Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN ANALISIS UNVARIATE,

MULTIVARIATE, DAN METODE ALTMAN

Nama Kelompok 13:

Ni Putu Yuni Kusuma Dewi (1707531126)

Niellashastri Shania Gayatri (1707531156)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITA UDAYANA

2019
A. Analisis Prediksi Kebangkrutan
PREDIKSI KEBANGKRUTAN
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini :
1. Pemberi Pinjaman (seperti pihak Bank). Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk
mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk
kebijakan monitor pinjaman yang ada.
2. Investor. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya
akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya
perusahaan yang menjual surat berharga tersebut.
3. Pihak Pemerintah. Pada beberapa sector usaha, lembaga pemerintah mempunyai
tanggungjawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut(misal sector perbankan).
4. Akuntan. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha
karena akuntan akan menilai kemapuan going concern suatu perusahaan
5. Manajemen. Kebangkrutan berarti munculnya biaya – biaya yang berkaitan dengan
kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan biaya
kebangkrutan bisa mencapai 11-17% dari nilai perusahaan.

MASALAH DALAM KEBANGKRUTAN


Kesulitan keuangan jangka pendek bersifat sementara dan belum begitu parah, tetapi
kesulitan semacam ini apabila tidak ditangani bisa berkembang menjadi kesulitan tidak
solvable. Kalau tidak solvable, perusahaan bisa dilikuidasi atau direorganisasi. Likuidasi
dipilih apabila nilai likuidasi lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan kalu
diteruskan. Reorganisasi dipilih kalau perusahaan masih menunjukkan prospek dan dengan
demikian nilai perusahaan kalau diteruskan lebih besar dibandingkan nilai perusahaan kalau
dilikuidasi. Beberpa alternative perbaikan berdasarkan besar kecilnya permasalahan keuangan
yang dihadapi perusahaan :
Pemecahan secara informasi
1. dilakukan apabila masalah belum begitu parah
2. masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih begitu bagus
cara
a. perpanjangan ( extention) : dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempo hutang –
hutang
b. komposisi ( Composition) : dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan

Pemecahan secara formal


Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur ingin mempunyai jaminan keamanan cara :
1. apabila nilai perusahaan diterskan > nilai perusahaan dilikuidasi
Reorganisasi : dengan mengubah struktur modal menjadi struktur modal yang layak
2. apabila nilai perusahaan diterskan < nilai perusahaan dilikuidasi
Likuidasi : dengan menjual asset – asset perusahaan
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan .
semakin awal tanda – tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen
karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan – perbaikan. Tanda – tanda kebangkrutan
tersebut dalam hal ini dilihat denagn menggunakan data – data akuntansi.
Dalam praktik dan juga dalam penelitian empiris, kesulitan keuangan sulit untuk
diidentifikasikan . kesulitan semacam ini bisa berarti mulai dari kesulitan likuditas, yang
merupakan kesulitan keuangan yang paling ringan, sampai kepernyataan kebangkrutan yang
merupakan kesulitan yang paling berat. Dengan demikian kesulitan keuangan bisa dilihat
sebagai kontinum yang panjang, mulai dari yang ringan sampai yang paling berat.
Ada beberapa indicator yang bisa memprediksi kebangkrutan. Salah satu sumbernya
adalah analisis aliran kas untuk masa mendatang, sedangkan sumber lainnya adalah analisi
strategi perusahaan. Sumber lain adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini
dipakai untuk memprediksi kesulitan keuangan . sumber lainnya adalah informasi eksternal.
Pada pasar keuangan yang sudah maju, lembaga penilai sudah berkembang dan informasi
mereka bisa dipaki untuk memprediksi kemugkinan adanya kesulitan keuangan.

B. Analisis Unvariate, Multivariate, dan Metode Altman


PREDIKSI KEBANGKRUTAN : ANALISIS UNIVARIATE
Pendekatan tunggal (univariate) bisa dipakia untuk memprediksi kesulitan keuangan
dengan asumsi bahwa distribusi variable keuangan untuk perusahaan yang menglami
kesulitan keuangan berbeda dengan distribusi variable keuangan untuk perusahaan yang tidak
mengalami kebangkrutan.

