Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, PROFITABILITAS,OPERATING

CAPACITY DAN BIAYA AGENSI MANAJERIAL TERHADAP FINANCIAL


DISTRESS
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2015-2018)

DISUSUN OLEH :

1. ANDRI BAYU B.231.16.0134

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi saat ini persaingan dunia usaha semakin kuat, ditambah

dengan diberlakukannya ASEAN Free Trade Area (AFTA). Hal ini dapat

berpengaruh dalam perkembangan perekonomian secara nasional maupun

internasional. Adanya persaingan yang semakin kompetitif tersebut,

perusahaan dituntut untuk lebih memperkuat fundamental manajemen agar

mampu bersaing dengan perusahaan lain. Perusahaan yang mampu bersaing

akan bertahan hidup, sebaliknya perusahaan yang tidak mampu bersaing akan

mengalami kesulitan keuangan (financial distress) bahkan mengarah pada

kebangkrutan. (Nora, 2016).

Menurut Platt dan Platt (dalam Widhiari dan Merkusiwati, 2015),

menyatakan financial distress adalah suatu proses menurunnya posisi financial

perusahaan yang dialami sebelum perusahaan bangkrut ataupun mengalami

likuidasi.

Menurut Brahmana (dalam Widhiari dan Merkusiwati, 2015), kesulitan

keuangan terjadi karena kurangnya kemampuan entitas dalam mengerjakan

dan menjaga stabilitas kinerja keuangan sehingga mengakibatkan suatu entitas

berada dalam kondisi kerugian operasional dan bersih untuk periode

bersangkutan. Untuk itu prediksi kesulitan keuangan sebagai peringatan awal

sangat penting untuk mengantisipasi financial distress.


financial distress bisa dialami oleh semua perusahaan, terutama jika kondisi

perekonomian di negara tempat perusahaan tersebut beroperasi mengalami

krisis ekonomi. Untuk mengatasi atau meminimalisir terjadinya kebangkrutan

diperusahaan, pihak manajemen harus melakukan pengawasan terhadap

kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis laporan keuangan

(Ramadhani dan Lukviarman dalam Dwijayanti , 2010). Kesimpulannya

financial distres dapat terjadi oleh semua perusahaan yang memiliki kondisi baik

dan buruk,sehingga perusahaan diharuskan untuk mengatasi dan meminimalisir

terjadinya kebangkrutan.

Kesulitan keuangan atau financial distress juga di alami oleh perusahaan

manufaktur yang berada di Semarang yaitu pabrik jamu legendaris PT Nyonya

Meneer. Fenomena pada pabrik jamu legendaris PT Nyonya meneer

dinyatakan pailit oleh pengadilan Niaga Semarang. Pengadilan mengabulkan

gugatan dari salah satu kreditur yang merasa tidak puas atas keputusan damai

yang dilakukan pada mei 2015 lalu. Putusan pailit terhadap PT Nyonya meneer

disampaikan dalam sidang Kamis (3/8/2017). Dalam putusannya, hakim

sepakat mengabulkan gugatan salah satu kreditur dari sukoharjo bernama

Hendrianto Bambang Santoso. Pada perkara ini, pihak Hendrianto mengugat

pailit Nyonya meneer karena tidak menyelesaikan hutang sesuai proposal

perdamaian. Hendrianto hanya menerima Rp.188 juta dari total hutang Rp.7,04

miliar. Wismono mengatakan, pihak penggugat mengajukan gugatan karena

tidak puas atas proses pembayaran hutang sebagaimana diatur dalam perjanjian

damai. Dalam waktu yang ditentukan, perusahaan dinilai tidak menunaikan


kewajiban. Atas dasar itu, kreditur meminta agar perusahaan dipailitkan. Para

pihak kala itu bersepakat terkait kewajiban utang yang harus dibayarkan

debitor kepada 35 kreditor. Pihak PT Nyonya meneer berkewajiban untuk

membayar seluruh utang yang telah diajukan. ( Detik.com)

Financial distress dapat dilihat ketika perusahaan sedang mengalami

kesulitan keuangan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban membayar hutang.

