Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ekonomi Trisakti

https://www.trijurnal.trisakti.ac.id/index.php/jet
Vol. 2 No. 2 Oktober 2022 : hal : 343-356
http://dx.doi.org/10.25105/jet.v2i2.14309
e-ISSN 2339-0840

PENGARUH OPERATING CAPACITY, PROFITABILITAS, STRUKTUR


MODAL DAN FIRM SIZE TERHADAP FINANCIAL DISTRESS

Suleha1

Sekar Mayangsari2
1,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti

*Suleha023001901008@trisakti.ac.id

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah terdapat pengaruh dari operating capacity, profitabilitas,
struktur modal dan firm size terhadap financial distress. Objek dalam penelitian menggunakan perusahaan
pertambangan pada jangka waktu 2018-2020 yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode
pengumpulan sampel menggunakan purposive sampling dengan keseluruhan sampel yang digunakan
berjumlah 126 data, yang berasal dari 47 perusahaan pertambangan. Dengan menggunakan metode analisis
regresi berganda memperoleh hasil yang menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh negatif dan
struktur modal mempunyai pengaruh positif terhadap financial distress, sedangkan operating capacity dan
firm size tidak mempunyai pengaruh terhadap financial distress.

Kata Kunci: Operating Capacity, Profitabilitas, Struktur Modal, Firm Size, Financial Distress

Abstract
This research was conducted to test whether there is an influence of operating capacity, profitability, capital
structure and firm size on financial distress. The object in the study used mining companies in the 2018-
2020 period which were listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The sample collection method used
purposive sampling with the total sample used totaling 126 data, which came from 47 mining companies.
Using the multiple regression analysis method obtained results stating that profitability has a negative
influence and capital structure has a positive influence on financial distress, while operating capacity and
firm size have no influence on financial distress.

Keywords: Operating Capacity, Profitability, Capital Structure, Firm Size, Financial Distress

Artikel dikirim : 3-08-2022 Artikel Revisi : 16-08-2022 Artikel diterima : 19-08-2022

343
Jurnal Ekonomi Trisakti

PENDAHULUAN

Didirikannya sebuah perusahaan tentu memiliki tujuan yang jelas, untuk jangka pendek
maupun untuk jangka Panjang. Tentunya tujuan didirikannya perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan. Dengan mendapatkan keuntungan atau laba inilah perusahaan mampu bertahan untuk
berkembang menjadi perusahaan yang besar. Menurut (Yustika, 2015) Keadaan perekonomian yang
tidak menentu kerap kali mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Ketidakmampuan
manajemen dalam mengelola perusahaan dengan baik dapat memungkinkan penurunan kinerja
keuangan dan kemungkinan terancam kondisi kebangkrutan. Menurut (Yustika, 2015) kondisi
kebangkrutan diartikan sebagai kondisi financial distress yang terparah. Financial distress ialah
kondisi penurunan kinerja keuangan perseroan sebelum mengalami likuidasi atau kebangkrutan.

Pertumbuhan ekonomi yang kian meningkatkan membuat persaingan antar perusahaan pun
semakin ketat. Karena ketatnya daya saing dalam ekonomi membuat perusahaan dituntut untuk
selalu memperbaiki kinerja, membuat inovasi bisnis dan memperhatikan kondisi keuangan
perusahaan mereka, hal ini dilakukan agar perusahaan terhindar dari financial distress. Tidak
terkecuali untuk sektor pertambangan, meski sektor pertambangan merupakan salah satu sektor
utama penyumbang perkembangan ekonomi untuk negara, akan tetapi sektor pertambangan masih
mempunyai ancaman bisnis mengingat sektor ini masih menghadapi masa sulit guna menghadapi
kondisi perang dagang AS dengan China.
Krisis keuangan atau financial distress ialah keadaan ketika perseroan menghadapi
penurunan kinerja keuangan atau kesulitan keuangan serta perseroan gagal memenuhi kewajiban
debitur karena tidak memiliki dana untuk melanjutkan bisnisnya. Menurut (Yustika, 2015) financial
distress diartikan suatu kondisi ketika keuangan suatu organisasi atau instansi dalam kondisi tidak
baik atau sedang kesulitan, sedangkan menurut (Yustika, 2015) financial distress ditandai dengan
tahap penyusutan kondisi perseroan sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi. Selain itu
kesulitan keuangan menjadi salah satu penyebab paling banyak perusahaan mengalami
kebangkrutan. Financial distress tidak hanya menyebabkan penurunan laba biasa, tetapi juga
mempengaruhi kelangsungan perusahaan.
Financial distress pada dasarnya ditandai dengan terjadinya penurunan kualitas produk,
penundaan pengiriman serta penundaan pembayaran tagihan dari pihak yang menagih (Yustika,
2015). Perlunya model financial distress didorong oleh keyakinan bahwa deteksi dini kesulitan
keuangan perusahaan akan memungkinkan langkah-langkah proaktif untuk diterapkan sebelum
kebangkrutan.
Laporan keuangan, yang mencakup semua catatan transaksi dan data keuangan dari waktu
tertentu dan dipergunakan untuk mengevaluasi performa keuangan perseroan, yang digunakan guna
memastikan apakah perseroan dalam keadaan pailit atau krisis keuangan. Laporan keuangan ialah
hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang bisa dipakai sebagai sarana komunikasi bagi pihak-
pihak berkepentingan yang menggunakan informasi atau kegiatan keuangan suatu perseroan dengan
data atau kegiatan perseroan selama periode tertentu. Menurut (Dewi et al., 2019) Laporan
keuangan ialah sumber data mengenai keuangan, performa, dan perubahan status keuangan
perseroan, yang sangat membantu dalam membuat keputusan yang tepat.