Penggunaan metode tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan contoh berikut pada tahun
1970, beberapa perusahaan kereta api AS yang cukup besar mengalami kebangkrutan. Apakah
rasio – rasio keuangan pada tahun – tahun sebelumnya bisa memperkirakan kebangkrutan
tersebut? Berikut ini dua rasio keuangan yang dipilih untuk melihat apakah kebangkrutan
perusahaan kereta api tersebut bisa dilihat melalui rasio – rasio keuangan pada tahun – tahun
sebelumnya.
1. Rasio biaya transportasi terhadap pendapatan operasional (BT/ PO). Biaya transportasi
merupakan komponen biaya yang terbesar yang terjadi pada perusahaan kereta api , yang
meliputi biaya operasional angkutan kerta, biaya gaji pegawai kereta dan biaya bahan
baker. Pendapatan operasional terutama berasal dari karcis kereta yang terjual dan juga
pendapatan dari beberapa sumber yang lain seperti pendapatan angkutan barang dan surat
pos
2. Rasio timed interst earned (TIE) yang merupakan rasio EBIT ( Earning Before
Taxes)/Interst. Bunga atau interest disini adalah bunga dari kewajiban obligasi. Apabila
diperoleh angka negatif, berarti perusahaan mempunyai earning( atau pendapatan) yang
negative
Teknik penelitian titik cut off mengandung bahaya bahwa karakteristik spesifik
perusahaan – perusahaan dalam sample akan sanagat mempengaruhi nilai cut off, dan dengan
demikian titik cut off tersebut tidak representaif untuk perusahaan – perusaan lainnya. Untuk
menghindari kemungkinan semacam tersebut, akuirisititik cut off bisa menggunakan
perusahaan – perusahaan diluar sampel . Empat variable yang menunjukkan perbedaaan
antara perusahaan yang bangkrut dengan yang tidak bangkrut secara konsisten adalah
1. tingkat retun ( rate of return ). Perusahaan yang bangkrut mempunyai tingkat return yang
lebih rendah.
2. penggunaan hutang. Perusahaan yang bangkrut menggunakan hutang yang lebih tinggi
3. perkindungan terhadap biaya tetap ( fixed payment coverage) . perusahaan yang bangkrut
mempunyai perlindungan terhadap biaya tetap yang lebih kecil
4. fluktuasi retun saham. Perusahaan yang bangkrut mempunyai rata – rata return yang lebih
rendah dan mempinayi fluktuasi return saham yang lebih tinggi.

PREDIKSI KEBANGKRUTAN : ANALISIS MULTIVARIATE


Salah satu kelemahan model univariate adalah kemungkinan terjadinya konflik antara
variable – variable yang dijadikan prediksi. Untuk mengatasi masalah tersebut model
multivariate dikembangkan. Variable bebas dalam model ini adalah rasio – rasio keuangan
yang diperkirakan memprediksi kebangkrutan, sedangkan variable tidak bebas adalah prediksi
kebangkrutan ( bangkrut dengan nilai 0 dan tidak bangkrut dengan nilai 1 ) atau profitabilitas
kebangktutan ( 0 sampai 1, inklusif)
Teknik statisistik yang sering digunakan adalah analisis diskriminan untuk
mengklasifikasikan observasi ke dalam dua kelompok : bangkrut dan tidak bangkrut. Teknis
analisi logis atau probit juga sering digunakan untuk melihat profitabilitas suatu kejadian
berdasrkan variabel – variabel tertentu. Analisis non parametik juga bisa digunakan.
Dengan menggunakan kasus kebangkrutan perusahaan kereta api, kita akan menggunakan
dua variable untuk persamaan deskriminasi, yaitu variable rasio BT/PO(variable bebas X1)
dan variable TIE(sebagai variable X2) . diasumsikan bahwa rasio – rasio yang dipakai berasal
dari populasi denagn distribusi normal dan matriks varians kovarians kedua kelompok
tersebut sama.
Banyak bukti yang cukup kuat mengatakan bahwa kebangkrutan tidak hanya dipengaryhi
oleh variable – variable intern saja ( dari perusahaan ), tetapi juga oleh variable – variable
eksternal seperti perubahan tingkat bunga, turunnya kondisi perekonomian, atau perubahan
tingkat pengganguran. Dengan bukti semacam ini multivariate bisa memasukkan variable –
variable ekonomi makro untuk memprediksi kemubkinan kebangkrutan.