Hal ini menunjukkan kondisi keuangan perusahaan tidak sehat, namun belum

mengalami kebangkrutan. Financial distress dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor yaitu kesulitan arus kas, besarnya jumlah hutang perusahaan, dan

kerugian yang dialami perusahaan dalam kegitan operasionalnya (Rohmadini,

dkk.., 2018). Faktor lain yang dapat mempengaruhi financial distress yaitu

Likuiditas,Leverage, Profitabilitas, Operating Capacity, dan Biaya agensi

manajerial.

Rasio likuiditas merupakan kemampuan suatu entitas untuk melunasi

kewajiban lancar perusahaan dengan memanfaatkan aktiva lancarnya

(Triwahyuningtias dalam Widhiari dan Merkusiwati,2015). Untuk mampu

mempertahankan agar perusahaan tetap dalam kondisi likuid, maka perusahaan

harus memiliki dana lancar yang lebih besar dari utang lancarnya. Ketika

perusahaan sedang dalam keadaan tidak sehat dapat diartikan perusahaan

tersebut sedang dalam posisi tidak likuid (Wiagustini dalam Widhiari dan

Merkusiwati, 2015).

Leverage merupakan kemampuan suatu entitas untuk melunasi utang lancar

maupun utang jangka panjang, atau rasio yang digunakan untuk menilai sejauh
mana suatu entitas dibiayai dengan menggunakan utang (Wiagustini dalam

Widhiari dan Merkusiwati, 2015).Leverage menjadi indikasi efisiensi kegiatan

bisnis perusahaan, serta pembagian risiko usaha antara pemilik perusahaan dan

para pemberi pinjaman atau kreditur. Sebagian pos utang jangka pendek,

menengah dan panjang menanggung biaya bunga. Contoh utang dengan beban

bunga adalah kredit bank dan lembaga keuangan yang lain. Semakin kecil jumlah

pinjaman berbunga semakin kecil pula beban bunga kredit yang ditanggung

perusahaan. Dari segi beban bunga perusahaan tersebut lebih efisien operasi

bisnisnya (Rohmadini, dkk.., 2018).

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada

periode tertentu. Laba sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan.

Perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti kinerjanya baik dan sebaliknya. Laba

perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam

penciptaan nilai perusahaan yang menunjukan prospek perusahaan di masa yang

akan datang. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemapuan

perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu

(Kasmir dalam Rohmadini,dkk.., 2018 ).

Operating capacity merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

dalam mengelola aset-asetnya untuk keperluan operasi perusahaan. Jika aset

perusahaan tidak bisa dimaksimalkan penggunaannya, maka pendapatan

perusahaan juga tidak bisa maksimal, dan akibatnya kemungkinan perusahaan

mengalami kesulitan keuangan atau financial distress adalah semakin besar

(Hidayat dalam Yustika, 2015).


Biaya agensi manajerial adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemilik untuk

mengatur dan mengawasi kinerja para manajer sehingga mereka bekerja untuk

kepentingan perusahaan (Fadhilah dalam Yustika, 2015). Jensen dan Meckling (

dalam Yustika, 2015), menyebutkan 3 jenis biaya agensi yang meliputi:

monitoring cost, bonding cost, dan residual losses.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan financial distress

antara lain sebagai berikut;

Penelitian yang dilakukan oleh Aini (2019), yang menggunakan variabel

Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Profitabilitas, dan Sales Growt terhadap

financial distress.Membuktikan bahwa aktivitas, likuiditas dan sales growth

tidak berpengaruh terhadap financial distress. Leverage tidak berpengaruh

positif serta profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial distress.

penelitian yang dilakukan oleh Asrin (2018), yang menggunakan variabel

Leverage, Sales Growth, Biaya Agensi Majerial, Dan Arus Kas terhadap

financial distress. Membuktikan bahwa Sales Growth,dan Arus Kas

Berpengaruh terhadap financial distress, sedangkan Leverage dan Biaya

Agensi Majerial tidak berpengaruh terhadap finanial distress.

