Anda di halaman 1dari 139

Bab I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehadiran dunia usaha (perusahaan) merupakan faktor
yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu
negara. Dunia usaha, baik yang bergerak pada sektor produksi,
distribusi, maupun jasa, akan menggerakkan berbagai sumber
daya dan peningkatan produktivitas yang pada akhirnya
diharapkan mampu mendorong peningkatan kesejahteraan
ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, kehadiran dunia usaha
perlu terus didorong baik dari sisi kualitas maupun
kuantitasnya. Selain itu, upaya untuk mempertahankan
perusahaan yang sudah ada juga perlu terus dilakukan. Dalam
kenyataannya, pertumbuhan dunia usaha ditengarai oleh
adanya perubahan. Di satu sisi, telah tumbuh berbagai
perusahaan sejalan dengan dinamika dan tuntutan kebutuhan
masyarakat yang telah mendorong lahirnya peluang usaha. Di
sisi lain, beberapa perusahaan terpaksa keluar dari bisnisnya
karena berbagai alasan.
Alasan keluarnya suatu perusahaan dari aktivitas
usahanya antara lain dapat disebabkan karena

1
2

ketidakmampuannya dalam mempertahankan eksistensi


bisnisnya. Dengan kata lain, perusahaan terpaksa
meninggalkan aktivitas usahanya karena menghadapi
kepailitan. Kepailitan suatu perusahaan dapat disebabkan oleh
berbagai hal seperti terjadinya kesulitan keuangan. Selain
karena sebab yang sifatnya di luar kendali manajemen
(uncontrollable), kepailitan juga dapat disebabkan oleh
terjadinya kesalahan manajemen. Kepailitan yang disebabkan
oleh kesalahan manajemen pada umumnya merupakan hal
yang relatif bisa dikendalikan (controllable) melalui berbagai
keputusan manajemen. Dalam hubungan ini, manajemen dapat
menggunakan laporan keuangan perusahaan sebagai salah satu
alat yang dapat digunakan sebagai masukan dalam
pengambilan keputusan. Dari laporan keuangan ini dapat
dilakukan analisis rasio keuangan untuk mengetahui keadaan-
keadaan tertentu dari perusahaan sesuai dengan keperluan
analisisnya. Keputusan manajemen perusahaan tidak saja
diarahkan untuk memperbaiki kinerja perusahaan, tetapi juga
diarahkan untuk menghidarkan perusahaan dari keadaan yang
3

tidak diharapkan seperti kesulitan keuangan atau bahkan


kepailitan.
Laporan keuangan merupakan produk dari akuntansi
yang dapat dipelajari untuk mengetahui berbagai informasi
tentang keadaan keuangan suatu perusahaan. Laporan
keuangan tidak saja memberikan informasi keadaan perusahaan
pada saat ini, tetapi juga dapat memberikan informasi tentang
potensi di masa yang akan datang. Informasi ini dapat
dijadikan dasar untuk mengambil berbagai keputusan, baik
oleh manajemen, investor, kreditor, maupun stakeholders
lainnya.
Sejauh ini, rasio-rasio keuangan diyakini dapat
dimanfaatkan untuk memprediksi keadaan perusahaan pada
masa yang akan datang. Bukti empiris tentang manfaat rasio
keuangan untuk memprediksi kegagalan/kepailitan perusahaan
telah dibuktikan melalui beberapa hasil penelitian. Beberapa
ahli yang telah melakukan penelitian tentang hal ini antara lain;
Pankoff dan Virgil (1970), serta Sinkey (1975) yang
membuktikan bahwa rasio keuangan terbukti akurat dalam
menyusun rating bank (Whalen dan Thomson, 1988). Di
4

Indonesia, Machfoedz (1994) dan Surifah (1999) melalui


penelitiannya juga telah memperoleh kesimpulan bahwa rasio
keuangan bermanfaat untuk memprediksi pertumbuhan laba
dan kegagalan bank. Selain itu, untuk membuktikan bahwa
rasio keuangan dapat dimanfaatkan untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan peneliti lain seperti; Beaver (1966),
Altman (1968), Dambolena dan Khoury (1980), Thomson
(1991), Sumarno Zain (1994), Surifah (2000), serta Ilya
Avianti (2000) melalui penelitiannya telah memperoleh
kesimpulan bahwa rasio keuangan bermanfaat untuk
memprediksi kegagalan/kepailitan suatu perusahaan.
Bukti keandalan rasio keuangan dalam memprediksi
kepailitan/kegagalan perusahaan antara lain ditunjukkkan oleh
hasil penelitian Adnan dan Taufiq (2001) yang menganalisis
ketepatan metode Altman dalam memprediksi terjadinya
likuidasi perbankan di Indonesia. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai Z-score bank terlikuidasi jauh lebih
kecil dibandingkan dengan nilai Z-score bank tidak
terlikuidasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa metode
5

Altman dapat digunakan dalam memprediksi kemungkinan


terjadinya likuidasi pada lembaga perbankan.
Dari hasil-hasil penelitian sebagaimana diuraikan di atas,
terbukti bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk
memprediksi keadaan perusahaan pada masa yang akan datang
terutama keadaan kesulitan keuangan/kepailitan. Pertanyaan
yang muncul kemudian adalah, apakah hal ini juga berlaku jika
suatu keadaan perusahaan berada dalam situasi yang tingkat
ketidakpastiannya relatif tinggi seperti krisis ekonomi.
Seperti diketahui, sejak pertengahan tahun 1997
Indonesia berhadapan dengan situasi krisis ekonomi yang
diawali oleh terjadinya penurunan nilai tukar (depresiasi)
Rupiah terhadap Dollar Amerika. Krisis ekonomi yang diikuti
oleh krisis politik antara tahun 1997-2002 telah memberikan
dampak yang luas bagi perekonomian baik secara makro
maupun mikro. Pada saat itu, keadaan perekonomian
dihadapkan pada tingkat ketidakpastian yang relatif tinggi.
Dalam hal nilai tukar Rupiah misalnya, pada awal tahun 1997
masih sebesar Rp.2.400 terdepresiasi hingga mencapai
Rp.16.000 pada bulan Juni 1998. Dari sisi politik,
6

ketidakpastian antara lain dipicu oleh terjadinya pergantian


kepemimpinan nasional hingga tiga kali selama kurun waktu 5
tahun (Ginandjar Kartasasmita, 2001).
Berkaitan dengan manfaat rasio keuangan untuk
memprediksi kebangkrutan pada masa krisis ekonomi, Surifah
(2002) telah melakukan penelitian terhadap 14 perusahaan
bangkrut dan 14 perusahaan tidak bangkrut dari 9 kelompok
jenis usaha yang bergerak pada sektor manufaktur guna
mengetahui manfaat rasio keuangan untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan publik pada masa krisis ekonomi.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data laporan
keuangan tahun 1992 sampai dengan tahun 1996 sebagai
prediktor kebangkrutan perusahaan yang terjadi pada tahun
1997 dan 1998. Artinya bahwa, keadaan perusahaan sebelum
krisis digunakan sebagai dasar prediksi keadaan perusahaan
pada masa krisis. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan
bahwa rasio keuangan tidak dapat digunakan sebagai alat
prediksi kebangkrutan perusahaan beberapa tahun menjelang
terjadinya krisis ekonomi. Dengan kata lain, menurut penelitian
7

ini, faktor yang dominan berpengaruh terhadap kebangkrutan


adalah krisis ekonomi itu sendiri.
Walaupun penelitian di atas telah mencoba mengkaitkan
manfaat rasio keuangan untuk memprediksi
kegagalan/kebangkrutan perusahaan pada masa krisis ekonomi,
namun dilihat dari sisi pemanfaatan data belum menunjukkan
bagaimana rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat
prediksi kebangkrutan dalam situasi di mana suatu aktivitas
bisnis perusahaan berada pada masa krisis ekonomi yang
tingkat ketidakpastiannya tinggi. Hal ini karena data yang
digunakan sebagai prediktor adalah data sebelum krisis (1992-
1996) dan keadaan yang diprediksi adalah keadaan pada saat
terjadinya krisis (1997 dan 1998). Dengan kata lain, pertanyaan
apakah rasio keuangan juga masih dapat digunakan sebagai alat
untuk memprediksi kegagalan perusahaan setelah terjadinya
krisis ekonomi belum memperoleh jawaban.
Dalam upaya memperoleh jawaban terhadap pertanyaan
di atas, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pada situasi
yang berbeda yaitu kondisi perusahaan setelah terjadinya krisis
ekonomi. Selain untuk menguji kembali penelitian yang telah
8

dilakukan, penelitian ini juga mencoba menganalisis kondisi


perusahaan dalam situasi krisis serta mengkaitkannya dengan
manfaat rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan pada
masa yang akan datang di mana suatu perusahaan berada dalam
lingkungan usaha yang tingkat ketidakpastiannya relatif tinggi.
Berdasarkan latar belakang ini, maka penelitian tentang
manfaat rasio keuangan sebagai alat prediksi kepailitan
menjadi perlu dilakukan.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini
berusaha untuk memperoleh bukti empiris untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1) Apakah terdapat perbedaan rata-rata rasio keuangan
perusahaan pada tahun-tahun setelah terjadinya krisis
ekonomi dan sebelum terjadinya kepailitan antara
perusahaan yang mengalami kepailitan dengan perusahaan
yang tidak mengalami kepailitan;
2) Apakah rasio-rasio keuangan pada tahun-tahun setelah
terjadinya krisis ekonomi dan sebelum terjadinya
9

kepailitan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi


kepailitan perusahaan pada masa yang akan datang;
3) Rasio-rasio keuangan manakah yang pada tahun-tahun
setelah terjadinya krisis ekonomi dan sebelum terjadinya
kepailitan yang dominan berpengaruh terhadap kepailitan
perusahaan.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud penelitian ini adalah untuk menggali dan
memperoleh bukti empiris tentang manfaat rasio keuangan
sebagai alat untuk memprediksi kepailitan perusahaan pada
masa yang akan datang. Sedangkan tujuannya adalah untuk
mengetahui:
1) Apakah terdapat perbedaan rata-rata rasio keuangan
perusahaan pada tahun-tahun setelah terjadinya krisis
ekonomi dan sebelum terjadinya kepailitan antara
perusahaan yang mengalami kepailitan dengan perusahaan
yang tidak mengalami kepailitan;
2) Apakah rasio-rasio keuangan pada tahun-tahun setelah
terjadinya krisis ekonomi dan sebelum terjadinya
10

kepailitan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi


kepailitan pada masa yang akan datang;
3) Rasio-rasio keuangan manakah yang pada tahun-tahun
setelah terjadinya krisis ekonomi dan sebelum terjadinya
kepailitan yang dominan berpengaruh terhadap kepailitan
perusahaan pada masa yang akan datang.

1.4. Kegunaan Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh
para penentu kebijakan keuangan perusahaan dan para
pengguna laporan keuangan antara lain dalam bentuk:
1) Memberikan informasi tentang manfaat dan keandalan
rasio-rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi
keadaan perusahaan pada masa yang akan datang;
2) Memungkinkan para pengambil kebijakan keuangan
perusahaan untuk lebih berhati-hati dalam mengambil
keputusan khususnya yang menyangkut manajemen
keuangan.
11

1.5. Kerangka Pemikiran


Rasio-rasio keuangan telah terbukti secara empiris dapat
dimanfaatkan untuk memprediksi kejadian-kejadian pada masa
yang akan datang. Hal ini dibuktikan oleh beberapa hasil
penelitian yang telah dilakukan. Beberapa peneliti yang pernah
melakukan kajian antara lain Beaver (1966), Altman (1968),
Sinkey (1975), Dambolena dan Khoury (1980), Thomson
(1991), Machfoedz Masud (1994), Sumarno Zain (1994),
Machfoedz Masud dan Payamta (1999), Surifah (1999 dan
2002), dan Ilya Avianti (2000) .
Beaver (1966) membuktikan bahwa secara empiris rasio
keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi
kegagalan perusahaan, meskipun tidak semua rasio dapat
memprediksi dengan sama baiknya dan tidak dapat
memprediksi dengan tingkat keberhasilan yang sama. Beaver
menggunakan univariate analysis. Beaver mempertemukan
sampel perusahan yang gagal dengan yang tidak gagal
kemudian meneliti rasio keuangan perusahaan yang tidak gagal
dan menemukan ternyata rasio keuangan perusahaan yang
tidak gagal berbeda dengan yang gagal, lima tahun sebelum
12

perusahaan gagal. Pada perusahaan yang gagal, cash flow to


total debt lebih rendah, cadangan aktiva lancar untuk melunasi
kewajiban lebih kecil dan hutangnya lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak gagal.
Altman (1968) menguji manfaat rasio keuangan dalam
memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dengan menggunakan
metode multivariate discriminant analysis dalam penelitiannya.
Altman menemukan bahwa rasio keuangan profitabilitas,
likuiditas, dan solvabilitas bermanfaat dalam memprediksi
kebangkrutan dengan tingkat keakuratan mencapai 95%
setahun sebelum perusahaan jatuh bangkrut. Tingkat
keakuratan tersebut terus mengalami penurunan sejalan dengan
lamanya waktu masing-masing menjadi 72% untuk periode 2
tahun sebelum bangkrut, 48% untuk periode 3 tahun sebelum
bangkrut, dan 36% untuk periode 5 tahun sebelum bangkrut.
Hasil penelitian Altman menunjukkan bahwa kekuatan prediksi
rasio keuangan mengalami penurunan untuk periode waktu
yang lebih lama. Hasil penelitian Altman menghasilkan model,
yaitu: Altman Z-Score = 0.707 (working capital to total asset)
+ 0.847 (retained earning to total asset) + 3.107 (Income
13

before interst and taxes to total asset) + 0.420 (shareholders


equity to total liabilities) + 0.998 (sales to total asset).
Sinkey (1975) meneliti tentang manfaat rasio keuangan
dalam memprediksi kondisi keuangan bank. Metode yang
digunakan adalah multiple discriminant analysis. Sinkey
menemukan bukti bahwa rasio keuangan signifikan berbeda
antara perusahaan perbankan yang bermasalah dengan
perusahaan perbankan yang tidak bermasalah untuk periode 4
tahun sebelum bank mengalami masalah. Hasil penelitian
Sinkey menunjukkan bahwa bank yang bermasalah kurang
efisien dalam operasionalnya, kecukupan modal yang diukur
dengan loans-to-capital kurang memadai, dan rasio likuiditas
lebih rendah dibandingkan dengan bank yang tidak bermasalah
dalam 4 tahun sebelum bank mengalami masalah.
Dambolena dan Khoury (1980) meneliti 46 perusahaan
yang terdiri dari 23 perusahaan bangkrut dan 23 perusahaan
tidak bangkrut dari sektor eceran dan pabrikasi. Dambolena
dan Khoury menganalisis 19 rasio keuangan dengan
menggunakan discriminant procedure. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa rasio keuangan mempunyai kemampuan
14

untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan untuk 5 tahun


sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan.
Thomson (1991) menguji manfaat rasio keuangan dalam
memprediksi kebangkrutan perusahaan. Thomson
menyimpulkan bahwa kemungkinan perusahaan bank akan
bangkrut adalah fungsi dari variabel yang berkaitan dengan
solvency-nya, termasuk rasio CAMEL (Capital, Asset
Management, Earning, dan Liquidity) yang dimilikinya.
Thomson juga menemukan bukti bahwa rasio CAMEL sebagai
proxy variabel kondisi keuangan bank merupakan faktor
signifikan yang berkaitan dengan kemungkinan kebangkrutan
bank untuk periode 4 tahun sebelum perusahaan bank
bangkrut.
Machfoedz Mas’ud (1994) menguji mengenai manfaat
analisis rasio-rasio keuangan dalam memprediksi perubahan
laba perusahaan pada masa yang akan datang. Menurut
penelitian ini kekuatan prediksi rasio keuangan terhadap
pertumbuhan laba untuk periode 1 tahun lebih tinggi
dibandingkan untuk periode 2 tahun, dan kekuatan prediksi
untuk 2 tahun ditemukan tidak signifikan. Selain itu, hasil studi
15

ini juga menunjukkan bahwa perusahaan besar mempunyai


komponen rasio keuangan yang berbeda dengan perusahaan
kecil apabila rasio keuangan tersebut akan digunakan untuk
memprediksi laba pada masa yang akan datang.
Sumarno Zain (1994), melakukan penelitian terhadap
perusahaan-perusahaan di Belgia dengan menggunakan metode
kecerdasan buatan yaitu neural networks. Hasil penelitian ini
adalah model peramalan kepailitan, yaitu satu tahun dan tiga
tahun sebelum pailit. Model ini kemudian dibandingkan
dengan model yang dibentuk melalui regresi logistik. Hasil
perbandingan menunjukkan bahwa model neural networks
lebih unggul dibandingkan dengan model regresi logistik untuk
kasus tiga tahun sebelum pailit. Sedangkan untuk kasus satu
tahun sebelum pailit, model regresi logistik lebih unggul
dibandingkan model neural networks.
Machfoedz Mas’ud dan Payamta (1999), mengevaluasi
kinerja perusahaan perbankan sebelum dan sesudah menjadi
perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Kinerja bank di-
proxy-kan dengan rasio-rasio keuangan CAMEL yang
disesuaikan dengan data yang tersedia. Hasil penelitian ini
16

menujukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja bank yang


signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah dilakukan
IPO. Meskipun beberapa diantara rasio CAMEL (Capital,
Asset Management, Earning, dan Liquidity), CAR (Capital
Adequacy Ratio), RORA (Return on Risked Asset) dan CML
memberi indikasi adanya perbedaan kinerja yang signifikan
untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah IPO. Namun
demikian, perbedaan kinerja tersebut sifatnya hanya temporer
dan tidak konsisten.
Surifah (1999), meneliti mengenai rasio keuangan
sebagai alat prediksi kegagalan perbankan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rasio keuangan dapat digunakan sebagai
alat prediksi kegagalan bank.
Adnan dan Kurniasih (2000), menganalisis tingkat
kesehatan perusahaan untuk memprediksi potensi
kebangkrutan dengan pendekatan Altman. Penelitian ini
mengambil kasus pada 5 perusahaan non perbankan yang
ketiganya delisted dan 5 perusahaan perbankan yang beku
operasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis tingkat
kesehatan bisa digunakan untuk memprediksi potensi
17

kebangkrutan 3 tahun sebelum perseroan tersebut dinyatakan


bangkrut. Penelitian ini memperkuat hasil penelitian Altman.
Ilya Avianti (2000) melakukan penelitian untuk
menghasilkan model prediksi kepailitan emiten dengan
menggunakan indikator-indikator keuangan yang mengambil
objek perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa indikator-indikator keuangan yang
dinyatakan dengan rasio-rasio keuangan adalah signifikan pada
tingkat 5% sebagai variabel prediktor kepailitan suatu emiten.
Rasio-rasio dimaksud merupakan indikator dominan yang
dapat memprediksi kepailitan emiten dalam periode satu, dua,
dan tiga tahun sebelum pailit.
Adnan Muhammad Akhyar dan Taufiq Muhammad
Imam (2001), juga menganalisis ketepatan prediksi metode
Altman terhadap terjadinya likuidasi pada lembaga perbankan
dengan kasus likuidasi perbankan di Indonesia. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa nilai Z-score bank terlikuidasi jauh
lebih kecil dari pada Z-score bank tidak terlikuidasi dan dapat
disimpulkan juga bahwa metode Altman dapat diterapakan
18

dalam memprediksi kemungkinan terjadinya likuidasi pada


lembaga perbankan.
Beberapa hasil penelitian sebagaimana diuraikan di atas
memberikan bukti empiris bahwa rasio keuangan dapat
dijadikan alat untuk memprediksi potensi kebangkrutan suatu
perusahaan. Dengan kata lain, rasio keuangan dapat
dimanfaatkan sebagai alat untuk memprediksi kepailitan
perusahaan pada masa yang akan datang.
Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia dihadapkan
pada situasi krisis ekonomi yang pada awalnya disebabkan oleh
penurunan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Dalam
kurun waktu ini, keadaan perekonomian dihadapkan pada
tingkat ketidakpastian yang relatif tinggi. Nilai tukar rupiah
terhadap Dolar Amerika misalnya, dari Rp.2.400 pada tahun
1997 menurun drastis hingga mencapai Rp.16.000 pada Juni
1998. Selain fluktuasi beberapa indikator ekonomi,
ketidakpastian juga disebabkan oleh situasi politik yang
mengalami gejolak. Dalam periode 1997-2003 Indonesia
mengalami pergantian kepemimpinan nasional sebanyak 3 kali.
19

Dalam situasi dimana tingkat ketidakpastian bisnis relatif


tinggi, apakah rasio-rasio keuangan masih dapat digunakan
untuk memprediksi keadaan di masa yang akan datang. Dengan
kata lain, apakah dalam situasi yang tingkat kedidakpastiannya
relatif tinggi, rasio keuangan juga masih dapat diandalkan
untuk memprediksi keadaan di masa yang akan datang.
Jawaban atas pertanyaan ini masih memerlukan bukti empiris
melalui penelitian.
Berdasarkan kerangka pemikiran seperti dijelaskan di
atas serta sesuai dengan identifikasi masalah yang menjadi
fokus penelitian ini, maka paradigma berpikir dalam konteks
penelitian ini dapat dijelaskan oleh gambar sebagai berikut:
20

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

Fenomena Ekonomi:
Perusahaan
(1997-2002 : Krisis)

Laporan
Ekuitas Positif Ekuitas Negatif
(Non Pailit) (Pailit)
Keuangan

Rasio-rasio
Analisis Keuangan

Normalitas Data Apakah terdapat perbedaan rata- Identifikasi


dan Uji Beda rata rasio keuangan? Masalah I

Apakah rasio keuangan dapat Identifikasi


Regressi Logistik digunakan sebagai alat prediksi Masalah II
kepailitan?

Regressi Logistik Rasio keuangan manakah yang Identifikasi


(Backward Stepwise) dominan berpengaruh terhadap Masalah III
kepailitan?
21

Berkaitan dengan fenomena krisis ekonomi, Surifah


(2002), telah melakukan penelitian terhadap 14 perusahaan
bangkrut dan 14 perusahaan tidak bangkrut dari 9 kelompok
jenis usaha pada sektor manufaktur guna mengetahui manfaat
rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan
publik pada masa krisis ekonomi. Dari penelitian ini diperoleh
kesimpulan bahwa pada masa krisis ekonomi, rasio keuangan
tidak dapat digunakan sebagai alat prediksi kebangkrutan
perusahaan. Artinya bahwa, faktor yang dominan berpengaruh
terhadap kebangkrutan adalah krisis ekonomi itu sendiri.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data laporan
keuangan tahun 1992 sampai dengan tahun 1996 sebagai
prediktor kebangkrutan perusahaan yang terjadi pada tahun
1997 dan 1998 yang berarti bahwa keadaan perusahaan
sebelum krisis digunakan sebagai dasar prediksi keadaan
perusahaan pada masa krisis.
Kesimpulan umum dari apa yang telah diuraikan di atas
adalah bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan dalam
memprediksi kebangkrutan/ kepailitan suatu perusahaan pada
masa yang akan datang, walaupun tingkat keakuratannya
22

berbeda pada setiap hasil penelitian. Pertanyaan selanjutnya


adalah; apakah dalam kondisi lingkungan usaha yang tingkat
ketidakpastiannya relatif tinggi seperti krisis ekonomi rasio
keuangan juga bermanfaat dalam memprediksi
kebangkrutan/kepailitan. Atas dasar hal inilah penelitian ini
dilakukan. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat sebagai
indikator keandalan rasio keuangan dalam memprediksi
kebangkrutan. Bagi kepentingan praktis, hasil penelitian ini
juga dapat digunakan oleh para manajer keuangan sebagai
bahan acuan dalam mengambil keputusan bisnis, khususnya
menyangkut manajemen keuangan.

1.6. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran sebagaimana diuraikan
di atas, maka dirumuskan hipotesis yang diuji kebenarannya
melalui penelitian. Hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1) Terdapat perbedaan rata-rata rasio keuangan perusahaan
pada tahun-tahun setelah terjadinya krisis ekonomi dan
sebelum terjadinya kepailitan antara perusahaan yang
23

mengalami kepailitan dengan perusahaan yang tidak


mengalami kepailitan.
2) Rasio-rasio keuangan pada tahun-tahun setelah terjadinya
krisis ekonomi dan sebelum terjadinya kepailitan dapat
digunakan sebagai alat untuk memprediksi kepailitan pada
masa yang akan datang;
3) Rasio-rasio keuangan likuiditas, profitabilitas, aktivitas,
ROI, dan Leverage, dominan berpengaruh terhadap
kepailitan perusahaan pada masa yang akan datang.
24

Bab II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Informasi Laporan Keuangan


Laporan keuangan (financial statement) memberikan
informasi yang berguna bukan saja bagi manajemen
perusahaan, tetapi juga bagi para investor, kreditor, maupun
pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya.
Pernyataan ini sejalan dengan Statement of Financial
Accounting Concept (SFAC) nomor 1 yang menyatakan bahwa
tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang
mencakup:
“1) that is useful to present and potential investors
and other user in making rational investment,
credit, and similar decision, 2) to help present and
potential investor and creditors and other users in
assessing the amount, timing, and uncertainty of
prospective cash receipt from dividend or interest
and proceeds from the sale, redemption, or maturity
of securities or loans, 3) about the economic
resources of an enterprises, the claims to those
resources (obligations of the enterprise to transfer
resources to other entities and owners equity, and
the effects of transactions, events, and
25

circumstances that change its resources and claims


to those resources (FASB, 1978)”.

Pernyataan di atas juga menjelaskan bahwa laporan


keuangan tidak saja memberikan informasi keadaan perusahaan
pada saat ini, tetapi juga dapat memberikan informasi tentang
potensi di masa yang akan datang baik untuk kepentingan
investor, kreditur, maupun pengguna (user) lainnnya.
Selain dari laporan keuangan, informasi juga dapat
diperoleh dari sumber lain seperti laporan produksi, kontrak
kerja dengan karyawan, publikasi media masa, dan lain-lain.
Namun demikian, informasi dari laporan keuangan memiliki
keunggulan dibandingkan dengan sumber informasi lain.
Menurut Ilya Avianti (2000), keunggulan laporan keuangan
karena:
“1)Informasi akuntansi keuangan lebih
berhubungan langsung dengan variabel-variabel
keputusan ekonomi; 2) Informasi akuntansi
keuangan lebih dapat diandalkan sebagai alat
pengambilan keputusan dibandingkan dengan
sumber-sumber lainnya; dan 3) Informasi laporan
keuangan disajikan dalam bentuk laporan
keuangan dan merupakan sumber informasi yang
relatif murah serta mudah diperoleh oleh
26

pengambil keputusan karena senantiasa


dipublikasikan secara periodik”.

Untuk dapat memahami laporan keuangan, perlu


dilakukan analisis secara tepat. Menurut Suad Husnan (2002),
terdapat beberapa cara yang umum digunakan dalam
melakukan analisis laporan keuangan, yaitu: cross sectional
methode dan time series methode. Dalam cross sectional
methode, teknik analisis yang digunakan adalah: (1) analisis
common size dan (2) analisis rasio keuangan. Sedangkan dalam
time series methode, teknik yang digunakan mencakup: (1)
analisis kecenderungan (trend), (2) analisis rasio keuangan, dan
(3) pengukuran variabilitas.
Foster, G. (1986) menyatakan bahwa dalam cross
sectional methode analisis dilakukan dengan membandingkan
informasi laporan keuangan suatu perusahaan dengan laporan
keuangan perusahaan lain dari entitas bisnis yang sejenis.
Sedangkan analisis dengan menggunakan time series methode
dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan satu
entitas bisnis pada beberapa titik waktu. Van Horne, James C.
(1986) menyatakan bahwa:
27

“The analysis of financial ratios involves two types


of comparison. First, the analyst can compare a
present ratio with past and expected future ratios
for the some company…When financial ratios are
arrayed on a spreadsheet over a period of years,
the analyst can study the composition of change and
determine whether there has been an improvement
or a deterioration in the financial condition and
performance of the firm over time. Financial ratios
also can be computed for projected, or pro forma,
statement and compared with present and past
ratios”.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa rasio keuangan


merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk
memperoleh informasi tentang keadaan keuangan suatu
perusahaan. Analisis dimaksud dapat dilakukan baik dengan
cara membandingkannya dengan perusahaan sejenis dalam
kurun waktu tertentu (cross sectional) maupun
membandingkan perubahannya dari waktu ke waktu (time
series).
28

2.2. Analisis Rasio Keuangan

2.2.1. Pengertian Rasio Keuangan


Rasio dapat diartikan sebagai hubungan matematik antara
suatu jumlah/ angka tertentu dengan angka lainnya. Menurut
Bernstein, Leopold A. (1993) dinyatakan bahwa:

“A ratio expresses the mathematical relationship


between one quantity and another. The ratio of 200
to 100 is expressed as 2 : 1 or as 2”

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Peterson,


Pamela P. (1994) yang menyatakan bahwa:

“A ratio is a mathematical relation between one


quantity and another. Suppose you have 200 apples
and 100 oranges. The ratio of apples to oranges is
200/100, which we can more conveniently as 2 : 1
or 2 ”

Berdasarkan pengertian di atas, maka rasio keuangan


dapat diartikan sebagai persamaan matematika yang
29

membandingkan antara suatu komponen tertentu dengan


komponen lainnya dalam laporan keuangan. Hal ini sejalan
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Peterson, Pamela P.
(1994) yang menyatakan bahwa:

“A financial ratio is comparison between one bit of


financial information with another”.

Rasio keuangan merupakan perbandingan antara


komponen-komponen tertentu dalam laporan keuangan, baik
dalam neraca, laporan laba rugi, atau keduanya. Suad Husnan
(2000) menyatakan bahwa:
“untuk melakukan analisis rasio keuangan
diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang
mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio
keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas
angka-angka dalam neraca saja, dalam laporan
rugi laba saja, atau pada neraca dan rugi laba”

Menghitung rasio-rasio keuangan perlu disesuaikan


dengan tujuan analisisnya. Sebagai ilustrasi, kreditur dan
investor tentu memiliki tujuan analisis yang berbeda. Kreditor
30

mungkin lebih menitikberatkan pada kemampuan perusahaan


dalam mengembalikan kredit, sedangkan investor akan lebih
berkepentingan dengan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan.

2.2.2. Jenis-jenis Rasio Keuangan


Sebagai alat analisis laporan keuangan, terdapat beberapa
jenis rasio keuangan. Ou dan Penman (1989) mengemukakan 9
kategori rasio keuangan sebagai berikut:

1) Short Term Liquidity (Likuiditas Jangka Pendek)


Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban (hutang) jangka
pendeknya dimana kas dan surat berharga membentuk
cadangan yang penting yang dapat dipergunakan oleh
perusahaan untuk membiayai pengeluaran operasi dan
kewajiban-kewajiban lainnya yang telah jatuh tempo.
Rasio-rasio keuangan ini adalah: cash to current
liabilities, cash flow to current liabilities, quick assets to
current liabilities, dan current assets to current liabilities.
31

2) Long Term Solvency (Solvabilitas Jangka Panjang)


Solvabilitas jangka panjang menunjukkan kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya
yang dapat dipenuhi dengan total aktiva lancar maupun
aktiva tetap perusahaan. Rasio-rasio long term solvency
terdiri dari: current assets to total liabilities, net worth
and long term debt to fixed assets, dan net worth to fixed
assets.

3) Profitability (Profitabilitas)
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba, sebagai hasil pendapatan bersih
setelah dikurangi beban-beban. Rasio-rasio profitabilitas
terdiri dari: operating income to earnings before taxes,
earning before taxes to sales, gross profit to sales,
operating income to sales, dan net income to sales.

4) Productivity (Produktifitas)
Rasio produktivitas menggambarkan keefektifan dan
keefisienan pemanfaatan asset untuk menghasilkan
32

produk. Rasio-rasio produktivitas terdiri dari: inventory to


working capital, cost of good sold to inventory, sales to
quick assets, sales to cash, sales to account receivables,
cash flow to total assets, current assets to total assets,
quick assets to inventory, inventory to sales, sales to total
assets, dan working capital to total assets.

5) Indebtedness (Kemampuan Memenuhi Kewajiban)


Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya dengan total harta, harta lancar,
atau dengan pendapatan operasinya. Rasio-rasio tersebut
terdiri dari: total liabilities to current assets, operating
income to total liabilities, dan current liabilities to total
assets.

6) Investment Intensiveness
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk
mengukur hasil investasi dari pemanfaatan asset lancar,
asset tetap maupun perputaran seluruh aktiva yang
diinvestasikan dalam perusahaan untuk menghasilkan
33

pendapatan maupun laba perusahaan sebagai sisa dari


beban. Rasio-rasio yang dapat memberikan gambaran
investment intensiveness adalah: cash flow to total
liabilities, sales to fixed assets, working capital to total
assets, current assets to sales, quick assets to total assets,
net worth to sales, working capital to sales, inventory to
total assets, dan cash flow to sales.

7) Leverage
Rasio leverage digunakan untuk memperoleh gambaran
mengenai kemampuan perusahaan memanfaatkan
assetnya untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya
secara menyeluruh. Rasio-rasio tersebut adalah: net worth
to total assets, current liabilities to inventory, dan total
liabilities to total assets.

8) Return on Investment
Rasio ini digunakan untuik memperoleh gambaran
mengenai kemampuan perusahaan memperoleh laba,
terhadap net worth, asset tetap, maupun total asset. Rasio-
34

rasio yang digunakan adalah: earning before taxes to net


worth, net income to fixed asset, net income to net worth,
earning before income taxes to total assets, dan net
income to total assets.

9) Equity
Rasio-rasio dalam kelompok equity menggambarkan
perbandingan antara pendapatan maupun laba yang
dihasilkan perusahaan untuk dapat menutup kewajiban-
kewajiban perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan
adalah: sales to current liabilities, net income to total
liabilities, current liabilities to net worth, dan net worth
to total liabilities.

Sedangkan Bernstein, Leopold A. (1998)


mengklasifikasikan rasio keuangan menjadi enam kelompok,
yaitu: Return on Invested Capital, Profitability, Asset
Utilization and Efficiency, Liquidity, Capital Structure and
Solvency, dan Financial Market.
35

1) Rasio Return on Invested Capital mencakup Return on


Asset, Return on Common Equity, Return on Long Term
Capitalization, Equity Growth Rate, dan Sustainable
Equity Growth.
2) Rasio Profitability terdiri dari Gross Profit Margin,
Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Pretax Profit
Margin, Earning per Share, Book Value per Share,
Effective Interest Rate, dan Operating Cashflow to Income.
3) Rasio Asset Utilization and Efficiency mencakup Total
Asset Turnover, Cash Turnover, Account Receivable
Turnover, Days’ Sales Receivables, Days’ Sales Inventory,
Sales to Inventory, Working Capital Turnover, Fixed Asset
Turnover, dan Current Liabilities Turnover.
4) Rasio Liquidity terdiri dari Current Ratio, Working
Capital, Acid-Test (Quick) Ratio, Cash Ratio, Collection
Periode, Inventory Turnover, Days to Sell Inventory,
Account Payable Turnover, Days Purchase in Account
Payable, Operating Cash Flow to Current Liabilities, dan
Operating Cycle.
36

5) Rasio Structure and Solvency meliputi Total Debt Ratio,


Total Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity,
Time Interest Earned, Earnings to Fixed Charges,
Financial Leverage Ratio, Financial Leverage Index, dan
Altman Z-Score.
6) Rasio Financial Market dapat dianalisis melalui Price to
Earnings, Price to Book, Earning Yield, dan Dividend
Yield.

Analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio


keuangan juga dikemukakan oleh Gibson, Charles H. (1997),
yang mengklasifikasikan rasio keuangan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1) Liquidity Ratio, terdiri dari Days Sales in Receivables,
Account Receivable Turnover, Account Receivable
Turnover in Days, Days Sales Inventory, Inventory
Turnover, Inventory Turnover in Days, Operating Cycle,
Working Capital, Current Ratio, Acid Test Ratio, Cash
Ratio, Sales to Working Capital, dan Operating Cash Flow
37

to Current Maturities of Long-Term Debt and Current


Notes Payable.
2) Long-Term Debt-Paying Ability Ratio, meliputi Time
Interest Earned, Fixed Charges Coverage, Debt Ratio,
Debt to Equity Ratio, Debt to Tangible Net Worth, dan
Operating Cash Flow to Total Debt.
3) Profitability Ratio, mencakup Net Profit Margin, Total
Asset Turnover, Return on Assets, DuPont Return on
Assets, Operating Income Margin, Operating Assets
Turnover, Return on Operating Assets, Dupont Return on
Operating Assets, dan Sales to Fixed Assets.

Menurut Suad Husnan (2000), rasio keuangan


diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1) Rasio leverage yang mengukur seberapa jauh perusahaan
menggunakan hutang. Rasio ini sering juga disebut rasio
solvabilitas. Analisis terhadap rasio keuangan ini
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Beberapa rasio
38

yang sering digunakan adalah Debt to Equity Ratio, Time


Interest Earned, dan Debt Service Coverage.
2) Rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya.
Artinya, rasio ini mengukur seberapa besar alat likuid
tersedia untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio
ini mecakup: Modal Kerja Neto dengan Total Aktiva,
Current Ratio, dan Quick atau Acid Test Ratio.
3) Rasio-rasio Profitabilitas (Efisiensi). Rasio-rasio ini
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva.
Rasio-rasio keuangan ini antara lain meliputi: Rentabilitas
Ekonomi, Rentabilitas Modal Sendiri atau Return on
Equity, Return On Investment (ROI), Profit Margin,
Perputaran Aktiva, Perputaran Piutang, dan Perputaran
Persediaan.
4) Rasio-rasio nilai pasar menggunakan angka yang diperoleh
dari laporan keuangan dan pasar modal. Rasio-rasio ini
antara lain mencakup: Price Earnings Ratio dan Market to
Book Value Ratio.
39

Van Horne, James C. (1986) mengelompokkan rasio


keuangan menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu: liquidity, debt,
profitability, dan coverage ratios. Sedangkan Peterson, Pamela
P. (1994) mengelompokkan rasio keuangan menjadi 6 (enam)
jenis, yaitu:
1) Liquidity Ratio, terdiri dari: number of days of inventory,
number of days of credit, operating cycle, number of days
of purchase, net operating cycle, current ratio, quick ratio,
dan net working capital-to-sales ratio.
2) Profitability Ratio, meliputi: gross profit margin,
operating profit margin, dan net profit margin.
3) Activity Ratio, mencakup: inventory turnover, account
receivable turnover, total asset turnover, dan fixed asset
turnover;
4) Return on Investment, terdiri dari: return on asset, return
on equity, dan return on common equity;
5) Financial Leverage, mencakup: total debt to asset ratio,
long term debt to asset ratio, long term debt to equity
ratio, interest coverage ratio, fixed charge coverage ratio,
dan cash flow interest coverage ratio;
40

6) Shareholder Ratio, meliputi: earnings per share, book


value of equity ratio, price earning ratio, dividens per
share, dan dividend payout ratio.

Dalam penelitian ini, rasio keuangan yang dianalisis


terdiri dari sepuluh jenis rasio yang dikelompokkan dalam lima
kelompok, yaitu:
1) Liquidity Ratio, terdiri dari:
a. Current Ratio,
b. Quick Ratio,
2) Profitability Ratio, meliputi:
a. Gross Profit Margin,
b. Net Profit Margin.
3) Activity Ratio, mencakup:
a. Inventory Turn Over
b. Total Asset Turnover,
c. Fixed Asset Turnover;
4) Return on Investment, terdiri dari:
a. Return on Asset (1),
b. Return on Asset (2),
41

5) Financial Leverage, mencakup:


a. Total Debt to Asset Ratio,

Pemilihan rasio-rasio keuangan di atas didasarkan pada


pertimbangan:
1) Ketersediaan data penelitian (laporan keuangan: balance
sheet, income statement);
2) Kepopulerannya dalam literatur;
3) Kinerja rasio-rasio keuangan tersebut dalam penelitian-
penelitian terdahulu;

Penjelasan tentang rasio-rasio keuangan sebagaimana


tersebut di atas diuraikan di bawah ini.

1) Liquidity Ratio
Liquidity Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendeknya
dengan menggunakan alat likuid yang dimilikinya. Peterson,
Pamela P. (1994) menyatakan bahwa:
“Liquidity reflects the ability of firm to meet its
short term obligation using those assets that are
42

most readily converted into cash. Assets that may


be converted into cash in short period of time are
referred to as liquid assets; they are listed in
financial statement as current assets”.

Current ratio menghitung perbandingan antara aktiva


lancar (termasuk persediaan) dengan hutang lancar. Rasio ini
mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai
untuk memenuhi kewajiban lancarnya (Suad Husnan, 2002).
Menurut Peterson, Pamela P. (1994), Current Ratio dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:

Current Assets
Current ratio =
Current Liabilities

Karena persediaan (inventories) memerlukan waktu yang


cukup lama untuk berubah menjadi kas, maka rasio likuiditas
dapat juga dihitung dengan membandingkan antara aktiva
lancar dengan hutang lancar tanpa memasukkan persediaan
(inventories). Rasio ini disebut quick ratio yang menurut
Peterson, Pamela P. (1994) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
43

Current Assets-Inventories
Current ratio =
Current Liabilities

2) Profitability Ratio
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba/keuntungan, sebagai hasil pendapatan
bersih setelah dikurangi beban-beban. Menurut Suad Husnan
(2002), rasio profitabilitas dimaksudkan untuk mengukur
efisiensi penggunaan aktiva perusahaan (atau sekelompok
aktiva perusahaan). Rasio ini dapat juga disebut sebagai rasio
efisiensi. Menurut Van Horne, James C. (1986), Peterson,
Pamela P. (1994), dan Bernstein, Leopold A. (1993) rasio
profitabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus-
rumus sebagai berikut:

Sales – Cost of Goods Sold


Gross Profit Margin =
Sales

Gross Profit Margin menunjukkan kemampuan


perusahaan dalam menghasilkan keuntungan kotor (gross
44

profit) dari setiap penjualan setelah dikurangi dengan biaya


produksi. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Peterson,
Pamela P. (1994) yang menyatakan bahwa:

“This ratio tell us the portion of each dollar of


sales that remains after deducting production
expenses”

Selain diukur oleh rasio gross profit margin,


profitabilitas juga dapat dianalisis dengan menggunakan rasio
net profit margin. Rasio ini menunjukkan berapa besar
keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dari setiap
penjualan. Peterson, Pamela P. (1994) menyatakan bahwa:
“Net profit margin tell us the net income generated
from each dollar of sales; it considers financing
costs that the operating profit margin doesn’t
consider”

Menurut Peterson, Pamela P. (1994) rasio ini dapat


dihitung dengan rumus:
45

Net Income
Net Profit Margin =
Sales

3) Activity Ratio
Rasio aktivitas dimaksudkan untuk mengukur sampai
berapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan
sumber-sumber dananya. Menurut Peterson, Pamela P. (1994)
dinyatakan bahwa:
“Activity ratios are measures of how well assets are
used. Activity ratios-for the most part, turnover
ratios-can be use to evaluate the benefit produced
by specific assets, such as inventory or accounts
receivable to evaluate the benefits produced by the
totality of the firm’s assets”

Menurut Van Horne, James C. (1986) , Peterson, Pamela


P. (1994), dan Bernstein, Leopold A. (1993) rasio aktivitas
antara lain dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Cost of Goods Sold


Inventory Turnover =
Inventory
46

Inventory Turnover Ratio menunjukkan kemampuan dana


yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode
tertentu. Peterson, Pamela P. (1994), menyatakan bahwa:
“The inventory turnover ratio indicates how well a
firm has used inventory to generate the goods and
services that are sold. The inventory turnover is the
ratio of the cost of goods sold to inventory”.

Total asset turnover ratio menunjukkan kemampuan dana


yang tertanam dalam keseluruhan aktiva, berputar dalam suatu
periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan
untuk menghasilkan revenue. Peterson, Pamela P. (1994)
menyatakan bahwa:
“…total asset turnover, which tells us how many
times during the year of value of a firm’s total
assets is generated in sales”

Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan


rumus sebagai berikut:

Sales
Total Asset Turnover =
Total Asset
47

Selain diukur oleh total asset turnover ratio, rasio


aktivitas juga dapat dihitung dengan membandingkan antara
penjualan dengan aktiva tetap (fixed asset turnover ratio).
Seperti halnya total asset turnover ratio, rasio ini menunjukkan
kemampuan dana yang tertanam dalam aktiva, hanya saja lebih
fokus pada aktiva tetap. Menurut Van Horne, James C. (1986)
, Peterson, Pamela P. (1994), dan Bernstein, Leopold A.
(1993), fixed asset turnover ratio dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Sales
Fixed Asset Turnover =
Fixed Asset

4) Return on Investment
Return on Investment menunjukkan seberapa banyak laba
bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki
perusahaan (Suad Husnan, 2002). Rasio ini dapat juga disebut
sebagai return on assets ratios. Peterson, Pamela P. (1994)
menyatakan bahwa:
“Return on investment ratios, more commonly
called return-on-assets ratios, compare measures of
48

benefits we have not yet considered with measures


of investment”

Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus


Return on Asset, yaitu:
EBIT
Return on Asset (1) =
Total Asset

Rasio di atas menunjukkan kemampuan perusahaan


mengelola total kekayaan yang dimilikinya untuk memperoleh
laba sebelum bunga dan pajak (Peterson, Pamela P., 1994).
Selain dengan menggunakan rumus di atas, rasio ini juga
dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini
(Peterson, Pamela P., 1994).

Net Income
Return on Asset (2) =
Total Asset

Rasio kedua ini menunjukkan kemampuan perusahaan


mengelola total kekayaan yang dimilikinya untuk memperoleh
laba bersih (Peterson, Pamela P., 1994).
49

5) Leverage Ratio
Rasio leverage mengukur seberapa jauh perusahaan
menggunakan hutang. Rasio ini juga sering disebut dengan
istilah rasio solvabilitas (Suad Husnan, 2002). Rasio leverage
dapat digunakan sebagai ukuran risiko keuangan sebuah
perusahaan (Peterson, Pamela P., 1994).
Salah satu rasio leverage adalah total debt to asset ratio,
yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Peterson, Pamela P. 1994, Bernstein, Leopold A.
1993),:

Total Debt
Total debt to asset ratio =
Total Asset

Rasio total debt to asset menunjukkan berapa besar


keseluruhan hutang dapat dijamin oleh keseluruhan harta yang
dimiliki oleh perusahaan (Peterson, Pamela P. 1994, Bernstein,
Leopold A. 1993).
50

2.3. Pengertian dan Batasan Kepailitan


Menurut Ilya Avianti (2000), pengertian pailit dapat
digolongkan menjadi 2 kategori, yaitu pailit secara teknis
(stock based insolvency) dan pailit secara hukum (legal
bankruptcy). Ilya Avianti (2000) menyatakan bahwa:

“suatu perusahaan dikatakan pailit secara teknis


apabila terdapat kondisi ekuitas negatif, artinya
total hutang lebih besar dari total harta”.

Selanjutnya, Ilya Avianti (2000) memberikan makna


terhadap istilah kepailitan sebagai berikut:

“ditandai oleh kesulitan likuiditas temporer dan


berlanjut, kondisi perusahaan dengan nilai buku
jumlah kewajiban yang melebihi jumlah nilai aset,
sehingga nilai ekuitas menjadi negatif”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,


1989) kata pailit memiliki makna yang sama dengan kata
bangkrut. Secara sederhana, kedua kata ini menggambarkan
suatu keadaan (perusahaan) yang tidak mampu membayar
51

kewajiban (hutang-hutangnya). Pailit, memiliki makna jatuh


bangkrut. Berdasarkan pengertian ini, maka kepailitan dapat
memiliki makna yang berhubungan dengan kebangkrutan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1989),
kebangkrutan memiliki arti sebagai berikut:

“perihal (keadaan) bangkrut dari suatu perusahaan


karena tidak mampu membayar utang-utangnya”

Berkaitan dengan kebangkrutan perusahaan, Peterson,


Pamela P. (1994) menyatakan bahwa:

“When a firm is having difficulty paying its debt,


there is a possibility that creditors will foreclose
(that is, demand payment) on loans, causing the
firm to sell assets which could impair the firm’s
operations or cause it to cease operations entirely.
But if some creditors force payment, this may be
disadvantageous to other creditors. As a result,
what has developed is a process of dealing in an
orderly way with a firm’s payments to its creditors
when the firm is having payment difficulties-the
process is called bankruptcy”.
52

Sedangkan Van Horne, James C. ( 1986) menyatakan


bahwa:
“The word “failure” is vague, partly because there
are varying degrees of failure. A Company is
regarded as technically insolvent if it is unable to
meet its current obligations: however, such
insolvency may be only temporary and subject to
remedy. Insolvency in bankruptcy, on the other
hand, means that liabilities of a company exceed its
assets; in other word, the net worth of the company
is negative. Financial failure includes the entire
range of possibilities between these extremes”.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pemahaman


tentang istilah kepailitan dapat dilihat dari 2 (dua) pendekatan,
yaitu pendekatan hukum dan pendekatan teknis. Kebangkrutan
secara hukum (legal bankcrupcy) adalah kebangkrutan
perusahaan yang ditandai oleh pengesahan kepailitan oleh
pengadilan. Sedangkan kepailitan berdasarkan pendekatan
teknis adalah perusahaan yang memiliki ekuitas negatif,
dimana total hutang lebih besar dari total harta.
53

Menurut Brigham dan Gapensky (1993), kepailitan secara


teknis biasanya diawali oleh kesulitan keuangan (financial
distress) yang ditandai oleh adanya ketidakpastian profitabilitas
di masa yang akan datang. Kesulitan keuangan (financial
distress) perusahaan dapat dikategorikan sebagai kegagalan
ekonomi (economic failure), kegagalan bisnis (business
failure), insolvabilitas teknis (technical insolvency),
insolvabilitas dalam kebangkrutan (insolvency in bankcruptcy)
dan kebangkrutan secara hukum (legal bankcrupcy).
Sedangkan Peterson, Pamela P (1994) menyatakan
bahwa:

“Financial distress is the condition under which a


firm makes decision under pressure to satisfy its
legal obligations to its creditors. These decisions
may not be in the best interest of the owners of the
firm”.

Ross, Stephan A., et. all. (1998) yang menyatakan bahwa:


“The use of debt in a firm’s capital structure is
called financial leverage. The more debt a firm has
(as a percentage of assets), greater is its degree of
financial leverage...So financial leverage increases
54

the potential reward to shareholders, but it also


increases the potential for financial distress and
business failure”.

Dalam penelitian ini, pengertian pailit dibatasi pada


pengertian secara teknis, yaitu perusahaan yang memiliki
ekuitas negatif. Alasan pemilihan definisi pailit ini karena
perusahaan-perusahaan publik yang ada Indonesia (pada
periode waktu pelaksanaan penelitian) belum ada yang
dinyatakan pailit secara hukum. Selain itu, alasan pemilihan
didasarkan pada kenyataan bahwa definisi ini pernah pula
digunakan oleh peneliti sebelumnya, antara lain oleh Surifah
(2000) dan Ilya Avianti (2000).
55

Bab III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian


Objek penelitian ini adalah rasio keuangan pada 20
kelompok bidang usaha sektor manufaktur. Keduapuluh
kelompok bidang usaha tersebut, yaitu: Food and Beverages,
Tobacco Manufacturers, Textile Mill Product, Apparel and
Other Textile Products, Lumber and Wood Products, Paper
and Allied Products, Chemical and Allied Products, Adhesive,
Plastics and Glass Products, Cement, Metal and Allied
Products, Fabricated Metal Products, Stone, Clay, Glass and
Concret Products, Machinery, Electronic and Office
Equipment, Automotive and Allied Products, Photographic
Equipment, Pharmaceutical, dan Consumer Goods. Pemilihan
objek penelitian hanya pada satu kelompok usaha (kelompok
manufaktur) dimaksudkan untuk menjaga konsistensi rasio-
rasio keuangan, karena laporan keuangan pada kelompok ini
diyakini memiliki karakteristik yang relatif sama.
56

3.2. Metode Penelitian


3.2.1. Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ilmiah pada dasarnya merupakan suatu upaya
untuk mengungkapkan fenomena secara sistematik, terkendali,
empirik, dan kritis. Apabila kemudian lebih lanjut
diterjemahkan ke dalam bahasa statistika, maka pengertian
penelitian adalah usaha untuk mengungkapkan pengaruh antar
variabel (Ibnu Subiyanto).
Berdasarkan pemahaman di atas dan sesuai dengan latar
belakang dan tujuannya, maka jenis penelitian ini adalah
penelitian pengembangan (development research). Seperti
kebanyakan penelitian ekonomi lainnya metode yang akan
digunakan adalah metode penjelasan (explanatory).

