Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PREDIKSI KEBANGKRUTAN

Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial yang harus

diwaspadai oleh perusahaan. Jika perusahaan sudah terkena bangkrut,

maka perusahaan tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha. Untuk

itu perusahaan harus sedini mungkin melakukan berbagai analisis terutama

analisis yang menyangkut kebangkrutan perusahaan. Dengan analisis ini

maka sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan antisipasi yang

diperlukan.

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal

kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin

baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan

perbaikan-perbaikan, agar kebangkrutan tersebut benar-benar tidak terjadi

pada perusahaan dan perusahaan dapat mengantisipasi atau membuat

strategi untuk menghadapi jika kebangkrutan benar-benar menimpa

perusahaan. Tanda-tanda awal kebangkrutan ditandai dengan adanya

financial distress.

Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan rasio keuangan dibagi

menjadi dua macam cara yaitu:

1. Model univariate yaitu menganalisis laporan keuangan dengan rasio-rasio

keuangan yang sudah ada. Penggunaan analisis rasio

secara univariate dalam menentukan perusahaan-perusahaan yang

berpotensial bangkrut, secara teoritis maupun praktis mempunyai

1
kelemahan. Dalam setiap kasus, analisis rasio dengan

metode univariate ini ditekankan atau difokuskan pada sebuah rasio

untuk masalah tersebut. Analisis dengan cara demikian dapat

mengakibatkan kesalahan interpretasi. Sebagai contoh perusahaan yang

mempunyai solvabilitas dan atau profitabilitas yang jelek dapat

diindikasikan akan mengalami kebangkrutan. Namun karena likuiditasnya

berada di atas rata-rata industri maka situasi tersebut mungkin tidak akan

ditanggapi secara serius.

2. Keterbatasan atau kelemahan yang ada dalam model univariate analisis

dapat diatasi dengan cara mengkombinasikan beberapa variabel (rasio)

keuangan ke dalam sebuah model multivariate yaitu Multiple Discriminant

Analysis (MDA). Kelebihan dari MDA yaitu: MDA merupakan

penggabungan dari kumpulan rasio-rasio yang simultan; MDA merupakan

ketentuan koefisien yang tepat untuk mengkombinasikan variabel-variabel

independen; dan MDA merupakan perbaikan suatu aplikasi model awal

(univariate) yang telah dikembangkan.

Suatu rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan

antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan

menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau

memberi gambaran kepada analisis tentang baik buruknya keadaan atau

posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio

itu dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai

standart, yang sedang digunakan dalam analisis yaitu laporan neraca dan

laporan rugi laba. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka penulis

tertarik untuk mengangkat masalah ini dengan mengambil judul “Multiple

Discriminant” .

2
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak berikut ini:

1. Pemberi pinjaman (seperti pihak Bank). Bermanfaat untuk mengambil

keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk

kebijakan memonitor pinjaman yang ada.


2. Investor. Berguna bagi investor untuk mengembangkan model prediksi

kebangkrutan untuk melihat tanda kebangkrutan seawal mungkin dan

kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut


3. Pihak Pemerintah. Bagi pemerintah ini berguna untuk melihat tanda-tanda

kebangkrutan lebih awal supaya tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih

awal.
4. Akuntan. Informasi kebangkrutan bagi akuntan berguna untuk menilai going

concern suatu perusahaan.


5. Manajemen. Informasi kebangkrutan berguna bagi manajer untuk melakukan

tindakan-tindakan penghematan, misalnya dengan melakukan merger atau

restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.

2.2 Masalah-Masalah dalam Kebangkrutan


Kesulitan keuangan jangka pendek bersifat sementara dan belum begitu

parah, namun jika dibiarkan bisa berkembang menjadi kesulitan tidak

solvable. Kalau tidak solvable, perusahaan bisa dilikuidasi atau

direorganisasi. Berikut ini beberapa alternative perbaikan berdasarkan besar

kecilnya permasalahan keuangan yang dihadapi perusahaan.


1. Pemecahan secara informal
- Dilakukan apabila masalah belum begitu parah
- Masalah perusahaan hanya bersifat sementara. Prospek masa depan

masih bagus dengan cara: Perpanjangan (Extension), dan Komposisi

(Composition).
2. Pemecahan formal

Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur ingin mempunyai

jaminan keamanan dengan cara: Apabila nilai perusahaan diteruskan >

nilai perusahaan dilikuidasi Reorganisasi: dengan mengubah struktur

modal menjadi struktur modal yang layak Apabila nilai perusahaan

3
diteruskan < nilai perusahaan dilikuidasi Likuidasi: dengan menjual asset-

aset perusahaan

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan

awal kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin awal

tanda kebangkrutan tersebut diketahui, semakin baik pihak manajemen

melakukan perbaikan-perbaikan.