344
Vol. 2 No. 2 Oktober 2022

Riset ini mempunyai beberapa variabel yang akan dipakai untuk menguji apakah variabel-
variabel tersebut mampu mempengaruhi financial distress pada suatu perusahaan terutama pada
sektor pertambangan. Variabel yang akan dipergunakan yaitu Operating Capacity, profitabilitas,
struktur modal dan firm size yang tentunya akan dibahas pada pembahasan berikutnya. Peneliti juga
berharap riset ini bisa berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. informasi mengenai pengaruh
Operating Capacity, profitabilitas, struktur modal dan firm size terhadap financial distress dan
semoga informasi yang tersedia pada riset ini dapat menjadi referensi yang berguna untuk
merancang strategi perusahaan di masa yang akan datang.

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Sinyal (Signaling Theory)
Menurut pengertiannya, teori sinyal merupakan langkah manajemen guna meneruskan informasi
kepada pemilik modal mengenai cara mengevaluasi kinerja perusahaan. Menurut konsep ini,
investor mampu membedakan antara perusahaan bernilai tinggi dan bernilai rendah (Brigham &
Houston, 2021). Pentingnya menggunakan teori sinyal yaitu untuk memprediksi suatu kebangkrutan
perusahaan, dan jika teori sinyal dikaitkan dengan penelitian yang sedang diteliti yaitu mengenai
variabel yang berpengaruh terhadap financial distress dan hasil dari riset membuktikan jika
perusahaan yang diteliti tidak mempunyai kemungkinan bangkrut maka akan memberikan sinyal
baik untuk stakeholders terutama pemegang saham dan kreditor. Namun sebaliknya jika hasil
menunjukan kemungkinan untuk bangkrut maka akan memberikan sinyal tidak baik untuk para
stakeholders terutama investor dan kreditor untuk mempertimbangankan penanaman modal serta
peminjaman dana pada perusahaan tersebut.

Financial Distress
Menurut (Ananto et al., 2017) financial distress merupakan keadaan ketika keuangan perusahaan
sedang kritis atau tidak baik. Pada dasarnya financial distress merupakan tanda akan adanya
kebangkrutan dalam suatu perusahaan. Kebangkrutan didefinisikan sebagai keadaan ketika
perusahaan tidak sanggup memenuhi kewajibannya, yang disebabkan oleh penurunan kinerja
perusahaan sehingga mengalami kekurangan dana untuk menjalankan kegiatan usahanya. Keadaan
financial distress dapat diketahui melalui pelaporan keuangan perusahaan.
Rasio yang dipergunakan untuk memprediksi financial distress yaitu menggunakan rumus
interest coverage ratio (ICR), dimana rumus tersebut digunakan untuk menilai seberapa mampu
perusahaan dalam membayar atas bunga dari hutang yang perusahaan punya. Selain menggunakan
ICR penelitian ini juga mempunyai variabel lain yang bisa dipergunakan untuk menilai kondisi
keuangan perusahaan yaitu total asset turnover (TATO) yang akan mewakili variabel operating
capacity, return on asset (ROA) yang akan mewakili variabel profitabilitas, debt to equity (DER)
yang akan mewakili variabel Struktur modal dan Ln (Total asset) yang akan mewakili variabel firm
size. Hal ini didasarkan pada penelitian yang sudah dilaksanakan oleh peneliti terdahulu yang
mempunyai hasil beragam mengenai faktor pengaruh financial distress, maka dari itu saya sebagai
peneliti tertarik pula untuk melakukan pengujian mengenai financial distress dengan judul
“Pengaruh Operating Capacity, Profitabilitas Struktur Modal dan firm size terhadap Financial
Distress.

345
Jurnal Ekonomi Trisakti
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kaitan sebuah alur antara satu konsep dengan konsep lainnya
guna memberikan gambaran mengenai variabel dari masalah yang ingin diteliti. Dalam riset ini
menggambarkan mengenai keterkaitan antara variabel independen dengan variabel dependen,
dengan paparan apakah Operating Capacity, profitabilitas, struktur modal serta firm size dapat
berpengaruh terhadap financial distress suatu perusahaan Dan berikut model kerangka konseptual
dalam penelitian ini:

Variabel Independenm
Operating Capacity (X1)
Variabel Dependen
Profitabilitas (X2)
Financial Distress (Y)m
Struktur Modal (X3)n

Ukuran Perusahaan (X4)n

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Pengaruh operating capacity terhadap financial distress suatu perusahaan.


