Anda di halaman 1dari 80

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI

FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG


TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

HASIL PENELITIAN

OLEH
NANDAR RASYID SAPUTRA
NIM : 186601433

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM-ENAM KENDARI
KENDARI
2022
ABSTRAK

Nandar Rasyid Saputra, 186601433. Analisis Rasio Keuangan Untuk


Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam
Kendari

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis rasio keuangan


yang diperoleh dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap prediksi kondisi financial distress perusahaan. Selain itu
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio apa saja yang paling
dominan dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Populasi
dalam penelitian ini adala seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia priode 2018-2021 sebanyak 26 perusahaan. Sampel penelitian ini
adalah 8 perusahaan manufaktur yang telah mempublikasikan laporan keuangan
tahunan pada tahun 2018-2021 secara lengkap. Analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis regeresi linear berganda menggunakan program SPSS
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa: likuiditas menunjukkan bahwa
hasil penelitian ini berpengaruh positif terhadap financial distress pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021;
leverage menunjukkan bahwa hasil penelitian ini berpengaruh positif terhadap
financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2018-2021; profitabilitas menunjukkan bahwa hasil penelitian ini
berpengaruh positif terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021

Kata Kunci: Rasio Keuangan, Likuiditas, Leverage, Probabilitas, Financial


Distress
ABSTRAK

Nandar Rasyid Saputra, 186601433. Financial Ratio Analysis to Predict the


Financial Distress Condition of Manufacturing Companies Listed on the
Indonesia Stock Exchange. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam
Kendari

This study aims to measure and analyze the financial ratios obtained from
the financial statements issued by the company have a significant effect on the
prediction of the company's financial distress. In addition, the purpose of this
study is to find out what ratios are the most dominant in predicting the company's
financial distress. The population in this study is all manufacturing companies
listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2018-2021 as many as 26
companies. The sample of this research is 8 manufacturing companies that have
published complete annual financial reports in 2018-2021. Data analysis used is
multiple linear regression analysis technique using SPSS program.
The results of this study state that: liquidity shows that the results of this
study have a positive effect on financial distress in manufacturing companies
listed on the Indonesia Stock Exchange in 2018-2021; leverage shows that the
results of this study have a positive effect on financial distress in manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2018-2021; profitability
shows that the results of this study have a positive effect on financial distress in
manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2018-2021

Kata Kunci: Financial Ratios, Liquidity, Leverage, Probability, Financial Distress


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha dari tahun ketahun sampai saat ini, menjadikan

persaingan diantara perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Sehingga banyak

juga perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Terutama perusahaan yang sudah

terdaftar pada BEI (Bursa Efek Indonesia). Kebangkrutan pada perusahaan dapat

dilihat dan diukur tentunya melalui laporan keuangannya, hal ini sangatlah penting

bagi pemilik perusahaan, menejer maupun investor sebagai penentu kebijakan

dalam pengambilan keputusan karena laporan keuangan sangatlah penting guna

menunjukan kinerja sebuah perusahaan, laporan keuangan dianggap penting dan

bermanfaat, hal ini dibuktikan dengan melakukan penelitian dengan cara

menggunakan rasio-rasio untuk memprediksi financial distress sebuah perusahaan,

Mas’ud dan Reva (2012). Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan sebuah

perusahaan. Dengan demikian model financial distress perlu untuk dikembangkan,

karena dengan mengetahui kondisi financial distress,perusahaan sejak dini

diharapkan dapat dilakukan tindakantindakan untuk mengantisipasi kondisi yang

mengarah atau menunjukan pada kebangkrutan sebuah perushaan.

Financial distress atau kesulitan keuangan akan dialami oleh perusahaan

sebelum terjadi kebangkrutan. Financial distress merupakan kondisi krisis

ekonomi yang mana perusahaan mengalami kerugian beberapa tahun terakhir

karena dianggap tidak mampu membayar kewajiban saat jatuh tempo. Penurunan

ekonomi di perusahaan perlu di waspadai oleh pihak manajemen. Oleh sebab itu,

1
pihak manajemen sebaiknya mengambil tindakan dengan melakukan prediksi dini

agar dapat memperbaiki kondisi ekonomi perusahaan.

Platt, H., dan M. B. Platt (2002) mengidentifikasi financial distress sebagai

tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan

ataupun likuidasi. Platt dan Platt (2002) menyatakan kegunaan informasi jika suatu

perusahaan mengalami financial distress adalah dapat mempercepat tindakan

manajemen untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan,Pihak

manajemen dapat mengambil tindakan merger atau takevor agar perusahaan lebih

mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan lebih

baik,memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada masa yang akan

dating

Hofer dan Whitaker, 1999 dalam Endang (2016), mendefinisikan

financialdistress sebagai suatu kondisi perusahaan yang mengalami laba bersih

(netincome) negatif selama beberapa tahun. Menurut Whitaker, 1999 dalam

Nurudin (2018), financial distress adalah kondisi dimana suatu perusahaan

mengalami kesulitan dana untuk menutup kewajiban perusahaan atau kesulitan

likuidasi yang diawali dengan kesulitan ringan sampai kesulitan yang lebih serius

yaitu jika hutang lebih besar dibandingkan dengan aset.Salah satu hal yang

berpengaruh terhadap financial distress adalah financial ratios, dimana bisa dilihat

di dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Adapun dalam hal ini

financial ratios digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress.