Indikator yang bisa menjadi prediksi kebangkrutan yaitu:

1. Analisis aliran kas saat ini untuk masa mendatang.


2. Analisis strategi perusahaan.
3. Laporan keuangan perusahaan
4. Informasi eksternal

2.3 Prediksi Kebangkrutan: Analisis Univariate

Multiple discriminant adalah Teknik statistik yang digunakan untuk

mengurangi perbedaan antara variabel untuk mengklasifikasikan mereka

menjadi beberapa set kelompok besar. Dalam keuangan, teknik ini

digunakan untuk kompres varians antara sekuritas sementara juga

memungkinkan orang untuk menyaring beberapa variabel. Hal ini terkait

dengan analisis diskriminan, yang, dalam hal sederhana, mencoba untuk

mengklasifikasikan kumpulan data dengan menetapkan aturan (atau

memilih nilai) yang akan memberikan pemisahan yang paling berarti

Pendekatan tunggal atau Univariate bisa dipakai untuk memprediksi

kesulitan keuangan dengan asumsi bahwa distribusi variable keuangan

unruk perusahaan yang mengalami kesulitan berbeda dengan distribusi

variable keuangan untuk perusahaan yang tidak mengalami kesulitan.

Perbedaan distribusi variable keuangan tersebut bisa dipakai untuk

memprediksi kesulitan keuangan.

4
Dalam salah satu contoh kasus, rasio keuangan yang digunakan

untuk melihat apakah kebangkrutan perusahaan tersebut bisa dilihat

melalui rasio-rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya.

1. Rasio Biaya Transportasi terhadap Pendapatan Operasional (BT/PO)


2. Rasio Times Interest Earned (TIE)\

2.4 Prediksi Kebangkrutan : Analisis Multivariate

Salah satu kelemahan model univariate adalah kemungkinan terjadinya

konflik antara variable-variabel yang dijadikan prediksi. Untuk mengatasi

masalah model tersebut, model multivariate dikembangkan.variabel bebas

dalam model ini adalah rasio-rasio keuangan yang diperkirakan

mempengaruhi kebangkrutan, sedangkan variable tidak bebas adalah

prediksi kebangkrutan (bangkrut dengan nilai 0 dan tidak bangkrut dengan

nilai 1) atau probabilitas kebangkrutan (0 sampai 1, Inklusif).

Model prediksi kebangkrutan sudah dikembangkan ke beberapa

Negara. Altman (1983,1984) melakukan survei model-model yang

dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brazil, Australia,

Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda dan Perancis. Salah satu masalah yang

bisa dibahas adalah apakah ada kesamaan rasio keuangan yang bisa

dipakai untuk prediksi kebangkrutan untuk semua Negara, ataukah

mempunyai kekhususan.

Sampai sejauh ini sangat sedikit pembicaraan teori yang bisa

mengarah penelitian kebangkrutan, misal dalam pemilihan variable-variabel

dianggap relevan. Dengan sedikitnya teori tersebut, prediksi kebangkrutan

lebih diarahkan ke pencarian variabel-variabel yang dianggap relevan

dengan coba-coba.

2.5 Metode Pendekatan Peramalan Kebangkrutan

5
Multiple Discriminant Analysis Altman atau yang biasa disebut Z-score

Model Altman menggunakan rasio keuangan yang mencakup rasio likuiditas

perusahaan seperti rasio lancar, rasio leverage perusahaan seperti rasio

hutang terhadap modalnya, rasio profitabilitas seperti rasio laba bersih

terhadap modal atau akumulasi laba ditahan. Dengan mendasarkan rasio

kepada rasio keuangan tersebut, Z-score Model Altman berhasil

dipergunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan kedalam kelompok yang

mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk bangkrut atau kelompok

perusahaan yang kemungkinan mengalami bangkrut rendah. Z-score Model

kebangkrutan sampai dua tahun sebelum tiba saatnya.

Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan

dari suatu perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan

bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat penyimpangan yang artinya

setiap rasio diuji secara terpisah. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan

analisis tersebut, maka Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio

menjadi model prediksi dan teknik statistik. Yaitu analisis diskriminasi yang

menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan klasifikasi dari suatu

pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang bersifat

apriori.

Hubungan antara Analisis Diskriminan dengan Penentuan Kebangkrutan

pada Perusahaan adalah, dengan mengetahui nilai Z, dapat diketahui

apakah perusahaan menghadapi masalah yang serius atau tidak. Dengan

analisis Z score management dapat memprediksikan bagaimana prospek

perusahaan di masa mendatang dalam menjaga kelangsungan hidup

perusahaan dan resiko kegagalan semakin berkurang. Tujuan menghitung

nilai Z adalah memperingatkan adanya problem keuangan yang

membutuhkan perhatian serius dan pengarahan bila nilai Z lebih rendah dari

6
Z yang diharapkan, maka kita harus memeriksa apa yang menjadi

penyebabnya. Model Z score dapat membantu menganalisis dan mencari-

cari masalah yang potensial dari perusahaan yang akan melakukan merger

membantu pengambilan keputusan pemberi kredit/membantu pengambilan

keputusan memberi kredit/membantu investor untuk memilih saham-saham

perusahaan yang mungkin beresiko.