Operating capacity adalah skala yang dipergunakan guna mengukur kesanggupan perseroan
dalan menjalankan perputaran assetnya guna menghasilkan penjualan pada perusahaan (Fahrani,
2018). Pengukuran operating capacity menggunakan tato atau total asset turnover. Tingginya rasio
tato suatu perusahaan dapat memperkecil kemungkinan perusahaan terdampak kondisi krisis
keuangan, karena perusahaan dinilai sudah baik dalam mengelola setiap aktivanya untuk aktivitas
operasional perusahaan, dan jika tato perusahaan rendah maka akan membuat penilaian kinerja
perusahaan buruk akibat dari ketidakmampuan manajemen dalam mengelola aktivanya dengan
baik, dan hal itu dapat menjadi peluang akan terjadinya financial distress dimasa mendatang pada
perusahaan jika kondisi tersebut tidak bisa teratasi dengan baik. Dalam penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh (Putri, 2021) membuktikan bahwa operating capacity mempunyai pengaruh negatif
kepada financial distress. Pernyataan tersebut berkaitan dengan penjelasan sebelumnya mengenai
operating capacity, dimana semakin tinggi tato maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan
mengalami kondisi krisis keuangan. Dari pernyataan tersebut hipotesisnya digambarkan sebagai
berikut:
H1 = Operating capacity memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress

Pengaruh profitabilitas terhadap financial distress suatu perusahaan.


(Dewi et al., 2019) Mengartikan profitabilitas sebagai rasio yang dipergunakan guna menilai
kesanggupan perusahaan dalam memperoleh profit atau keuntungan. Tinggi rendahnya laba
perusahaan bisa dilihat dari rasio profitabilitasnya, jika rasio profitabilitas perusahaan tinggi maka
akan dipastikan bahwa perusahaan tersebut mempunyai laba atau profit yang tinggi begitupun
sebaliknya (Mahdiana & Amin, 2020). Hal tersebut bisa menghindarkan perusahaan dari
kemungkinan terkena kondisi kebangrutan. Return on Assets (ROA) adalah skala yang dipakai guna
mengukur efisiensi perseroan dalam kegiatan mengatur seluruh assetnya untuk menghasilkan
keuntungan atau laba. Dalam penelitian sebelumnya oleh (Lisiantara & Febrina, 2018) menyatakan
jika profitabilitas mempunyai pengaruh negatif terhadap financial distress. Maka semakin besar
ROA, semakin baik pula kinerja keuangan perseroan, hal tersebut menyebabkan tingkat
346
Vol. 2 No. 2 Oktober 2022

pengembalian atau return terhadap profitabilitas semakin besar. Dari pernyataan tersebut
hipotesisnya digambarkan sebagai berikut:
H2 = Profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress

Pengaruh struktur modal terhadap financial distress suatu perusahaan.


Menurut (Dewi et al., 2019) struktur modal merupakan skala penganggaran suatu perusahaan
dalam jangka Panjang yang dialihkan dengan saham preferen, hutang dan ekuitas saham. debt to
equity (DER) ialah skala yang dipakai guna mengukur struktur keuangan perusahaan. Menurut
penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh (Rahma & Dillak, 2021) menunjukan jika struktur
modal memiliki dampak positif terhadap financial distress, kondisi ini dipengaruhi oleh skor debt to
equity (DER) yang tinggi pada perseroan, jika skor DER tinggi dapat dikatakan jika perseroan
tersebut mengalami kondisi krisis keuangan. Hal tersebut bisa diartikan pula bahwa semakin
tingginya perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal maka semakin tinggi pula resiko
yang ditanggung oleh perseroan, yang dapat mengakibatkan kondisi financial distress atau
kebangkrutan. Berdasarkan pernyataan tersebut hipotesisnya digambarkan sebagai berikut:
H3 = Struktur modal memiliki pengaruh positif terhadap financial distress