Menurut Aksoy dan Ugurlu (2006), rasio keuangan menunjukkan kinerja keuangan

perusahaan yang sesungguhnya terjadi. Pada umumnya penelitian tentang


kebangkrutan, kegagalan, maupun financial distress menggunakan indikator

kinerja keuangan sebagai prediksi dalam memprediksi kondisi perusahaan di masa

yang akan datang (Iramani, 2007).

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Yulia Dwiyanti (2016),

menyatakan bahwa rasio likuiditas yang diproksikan kedalam Current ratio dapat

digunakan untuk memprediksi kondisi financial disteress. Akan tetapi hasil yang

berbeda yang dilakukan oleh Andre (2013), menyatakan bahwa current ratio tidak

dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress. Pengguna rasi

likuiditas ini dikarenakan rasio ini paling sering digunakan dan dapat dikatakan

paling efektif

Penelitian selanjutnya rasio leverage, menurut (Subramanyam dan Wild,

2005 : 215) rasio leverage mengukur hubungan antara total aktiva dengan modal

ekuitas biasa yang digunakan untuk mendanai aktiva. Akan tetapi Menurut Prihadi

(2008), rasio leverage merupakan rasio yang menunjukkan bahwa perusahaan

mampu memenuhi seluruh kewajiban finansialnya, baik jangka pendek maupun

jangka panjang. Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, yang artinya berapa besar

beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya (Kasmir,

2010: 112).

Rasio profitabilitas yang diproksikan kedalam net profit margin dapat

digunakan untuk memprediksi fiancial distress dinyatakan dalam penelitian Lina

dan Sutrisno (2014,, Haq dkk (2013). adapun penelitian ini yang dilakukan oleh

Darminto dan Handayani (2013) menyatakan bawha net profit margin tidak dapat
digunakan untuk memprediksi financial distress. Penggunaan rasio net profit

margin dikarenakan rasio ini mengukur berapa besar presentase laba bersih yang

diperoleh dari setiap penjualan

Mengatasi masalah kesulitan keuangan ini, maka perusahaan memiliki

beberapa alat dan teknik dalam mengawasi kondisi keuangan perusahaan, salah satu

teknik yang dapat diterapkan adalah dengan menganalisa rasio-rasio keuangan

perusahaan yang bersangkutan (Tasman dan Kurniawati, 2014).

Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukan adanya perbedaan mengenai

pengaruh variabel dari rasio-rasio terhadap financial distress.Oleh karena itu

mendorong peneliti melakukan penelitian untuk memprediksi kemungkinan

terjadinya kesulitan berdasarkan informasi keuangan Pada Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengangkat judul

“Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan

masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

Apakah rasio keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap prediksi kondisi financial distress pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?


1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang

diperoleh dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap prediksi kondisi financial distress perusahaan. Selain itu tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio apa saja yang paling dominan

dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

sebagai berikut :

a) Bagi Perusahaan Dapat memberikan pemahaman bagi perusahaan mengenai

kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya terjadi dan membantu

perusahaan dalam mengambil keputusan.

b) Bagi Manajer Dapat digunakan untuk landasan pengambilan keputusan

sehingga dapat cepat menangani perusahaan saat mengalami kesulitan

keuangan dan mencegah terjadinya kebangkrutan.

c) Bagi Investor Dapat memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan

sehingga mereka dapat mempertimbangkan dimana dan kapan harus

mempercayakan investasi mereka pada suatu perusahaan.

d) Bagi Kreditur Sebagai pertimbangan dalam melakukan penilaian kredit,

apakah suatu perusahaan layak diberikan sejumlah pinjaman dengan

kondisinya yang saat ini


1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti hanya membahas beberapa rasio keuangan

yang mempengaruhi financial distress yaitu current ratio, working capital to total

asset, total asset turnover, current asset turnover, fixed asset turnover, debt ratio,

debt to equity, net profit margin, return on asset, dan return on equity. Penelitian

ini dikhususkan menggunakan sampel penelitian pada perusahaan property dan real

estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode yang dipakai pada

penelitian ini adalah dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2021.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang di lakukan oleh Agustini dan Wirawati (2019), dengan judul

“Pengaruh Rasio Keuangan Pada Financial Distress Perusahaan Ritel Yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai

pengaruh rasio keuangan yakni rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, aktivitas,

dan pertumbuhan pada financial distress perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013-

2017. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan analisis regresi

logistik. Sampel pada penelitian ini sebanyak 75 pengamatan. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode nonprobability sampling yaitu

purposive sampling. Hasil penelitian membuktikan bahwa rasio leverage

berpengaruh positif pada financial distress. Rasio profitabilitas dan rasio aktivitas

berpengaruh negatif pada financial distress. Rasio likuiditas dan rasio pertumbuhan

tidak berpengaruh pada financial distress.