Langkah-langkah untuk mengevaluasi hasil perhitungan nilai Z dapat

dilakukan dengan:

a. Membandingkan nilai Z terakhir dengan nilai Z tahun sebelumnya jika

terjadi penurunan maka dicari penyebab penurunan nilai tersebut.

b. Mengadakan perbandingan nilai Z perusahaan yang dianalisa dengan

perusahaan lain.

Dalam penelitiannya Altman (1968) mengambil satu sampel yang terdiri

dari 66 perusahaan manufaktur setengah diantaranya mengalami bangkrut.

Altman memperoleh 22 rasio keuangan, dimana 5 diantaranya ditemukan

paling berkontribusi pada model prediksi. Fungsi diskriminan yang ditemukan

Altman pada tahun 1968 itu adalah sebagai berikut :

Z1 = 0,012X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1.0X5

X1 = Modal kerja/total aktiva

X2 = Laba yang ditahan/total aktiva

X3 = Laba sebelum bunga dan pajak/total aktiva

X4 = Nilai pasar modal saham/Nilai buku total hutang

X5 = Penjualan/total asset

7
Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah banyaknya perusahaan

yang tidak Go public, dengan demikian tidak mempunyai nilai dasar. Altman

kemudian mengembangkan model alternatif dengan menggantikan nilai pasar

menjadi nilai buku. Dengan demikian model tersebut dapat dipakai untuk

perusahaan yang Go public dan tidak Go public. Persamaan yang diperoleh

dengan cara semacam ini adalah sebagai berikut :

Z= 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,42X4 + 0,958X5

Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa analisis diskriminan memuat 5 unsur

yaitu X1 sampai X5, dimana:

X1 = Menyimpulkan bahwa suatu perusahaan yang berpotensi gagal mulai

berkurang investasinya untuk aktiva lancar. jadi bila dalam beberapa tahun

investasi terhadap 5 aktiva lancarnya mengalami penurunan terus menerus maka

perlu diwaspadi mengenai X1 yang merupakan unsur kebangkrutan.

X2 = Indikator profitabilitas kumulatif yang relatif terhadap penyusunan waktu,

maka ini mengisyaratkannya bahwa semakin muda suatu perusahaan, semakin

besar kemungkinannya untuk bangkrut, tetapi tidak menutup kemungkinan

perusahaan yang besarpun mengalami kebangkrutan.

X3 = Mencerminkan keseluruhan kekuatan perusahaan dalam mendatangkan

pendapatan, melemahnay faktir ini merupakan indikator terbaik akan hadirnya

kebangkrutan, karena berjalannya suatu perusahaan bergantung juga pada laba

yang diperoleh perusahaan.

X4 = Mengembangkan solvabilitas/kemampuan finansial jangka panjang dari

ksuatu perusahaan.

8
X5 = Menunjukkan rasio perputaran modal yang menunjukkan besar kecilnya

kemampuan manajemen untuk menjual aset-aset perusahaan atau bisa

dikatakan seberapa jauh kemampuan aktiva menciptakan penjualan.

Dalam laporannya Altman menempatkan perusahaan menjadi dua

kategori yaitu yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Dari hasil penelitian

tersebut diperoleh nilai Z rata-rata kelompok perusahaan yang bangkrut sebesar

–0,2599 dan rata-rata untuk perusahaan yang tidak bangkrut sebesar 4,8863.

Sebagai patokan untuk mengkalsifikasikan perusahaan yang dipilih batas nilai Z

sebesar 2,675 sebagai nilai kritis yang merupakan klasifikasi umum. Jadi

perusahaan dengan skor nilai Z yang lebih besar diklasifikasikan sebagai

perusahaan yang tidak pailit dan skor nilai Z yang kurang dari 2,675

diklasifikasikan sebagai perusahaan yang bangkrut Titik cutoff model Altman

berdasarkan nilai pasar adalah:

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal

kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin

baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan

perbaikan-perbaikan, agar kebangkrutan tersebut benar-benar tidak terjadi


2. Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan rasio keuangan dibagi

menjadi dua macam cara yaitu Model univariate dan model multivariate /

Multiple Discriminant Analysis.

9
3. Hubungan antara Analisis Diskriminan dengan Penentuan Kebangkrutan

pada Perusahaan dapat diketahui melalui nilai Z


4. Dengan analisis Z score management dapat memprediksikan bagaimana

prospek perusahaan di masa mendatang dalam menjaga kelangsungan

hidup perusahaan dan resiko kegagalan semakin berkurang

10

Anda mungkin juga menyukai