Pengaruh firm size terhadap financial distress suatu perusahaan


Menurut (Ayu et al., 2017) firm size adalah gambaran mengenai besaran perusahaan yang
dinilai melalui total asset yang dipunyai. Menurut (Octaviani & Abbas, 2020) firm size merupakan
sinyal yang baik bagi perusahaan kepada kreditur maupun investor, karena menganggap jika
besaran ukuran suatu perusahaan lebih mampu untuk membayar semua kewajiban dimasa
mendatang. Untuk mengukur besaran ukuran perusahaan dapat menggunakan rumus logaritma
natura total asset atau Ln (total asset). Menurut (Octaviani & Abbas, 2020) skala perseroan yang
besar memiliki resiko yang lebih rendah dibanding dengan perseroan yang mempunyai skala yang
kecil. Selain itu perusahaan dengan ukuran yang besar mempunyai control atau kendali dalam
pasar, yang mempermudah dalam setiap kegiatan bisnisnya. Maka dapat diberi kesimpulan jika
semakin besar firm size akan semakin kecil ancaman perseroan mengalami kondisi financial
distress. Pada riset sebelumnya yang dilaksanakan oleh (Ayu et al., 2017) menyebutkan jika firm
size mempunyai pengaruh negatif terhadap financial distress. Menurut pernyataan tersebut
hipotesisnya digambarkan sebagai berikut:
H4 = Firm size memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress

METODE PENELITIAN

Data pada riset bersumber dari perseroan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada jangka
waktu 2018-2020. Dan model data yang digunakan oleh peneliti merupakan data sekunder yang
berisi mengenai data informasi keuangan perusahaan.
Riset ini menetapkan perusahaan pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode
2018-2020 sebagai populasi penelitian. Riset ini menerapkan model purposive sampling yang
merupakan metode yang memiliki kriteria pemilihan sampel yang telah ditetapkan oleh penulis.
Berikut beberapa kriteria yang telah ditetapkan untuk pemilihan sampel:

347
Jurnal Ekonomi Trisakti
Tabel 1. Kriteria Sampel
No Kriteria sampel Jumlah
Perusahaan pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia untuk jangka
1 47
waktu 2018-2020
2 Perusahaan yang tidak termasuk dalam kriteria sampel penelitian (17)
Perusahaan yang mempunyai pelaporan keuangan yang lengkap dengan memuat
3 30
rasio keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian.
Sampel Perusahaan 30
Total sampel tiga tahun 90
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2022

Model pengumpulan data untuk riset memakai metode dokumentasi. Menurut (Dewi et al.,
2019) Metode dokumentasi adalah pengumpulan informasi dengan memakai data sekunder yang
berasal dari jurnal, buku serta data-data yang berasal dari informasi keuangan pada Bursa Efek
Indonesia. Pengumpulan data dalam riset bersumber dari website www.idx.co.id.

Dalam riset ini membahas mengenai pengaruh dari operating capacity, profitabilitas, struktur
modal dan firm size terhadap kondisi financial distress. Dengan menguji setiap variabel bebas
dengan variabel terikat menggunakan setiap indikator pada masing-masing variabel yang sudah
ditentukan Pada riset ini variabel terikat yang digunakan ialah financial distress, riset ini
menggunakan variabel dummy dalam klasifikasi penilaiannya. Menurut (Ananto et al., 2017)
financial distress diartikan sebagai keadaan perseroan dalam kondisi keuangan yang kritis atau
tidak baik. Pengukuran financial distress perusahaan dalam riset ini menggunakan penilaian interest
coverage ratio (ICR). Kriteria perusahaan yang menghadapi kebangkrutan atau financial distress
memakai hasil perhitungan interest coverage ratio (ICR) dengan variabel dummy sebagai indikator
penilaian sebagai berikut:
1. Apabila mendapat hasil interest coverage ratio >1 maka akan diberi poin 1 (satu) sebagai
arti perusahaan tersebut dalam kondisi sehat serta tidak terindikasi akan mengalami kondisi
financial distress.
2. Apabila mendapat hasil interest coverage ratio <1 maka akan diberi poin 2 (dua) sebagai
arti perusahaan tersebut sedang mengalami krisis keuangan dan terindikasi akan mengalami
kondisi financial distress.

Semua variabel independen maupun dependen secara jelas diungkapkan pada tabel berikut
mengenai skala pengukuran dan indikatornya:

Tabel 2. Daftar Pengukuran. Variabel


No. Variabel Skala. Indikator
Financial Distress (ICR)
1 Rasio
Sumber: (Ananto et al., 2017)
Operating Capacity (TATO)
2 Rasio
Sumber: (Fahrani, 2018)
3 Profitabilitas (ROA)
Rasio
Sumber: (Mahdiana & Amin, 2020)
Struktur Modal (DER)
4 Rasio
Sumber: (Rahma & Dillak, 2021)
5 Firm size (Size)
Rasio
Sumber: (Octaviani & Abbas, 2020)
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2022

348
Vol. 2 No. 2 Oktober 2022

Metode analisis regresi berganda digunakan dalam riset ini. Metode analisis berganda
dipergunakan jika variabel independen berjumlah lebih dari satu variabel, dimana riset ini memiliki
empat variabel bebas dan satu variabel terikat. Aplikasi atau software yang dipakai untuk
mendukung penelitian ini yaitu software SPSS 27.0 untuk windows. Penelitian menggunakan analisi
data berupa angka atau rumus model matematika guna mengetahui apakah terdapat pengaruh
dominan untuk setiap variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Karena riset ini menggunakan model analisis regresi linear berganda, maka demi mendukung
analisis ini peneliti juga melakukan beberapa pengujian lain untuk kualitas data seperti statistika
deskriptif atau uji asumsi klasik.