3.2.2. Operasionalisasi Variabel


Untuk memperoleh kepastian dalam menguji hipotesis
perlu ditetapkan dan diuraikan secara tegas variabel-variabel
penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel pokok
yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable).
57

Variabel bebas (x) adalah rasio-rasio keuangan yang


dianalisis dalam penelitian. Sedangkan variabel terikat (Y)
menggambarkan dua kondisi perusahaan yaitu perusahaan yang
mengalami kepailitan dan perusahaan yang tidak mengalami
kepailitan. Untuk membedakan kedua keadaan perusahaan ini
(pailit dan tidak pailit) dilakukan dummy variable.
Rasio-rasio keuangan (sebagai variabel bebas) yang akan
dianalisis dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam lima
jenis, yaitu: rasio liquidity, profitability, activity, ROI, dan
leverage. Secara rinci, rasio-rasio keuangan yang dianalisis
terdiri dari:

6) Liquidity Ratio, terdiri dari: Current Ratio dan Quick


Ratio,
7) Profitability Ratio, meliputi: Gross Profit Margin dan Net
Profit Margin.
8) Activity Ratio, mencakup: Inventory Turn Over, Total
Asset Turnover, dan Fixed Asset Turnover;
9) Return on Investment, diukur melalui: Return On Asset,
dan
58

10) Financial Leverage, diukur oleh: Total Debt To Asset


Ratio

Pemilihan rasio-rasio keuangan di atas didasarkan pada


pertimbangan sebagai berikut:
1) Ketersediaan data penelitian (laporan keuangan);
2) Kepopulerannya dalam literatur;
3) Kinerja rasio-rasio keuangan tersebut dalam penelitian-
penelitian terdahulu;

Berdasarkan konsep di atas selanjutnya disusun


operasionalisasi variabel seperti disajikan pada tabel sebagai
berikut:
59

Tabel 1
Operasionalisasi Variabel
No Variabel Konsep Indikator Skala
1. Rasio Likuiditas
Current ratio mengukur seberapa
Current Assets/
1) Current jauh aktiva lancar perusahaan bisa
Current Rasio
Ratio dipakai untuk memenuhi kewajiban
Liabilities
lancarnya
Quick ratio menghitung/ mengukur
(Current Assets-
seberapa jauh aktiva sangat lancar
Inventories)/
2) Quick Ratio (tanpa persediaan) perusahaan bisa Rasio
Current
dipakai untuk memenuhi kewajiban
Liabilities
lancarnya
Rasio
2.
Profitabilitas
Gross Profit Margin menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam
Sales-Cost of
1) GrossProfit menghasilkan keuntungan kotor
Goods Sold/ Rasio
Margin (gross profit) dari setiap penjualan
Sales
setelah dikurangi dengan biaya
produksi.
Net profit margin menunjukkan
2) Net Profit berapa besar keuntungan bersih Net Income/
Rasio
Margin yang diperoleh perusahaan dari Sales
setiap penjualan
3. Rasio Aktivitas
Inventory Turnover Ratio
menunjukkan kemampuan dana
1) Inventory Cost of Goods
yang tertanam dalam inventory
Turnover Sold/ Inventory
berputar dalam suatu periode
tertentu
Total asset turnover ratio
menunjukkan kemampuan dana
2) Total Asset yang tertanam dalam keseluruhan
Sales/
Turnover aktiva, berputar dalam suatu Rasio
Total Asset
Ratio periode tertentu atau kemampuan
modal yang diinvestasikan untuk
menghasilkan revenue
Seperti halnya total asset turnover
3) Fixed Asset ratio, rasio ini menunjukkan
Sales/
Turnover kemampuan dana yang tertanam Rasio
Fixed Asset
Ratio dalam aktiva, hanya saja lebih
fokus pada aktiva tetap
60

Tabel 1 (lanjutan)
Operasionalisasi Variabel
No Variabel Konsep Indikator Skala
Return on
4.
Investment
Return on Asset (1)
menunjukkan kemampuan
perusahaan mengelola total
1) Return on EBIT/Total
kekayaan yang dimilikinya Rasio
Asset (1) Assets
untuk memperoleh laba
sebelum bunga dan pajak

Return on Asset (2)


menunjukkan kemampuan
2) Return on Net Income/
perusahaan mengelola total Rasio
Asset (2) Total Asset
kekayaan yang dimilikinya
untuk memperoleh laba bersih
Financial
5.
Leverage
Total debt to asset
menunjukkan berapa besar
1) Total Debt to Total Debt /
keseluruhan hutang dapat Rasio
Asset Ratio Total Asset
dijamin oleh keseluruhan harta
yang dimiliki oleh perusahaan

Lebih lanjut, analisis terhadap rasio-rasio keuangan


seperti disajikan di atas dioperasionalkan menjadi variabel
penelitian sebagai berikut:
x1 = Current Ratio
x2 = Quick Ratio,
x3 = Gross Profit Margin,
x4 = Net Profit Margin.
X5 = Inventory Turn Over
61

X6 = Total Asset Turnover,


X7 = Fixed Asset Turnover;
X8 = Return On Asset (1),
X9 = Return On Asset (2),
X10 = Total Debt To Asset Ratio,

Tabel 2
Daftar Rasio-rasio Keuangan yang Diuji
Nama Rasio Kelompok/Rumus Singk.
Liquidity
Current Ratio Current Assets to Current Liabilities CACL
Quick Ratio Quick Assets to Current Liabilities QACL
Profitability
Gross Profit Margin Gross Profit to Sales GPS
Net Profit Margin Net Income to Sales NIS
Activity
Inventory Turn Over Cost of Goods Sold to Inventory COGSIN
Total Asset Turnover Sales to Total Assets STA
Fixed Asset Turnover Sales to Fixed Assets SFA
ROI
Earning Before Interest and Taxes
Return On Asset (1), EBITTA
to Total Assets
Return On Asset (2), Net Income to Total Assets NITA
Leverage
Total Debt To Asset
Total Liabilities to Total Assets TLTA
Ratio
62

3.2.3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data


Data pokok yang diperlukan untuk kepentingan penelitian
ini adalah laporan keuangan perusahaan publik yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta (BEJ). Data ini diambil dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) untuk tahun buku 1997,
1998, 1999, 2000, 2001, dan 2002. Data lain yang diperlukan
diambil dan dikumpulkan dari Bursa Efek Jakarta, media masa,
hasil penelitian lain, dan sumber kepustakaan lainnya yang
relevan.

3.2.4. Teknik Penetuan Sampel


Sampel penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok perusahaan yang mengalami
kepailitan pada tahun 2002 dan kelompok perusahaan yang
tidak mengalami kepailitan pada tahun 2002. Kriteria
perusahaan yang mengalami kepailitan adalah perusahaan yang
memiliki ekuitas negatif, artinya perusahaan yang memiliki
hutang yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah nilai
hartanya. Sedangkan perusahaan yang tidak pailit adalah
perusahaan yang memiliki ekuitas positif pada 2002. Sampel
63

ini dipilih secara berpasangan dari kelompok perusahaan yang


sama dengan perusahaan yang pailit.
Penentuan sampel dilakukan secara purposif (purposive
methode). Sebagai konsekuensi dari pengambilan sampel
dengan metode ini, maka dirumuskan kriteria masing-masing
objek yang dijadikan sampel penelitian. Kriteria-kriteria
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Perusahaan yang mengalami kepailitan, dengan kriteria:
a. Memiliki ekuitas negatif, yaitu perusahaan yang
memiliki hutang lebih besar dibandingkan dengan
jumlah nilai asset-nya pada tahun 2002;
b. Mempunyai pasangan perusahaan yang tidak
mengalami kepailitan pada kelompok usaha yang
sejenis;
c. Terdapat laporan keuangan selama 6 (enam) tahun
yaitu tahun 1997-2002.
2) Perusahaan yang tidak mengalami kepailitan, dengan
kriteria:
a. Tidak memiliki ekuitas negatif pada tahun 2002;
64

b. Mempunyai pasangan perusahaan yang mengalami


kepailitan pada kelompok usaha yang sejenis;
c. Terdapat laporan keuangan selama 6 (enam) tahun
yaitu tahun 1997-2002.

Berdasarkan kriteria di atas, ditetapkan 40 perusahaan


yang dijadikan sampel penelitian, terdiri dari 20 perusahaan
dari kelompok pailit dan 20 perusahaan dari kelompok tidak
pailit dari 12 kelompok perusahaan pada sektor manufaktur.
Daftar sampel penelitian disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3
Daftar Nama Perusahaan Sampel Penelitian

Kelompok - Nama Perusahaan


No.
Pailit Tidak Pailit
I. Food and Beverage
1 SMART Corporation Mayora Indah
2 Prasidha Aneka Niaga Delta Djakarta
3 Sekar Laut Pioneerindo Gourmet International
II. Textile Mill Products
4 Argo Pantes Tifico
5 Texmaco Jaya Panasia Indosyntec
65

III. Apparel and Other Textile Products


6 Apac Citra Centertex Indorama Sintetics
7 Kasogi International Sarasa Nugraha
8 Primarindo Asia Infrastructure Pan Brother Tex
IV. Lumber and Wood Products
9 Sumalindo Lestari Barito Pacific
10 Surya Dumai Industri Daya Sakti Unggul Corporation
V. Paper and Allied Products
11 Surabaya Agung Industry Pulp Fajar Surya Wisesa
VI. Chemical and Allied Products
12 Eterindo Wahanatama Budi Acid Jaya
13 Polysindo Eka Perkasa Unggul Indah Cahaya
VII. Plastics and Glass Products
14 Argha Karya Prima Industry Trias Sentosa
VIII. Metal and Allied Products
15 Jakarta Kyoei Steel Works Tembaga Mulia Semanan
16 Pelangi Indah Canindo Indal Aluminium Industry
IX. Stone, Clay, Glass, and Conctrete Products
17 Keramika Indonesia Asosiasi Intikeramik Alamasri Industry
X. Cable
18 Voksel Electric Sumi Indo Kabel
XI. Automotive and Allied Products
19 GT Petrochem Industries United Tractor
XII. Photographic Equipment
20 Inter Delta Perdana Bangun Pusaka
66

3.3. Metode Analisis Data


Untuk menjawab semua pertanyaan sebagaimana
disajikan dalam identifikasi masalah dilakukan dengan
melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan.
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode statistika dan kemudian dideskripsikan untuk
memperoleh jawaban atas masalah yang diidentifikasikan.
Teknik statistika yang digunakan adalah univariate
analysis untuk menilai perbedaan rata-rata antara dua
kelompok seperti yang pernah digunakan oleh Surifah (2002),
yaitu: Mann Whitney U dan t-test untuk menguji dua sampel
independen yang berasal dari populasi yang identik atau
populasi yang memiliki rata-rata (mean) yang sama, dan One-
Sample Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas data.
Untuk menguji apakah rasio keuangan dapat digunakan sebagai
alat untuk memprediksi kepailitan pada masa yang akan
datang, digunakan Logistic Regression Backward-Stepwise
(Wald). Regresi logistik merupakan bentuk regresi khusus
untuk merumuskan prediksi dan menjelaskan variabel kategori
biner (Hair et.all., 1998 : 246). Regresi logistik dapat
67

digunakan meskipun data variabel independen tidak


berdistribusi normal multivariat, tidak seperti dalam analisis
diskriminan yang memerlukan asumsi distribusi normal
multivariat. Proses pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan software program SPSS Release 11.5.

3.4. Pengujian Hipotesis


Identifikasi masalah pertama diuji dengan menggunakan
univariate analysis yakni analisis untuk menilai perbedaan
rata-rata antara dua kelompok. Langkah-langkah yang
ditempuh untuk menguji hipotesis pertama adalah:
1) Menentukan Null Hypotesis (Ho) yaitu hipotesis yang
merupakan kebalikan dari hipotesis pertama. Null
Hypotesis (Ho) dalam penelitian ini adalah tidak terdapat
perbedaan rata-rata rasio keuangan perusahaan pada tahun-
tahun setelah terjadinya krisis ekonomi dan sebelum
terjadinya kepailitan antara perusahaan yang mengalami
kepailitan dengan perusahaan yang tidak mengalami
kepailitan;
68

2) Menguji normalitas data. Uji ini dilakukan dengan


menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Jika Asymp. Sig (2 tailed) lebih besar dari 0,05 maka data
termasuk berdistrubusi normal, jika sebaliknya yaitu
Asymp. Sig (2 tailed) lebih kecil dari 0,05 maka data
termasuk berdistrubusi tidak normal. Hasil uji ini
digunakan untuk menentukan jenis pengujian selanjutnya,
jika data termasuk berdistribusi normal pengujian
dilakukan dengan menggunakan t-test, sedangkan jika data
termasuk berdistribusi tidak normal maka pengujian
dilakukan dengan menggunakan Mann Whitney U.
3) Menentukan tingkat signifikansi (). Dalam penelitian ini,
tingkat signifikansi () ditetapkan sebesar 5% (0,05);
4) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Null
Hypotesis (Ho) yaitu dengan cara membandingkan nilai
Sig (2 tailed) dengan tingkat signifikansi (). Jika Sig (2
tailed) lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi (),
maka Null Hypotesis (Ho) ditolak. Sedangkan jika Sig (2
tailed) lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi (),
maka Null Hypotesis (Ho) diterima.
69

Identifikasi masalah kedua diuji dengan melihat rasio-


rasio keuangan yang berkaitan dengan dua kondisi perusahaan
yakni perusahaan yang mengalami kepailitan dengan
perusahaan yang tidak mengalami kepailitan. Pengujian ini
menggunakan model logit atau lazim disebut model regresi
logistik. Metode yang digunakan adalah Backward-Stepwise
(Wald) dengan model statistik sebagai berikut:

1
p =
1 + e –(βo+ β1+...+ βoXn)

Dimana:
p = probabilitas terjadinya kepailitan perusahaan
e = logaritma natural
βo = konstanta
βi = koefisien regresi logistik
xi = rasio-rasio keuangan

Probabilitas (p) ini berada pada daerah kurva logistik


seperti ditunjukkan oleh gambar sebagai berikut:
70

Gambar 2
Kurva Logistik

0,5

Untuk menguji hipotesis kedua ini dilakukan langkah-


langkah pengujian sebagai berikut:
1) Menentukan Null Hypotesis (Ho) yaitu hipotesis yang
merupakan kebalikan dari hipotesis kedua. Null Hypotesis
(Ho) dalam penelitian ini adalah rasio-rasio keuangan pada
tahun-tahun setelah terjadinya krisis ekonomi dan sebelum
terjadinya kepailitan tidak dapat digunakan sebagai alat
untuk memprediksi kepailitan pada masa yang akan
datang;
2) Menentukan tingkat signifikansi (). Untuk menguji
hipotesis kedua ini digunakan tingkat signifikansi ()
sebesar 5% (0,05);
71

3) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Null


Hypotesis (Ho) yaitu dengan cara membandingkan nilai
Sig (2 tailed) dengan tingkat signifikansi (). Jika Sig (2
tailed) lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi (),
maka Null Hypotesis (Ho) ditolak. Sedangkan jika Sig (2
tailed) lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi (),
maka Null Hypotesis (Ho) diterima.

