, R.,
Lyberg, L., Mathiowetz, N., and Sudman,

S. (eds.), Measurement Errors in Surveys, pp. 419-438, New York: Wiley.

Vehovar, V., Batagelj, Z., Lozar Manfreda, K., and Zaletel, M. (2002),
"Nomesponse in Web Surveys," in Groves, R., Dillman, D., Eltinge, J., and
Little, R. (eds.), Survey Nonresponse, pp. 229-242, New York: Wiley.

15

Anda mungkin juga menyukai