Y = a+β1X1+β2X2+β3X3+ β4X4+e

Dengan:
Y = Probabilitas perusahaan mengalami financial distress.
.

a = Koefisiensi konstanta
X1 = Operating capacity (TATO)
X2 = Profitabilitas (ROA)
X3 = Struktur modal (DER)
X4 = Firm Size (Total Aset)
β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien
e = Standar kesalahan (error)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistika Deskriptif
Tabel 3. Uji Statistika Deskriptif
Variabel. Min. Max. Mean. Std Deviasi.
Var.Dummy 1 2 1,19 0,394
Operating Capacityn 0,000 2,249 0,792 0,497
Profitabilitas -0,576 0,435 0,040 0,125
Struktur Modal 0,049 4,001 0,890 0,643
Firm size 22,739 32,263 28,369 2,260
Sumber: Diolah dari SPSS 27, 2022

Dari hasil uji pada Tabel 3 menunjukan jika kelima variabel yang digunakan memiliki nilai yang
berbeda untuk rata-rata dan standar deviasi. Dimulai dari variabel dependen (Y) dengan
menggunakan variabel dummy, memiliki rata-rata data sebesar 0,26 dengan standar deviasi 0,441,
Variabel X1 yaitu Operating capacity memiliki rata-rata data sebesar 0,82667 dengan standar
deviasinya 0,29011, variabel X2 yaitu Profitabilitas memiliki rata-rata sebesar 0,02049 dengan
.

standar deviasinya 0,04092, variabel X3 yaitu Struktur Modal memiliki rata-rata sebesar 0,82428
dengan standar deviasinya 0,44839 dan variabel terakhir X4 yaitu firm size memiliki rata-rata
sebesar 18,85758 dengan standar deviasinya 1,70688. Dengan penjelasan berikut dapat disimpulkan
dalam uji statistika deskriptif dalam model penelitian ini memiliki dua variabel yang memiliki nilai
rata-rata yang lebih kecil dibanding nilai standar deviasinya, yaitu variabel X2 profitabilitas dan

349
Jurnal Ekonomi Trisakti
variabel Y Financial distress, karena itu pada riser ini diperlukan pengujian asumsi klasik guna
melihat kualitas dari semua variabel yang sedang diuji.

Uji Asumsi Klasik


Uji Autikorelasi
Tabel 4. Uji Autokorelasi
Adj1R
Model R R1Square Durbin8Watson Kesimpulan
Square
1 .611a 0,374 0,344 1,904 Tidak Terdapat Autokorelasi
Sumber: Diolah dari SPSS 27, 2022

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada tabel 4, dapat dilihat jika nilai durbin watsons dalam
uji autokorelasi sebesar 1,904. Variabel dependen yang digunakan untuk riset ini sebanyak empat
variabel. Sesuai dengan kriteria Durbin watsons, dimana jika dU < d < 4-dU = (1,7751 < 1,904 <
2,2249) maka bentuk regresi pada penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.

Uji Multikolinearitas
Tabel 5. Uji Multikolinearitas
Collinearity
Variabel. Statistics Keterangan.
Tolerance VIF
Operating Capacity 0,816 1,226 Tidak1terdapat1Multikolinearitas
Profitabilitas 0,607 1,647 Tidak1terdapat1Multikolinearitas
Struktur Modal 0,740 1,352 Tidak1terdapat1Multikolinearitas
Firm size 0,909 1,100 Tidak1terdapat1Multikolinearitas
Sumber: Diolah dari SPSS 27, 2022
Dari hasil analisis data uji regresi yang sudah dilakukan pada Tabel 5, peneliti mendapatkan
hasil akhir bahwa semua variabel bebas dan variabel terikat tidak terdapat atau terbebas dari
multikolinieritas. Hal ini dibuktikan dengan nilai akhir semua variabel dari pengujian ini, terbukti
bahwa semua variabel bebas mempunyai nilai tolerance lebih besar dari 0,10 (>0,10) dan
mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10,000 (<10,000).

Uji Heterokedasitas
Tabel 6. Uji Heterokedasitas
Variabel Sig. Kesimpulan
Operating Capacity 0,948 Tidak terdapat Heterokedasitas
Profitabilitas 0,241 Tidak terdapat Heterokedasitas
Struktur Modal 0,422 Tidak terdapat Heterokedasitas
Firm size 0,584 Tidak terdapat Heterokedasitas
Sumber: Diolah dari SPSS 27, 2022

Dari hasil analisis data uji heterokedasitas memakai uji glejser pada Tabel 6, menunjukan
bahwa keseluruhan variabel pada riset ini tidak terdapat indikasi heteroskedastisitas serta dengan
kata lain model regresi riset ini bersifat homoskedastisitas. Dalam uji regresi ini, model regresi
dinyatakan tidak terindikasi heteroskedastisitas apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05
(>0,05).