Penelitian yang dilakukan oleh Nora (2016), yang menggunakan variabel

financial indicators ( Likuiditas, Leverage, profitabilitas, operating capacity,

sales grow ), ukuran perusahaan, dan kepemilikan institusional terhadap

financial distress. Membuktikan bahwa Profitabilitas berpengaruh terhadap

financial distress. sedangkan Likuiditas, Leverage, operating capacity, sales

grow, ukuran perusahaan, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh

terhadap financial distress.


Penelitian yang dilakukan oleh Widhiari dan Merkusiwati (2015), yang

menggunakan likuiditas, leverage, operating capacity, dan sales growth

terhadap financial distress. Membuktikan bahwa rasio likuiditas, operating

capacity, dan sales growth berpengaruh negatif secara signifikan terhadap

financial distress. Sementara itu rasio leverage tidak mampu mempengaruhi

kemungkinan financial distress.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Yustika (2015), menggunakan

variabel Likuiditas,Leverage, Profitabilitas, Operating Capacity, dan Biaya

agensi manajerial terhadap financial distress. Membuktikan bahwa variabel

yang mempengaruhi financial distress adalah likuiditas, leverage,

profitabilitas. Sedangkan variabel operating capacity dan biaya agensi

manajerial tidak berpengaruh terhadap financial distress.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yeni Yustika

pada tahun 2015. Namun dalam penelitian ini terdapat perbedaan yaitu

penelitian ini mengganti dan menambah periode penilitian yang dilakukan oleh

Yani Yustika menggunakan sampel pada periode 2011-2013, maka pada

penelitian ini digunakan sampel periode 2015-2018.

1.2.Rumusan Masalah

Menurut Platt dan Platt (dalam Widhiari ,dkk.., 2015),menyatakan financial

distress adalah suatu proses menurunnya posisi financial perusahaan yang

dialami sebelum perusahaan bangkrut ataupun mengalami likuidasi.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, maka


penelitian ini akan menganalisis tentang pengaruh Likuiditas, Leverage,

Profitabilitas, Operating Capacity, dan Biaya agensi manajerial terhadap

financial distress. Sehingga dalam penelitian dapat diuraikan permasalahn

sebagai berikut:

1. Apakah Likuiditas berpengaruh terhadap kondisi financial distress pada

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2015-2018 ?

2. Apakah Leverage berpengaruh terhadap kondisi financial distress pada

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2015-2018 ?

3. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi financial distress pada

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2015-2018 ?

4. Apakah Operating Capacity berpengaruh terhadap kondisi financial distress

pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2015-2018 ?

5. Apakah Biaya Agensi Manajerial berpengaruh terhadap kondisi financial

distress pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2015-2018 ?

1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan,maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas,

Operating Capacity, Biaya agensi manajerial Terhadap Financial distress.

1.4.Manfaat

1.4.1. Akademik

1. Mahasiswa

Penelitian ini sebagai bukti serta implementasi yang diterima selama

berada dalam bangku perkuliahan, sekaligus menambah wawasan untuk

bahan referensi mahasiswa dalam melakukan penelitian selanjutnya.

2. Universitas

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumentasi

ilmiah yang bermanfaat untuk mendukung kegiatan akademik.

1.4.2. Praktis

1. Investor

Dapat memberi gambaran mengenai pengaruh Likuiditas, Leverage,

Profitabilitas, Operating Capacity, Biaya agensi manajerial Terhadap

Financial distress yang terdapat disemua perusahaan BEI , sehingga dapat

membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat.


2. Perusahaan

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

pertimbangan serta refrensi untuk mengevaluasi kinerja keuangan

perusahan.

Anda mungkin juga menyukai