PREDIKSI KEBANGKRUTAN : METODE ALTMAN


Model prediksi kebangkrutan sudah dikembangkan ke beberapa negara. Altman (1983-
1984) melakukan survei model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman,
Swiss, Brazil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, Perancis. Salah satu masalah yang
bisa dibahas adalah apakah ada kesamaan rasio keuangan yang bisa dipaki untuk memprediksi
kebangkrutan untuk semua Negara, ataukah mempunyai kekhususan. Nilai Zi dicari dengan
persamaaan diskriminan sebagai berikut ini :

Zi = 1,2 X1 +1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5

Dimana ,
X1 = (Aktiva lancar – hutang lancar)/total aktiva
X2 = laba yang ditahan / total asset
X3 = laba sebelum bungan dan pajak / total asset
X4 = nilai pasar saham biasa dan prefern / nilai buku total hutang
X5 = penjualan / total asset

Masalah lain yang mungkin perlu dipertimbangkan adalah banyak perusahaan yang tidak
go public, dan dengan demikian tidak mempunayi nilai pasar. Untuk beberapa Negara seperti
Indonesia, perusahaan semacam ini merupakan bagian terbesar yang ada. Altman kemudian
mengembangkan model alternative dengan mengganti variable X4 ( nilai pasar saham prefern
dan biasa/ nilai buku total hutang). Dengan cara demikian model tersebut bisa dipakai bisa untuk
perusahaan yang go public maupun perusahaan yang tidak go public.
Berdasarkan komentar bisa diajukan dalam kiatannya dengan model kebangkrutan
semacam ini. Pertama, sampai sejauh ini sangat sedikit pembicaraan teori yang bisa mengarah
penelitian kebangkrutan. Dengan semakin sedikitnya teori tersebut, prediksi kebangkrutan lebih
diarhkan ke pencarain – pencarian variabel - variabel relevan dengan coba – coba.
Dengan metode pencarian semacam ini, peneliti perlu memperhatiakn kemungkinan
adanya bias, yaitu model tersebut hanya mempunyai karakteristik yang mempunyai sample
tersebut. Untuk menghindari kemungkinan semacam ini, sample bisa dibagi ke dalam dua
kelompok. Dengan kelompok pertama, analis mencari model prediksi kebangkrutan, kemudian
model tersebut diuji validitasnya dengan menggunakan kelompok kedua. Varians yang lain
adalah dengan menggunakan beberapa metode.
Penelitian menunjukan bahwa interpretasi prediksi tidak begitu sensitive terhadap
perbedaan model – model statistic yang dipilih. Sebagai contoh suatu penelitian berkesimpulan
bahwa untuk suatu set variable tertentu, penggunaan model diskriminasi linear, model diskrimasi
kuadrat dan model logit, menghasilkan tingkat akurasi yang hampir sama.
Sedangkan peneliti masalah prediksi menggunakan data beberapa periode sebelum
kebangkrutan, misal satu, dua, tiga, empat tahun sebelum kebangkrutan.
Tetapi dalam kenyataannya analisis tidak pernah tau kapan bangkrut. Pilihan waktu untuk
menyatakan bangkrut sangat tergantung dari beberapa factor seperti kemapuan bank untuk
membantu restrukturisasi keuangan, kebangkrutan perusahaan lain, dan negosiasi dan pekerja.
Sampel yang dipilih selama ini juga membuat sulit untuk menarik kesimpulan terhadap
populasi secara keseluruan. Sampel yang baik tentunaya sampel yang mewakili populasi secara
keseluruan.
Kalau penelitian kebangkrutan dinilai dari sumbanganya terhadap pengambilan
keputusan akan terasa bahwa penelitian kebangkrutan memberi sumbangan yang cukup
substansial. Karena keputusan akan lebih baik dengan adanya informasi kebangkrutan ini

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh. M, dan Halim, Abdul. 2016. Analisis Laporan Keuangan Edisi Kelima.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Anda mungkin juga menyukai