350
Vol. 2 No. 2 Oktober 2022

Analisis Regresi Berganda


Tabel 7. Uji Regresi Berganda
Variabel. B Sig. Keterangan.
Operating Capacity -0,171 0,025 Signifikan
Profitabilitas -1,389 0,000 Signifikan
Struktur Modal 0,049 0,426 Tidak Signifikan
Firm size -0,002 0,897 Tidak Signifikan
Sumber: Diolah dari SPSS 27, 2022

Pada hasil analisis regresi berganda pada tabel 7, didapatkan hasil persamaan regresi sebagai
berikut: Y = 1,394 - 0.171X1 - 1.389X2 + 0.049X3 - 0.002X4 + e. Arti dari persamaan tersebut
yaitu jika hasil Variabel X1, X2, X3, X4 bernilai nol (0) atau konstan maka konstanta atau variabel
Y memiliki nilai Positif sebesar 1,394

Uji Hipotesis
Uji F
Tabel 8. Uji F
Sum of Mean
df’ F Sig’.
Squares Square
Regression 5,155 4 1,289 12,689 .000b
Residual 8,634 85 0,102
Total 13,789 89
Sumber: Diolah dari SPSS 27, 2022

Dari hasil analisis regresi pada pada Tabel 6, diperoleh perhitungan nilai F tabel sebagai
berikut, F tabel = (n-k-1) = (90-4-1) = 85 = 2,48 (F tabel). Dari hasil perhitungan F tabel maka
keseluruhan variabel yaitu Operating capacity, profitabilitas, struktur modal dan firm size
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel financial distress dengan nilai sig 0,001 < 0,05
dan nilai F hitung lebih besar dari F tabel (12,689>2,48) dengan demikian H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya keseluruhan variabel mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel
terikat.

Uji T

Tabel 9. Uji T
Variabel' B t Sig. Kesimpulan
Operating Capacity -0,171 -2,274 0,025 H1 diterima
Profitabilitas -1,389 -4,005 0,000 H2 diterima
Struktur Modal 0,049 0,799 0,426 H3 ditolak
Firm size -0,002 -0,130 0,897 H4 ditolak
Sumber: Diolah dari SPSS 27, 2022

Dari hasil analisis regresi untuk uji t pada Tabel 9, diketahui perhitungan T tabel sebagai
berikut, T Tabel = (α/2:n-k-1) = (0,25;90-4-1) = (0,25;85) = 1,98827. Dan hasil analisisnya yaitu
sebagai berikut:

351
Jurnal Ekonomi Trisakti
Hipotesis 1
Operating Capacity memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress
Variabel XI memperoleh nilai T hitung lebih besar dari T tabel (-2,274<1,98827) dengan
signifkansi 0,013 lebih kecil dari 0,05 (<0,05) yang menyatakan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak,
Maka variabel operating capacity mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap variabel
financial distress.

Hipotesis 2
Profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress
Variabel X2 memperoleh nilai T hitung lebih kecil dari T tabel (-4,005<1,98827) dengan
signifikansi <0,000 lebih kecil dari 0,05 (<0,05) yang menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha
ditolak. Maka variabel profitabilitas mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap variabel
financial distress.

Hipotesis 3
Struktur Modal memiliki pengaruh positif terhadap financial distress

Variabel X3 memperoleh nilai T hitung lebih besar dari T tabel (0,426>1,98827) dengan signifkansi
0,213 lebih besar dari 0,05 (>0,05) yang menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka
variabel struktur modal mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel Financial
distress.

Hipotesis 4
Firm size memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress
Variabel X4 memperoleh nilai T hitung lebih kecil dari T tabel (-0,897<1,98827) dengan .

signifkansi 0,449 lebih besar dari 0,05 (>0,05) yang menunjukkan bahwa bahwa Ho diterima dan
Ha ditolak. Maka variabel firm size mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel
financial distress.

Uji Koefisiensi Determinasi


Tabel 10. Uji Koefisiensi Determinasi
Model R R1Square Adj1R Square
1 .611a 0,374 0,344
Sumber: Diolah dari SPSS 27, 2022

Dari hasil regresi untuk uji koefisiensi determinasi pada Tabel 10 diketahui bahwa hasil Adj R
Square dalam model regresi ini sebesar 0,344, artinya keseluruhan variabel bebas atau variabel
independent mempunyai pengaruh sebesar 34,4% untuk variabel terikat atau variabel dependen,
dengan sisa 65,56% dipengaruhi oleh faktor lain diluar riset ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN


.