Untuk melakukan pengujian terhadap kinerja model


selanjutnya nilai-nilai rasio keuangan hasil pengamatan
dimasukkan ke dalam model prediksi setiap tahun untuk
masing-masing perusahaan. Dengan melihat nilai p (model
regresi logistik) yang diperoleh dapat diketahui tingkat
kebenaran prediksi status kepailitan perusahaan yang
bersangkutan.
Untuk menetapkan suatu model cocok atau tidak dalam
menguji kasus (sampel), ditetapkan nilai cut off sebesar 0,5.
Nilai cut off adalah nilai standar yang dijadikan sebagai batas
acuan pengkategorian (pailit atau tidak pailit).
72

Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan pada


identifikasi masalah ketiga yaitu rasio-rasio keuangan
manakah yang pada tahun-tahun setelah terjadinya krisis
ekonomi dan sebelum terjadinya kepailitan yang dominan
berpengaruh terhadap kepailitan perusahaan pada masa yang
akan datang ditempuh dengan melakukan pengujian terhadap
rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini.
Metode yang digunakan adalah Logistic Regression-Backward
Stepwise dengan menggunakan data-data/rasio-rasio keuangan
selama lima tahun yaitu tahun 1997 sampai dengan tahun 2002.
Tahapan yang ditempuh pertama kali adalah menguji
secara serentak semua variabel yaitu semua rasio keuangan
yang digunakan dalam penelitian (metode Enter), untuk
kemudian mengeluarkan satu demi satu variabel, dari mulai
variabel yang paling tidak signifikan sehingga diperoleh
variabel-variabel yang paling signifikan. Hasil dari proses ini
dapat diketahui rasio-rasio keuangan yang secara keseluruhan
paling signifikan dari semua rasio keuangan yang digunakan
selama kurun waktu lima tahun yang dapat digunakan sebagai
dasar untuk menolak atau menerima Null Hypotesis (Ho).
73

Bab IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perbedaan Rata-rata Rasio Keuangan antara


Perusahaan yang Mengalami Kepailitan dengan
Perusahaan yang Tidak Mengalami Kepailitan

Untuk mengetahui perbedaan rata-rata rasio keuangan


antara perusahaan yang mengalami kepailitan dengan
perusahaan yang tidak mengalami kepailitan, dilakukan uji
beda dengan menggunakan dua metode uji statistik. Pertama,
uji t, yaitu metode statistik yang digunakan untuk menguji
perbedaan rata-rata pada data populasi yang berdistribusi
normal (karena uji t mensyaratkan data berdistribusi normal).
Kedua, uji Mann Whitney U, yakni metode uji statistik non-
parametrik yang dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan
rata-rata dari data populasi tanpa mensyaratkan data harus
berdistribusi normal. Agar proses uji sesuai dengan
karakteristik masing-masing data, maka sebelum dilakukan uji
beda, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data.
74

Uji normalitas data dilakukan dengan memeriksa


kecocokan antara fungsi distribusi teoritis dengan fungsi
distribusi yang diperoleh dari sampel. Uji ini ditempuh dengan
menggunakan metode uji statistik Kolmogorov-Smirnov.
Kesimpulan tentang normal atau tidaknya distribusi data dilihat
berdasarkan nilai p-value yang menunjukkan tingkat
signifikansi hasil uji. Jika nilai p-value kurang dari 0.05 maka
data dinyatakan tidak berdistribusi normal, sedangkan jika nilai
p-value lebih dari 0.05 maka data dinyatakan berdistribusi
normal.
Untuk data yang berdistribusi normal, dilakukan analisis
dengan menggunakan uji t, sedangkan bagi data yang tidak
menunjukkan karakteristik distribusi normal, maka digunakan
uji Mann Whitney U. Seperti halnya dalam melakukan uji
normalitas data, kesimpulan dalam uji beda juga didasarkan
pada nilai p-value yang diperoleh. Dalam uji beda ini, jika nilai
p-value kurang dari 0.05 maka data dinyatakan menunjukkan
perbedaan rata-rata secara signifikan, sedangkan jika nilai p-
value lebih dari 0.05 maka data dinyatakan tidak menunjukkan
perbedaan rata-rata secara signifikan.
75

4.1.1. Perbedaan Rata-rata Rasio Keuangan 5 Tahun


Sebelum Terjadinya Kepailitan (Tahun 1997)

Hasil uji normalitas data terhadap 10 jenis rasio keuangan


pada tahun 1997 (5 tahun sebelum terjadinya kepailitan) yang
diuji dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4
Hasil Uji Normalitas Data Rasio-rasio Keuangan
5 Tahun Sebelum Pailit (Tahun 1997)
Kolmogorov-
Var. Smirnov (a) Ket.
No Rasio Keuangan
Stat. db p-value
Current Assets to Current
1 x1 .296 40 .000 Sig.
Liabilities
Quick Assets to Current
2 x2 .277 40 .000 Sig.
Liabilities
3 Gross Profit to Sales x3 .322 40 .000 Sig.
4 Net Income to Sales x4 .275 40 .000 Sig.
5 Cost of Goods Sold to Inventory x5 .164 40 .008 Sig.
Non
6 Sales to Total Assets x6 .129 40 .090
Sig
7 Sales to Fixed Assets x7 .364 40 .000 Sig.
Earning Before Interest and
8 Taxes x8 .229 40 .000 Sig.
to Total Assets
9 Net Income to Total Assets x9 .207 40 .000 Sig.
10 Total Liabilities to Total Assets x10 .149 40 .025 Sig.
Sumber : Diolah Dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,
76

Berdasarkan hasil uji normalitas data tahun 1997


sebagaimana disajikan pada tabel di atas, nampak bahwa 9 dari
10 rasio keuangan yang diuji memiliki nilai p-value kurang
dari 0,05. Ini berarti, 9 jenis rasio keuangan memiliki
karakteristik data yang berdistribusi tidak normal. Kesembilan
rasio keuangan ini selanjutnya diuji dengan statistik uji Mann
Whitney U. Sementara itu, 1 rasio keuangan lainnya yakni
Sales to Total Asset menunjukkan karakteristik data
berdistribusi normal, terhadap rasio keuangan ini dilakukan uji
t. Hasil uji beda dimaksud disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
77

Tabel 5
Hasil Uji Beda Rasio-rasio Keuangan 5 Tahun Sebelum Pailit
(Tahun 1997)
Hasil Uji
No Rasio Keuangan Var. Jenis p- Ket.
Stat.
Uji*) value
Current Assets to
NonSi
1 Current x1 MW-U 186.000 .705
g.
Liabilities
Quick Assets to
NonSi
2 Current x2 MW-U 193.000 .850
g.
Liabilities
Gross Profit to NonSi
3 x3 MW-U 192.000 .829
Sales g.
Net Income to NonSi
4 x4 MW-U 160.000 .279
Sales g.
Cost of Goods NonSi
5 x5 MW-U 180.000 .589
Sold to Inventory g.
Sales to Total NonSi
6 x6 Uji t 0.162 .872
Assets g.
Sales to Fixed NonSi
7 x7 MW-U 180.000 .589
Assets g.
Earning Before
NonSi
8 Interest and Taxes x8 MW-U 159.000 .267
g.
to Total Assets
Net Income to NonSi
9 x9 MW-U 159.000 .267
Total Assets g.
Total Liabilities to NonSi
10 x10 MW-U 149.000 .168
Total Assets g.
Ket: *) MW-U = Uji Mann Whitney U
Sumber : Diolah Dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Dari data hasil uji beda baik yang menggunakan uji


Mann Whitney U maupun uji t seperti disajikan pada tabel di
78

atas, dapat dilihat bahwa seluruh nilai p-value yang diperoleh


ternyata lebih besar dari 0.05. Angka ini menunjukkan bahwa
rata-rata rasio keuangan yang diteliti tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Dengan kata lain, tidak ada
perbedaan yang signifikan rasio-rasio keuangan yang diteliti
(tahun 1997 atau 5 tahun sebelum terjadinya kepailitan) antara
perusahaan yang mengalami kepailitan dengan perusahaan
yang tidak mengalami kepailitan. Secara lengkap hasil uji
normalitas data dan uji beda, periode 5 tahun sebelum
terjadinya kepailitan disajikan pada lampiran 11.

4.1.2. Perbedaan Rata-rata Rasio Keuangan 4 Tahun


Sebelum Terjadinya Kepailitan (Tahun 1998)

Hasil perhitungan untuk menguji normalitas data dan uji


beda rasio-rasio keuangan perusahaan, 4 tahun sebelum
terjadinya kepailitan (tahun 1998), secara lengkap disajikan
pada lampiran 12. Dari hasil tersebut disajikan data seperti
dapat dicermati pada tabel di bawah ini.
79

Tabel 6
Hasil Uji Normalitas Data Rasio-rasio Keuangan
4 Tahun Sebelum Pailit (Tahun 1998)
Kolmogorov-
Smirnov (a)
No Rasio Keuangan Var. Ket.
p-
Stat. db
value
Current Assets to
1 x1 .292 40 .000 Sig.
Current Liabilities
Quick Assets to Current
2 x2 .291 40 .000 Sig.
Liabilities
3 Gross Profit to Sales x3 .337 40 .000 Sig.
4 Net Income to Sales x4 .317 40 .000 Sig.
Cost of Goods Sold to
5 x5 .238 40 .000 Sig.
Inventory
6 Sales to Total Assets x6 .161 40 .011 Sig.
7 Sales to Fixed Assets x7 .305 40 .000 Sig.
Earning Before Interest
8 and Taxes to Total x8 .203 40 .000 Sig.
Assets
Net Income to Total
9 x9 .187 40 .001 Sig.
Assets
Total Liabilities to Total
10 x10 .186 40 .001 Sig.
Assets
Sumber : Diolah Dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Berdasarkan hasil uji normalitas data seperti disajikan


pada tabel di atas, nampak bahwa seluruh p-value yang
diperoleh memiliki nilai kurang dari 0.05. Nilai p-value kurang
dari 0.05 ini menunjukkan bahwa data rasio-rasio keuangan
80

yang diteliti seluruhnya berdistribusi tidak normal. Untuk itu,


maka terhadap seluruh data rasio keuangan pada tahun 1998
atau 4 tahun sebelum terjadinya kepailitan dilakukan uji Mann
Whitney U. Hasil uji ini secara lengkap disajikan pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil Uji Beda Rasio-rasio Keuangan 4 Tahun Sebelum Pailit
(Tahun 1998)
Hasil Uji
No Rasio Keuangan Var. Jenis p- Ket.
Stat.
Uji*) value
Current Assets to
1 x1 MW-U 122.000 .035 Sig.
Current Liabilities
Quick Assets to
2 x2 MW-U 113.000 .019 Sig.
Current Liabilities
3 Gross Profit to Sales x3 MW-U 109.000 .014 Sig.
4 Net Income to Sales x4 MW-U 135.000 .079 NonSig.
Cost of Goods Sold to
5 x5 MW-U 192.000 .829 NonSig.
Inventory
6 Sales to Total Assets x6 MW-U 178.000 .552 NonSig.
7 Sales to Fixed Assets x7 MW-U 162.000 .304 NonSig.
Earning Before Interest
8 and Taxes x8 MW-U 133.000 .070 NonSig.
to Total Assets
Net Income to Total
9 x9 MW-U 128.000 .051 NonSig.
Assets
Total Liabilities to
10 x10 MW-U 103.000 .009 Sig.
Total Assets
Ket: *) MW-U = Uji Mann Whitney U
Sumber : Diolah Dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,
81

Dari hasil uji beda terhadap rasio-rasio keuangan yang


seluruhnya menggunakan uji Mann Whitney U seperti
disajikan pada tabel di atas, nampak bahwa 4 dari 10 jenis rasio
keuangan menunjukkan perbedaan yang signifikan (nilai p-
value yang kurang dari 0.05). Keempat rasio keuangan tersebut
adalah: Current Assets to Current Liabilities, Quick Assets to
Current Liabilities, Gross Profit to Sales, dan Total Liabilities
to Total Assets.
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan rata-rata rasio keuangan Current Assets to Current
Liabilities, Quick Assets to Current Liabilities, Gross Profit to
Sales, dan Total Liabilities to Total Assets pada tahun 1998
atau 4 tahun sebelum terjadinya kepailitan antara perusahaan
yang mengalami kepailitan dengan perusahaan yang tidak
mengalami kepailitan. Sedangkan 6 rasio keuangan lainnya,
yaitu: Net Income to Sales, Cost of Goods Sold to Inventory,
Sales to Total Assets, Sales to Fixed Assets , Earning Before
Interest and Taxes to Total Assets, dan Net Income to Total
Assets tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (nilai p-
value lebih dari 0.05).
82

Perbandingan nilai rata-rata rasio-rasio keuangan tahun


1998 (4 tahun sebelum terjadinya kepailitan) yang berbeda
secara signifikan antara perusahaan yang mengalami kepailitan
dengan perusahaan yang tidak mengalami kepailitan, disajikan
pada tabel di bawah ini.
Tabel 8
Perbandingan Rata-rata Rasio-rasio Keuangan yang Berbeda
secara Signifikan,4 Tahun Sebelum Pailit (Tahun 1998)
Nilai Rata-rata
No Rasio-rasio Keuangan Var. Tidak
</> Pailit
Pailit
Current Assets to
1 x1 1,2413 > 0,49552
Current Liabilities
Quick Assets to Current
2 x2 0,9408 > 0,28906
Liabilities
3 Gross Profit to Sales x3 0,4735 > 0,21788
Total Liabilities to Total
4 x10 0,8632 < 1,12045
Assets
Sumber : Diolah Dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Memperhatikan data pada tabel di atas, nampak bahwa


rata-rata rasio Current Assets to Current Liabilities, Quick
Assets to Current Liabilities, dan Gross Profit to Sales dari
perusahaan yang tidak mengalami kepailitan lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kepailitan.
Sedangkan rata-rata rasio Total Liabilities to Total Assets dari
83

perusahaan yang tidak pailit lebih kecil dibandingkan dengan


perusahaan yang pailit.

4.1.3. Perbedaan Rata-rata Rasio Keuangan 3 Tahun


Sebelum Terjadinya Kepailitan (Tahun 1999)

Hasil (output) perhitungan uji normalitas data dan uji


beda rasio-rasio keuangan tahun 1999 atau 3 tahun sebelum
terjadinya kepailitan disajikan pada lampiran 13. Berdasarkan
data tersebut dapat disajikan ringkasan hasil uji normalitas data
seperti pada tabel di bawah ini.
84

Tabel 9
Hasil Uji Normalitas Data Rasio-rasio Keuangan
3 Tahun Sebelum Pailit (Tahun 1999)
Kolmogorov-
Smirnov (a)
No Rasio Keuangan Var. Ket.
p-
Stat. db
value
Current Assets to Current
1 x1 .259 40 .000 Sig.
Liabilities
Quick Assets to Current
2 x2 .294 40 .000 Sig.
Liabilities
Non
3 Gross Profit to Sales x3 .124 40 .124
Sig.
4 Net Income to Sales x4 .326 40 .000 Sig.
Cost of Goods Sold to
5 x5 .385 40 .000 Sig.
Inventory
6 Sales to Total Assets x6 .154 40 .018 Sig.
7 Sales to Fixed Assets x7 .340 40 .000 Sig.
Earning Before Interest
8 x8 .177 40 .003 Sig.
and Taxes to Total Assets
9 Net Income to Total Assets x9 .240 40 .000 Sig.
Total Liabilities to Total
10 x10 .164 40 .008 Sig.
Assets
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Memperhatikan data sebagaimana dapat dilihat pada tabel


di atas, dapat dicermati bahwa nilai p-value yang diperoleh dari
proses uji normalitas data pada umumnya menunjukkan angka
kurang dari 0.05, yang berarti menunjukkan bahwa data tidak
berdistribusi normal. Hanya 1 variabel yang memperoleh nilai
85

p-value lebih dari 0.05 yaitu Gross Profit to Sales. Berdasarkan


hasil ini maka proses uji selanjutnya terhadap rasio keuangan
Current Assets to Current Liabilities, Quick Assets to Current
Liabilities, Net Income to Sales, Cost of Goods Sold to
Inventory, Sales to Total Assets, Sales to Fixed Assets, Earning
Before Interest and Taxes to Total Assets, Net Income to Total
Assets, dan Total Liabilities to Total Assets dilakukan dengan
menggunakan uji Mann Whitney U. Sementara itu rasio Gross
Profit to Sales diuji dengan menggunakan uji t. Hasil uji beda
terhadap kesepuluh rasio keuangan yang diteliti disajikan pada
tabel di bawah ini.
86

Tabel 10
Hasil Uji Beda Rasio-rasio Keuangan 3 Tahun Sebelum Pailit
(Tahun 1999)
Hasil Uji
No Rasio Keuangan Var. Jenis p- Ket.
Stat.
Uji value
Current Assets to
1 x1 MW-U 68.00 .000 Sig.
Current Liabilities
Quick Assets to
2 x2 MW-U 55.00 .000 Sig.
Current Liabilities
3 Gross Profit to Sales x3 Uji t 2.791 .008 Sig.
4 Net Income to Sales x4 MW-U 92.00 .003 Sig.
Cost of Goods Sold to 175.0 Non
5 x5 MW-U .499
Inventory 0 Sig.
160.0 Non
6 Sales to Total Assets x6 MW-U .279
0 Sig.
151.0 Non
7 Sales to Fixed Assets x7 MW-U .185
0 Sig.
Earning Before
105.0
8 Interest and Taxes to x8 MW-U .010 Sig.
0
Total Assets
Net Income to Total
9 x9 MW-U 98.00 .006 Sig.
Assets
Total Liabilities to
10 x10 MW-U 64.00 .000 Sig.
Total Assets
Ket: *) MW-U = Uji Mann Whitney U
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Hasil uji beda yang menggunakan uji Mann Whitney U


terhadap 9 rasio keuangan dan uji t terhadap 1 rasio keuangan
seperti disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa 7 dari
87

10 rasio keuangan memperoleh nilai p-value kurang dari 0.05.


Ini berarti, ketujuh rasio keuangan tersebut berbeda secara
secara signifikan antara perusahaan yang mengalami
kepailitan dengan perusahaan yang tidak mengalami kepailitan.
Ketujuh rasio keuangan dimaksud adalah Current Assets to
Current Liabilities, Quick Assets to Current Liabilities, Gross
Profit to Sales, Net Income to Sales, Earning Before Interest
and Taxes to Total Assets, Net Income to Total Assets dan
Total Liabilities to Total Assets.
Sementara itu, 3 rasio keuangan lainnya menunjukkan
nilai p-value lebih besar dari 0.05, yang berarti tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perusahaan
yang mengalami kepailitan dengan perusahaan yang tidak
mengalami kepailitan. Ketiga rasio keuangan yang tidak
menunjukkan perbedaan secara signifikan adalah Cost of
Goods Sold to Inventory ,Sales to Total Assets, dan Sales to
Fixed Assets.
Perbandingan rata-rata rasio-rasio keuangan yang berbeda
secara signifikan antara perusahaan yang mengalami kepailitan
dengan perusahaan yang tidak mengalami kepailitan, untuk
88

periode 3 tahun sebelum terjadinya kepailitan (tahun 1999)


disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 11
Perbandingan Rata-rata Rasio-rasio Keuangan yang Berbeda
secara Signifikan, 3 Tahun Sebelum Pailit (Tahun 1999)
Nilai Rata-rata
Rasio-rasio Var.
No Tidak
Keuangan </> Pailit
Pailit
Current Assets to
1 x1 1,5109 > 0,3746
Current Liabilities
Quick Assets to
2 x2 1,1086 > 0,2016
Current Liabilities
3 Gross Profit to Sales x3 0,2189 > 0,1149
4 Net Income to Sales x4 -0,0259 > -0,2595
Earning Before
5 Interest and Taxes x8 0,0422 > -0,0479
to Total Assets
Net Income to Total
x9 0,0447 > -0,0751
Assets
Total Liabilities to
7 x10 0,7725 < 1,1891
Total Assets
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Berdasarkan data nilai rata-rata seperti disajikan pada


tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata rasio-rasio
keuangan Current Assets to Current Liabilities, Quick Assets to
Current Liabilities, Gross Profit to Sales, Net Income to Sales,
89

Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, dan Net


Income to Total Assets dari perusahaan yang tidak mengalami
kepailitan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang
mengalami kepailitan. Sedangkan pada rasio keuangan Total
Liabilities to Total Assets terjadi hal sebaliknya, dimana
perusahaan yang tidak mengalami kepailitan memiliki rasio
Total Liabilities to Total Assets yang lebih kecil dibandingkan
perusahaan yang mengalami kepailitan.