Pengaruh Operating Capacity terhadap financial distress


Operating capacity ialah skala yang dipakai guna menilai perputaran asset perseroan untuk
menghasilkan penjualan bagi perusahaan. Operating capacity menggunakan pengukuran total asset
turnover (TATO), dengan rumus net sales dibagi dengan total asset. Maka dari itu semakin tinggi
rata-rata penjualan perusahaan maka semakin tinggi pula rasio tato, begitupun sebaliknya. Semakin
352
Vol. 2 No. 2 Oktober 2022

tinggi rasio tato perseroan maka semakin rendah peluang perseroan mengalami kondisi krisis
keuangan.

Bersumber pada penelitian yang telah dilakukan memperoleh hasil jika variabel operating
capacity memperoleh koefisien beta sebesar -0,171 dengan signifikansi sebesar 0,025, maka
variabel operating capacity mempunyai pengaruh terhadap variabel financial distress karena nilai
signifikan lebih kecil dari 0,05 (<0,05) dan hipotesis pertama (H1) diterima yang mengatakan
bahwa operating capacity berpengaruh negatif terhadap financial distress. Hal ini disebabkan
semakin tinggi skala tato suatu perseroan maka membuktikan bahwa perseroan tersebut mampu
dalam mengelola asetnya secara baik untuk menghasilkan penjualan yang tinggi. Riset ini
berbanding lurus dengan riset terdahulu yang dilakukan oleh (Fahrani, 2018) dan (Lisiantara &
Febrina, 2018) yang menyatakan jika operating capacity berpengaruh signifikan terhadap financial
distress.

Pengaruh Profitabilitas terhadap financial distress


Profitabilitas ialah skala yang dipakai guna mengukur kesanggupan perseroan untuk
menghasilkan laba ataupun pendapatan yang berasal dari perputaran asset yang dipunyai industri.
Profitabilitas memakai pengukuran return on asset (ROA) yaitu laba bersih dibagi total asset.
Bersumber pada hasil riset. yang telah dilakukan memperoleh hasil jika variabel profitabilitas
mendapatkan koefisiensi beta sebesar -0,171 dengan signifikansi sebesar <0,000. Sehingga
kesimpulannya jika variabel profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap variabel financial distress
karena mempunyai nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (<0,05) serta hipotesis kedua (H2) diterima,
yang menyebutkan jika profitabilitas mempunyai pengaruh negatif terhadap financial distress. Hal
ini diakibatkan semakin besar roa suatu perusahaan sehingga semakin besar pula tingkat
keuntungan yang diperoleh perusahaan dan semakin kecil kemungkinan perusahaan dapat
mengalami kondisi financial distress maupun krisis keuangan. Riset ini berbanding lurus dengan
riset terdahulu yang dilakukan oleh (Dewi et al., 2019) dan (Lisiantara & Febrina, 2018) yang
menyebutkan jika profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap financial distress.
.

Pengaruh Struktur Modal terhadap financial distress


Struktur modal memberikan gambaran mengenai besaran perbandingan antara hutang jangka
panjang serta modal yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Struktur modal menggunakan pengukuran
debt equity ratio (DER) dengan rumus total liabilities dibagi dengan total equity.

Bersumber pada hasil riset yang telah dilakukan memperoleh hasil bahwa variabel struktur
modal memiliki koefisiensi beta sebesar 0, 049 serta signifikansi sebesar 0, 426. Sehingga bisa
disimpulkan bajwa variabel struktur modal tidak memiliki pengaruh terhadap variabel financial
distress, karena memiliki nilai signifikan lebih besar dari 0,05(>0,05) serta hipotesis ketiga (H3)
ditolak yang menyebutkan struktur modal mempengaruhi positif terhadap financial distress. Hal ini
dikarenakan jika besar kecilnya DER suatu perusahaan tidak memberikan akibat yang besar untuk
kemungkinan perusahaan mengalami krisis keuangan. Riset ini berbanding lurus dengan riset
terdahulu yang dilakukan oleh (Akmalia, 2020) yang menjelaskan bahwa struktur modal tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap financial distress.

353
Jurnal Ekonomi Trisakti
Pengaruh firm size terhadap financial distress
Firm size ialah skala yang dipakai untuk melihat besar kecilnya suatu industri melalui
besaran total asset yang dimiliki. Ukuran perusahaan menggunakan pengukuran logaritma natura
total asset atau Ln (total asset).
Bersumber pada hasil riset yang sudah dilakukan memperoleh hasil bahwa variabel ukuran
perusahaan memiliki koefisiensi beta sebesar -0,002 serta signifikansi sebesar 0,897. Kemudian bisa
disimpulkan jika variabel firm size tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel financial distress,
karena mempunyai nilai signifikan lebih besar dari 0,05(>0,05) serta hipotesis keempat (H4) ditolak
yang mengatakan firm size berpengaruh negatif terhadap financial distress. Hal ini disebabkan
besaran firm size tidak menjadi jaminan jika perusahaan tersebut dapat bebas dari kondisi financial
distress pada waktu yang akan datang. Riset ini berbanding lurus dengan riset terdahulu yang
dilakukan oleh (Suryani, 2020) dan (Ayu et al., 2017) yang menyatakan bahwa firm size tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap financial distress.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Riset ini mempunyai tujuan guna mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel
terikat yaitu operating capacity, profitabilitas, struktur modal dan firm size terhadap financial
distress pada perusahaan pertambangan yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk
jangka waktu 2018-2020. Berdasarkan hasil penelitian memperoleh hasil akhir sebagai berikut:
1. Operating capacity memiliki pengaruh secara negatif terhadap financial distress dan
Hipotesis kesatu diterima.
2. Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan secara negatif terhadap financial distress dan
Hipotesis kedua diterima.
3. Struktur modal memiliki tidak pengaruh signifikan secara positif terhadap financial distress
dan Hipotesis ketiga ditolak.
4. Firm size tidak memiliki pengaruh secara negatif terhadap financial distress dan Hipotesis
keempat ditolak.