4.1.4. Perbedaan Rata-rata Rasio Keuangan 2 Tahun


Sebelum Terjadinya Kepailitan (Tahun 2000)

Output hasil perhitungan uji normalitas data dan uji


beda untuk rasio-rasio keuangan tahun 2000 secara lengkap
disajikan dalam lampiran 14. Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut dapat disajikan ringkasan data sebagaimana dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
90

Tabel 12
Hasil Uji Normalitas Data Rasio-rasio Keuangan
2 Tahun Sebelum Pailit (Tahun 2000)

Kolmogorov-
Smirnov (a)
No Rasio Keuangan Var. Ket.
p-
Stat. db
value
Current Assets to Current
1 x1 .216 40 0.000 Sig.
Liabilities
Quick Assets to Current
2 x2 .294 40 0.000 Sig.
Liabilities
Non
3 Gross Profit to Sales x3 .112 40 0.200
Sig.
4 Net Income to Sales x4 .351 40 0.000 Sig.
Cost of Goods Sold to Non
5 x5 .121 40 0.146
Inventory Sig.
6 Sales to Total Assets x6 .184 40 0.002 Sig.
7 Sales to Fixed Assets x7 .289 40 0.000 Sig.
Earning Before Interest and
8 Taxes x8 .147 40 0.029 Sig.
to Total Assets
9 Net Income to Total Assets x9 .217 40 0.000 Sig.
Total Liabilities to Total
10 x10 .203 40 0.000 Sig.
Assets
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Dari data hasil uji normalitas data seperi disajikan pada


tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 10 rasio keuangan
yang diteliti terdapat 2 jenis rasio yang memperoleh nilai p-
value lebih besar dari 0.05. Ini berarti bahwa kedua rasio ini
91

memiliki karakteristik data yang berdistribusi normal, dan


karenanya proses uji selanjutnya menggunakan uji t.
Sementara itu, 8 rasio keuangan lainnya diuji
menggunakan uji Mann Whitney U. Hal ini mengingat
karakteristik data kedelapan rasio keuangan ini adalah normal,
yakni nilai p-value yang lebih kecil dari 0.05. Hasil uji beda
masing-masing rasio keuangan disajikan pada tabel sebagai
berikut:
92

Tabel 13
Hasil Uji Beda Rasio-rasio Keuangan 2 Tahun Sebelum Pailit
(Tahun 2000)

Hasil Uji
No Rasio Keuangan Var. Jenis p- Ket.
Stat.
Uji value
Current Assets to Current MW-
1 x1 29.00 .000 Sig.
Liabilities U
Quick Assets to Current MW-
2 x2 22.00 .000 Sig.
Liabilities U
3 Gross Profit to Sales x3 Uji t 2.801 .008 Sig.
MW-
4 Net Income to Sales x4 73.00 .001 Sig.
U
Cost of Goods Sold to Non
5 x5 Uji t .540 .593
Inventory Sig.
MW- 136.0 Non
6 Sales to Total Assets x6 .083
U 0 Sig.
MW- 135.0 Non
7 Sales to Fixed Assets x7 .079
U 0 Sig.
Earning Before Interest MW-
8 x8 8.00 .000 Sig.
and Taxes to Total Assets U
MW-
9 Net Income to Total Assets x9 58.00 .000 Sig.
U
Total Liabilities to Total MW-
10 x10 16.00 .000 Sig.
Assets U
Ket: *) MW-U = Uji Mann Whitney U
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Berdasarkan data hasil uji beda terhadap 10 rasio


keuangan yang diteliti seperti disajikan pada tabel di atas
nampak bahwa 7 rasio keuangan memiliki nilai p-value kurang
93

dari 0.05. Angka ini menunjukkan bahwa ketujuh rasio


keuangan tersebut berbeda secara secara signifikan. Artinya
bahwa terdapat perbedaan rata-rata rasio keuangan Current
Assets to Current Liabilities, Quick Assets to Current
Liabilities, Gross Profit to Sales, Net Income to Sales, Earning
Before Interest and Taxes to Total Assets, Net Income to Total
Assets, dan Total Liabilities to Total Assets antara perusahaan
yang mengalami kepailitan dengan perusahaan yang tidak
mengalami kepailitan.
Sementara itu, 3 rasio keuangan lainnya yaitu: Cost of
Goods Sold to Inventory ,Sales to Total Assets, dan Sales to
Fixed Assets tidak berbeda secara signifikan antara perusahaan
yang mengalami kepailitan dengan perusahaan yang tidak
mengalami kepailitan. Hal ini nampak dari nilai p-value yang
diperoleh hasil perhitungan uji beda yang lebih besar dari 0.05.
94

Tabel 14
Perbandingan Rata-rata Rasio-rasio Keuangan yang Berbeda
secara Signifikan, 2 Tahun Sebelum Pailit (Tahun 2000)
Nilai Rata-rata
No Rasio-rasio Keuangan Variabel Tidak
</> Pailit
Pailit
Current Assets to Current
1 x1
Liabilities 1,5328 > 0,2405
Quick Assets to Current
2 x2
Liabilities 1,0310 > 0,1231
3 Gross Profit to Sales x3 0,2266 > 0,1027
4 Net Income to Sales x4 -0,0597 > -1,2674
Earning Before Interest
5 and Taxes x8
to Total Assets -0,0147 > -0,4222
6 Net Income to Total Assets x9 -0,0102 > -0,3214
Total Liabilities to Total
7 x10
Assets 0,7164 < 1,5724
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Seperti halnya kasus tahun 1999 atau 3 tahun sebelum


pailit, berdasarkan data nilai rata-rata seperti disajikan pada
tabel di atas nampak bahwa rata-rata rasio-rasio keuangan
Current Assets to Current Liabilities, Quick Assets to Current
Liabilities, Gross Profit to Sales, Net Income to Sales, Earning
Before Interest and Taxes to Total Assets, dan Net Income to
Total Assets dari perusahaan yang tidak pailit lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan yang pailit. Sedangkan pada
95

rasio keuangan Total Liabilities to Total Assets terjadi hal


sebaliknya, dimana perusahaan yang tidak pailit memiliki rasio
Total Liabilities to Total Assets yang lebih kecil dibandingkan
perusahaan yang mengalami kepailitan.

4.1.5. Perbedaan Rata-rata Rasio Keuangan 1 Tahun


Sebelum Terjadinya Kepailitan (Tahun 2001)

Hasil perhitungan uji normalitas data dan uji beda


terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan tahun 2001 secara
lengkap disajikan pada lampiran 15. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut dapat disajikan ringkasan data seperti
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
96

Tabel 15
Hasil Uji Normalitas Data Rasio-rasio Keuangan
1 Tahun Sebelum Pailit (Tahun 2001)

Kolmogorov-
Smirnov (a)
No Rasio Keuangan Var. Ket.
p-
Stat. db
value
Current Assets to Current
1 x1 .283 40 0,000 Sig.
Liabilities
Quick Assets to Current
2 x2 .237 40 0,000 Sig.
Liabilities
NonSi
3 Gross Profit to Sales x3 .114 40 0,200
g.
4 Net Income to Sales x4 .217 40 0,000 Sig.
Cost of Goods Sold to NonSi
5 x5 .134 40 0,069
Inventory g.
6 Sales to Total Assets x6 .155 40 0,017 Sig.
7 Sales to Fixed Assets x7 .255 40 0,000 Sig.
Earning Before Interest and
NonSi
8 Taxes x8 .101 40 0,200
g.
to Total Assets
NonSi
9 Net Income to Total Assets x9 .132 40 0,076
g.
Total Liabilities to Total
10 x10 .184 40 0,002 Sig.
Assets
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Hasil uji normalitas data seperti terlihat pada tabel di atas


menunjukkan bahwa 4 dari 10 rasio keuangan yang diuji yaitu
rasio Gross Profit to Sales, Cost of Goods Sold to Inventory,
97

Earning Before Interest and Taxes to Total Assets dan Net


Income to Total Assets memiliki nilai p-value lebih dari 0.05.
Angka ini menunjukkan bahwa keempat rasio ini memiliki
karakteristik data berdistribusi normal, dan karenanya terhadap
keempat rasio ini dilakukan uji t.
Sementara itu, 6 rasio keuangan lainnya yaitu Current
Assets to Current Liabilities, Quick Assets to Current
Liabilities, Net Income to Sales, Sales to Total Assets, Sales to
Fixed Assets dan Total Liabilities to Total Assets memiliki nilai
p-value yang lebih kecil dari 0.05. Hasil ini memberi makna
bahwa keenam rasio ini memiliki karakteristik data yang
berdistribusi tidak normal, dan terhadap rasio-rasio ini
dilakukan uji Man Whitney U. Hasil uji beda masing-masing
rasio keuangan disajikan pada tabel di bawah ini.
98

Tabel 16
Hasil Uji Beda Rasio-rasio Keuangan 1 Tahun Sebelum Pailit
(Tahun 2000)
Hasil Uji
No Rasio Keuangan Var. Jenis p- Ket.
Stat.
Uji *) value
Current Assets to MW-
1 X1 46.000 0,000 Sig.
Current Liabilities U
Quick Assets to MW-
2 X2 51.000 0,000 Sig.
Current Liabilities U
Gross Profit to
3 X3 Uji t 2.501 0,017 Sig.
Sales
MW-
4 Net Income to Sales X4 58.000 0,000 Sig.
U
Cost of Goods Sold Non
5 X5 Uji t 1.371 0,178
to Inventory Sig.
Sales to Total MW-
6 X6 126.000 0,045 Sig.
Assets U
Sales to Fixed MW- Non
7 X7 128.000 0,051
Assets U Sig.
Earning Before
8 Interest and Taxes X8 Uji t 5.189 0.000 Sig.
to Total Assets
Net Income to Total
9 X9 Uji t 4.375 .0,000 Sig.
Assets
Total Liabilities to MW-
10 X10 8.000 0.000 Sig.
Total Assets U
Ket: *) MW-U = Uji Mann Whitney U
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Dari hasil uji beda yang menggunakan uji Mann


Whitney U dan uji t seperti disajikan pada tabel di atas,
diperoleh hasil bahwa 8 dari 10 rasio keuangan yang diuji
99

memperoleh nilai p-value kurang dari 0.05. Ini berarti bahwa


kedelapan rasio keuangan tersebut yaitu Current Assets to
Current Liabilities, Quick Assets to Current Liabilities, Gross
Profit to Sales, Net Income to Sales, Sales to Total Assets,
Sales to Fixed Assets, Net Income to Total Assets, dan Total
Liabilities to Total Assets memiliki perbedaan yang signifikan
antara perusahaan yang mengalami kepailitan dengan
perusahaan yang tidak mengalami kepailitan.
Sementara itu 2 rasio keuangan lainnya yaitu Cost of
Goods Sold to Inventory dan Earning Before Interest and
Taxes to Total Assets memperoleh nilai p-value lebih dari 0.05.
Ini artinya kedua rasio keuangan ini tidak menunjukaan
perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang mengalami
kepailitan dengan perusahaan yang tidak mengalami kepailitan.
100

Tabel 17
Perbandingan Rata-rata Rasio-rasio Keuangan yang Berbeda
secara Signifikan, 1 Tahun Sebelum Pailit (Tahun 2001)

Nilai Rata-rata
No Rasio-rasio Keuangan Variabel Tidak
</> Pailit
Pailit
Current Assets to
1 x1 2,1542 > 0,4299
Current Liabilities
Quick Assets to Current
2 x2 1,1781 > 0,2948
Liabilities
3 Gross Profit to Sales x3 0,2023 > 0,1061
4 Net Income to Sales x4 -0,0121 > -0,4526
5 Sales to Total Assets X6 0,9627 > 0,6735
Earning Before Interest
6 and Taxes x8 0,0372 > -0,1988
to Total Assets
Net Income to Total
7 x9 0,0232 > -0,1822
Assets
Total Liabilities to Total
8 x10 0,6984 < 1,7912
Assets
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Dari data perbandingan rata-rata rasio keuangan tahun


2001 atau 1 tahun sebelum terjadinya kepailitan seperti
disajikan pada tabel di atas nampak bahwa dari 8 rasio
keuangan yang berbeda secara signifikan, 7 rasio diantaranya
memiliki rata-rata yang lebih besar pada perusahaan yang tidak
pailit dibandingkan dengan perusahaan yang pailit. Ketujuh
101

rasio keuangan tersebut adalah Current Assets to Current


Liabilities, Quick Assets to Current Liabilities, Gross Profit to
Sales, Net Income to Sales, Sales to Total Assets, Sales to Fixed
Assets, dan Net Income to Total Assets. Sedangkan rata-rata
rasio Total Liabilities to Total Assets lebih besar perusahaan
yang pailit dibandingkan dengan perusahaan yang tidak pailit.

4.1.6. Perbedaan Rata-rata Rasio Keuangan 5 Tahun


Secara Serempak (Tahun 1997-2001)

Output hasil uji normalitas data dan uji beda terhadap


data rasio-rasio keuangan secara serempak (5 tahun: 1997-
2001) disajikan pada lampiran 16. Dari data tersebut disajikan
ringkasan data hasil uji seperti dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
102

Tabel 18
Hasil Uji Normalitas Data Rasio-rasio Keuangan 5 Tahun
Secara Serempak (Tahun 1997-2001)
Kolmogorov-Smirnov
(a) Ket
No Rasio Keuangan Var.
.
Stat. db p-value
Current Assets to Current
1 x1 .252 200 .000 Sig.
Liabilities
Quick Assets to Current
2 x2 .249 200 .000 Sig.
Liabilities
3 Gross Profit to Sales x3 .235 200 .000 Sig.
4 Net Income to Sales x4 .290 200 .000 Sig.
Cost of Goods Sold to
5 x5 .256 200 .000 Sig.
Inventory
6 Sales to Total Assets x6 .137 200 .000 Sig.
7 Sales to Fixed Assets x7 .288 200 .000 Sig.
Earning Before Interest and
8 Taxes x8 .160 200 .000 Sig.
to Total Assets
9 Net Income to Total Assets x9 .182 200 .000 Sig.
Total Liabilities to Total
10 x10 .186 200 .000 Sig.
Assets
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Berdasarkan hasil uji normalitas seperti disajikan pada


tabel di atas nampak bahwa nilai p-value untuk semua resio
keuangan yang diuji berada dibawah 0,05. Berdasarkan hasil
ini maka seluruh rasio keuangan diuji dengan menggunakan
103

statistik Uji Mann Whitney U. Ringkasan hasil uji beda


disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 19
Hasil Uji Beda Rasio Keuangan 5 Tahun Secara Serempak
(Tahun 1997-2001)
Hasil Uji
No Rasio Keuangan Var. p- Ket.
Uji *) Stat.
value
Current Assets to
1 x1 MW-U 1955.0 .000 Sig.
Current Liabilities
Quick Assets to
2 x2 MW-U 1928.0 .000 Sig.
Current Liabilities
3 Gross Profit to Sales x3 MW-U 3458.0 .000 Sig.
4 Net Income to Sales x4 MW-U 2682.0 .000 Sig.
Cost of Goods Sold to Non
5 x5 MW-U 4750.0 .541
Inventory Sig.
6 Sales to Total Assets x6 MW-U 3926.0 .009 Sig.
7 Sales to Fixed Assets x7 MW-U 3779.0 .003 Sig.
Earning Before Interest
8 and Taxes to Total x8 MW-U 2305.0 .000 Sig.
Assets
Net Income to Total
9 x9 MW-U 2561.0 .000 Sig.
Assets
Total Liabilities to
10 x10 MW-U 1656.0 .000 Sig.
Total Assets
Ket: *) MW-U = Uji Mann Whitney U

Dari hasil uji beda dengan menggunakan statistik uji


Mann Whitney U seperti disajikan pada tabel di atas, nampak
104

bahwa 9 dari 10 rasio keuangan memperoleh nilai p-value


kurang dari 0.05, yang berarti hasil uji menunjukkan perbedaan
yang signifikan. Artinya bahwa, terdapat perbedaan yang
signifikan rasio keuangan Current Assets to Current Liabilities,
Quick Assets to Current Liabilities, Gross Profit to Sales, Net
Income to Sales, Sales to Total Assets, Sales to Fixed Assets,
Earning Before Interest and Taxes to Total Assets, Net Income
to Total Assets, dan Total Liabilities to Total Assets antara
perusahaan yang mengalami kepailitan dengan perusahaan
yang tidak mengalami kepailitan. Sementara itu rasio keuangan
Cost of Goods Sold to Inventory tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan. Hal ini nampak dari nilai p-value yang
diperoleh yakni lebih besar dari 0.05.
105