Keterbatasan
Dalam penyusunan penelitian, peneliti sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam prosess
penyusunan penelitian ini. Berikut keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam penelitian:
1. Dalam hasil uji koefisiensi determinasi diketahui jika pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat sebesar 34,4%, yang menyatakan jika masih banyak variabel lain yang dapat
mempengaruhi variabel financial distress.
2. Pada riset ini hanya memakai empat variabel seperti operating capacity, profitabilitas, struktur
modal dan firm size. Serta penelitian ini hanya berfokus kepada rasio keuangan.
3. Dalam penelitian ini hanya meneliti perusahaan sektor pertambangan pada periode 2018-2020.

Saran
Menurut kesimpulan dan keterbatasan yang sudah dijelaskan. Maka ada beberapa saran yang
direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Diharapkan untuk para peneliti selanjutnya agar menggunakan variabel yang lebih beragam
tidak hanya menggunakan pengukuran rasio keuangan. Seperti element dari good corporate
governance.

354
Vol. 2 No. 2 Oktober 2022

2. Diharapkan penelitian selanjutanya menggunakan lebih dari empat variabel independent.


Mengingat riset ini hanya menggunakan empat variabel independen.
3. Diharapkan bagi peneliti berikutnya menggunakan sektor industri yang berbeda serta dengan
menggunakan jangka waktu yang lebih lama seperti untuk lima tahun terakhir.

DAFTAR PUSTAKA
Akmalia, A. (2020). Pengaruh Struktur Modal, Struktur Aset dan Profitabilitas Terhadap Potensi
Terjadinya Financial Distress Perusahaan. Business Management Analysis Journal (BMAJ),
3(1), 1–21.
Ananto, R. P., Mustika, R., & Handayani, D. (2017). Pengaruh GCG, Leverage, Profitabilitas Dan
UP Terhadap FD Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Dharma Andalas, 19(1), 92–105.
Ayu, A. S., Handayani, S. R., & Topowijono. (2017). Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), Vol 43, No(1), 138–147.
Dewi, N. L. P. A., Endiana, I. D. M., & Arizona, I. P. E. (2019). Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio
Leverage dan Rasio Profitabilitas Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur.
Jurnal Kharisma, 1(1), 322–333. https://e-
journal.unmas.ac.id/index.php/kharisma/article/view/537
Fahrani, M. R. (2018). Artikel Ilmiah Artikel Ilmiah. STIE Perbanas Surabaya, 0–16.
Habiba Rahma, N., & Juliana Dillak, V. (2021). Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan,
Sales Growth Dan Intangible Asset Terhadap Financial Distress. Jurnal Ilmiah MEA
(Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi), 5(3), 378–395.
Lisiantara, G. A., & Febrina, L. (2018). Likuiditas, Leverage, Operating Capacity, Profitabilitas,
Sales Growth Sebagai Preditor Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa EFek Indonesia Tahun 2013-2016). Prosiding SENDI, 764–772.
https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/sendi_u/article/view/6061
Mahdiana, M. Q., & Amin, M. N. (2020). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan,
Dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Trisakti, 7(1), 127–138.
https://doi.org/10.25105/jat.v7i1.6289
Octaviani, B., & Abbas, D. S. (2020). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Sales Growth, Operating
Capacity, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress (Pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2017-2018). J-Mabisya, 1,
111–133. https://jurnal.stain-madina.ac.id/index.php/j-mabisya/article/view/363
Putri, A. (2021). Pengaruh Operating Capacity, Kepemilikan Asing, Leverage Dan Sales Growth
Terhadap Financial Distress Perusahaan Property & Real Estate Di Indonesia. 21.
Suryani. (2020). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Financial Distress. Jurnal Online Insan Akuntan, 5(2), 229–244.
Yustika, Y. (2015). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Operating Capacity dan Biaya
Agensi Manajerial Terhadap Financial Distress. Jom Fekon, 2, 1–15.

355
Jurnal Ekonomi Trisakti

356

Anda mungkin juga menyukai