Tabel 20
Perbandingan Rata-rata Rasio-rasio Keuangan yang Berbeda
secara Signifikan, 5 Tahun Secara Serempak (Tahun 1997-
2001)

Nilai Rata-rata
No Rasio-rasio Keuangan Var. Tidak
</> Pailit
Pailit
Current Assets to
1 x1 1,512201 > 0,477415
Current Liabilities
Quick Assets to Current
2 x2 1,015383 > 0,297805
Liabilities
3 Gross Profit to Sales x3 0,275181 > 0,171593
4 Net Income to Sales x4 -0,15214 > -0,6237
5 Sales to Total Assets x6 0,781001 > 0,662808
6 Sales to Fixed Assets x7 3,030421 > 2,676434
Earning Before Interest
7 and Taxes x8 -0,0287 > -0,20905
to Total Assets
Net Income to Total
8 x9 -0,03145 > -0,19275
Assets
Total Liabilities to Total
9 x10 0,7671 < 1,30047
Assets
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Berdasarkan data pada tabel di atas nampak bahwa hasil


uji terhadap keseluruhan data (serempak selama 5 tahun)
diketahui bahwa dari 10 rasio keuangan yang diuji, 9
diantaranya berbeda secara signifikan antara perusahaan yang
mengalami kepailitan dengan perusahaan yang tidak
106

mengalami kepailitan. Rasio keuangan likuiditas, profitabilitas,


aktivitas, dan Return on Investment dari perusahaan yang tidak
mengalami kepailitan terbukti lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan yang mengalami kepailitan. Sedangkan rasio
leverage (Total Liabilities to Total Assets) perusahaan yang
tidak mengalami kepailitan ternyata lebih kecil dibandingkan
dengan perusahaan yang mengalami kepailitan. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin mendekati
kepailitan, semakin banyak rasio-rasio keuangan yang
menunjukkan perbedaan secara signifikan antara perusahaan
yang mengalami kepailitan dengan perusahaan yang tidak
mengalami kepailitan.
Resume keseluruhan hasil uji beda terhadap rasio-rasio
keuangan yang diteliti disajikan pada tabel di bawah ini.
107

Tabel 21
Ringkasan Hasil Uji Beda Rasio-rasio Keuangan

Tahun
No Rasio Keuangan Var
1997 1998 1999 2000 2001 Gab.
Current Assets to
1 Current x1 x √ √ √ √ √
Liabilities
Quick Assets to
2 Current x2 x √ √ √ √ √
Liabilities
Gross Profit to
3 x3 x √ √ √ √ √
Sales
Net Income to
4 x4 x x √ √ √ √
Sales
Cost of Goods
5 x5 x x x x x √
Sold to Inventory
Sales to Total
6 x6 x x x x √ x
Assets
Sales to Fixed
7 x7 x x x x x √
Assets
Earning Before
Interest and
8 x8 x x √ √ √ √
Taxes to Total
Assets
Net Income to
9 x9 x x √ √ √ √
Total Assets
Total Liabilities
10 x10 x √ √ √ √ √
to Total Assets
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Keterangan:
x = tidak berbeda secara signifikan
√ = berbeda secara signifikan
108

Data yang disajikan pada tabel di atas memberikan


gambaran bahwa semakin mendekati keadaan pailit, semakin
banyak rasio-rasio keuangan yang berbeda antara perusahaan
yang mengalami kepailitan dengan perusahaan yang tidak
mengalami kepailitan. Dengan kata lain, semakin jauh rentang
waktu sebelum terjadinya kepailitan, semakin sedikit rasio-
rasio keuangan yang menunjukkan perbedaan.

4.2. Manfaat Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi


Kepailitan Perusahaan

Untuk mengetahui apakah rasio-rasio keuangan dapat


dimanfaatkan/ digunakan sebagai alat prediksi kepailitan
perusahaan pada masa yang akan datang, dilakukan analisis
dengan menggunakan metode regresi logistik (logistic
regression). Regresi logistik merupakan bentuk regresi khusus
untuk merumuskan prediksi dan menjelaskan variabel kategori
biner (Hair, et. all., 1998: 246). Regresi logistik dapat
digunakan meskipun data variabel independen tidak
berdistribusi normal multivariat, tidak seperti dalam analisis
109

diskriminan yang memerlukan asumsi distribusi normal


multivariat.
Dalam analisis regresi logistik, pengelompokkan suatu
perusahaan ditetapkan berdasarkan nilai probabilitas. Dalam
penelitian ini diambil nilai cut off sebesar 0.5, artinya jika nilai
probabilitas lebih dari 0.5 (lebih dari nilai cut off) maka
perusahaan tersebut diprediksikan sebagai perusahaan
klasifikasi pailit, sedangkan jika nilai probabilitas kurang dari
0.5 maka perusahaan tersebut diprediksikan masuk ke dalam
klasifikasi tidak pailit.
Hasil uji regresi logistik menghasilkan model-model yang
dapat digunakan sebagai alat prediksi kepailitan. Penjelasan
lebih lanjut tentang model-model yang dibentuk oleh regresi
logistik diuraikan di bawah ini.

4.2.1. Uji Regresi Logistik 5 Tahun Sebelum Terjadinya


Kepailitan (Tahun 1997)

Perhitungan regresi logistik terhadap data rasio-rasio


keuangan yang diteliti pada tahun 1997 secara lengkap
disajikan pada lampiran 17. Hasil perhitungan tersebut
110

menunjukkan bahwa ternyata tidak diperoleh model regresi


logistik yang dapat digunakan sebagai alat prediksi untuk data
5 tahun sebelum terjadinya kepailitan. Selanjutnya, dilakukan
pencarian model dengan menggunakan metode backward
berdasarkan statistik uji Wald. Dari hasil pencarian ini juga
ternyata tidak diperoleh model yang bisa digunakan untuk
memprediksi kepailitan.
Setelah dilakukan uji kecocokan dengan menggunakan
statistik uji Hosmer-Lameshow terhadap model terakhir,
ternyata diperoleh model pada nilai signifikansi yang jauh dari
1.000. Angka ini menunjukkan bahwa model memiliki akurasi
yang sangat rendah karena kinerja model ini terlalu banyak
menyimpang dari data hasil observasi. Demikian halnya
dengan hasil pengujian secara individual yang menggunakan
statistik uji Wald ternyata juga menyatakan bahwa tidak ada
satupun koefisien regresi yang siginifikan. Dengan kata lain,
data rasio keuangan perusahaan pada tahun 1997 atau 5 tahun
sebelum terjadinya kepailitan, tidak dapat dijadikan sebagai
alat untuk memprediksi kepailitan perusahaan.
111

Dengan melakukan cross check terhadap hasil uji beda,


ternyata diketahui bahwa rasio-rasio keuangan perusahaan
yang diteliti (5 tahun sebelum terjadinya kepailitan) tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Dengan kata
lain, tidak ada perbedaan rata-rata rasio keuangan yang diteliti
antara perusahaan yang pailit dengan perusahaan yang tidak
pailit.

4.2.2. Uji Regresi Logistik 4 Tahun Sebelum Terjadinya


Kepailitan (Tahun 1998)

Hasil (output) perhitungan regresi logistik untuk data


rasio-rasio keuangan pada tahun 1998 atau 4 tahun sebelum
terjadinya kepailitan disajikan pada lampiran 18. Berdasarkan
hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa persamaan
fungsi regresi logistik yang terbentuk adalah sebagai berikut:

p
1
1  e (4,230 2,865X2 10,141X3 )
112

dimana :
p = Probabilitas kepailitan perusahaan
X2 = Quick Assets to Current Liabilities (QACL)
X3 = Gross Profit to Sales (GPS)

Kinerja model regresi logistik periode 4 tahun sebelum


terjadinya kepailitan dapat diketahui dengan melakukan cross-
check (lampiran 19) antara hasil prediksi model dengan data
hasil observasi/sampel. Uji model dilakukan dengan cara
memasukkan setiap nilai variabel x dari data sampel terhadap
model di atas. Dengan menggunakan nilai cut off sebesar 0.5
diperoleh hasil cross-chek kinerja model seperti disajikan pada
tabel berikut:

Tabel 22
Kinerja Model Regresi Logistik 4 Tahun Sebelum Pailit
Prediksi Kebenaran
Observasi
Tidak Pailit Pailit Prediksi (%)
Tidak Pailit 14 6 70,00
Pailit 3 17 85,00
% overall 77,50 *)
Keterangan:
*) = 77,50% status perusahaan diklasifikasikan secara benar oleh model
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,
113

Dari hasil perhitungan regresi logistik sebagaimana


disajikan pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 20
perusahaan yang termasuk kelompok tidak pailit, 14
perusahaan atau 70% diantaranya dapat diklasifikasikan
dengan benar oleh model. Sementara itu, dari 20 perusahaan
kelompok pailit, 17 perusahaan atau 85% diantaranya
diklasifikasikan secara benar oleh model. Ini berarti,
keseluruhan (overall) persentase perusahaan yang
diklasifikasikan secara benar oleh model regresi logistik yang
terbentuk 4 tahun sebelum terjadinya kepailitan adalah 77,5%.
Dengan kata lain, tingkat kebenaran prediksi dari model regresi
logistik 4 tahun sebelum terjadinya kepailitan adalah 77,50%.

4.2.3. Uji Regresi Logistik 3 Tahun Sebelum Terjadinya


Kepailitan (Tahun 1999)

Output hasil perhitungan lengkap untuk analisis regresi


logistik untuk data rasio-rasio keuangan yang diuji pada tahun
1999 disajikan pada lampiran 20.. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa fungsi regresi
logistik yang terbentuk dari data rasio-rasio keuangan yang
114

diteliti pada 3 tahun sebelum terjadinya kepailitan (tahun 1999)


adalah sebagai berikut:

p
1
1  e (4,6413,806X1 13,061X3 )
dimana :
p = Probabilitas kepailitan perusahaan
X1 = Current Assets to Current Liabilities (CACL)
X3 = Gross Profit to Sales (GPS)

Keakuratan model regresi logistik periode 3 tahun


sebelum terjadinya kepailitan dapat diketahui dengan
melakukan cross-check (lampiran 21) antara hasil prediksi
model dengan data hasil observasi/sampel. Uji model
dilakukan dengan cara memasukkan setiap nilai variabel x dari
data sampel terhadap model di atas. Dengan menggunakan
nilai cut off sebesar 0.5 diperoleh hasil cross-chek kinerja
model seperti disajikan pada tabel di bawah ini:
115

Tabel 23
Kinerja Model Regresi Logistik 3 Tahun Sebelum Pailit
Prediksi Kebenaran
Observasi
Tidak Pailit Pailit Prediksi (%)
Tidak Pailit 15 5 75,00
Pailit 3 17 85,00
% overall 80,00 *)
Keterangan:
*) = 80,00% status perusahaan diklasifikasikan secara benar oleh model
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel di atas dapat


dijelaskan bahwa dari 20 perusahaan kelompok tidak pailit
terdapat 15 perusahaan yang diklasifikasikan secara benar oleh
model. Artinya bahwa, 75,00% status perusahaan tidak pailit
diklasifikasi secara benar.
Sementara itu dari 20 perusahaan yang termasuk
kelompok pailit, 17 perusahaan atau 85% diantaranya
diklasifikasikan secara benar oleh model. Dengan demikian,
secara keseluruhan (overall) persentase perusahaan yang
diklasifikasi secara benar oleh model regresi logistik 3 tahun
sebelum terjadinya kepailitan adalah 80,00%. Dengan kata lain,
tingkat kebenaran prediksi untuk data 3 tahun sebelum
terjadinya kepailitan adalah 80,00%. Angka ini mengalami
116

peningkatan dibandingkan dengan angka pada tahun


sebelumnya.

4.2.4. Uji Regresi Logistik 2 Tahun Sebelum Terjadinya


Kepailitan (Tahun 2000)

Hasil (output) lengkap perhitungan regresi logistik


terhadap data rasio-rasio keuangan pada tahun 2000 atau 2
tahun sebelum terjadinya kepailitan disajikan pada lampiran
22. Dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa fungsi
regresi logistik yang dihasilkan dapat dinyatakan oleh
persamaan sebagai berikut:

p
1
1 e  ( 4,587  29.305X8 )

dimana :
p = Probabilitas kepailitan perusahaan
X8 = Earning Before Interest and Taxes to Total Assets
(EBITTA)
117

Kinerja model regresi logistik periode 2 tahun sebelum


terjadinya kepailitan dapat diketahui dengan melakukan cross-
check (lampiran 23) antara hasil prediksi model dengan data
hasil observasi/sampel. Uji model dilakukan dengan cara
memasukkan setiap nilai variabel x dari data sampel terhadap
model di atas. Dengan menggunakan nilai cut off sebesar 0.5
diperoleh hasil cross-chek kinerja model seperti disajikan pada
tabel berikut:

Tabel 24
Kinerja Model Regresi Logistik 2 Tahun Sebelum Pailit

Prediksi Kebenaran
Observasi
Tidak Pailit Pailit Prediksi (%)
Tidak Pailit 19 1 95,00
Pailit 2 18 90,00
% overall 92,50 *)
Keterangan:
*) = 92,50% status perusahaan diklasifikasikan secara benar oleh model
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Data pada tabel di atas memberikan penjelasan bahwa


dari 20 perusahaan yang tidak pailit terdapat 19 perusahaan
118

(95,00%) diantaranya dapat diklasifikasikan dengan benar oleh


model, dan dari 20 perusahaan yang pailit terdapat 18
perusahaan (90,00%) diklasifikasikan secara benar oleh model.
Dengan demikian tingkat kebenaran prediksi secara
keseluruhan (overall) adalah 92,50%. Angka 92,50% ini
menunjukkan tingkat kebenaran prediksi yang dibentuk oleh
model 2 tahun sebelum terjadinya kepailitan.

4.2.5. Uji Regresi Logistik 1 Tahun Sebelum Terjadinya


Kepailitan (Tahun 2001)

Berdasarkan hasil (output) perhitungan regresi logistik


yang disajikan pada lampiran 24, dapat diketahui bahwa fungsi
regresi logistik rasio-rasio keuangan tahun 2001 atau 1 tahun
sebelum terjadinya kepailitan dapat dinyatakan oleh persamaan
sebagai berikut :

p
1
1  e  (14,104 13.301X10 )
dimana :
p = Probabilitas kepailitan perusahaan
X10 = Total Liabilities to Total Assets (TLTA)
119

Keakuratan model regresi logistik periode 3 tahun


sebelum terjadinya kepailitan dapat diketahui dengan
melakukan cross-check (lampiran 25) antara hasil prediksi
model dengan data hasil observasi/sampel. Uji model
dilakukan dengan cara memasukkan setiap nilai variabel x dari
data sampel terhadap model di atas. Dengan menggunakan
nilai cut off sebesar 0.5 diperoleh hasil cross-chek kinerja
model seperti disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 25
Kinerja Model Regresi Logistik 1 Tahun Sebelum Pailit
Prediksi Kebenaran
Observasi
Tidak Pailit Pailit Prediksi (%)
Tidak Pailit 18 2 90,00
Pailit 1 19 95,00
% overall 92,50 *)
Keterangan:
*) = 92,50% status perusahaan diklasifikasikan secara benar oleh model
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Data pada tabel di atas memberikan informasi bahwa


dari 20 perusahaan yang tidak pailit terdapat 18 perusahaan
(90,00%) yang diklasifikasikan dengan benar oleh model.
Sedangkan pada kelompok perusahaan yang pailit, dari 20
120

perusahaan terdapat 19 perusahaan (95,00%) yang


diklasifikasikan secara benar oleh model. Dengan demikian
secara keseluruhan (overall) persentase perusahaan yang
diklasifikasikan secara benar oleh model regresi logistik
setahun sebelum pailit adalah 92,50%. Artinya, tingkat
kebenaran prediksi model yang terbentuk 1 tahun sebelum
terjadinya kepailitan sebesar 92,50%.

Tabel 26
Resume Tingkat Kebenaran Prediksi

Jk. Waktu
Tingkat Kebenaran
No Tahun sblm Pailit
Prediksi (%)
(Thn)
0
1 1997 5 Tidak diperoleh
model
2 1998 4 77.50
3 1999 3 80.00
4 2000 2 92.50
5 2001 1 92.50
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,
121

Gambar 3
Grafik Kinerja Model Prediksi Kepailitan (Tahun 1997-2001)

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1997 1998 1999 2000 2001

Grafik di atas memberikan penjelasan bahwa tingkat


kebenaran prediksi model cenderung mengalami peningkatan
sejalan dengan semakin dekatnya waktu menjelang kepailitan.
Selain itu tampak juga bahwa hasil uji model menunjukkan
kinerja yang baik dimana tingkat kebenaran prediksi berkisar
antara 77,50% sampai 92,50%.
Pengujian model dengan cara yang dilakukan dalam
penelitian ini disadari memiliki kelemahan, dimana hasil uji
cenderung terlalu baik. Hal ini mengingat uji model dilakukan
122

terhadap perusahaan yang juga dijadikan sampel, sehingga data


yang tersedia relatif sudah familiar dengan model. Untuk
memperoleh hasil uji yang lebih valid seyogyanya uji model
dilakukan pada perusahaan lain yang tidak menjadi sampel
penelitian serta digunakan untuk memprediksi kejadian pada
waktu yang akan datang. Kendati demikian, secara
metodologis hasil yang dicapai tetap dapat
dipertanggungjawabkan.

4.2.6. Uji Regresi Logistik 5 Tahun Secara Serempak


(Tahun 1997-2001)

Hasil (output) perhitungan regresi logistik untuk data


rasio-rasio keuangan secara serempak selama 5 tahun (1997-
2001) disajikan pada lampiran 26. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa persamaan fungsi
regresi logistik yang terbentuk adalah sebagai berikut:

p
1
1 e  ( 1,7651,025X1  2,686X10 )
123

dimana:
p = Probabilitas kepailitan perusahaan
X1 = Current Asset to Current Liabilities (CACL)
X10 = Total Liabilities to Total Assets (TLTA)

Keakuratan model regresi logistik (secara serempak


selama 5 tahun) dapat diketahui dengan melakukan cross-check
(lampiran 27) antara hasil prediksi model dengan data hasil
observasi/sampel. Uji model dilakukan dengan cara
memasukkan setiap nilai variabel x dari data sampel terhadap
model di atas. Dengan menggunakan nilai cut off sebesar 0.5
diperoleh hasil cross-chek kinerja model seperti disajikan pada
tabel di bawah ini:
Tabel 27
Kinerja Model Regresi Logistik 5 Tahun Secara Serempak
(1997-2001)
Prediksi Kebenaran
Observasi
Tidak Pailit Pailit Prediksi (%)
Tidak Pailit 79 21 79,00
Pailit 26 74 74,00
% overall 76,50 *)
Keterangan:
*) = 76,50% status perusahaan diklasifikasikan secara benar oleh model
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,
124

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 100 data


perusahaan yang tidak pailit, terdapat 79 data perusahaan
(79,00%) yang dikalisifikasikan secara benar oleh model,
sementara itu dari 100 data perusahaan yang pailit terdapat 74
data perusahaan (74,00%) yang diklasisifikasikan secara benar
oleh model. Sehingga keseluruhan (overall) persentase
perusahaan yang diklasifikasikan secara benar oleh model
regresi logistik secara serempak adalah 76,50%.
125

Tabel 28
Resume Rasio-rasio Keuangan yang Berpengaruh Terhadap
Kepailitan

Thn Rasio Keuangan yang Berpengaruh


No Tahun Sblm
Var. Jenis Rasio Kelompok
Pailit
1 1997 5 - - -
Quick Assets to
X2 Current Liabilities Liquidity
2 1998 4 (QACL)
Gross Profit to
X3 Profitability
Sales (GPS)
Current Assets to
X1 Current Liabilities Liquidity
3 1999 3 (CACL)
Gross Profit to
X3 Profitability
Sales (GPS)
Earning Before
Interest and Taxes
4 2000 2 X8 ROI
to Total Assets
(EBITTA)
Total Liabilities to
5 2001 1 X10 Total Assets Leverage
(TLTA)
Current Asset to
X1 Current Liabilities Liquidity
(CACL)
6 serempak -
Total Liabilities to
X10 Total Assets Leverage
(TLTA)
Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,
126

4.3. Rasio-rasio Keuangan yang Dominan Berpengaruh


terhadap Kepailitan Perusahaan

Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang


diajukan pada hipotesis ke-3, digunakan analisis regresi
logistik dengan menggunakan seluruh data rasio keuangan
selama 5 tahun. Data dianalisis dengan menggunakan metode
enter agar dapat diketahui rasio-rasio keuangan manakah yang
berpengaruh secara signifikan terhadap kepailitan di masa yang
akan datang. Metode Enter ini sekaligus memasukkan seluruh
nilai rasio keuangan yang diteliti untuk membuat model regresi
logistik yang menggambarkan pengaruh masing-masing nilai
rasio keuangan terhadap kepailitan perusahaan. Dengan metode
enter seperti disajikan pada lampiran 28 diperoleh model
regresi logistik sebagai berikut:

p
1
1 e  ( 0,883 2,191X1 1,486X 2 1,866X3 0,485X 4 0,019X 5 0,320X6 0,041X7 1,412X8  2,007X9  2,280X10 )

Uji kecocokan model dilakukan utnuk mengetahui


kesesuaian hasil prediksi model dengan data hasil observasi
dengan menggunakan statistik Uji Hosmer-Lameshow.
127

Berdasarkan pengujian ini diperoleh nilai peluang signifikansi


untuk kecocokan model sebesar 0,198. Nilai peluang
signifikansi Hosmer-Lameshow yang lebih dari 0.05 dapat
diartikan bahwa model tersebut sudah fit sehingga memiliki
kesesuaian antara data hasil pengamatan dengan data hasil
prediksi model. Atas dasar ini maka dapat dinyatakan bahwa
secara overall model dinyatakan fit.
Setelah dilakukan pengujian secara overall selanjutnya
dilakukan pengujian secara individual terhadap koefisien
regresi dengan menggunakan statistik uji Wald. Hasil
pengujian dengan menggunakan statistik Uji Wald disajikan
pada tabel berikut ini.

Tabel 29
Pengujian Koefisien Regresi Logistik tahap I Secara Individual

0  0
Hipotesis Wald Db p-value Keterangan
H0 :
H 0 : 0  0
.788 1 .375 Nonsignifikan

H0 : 1  0
H0 : 1  0
3.881 1 .049 Signifikan

H0 : 2  0
H0 :  2  0
1.309 1 .253 Nonsignifikan
128

H0 : 3  0
H0 : 3  0
2.879 1 .090 Nonsignifikan

H0 : 4  0
H0 :  4  0
.791 1 .374 Nonsignifikan

H0 : 5  0
H0 : 5  0
.497 1 .481 Nonsignifikan

H0 : 6  0
H 0 : 6  0
.370 1 .543 Nonsignifikan

H0 : 7  0
H 0 : 7  0
.923 1 .337 Nonsignifikan

H0 : 8  0
H0 : 8  0
.212 1 .645 Nonsignifikan

H0 : 9  0
H0 : 9  0
.423 1 .515 Nonsignifikan

H0 : 10  0
H0 : 10  0
6.288 1 .012 Signifikan

Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Berdasarkan tabel di atas ternyata diperoleh bahwa


rasio keuangan yang berpengaruh secara signifikan dalam
menentukan kepailitan perusahaan adalah rasio keuangan X1
(Current Assets to Current Liabilities) dan X10 (Total
Liabilities to Total Assets). Sedangkan rasio keuangan yang
129

lain dinyatakan tidak berpengaruh secara signifikan. Kerena


model regresi logistik dengan melibatkan seluruh rasio
keuangan di atas masih melibatkan variabel-variabel rasio
keuangan yang tidak signifikan, maka sebelum diperiksa
kinerja model, terlebih dahulu dicari model regresi terbaik
untuk model regresi logistik serempak ini.
Pencarian model regresi logistik terbaik ditempuh dengan
menggunakan metode backward melalui statistik Uji Wald.
Metode Backward yaitu mereduksi model dengan
menghilangkan variabel-variabel yang tidak berpengaruh
secara signifikan. Hasil proses ini menghasilkan model regresi
logistik sebagai berikut:

p
1
1 e  ( 1,7651,025X1  2,686X10 )

Nilai peluang signifikansi untuk kecocokan model di atas


dengan menggunakan statistik uji Hosmer-Lameshow
diperoleh sebesar 0,320. Karena nilai peluang signifikansi
kecocokan model lebih dari 0,05 maka model di atas
dinyatakan fit dengan data. Hasil Uji Signifikansi terhadap
130

koefisien regresi secara individual pada model yang baru


diperlihatkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 30
Pengujian Koefisien Regresi Logistik tahap II Secara
Individual
Hipotesis Wald Db p-value Keterangan

H0 : 0  0
H 0 : 0  0
7.874 1 .005 Signifikan

H0 : 1  0
H0 : 1  0
14.560 1 .000 Signifikan

H0 : 2  0
H0 :  2  0
4.794 1 .029 Signifikan

Sumber : Diolah dari Output SPSS Hasil Pengolahan Data Penelitian,

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai signifikansi


hasil pengujian secara individual terhadap model regresi
logistik yang baru menghasilkan pengujian yang signifikan.
Hal ini terbukti dari nilai peluang signifikansi yang lebih kecil
dari 0,05. Model regresi logistik di atas memperlihatkan
adanya pengaruh yang signifikan dari X1 dan X10 terhadap
kepailitan perusahaan.
131

p
1
1  e ( 1,7651,025X1 2,686X10 )

Berdasarakan model regresi terbaik yang terbentuk


seperti di atas, dapat dijelaskan bahwa:
1) Terdapat Pengaruh yang signifikan dari rasio keuangan
Current Assets to Current Liabilities (X1) terhadap
kepailitan perusahaan. Berdasarakan besarnya koefisien
regresi untuk X1 maka dapat diartikan bahwa setiap
kenaikan nilai rasio keuangan sebesar satu satuan maka
peluang perusahaan tersebut masuk kategori pailit akan
menurun (karena tanda negatif) sebesar e1,025 = 2,787
secara multiplikatif, dan;
2) Terdapat pengaruh yang signifikan dari rasio keuangan
Total Liabilities to Total Assets (X10) terhadap kepailitan
perusahaan. Berdasarkan besarnya koefisien regresi untuk
X10 maka dapat diartikan bahwa setiap kenaikan nilai rasio
keuangan sebesar satu satuan maka peluang perusahaan
tersebut masuk kategori pailit akan meningkat sebesar
e2,686= 14,673 secara multiplikatif .
132

Bab V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebagaimana
diuraikan dalam Bab IV, dapat ditarik beberapa kesimpulan
hasil penelitian sebagai berikut:
1) Terdapat perbedaan yang signifikan rasio-rasio keuangan
antara perusahaan yang mengalami kepailitan dengan
perusahaan yang tidak mengalami kepailitan. Rasio
keuangan likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan return on
investment dari perusahaan yang tidak mengalami
kepailitan terbukti lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan yang mengalami kepailitan. Sedangkan rasio
leverage (total liabilities to total assets) perusahaan yang
tidak mengalami kepailitan ternyata lebih kecil
dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami
kepailitan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
semakin mendekati kepailitan, semakin banyak rasio-rasio
keuangan yang menunjukkan perbedaan secara signifikan
133

antara perusahaan yang mengalami kepailitan dengan


perusahaan yang tidak mengalami kepailitan.
2) Rasio keuangan terbukti dapat dimanfaatkan sebagai alat
untuk memprediksi kepailitan perusahaan, termasuk dalam
keadaan yang tingkat ketidakpastiannya relatif tinggi
seperti krisis ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat kebenaran prediksi secara keseluruhan
(serempak selama 5 tahun) sebesar 76,50% (overall).
Sedangkan hasil pengujian setiap tahun diketahui bahwa
tingkat kebenaran prediksi yang dibentuk oleh model
regresi logistik untuk periode 4, 3, 2, dan 1 tahun sebelum
pailit ternyata semakin besar, yaitu: 77,50%, 80,00%,
92,50%, dan 92,50%. Sedangkan pada tahun 1997 atau 5
tahun sebelum terjadinya kepailitan, tidak diperoleh model
yang memadai. Dengan kata lain, rasio keuangan 5 tahun
sebelum terjadi kepailitan tidak dapat digunakan sebagai
alat prediksi kepailitan.
3) Rasio keuangan yang dominan berpengaruh terhadap
kepailitan perusahaan adalah rasio likuiditas dan leverage.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dari 10 rasio
134

keuangan yang diuji, terdapat 2 rasio keuangan yang


paling dominan dalam membentuk model kepailitan, yaitu
Current Asset to Current Liabilities dan Total Liabilities to
Total Asset.

5.2. Saran
Bedasarkan kesimpulan di atas, selanjutnya dapat
disarankan hal-hal sebagai berikut:
1) Adanya bukti bahwa rasio keuangan memiliki keandalan
dalam memprediksi kepailitan dapat dijadikan referensi
berharga bagi para pengambil kebijakan keuangan. Rasio
keuangan dapat dijadikan alat peringatan dini (early
warning system) untuk mengantisipasi terjadinya
kepailitan pada masa yang akan datang;
2) Model prediksi yang dihasilkan dalam penelitian ini diuji
pada perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel
penelitian. Karenanya, sangat mungkin mempunyai tingkat
keakuratan prediksi yang terlalu tinggi. Oleh karena itu
disarankan agar peneliti lain mengujinya pada perusahaan
lain yang tidak dijadikan sampel dalam penelitian, dan
135

pengujian dilakukan untuk periode waktu yang akan


datang.
3) Penelitian ini hanya memfokuskan pada 10 jenis rasio
keuangan yang dasar perhitungannya neraca dan laporan
rugi laba. Untuk itu kepada para peneliti lain disarankan
agar mengembangkan jenis rasio keuangan yang diteliti,
termasuk memasukan rasio-rasio keuangan yang dasar
perhitungannya dari cash flow dan nilai pasar (saham);
4) Bagi investor, rasio keuangan dapat dijadikan informasi
berharga dalam mengambil keputusan investasi. Jika
keadaan perusahaan sudah menunjukkan keadaan dimana
tingkat likuiditas rendah atau leverage yang tinggi, maka
keadaan ini dapat berarti “warning” agar investor segera
mengalihkan investasinya, sebab likuiditas yang rendah
dan atau leverage yang tinggi dapat menjadi indikasi akan
terjadinya kepailitan.
136

DAFTAR PUSTAKA

Altman, Edwar I, (1968), “Financial Ratio, Discriminant Analysis


and The Prediction of Corporate Bankruptcy”, The Journal of
Finance, p.589-609.

Adnan Muhammad Akhyar dan Eha Kurniasih, (2000), “Analisis


Tingkat Kesehatan Perusahaan untuk Memprediksi Potensi
Kebangkrutan dengan Pendekatan Altman, Kasus pada
Perusahaan di Indonesia” Jurnal Akuntansi & Auditing
Indonesia, Volume 4 no.2, Desember 2000 hal.131-151.

Adnan Muhammad Akhyar dan Muhammad Imam Taufiq, (2001),


“Analisis Ketepatan Prediksi Metode Altman terhadap
Terjadinya Likuiditas pada Lembaga Perbankan”, Jurnal
Akuntansi & Auditing Indonesia. Volume 5 no.2 Desember
2001, hal.181-202.

Beaver, William H, (1966), “Financial Ratio as Predictors of


Failure”, Accounting Research, p.71-111.

Bernstein, Leopold A. & John J. Wild (1997), “Financial Statement


Analysis; Theory, Application, and Intrepretation”, 6th, Mc
Graw-Hill, United States of America.

Dambolena, Ismael G. and Khoury, (1980), “Ratio Stability and


Corporate Failure”, the Journal of Finance. Vol.XXX, no.4,
September, p.1017-1027.

FASB, (1978), “Statement of Financial Accounting Concept no.1-


Objective of Financial Reporting by Business Enterprises”,
p.4021-4035.
137

Gibson, Charles H. (1998), “Financial Statement Analysis, Using


Financial Accounting Information”, 7th eddition, United
States of America

Foster G. (1986), “Financial Statement Analysis”, 2nd ed., Prentice


Fall.Inc, United States of America p.57-90

Hair, Joseph F, et all, (1995), “Multivariate Data Analysis”, Fourth


Edition, Prentice-Hall, United States of America, p.60, p.261.

IAI, 1994, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan


Keuangan, Paragraph 12, Standar Akuntansi Keuangan.

Ibnu Subiyanto, “Metodologi Penelitian (Manajemen dan


Akuntansi)”, Edisi 3, UPP AMP YKPN, Yogyakarta

Ilya Avianti (2000), “Model Prediksi Kepailitan Emiten di Bursa


Efek Jakarta dengan Menggunakan Indikator-indikator
Keuangan”, Disertasi PPS Universitas Padjadjaran, Bandung
2000

Machfoedz Mas’ud, (1994), “Financial Ratio Analysis and The


Prediction of Earning Changes in Indonesia”, Kelola no.7/III
p.114-137.

Machfoedz Mas’ud & Payamta, 1999, “Evaluasi Kinerja Perusahaan


Perbankan Sebelum dan Sesudah Menjadi Perusahaan Publik
di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Kelola no. 20/VIII/1999, p. 54-
69.
138

Ou, J.A., and S.H. Penman, “Financial Statement Analysis and The
Prediction of Stock Return”, Journal of Accounting and
Economic, 1989

Pankoff and Virgil (1970), “On The Usefullness of Financial


Statement Information” The Accounting Review, p.269-279.

Peterson, Pamela P. (1994), “Financial Management and Analysis”,


Mc Graw-Hill, Inc, United States of America

Sinkey, Joseph F, (1975). “A Multivariate Statistical Analysis of The


Characteristics of Problem Banks”, the Journel of Finance.
Vol.XXX no.1, Maret, p.21-36.

Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, (2000), “Dasar-dasar Manajemen


Keuangan”, UPP AMP YKPN Yogyakarta,

Sumarno Zain (1994), “Failure Prediction; An Artificial Intelligence


Approach, Accountancy Development in Indonesia”,
Publication No.21, Tim Koordinasi Pengembangan Akuntansi,
Jakarta 1994

Surifah, (2000), “Perbedaan Bank Terlikuidasi dan Bank Tidak


Terlikuidasi Suatu Studi terhadap Elemen-elemen Laporan
Keuangan”, Kajian Bisnis, no.19, Januari-April 2000, p.65-88.

______________, (2002), “Studi tentang Rasio Keuangan sebagai


Alat Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Publik di Indonesia
pada Masa Krisis Ekonomi”, Kajian Bisnis, no.27, September-
Desember 2002, p.25-43.

Thomson (1991), “Predicting Bank Failure in 1980’s” Economic


Review, (second Quarter) p.17-26.
139

Van Horne, James C. (1989), “Financial Management and Policy”,


Prentice-Hall International Editions, United States of America

Whalen & Thomson (1988), “Using Financial Data to Identify


Changes in Bank Condition”, Economic Review, (Second
Quarter), p.17-26.

Anda mungkin juga menyukai