Penelitian kedua yang di lakukan oleh Mahaningrum dan Merkusiwati

(2020) dengan judul penelitian “Pengaruh Rasio Keuangan pada Financial

Distress”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris

mengenai pengaruh rasio keuangan pada financial distress. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang

7
8

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah metode nonprobability sampling dengan teknik

purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak

39 perusahaan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa rasio likuiditas tidak

berpengaruh pada financial distress, rasio leverage berpengaruh positif pada

financial distress, rasio profitabilitas berpengaruh negatif pada financial distress,

rasio aktivitas tidak berpengaruh pada financial distress dan rasio pertumbuhan

tidak berpengaruh pada financial distress

Penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak, dkk (2017) yang meneliti

tentang pengaruh variabel rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio

profitabilitas, dan rasio pertumbuhan terhadap prediksi financial distress. Hasil

penelitian rasio leverage berpengaruh positif terhadap prediksi financial distress

dan rasio aktivitas yang berpengaruh negatif terhadap prediksi financial distress.

Rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio pertumbuhan tidak memiliki

pengaruh terhadap prediksi financial distress.

Penelitian ketiga yang di lakukan oleh Syifaa Aulia Asmarani 2020

Analisis Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Financial

Distress (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi

Yang Terdaftar di BEI Pada Periode Tahun 2014-2018)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial likuiditas

berpengaruh signifikan terhadap financial distress pada perusahaan, sedangkan

leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh dalam memprediksi financial distress


9

pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi. Secara simultan

terdapat pengaruh signifikan antara likuiditas, leverage, dan profitabilitas dalam

memprediksi financial distress.

Penelitian keempat Stephanie, S., Lindawati, L., Suyanni, S., Christine, C.,

Oknesta, E., & Afiezan, A. (2020). Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Ukuran

Perusahaan terhadap Financial Distress pada Perusahaan Properti dan Perumahan.

Teknik Analisis Data yang digunakan adalah Regresi Logistik. Hasil penelitian ini

adalah likuiditas yang mempengaruhi financial distress pada perusahaan Properti

dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Leverage tidak

mempengaruhi financial distress pada perusahaan Properti dan Real Estate yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap

financial distress pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Likuiditas, leverage dan ukuran perusahaan mempengaruhi

financial distress pada perusahaan Property and Estate yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

Penelitian kelima oleh Susanti, Latifa dan Sunarsi (2020) yang berjudul

“The Effects of Profitability, Leverage, and Liquidity on Financial Distress on

Retail Companies Listed on Indonesian Stock Exchange”. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel profitabilitas (Return on Assets),

Leverage (Debt To Asset Ratio) dan likuiditas (Current Ratio) terhadap Kesulitan

Keuangan pada perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2014-2018. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perusahaan yang

terdapat pada perusahaan retail terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-
10

2018. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 21

perusahaan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis regresi data panel (Random Effect) dengan taraf signifikansi 5 persen. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel profitabilitas, leverage dan

likuiditas berpengaruh terhadap kesulitan keuangan. Secara parsial variabel

profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kesulitan keuangan, variabel

leverage berpengaruh positif signifikan terhadap kesulitan keuangan, dan variabel

likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap kesulitan keuangan. Besarnya

pengaruh profitabilitas, leverage, dan likuiditas terhadap kesulitan keuangan

sebesar 98,87 persen, sedangkan sisanya sebesar 1,13 persen dipengaruhi oleh

variabel lain di luar penelitian.

Penelitian keenam oleh Damajanti, Wulandari dan Rosyati (2020) dengan

judul “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Financial Distress (Studi

Kasus pada Perusahaan Sektor Perdagangan Eceran di Bursa Efek Indonesia

Periode 2012-2015)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara

empiris pengaruh rasio keuangan terhadap financial distress pada perusahaan

perdagangan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2018. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pada perusahaan perdagangan ritel

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-2018. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 19 perusahaan. Teknik

pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode data panel.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi
11

linier berganda. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara parsial rasio

profitabilitas, likuiditas, leverage dan pertumbuhan penjualan berpengaruh

signifikan terhadap financial distress, sedangkan rasio aktivitas tidak berpengaruh

signifikan terhadap financial distress. Secara simultan, semua variabel berpengaruh

signifikan terhadap financial distress.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Teori Keuangan

1. Konsep Pasar Modal Sempurna (Perfect Capital Markets) Kebanyakan dari

teori keuangan awal dibentuk dengan asumsi pasar modal sempurna. Secara

umum, pasar modal sempurna memiliki karakteristik sebagai berikut : a) Tidak

ada biaya transaksi b) Tidak ada pajak c) Ada cukup banyak pembeli dan penjual

d) Baik individu maupun perusahaan memiliki kemampuan yang sama dalam

akses ke pasar e) Tidak ada biaya informasi sehingga setiap orang memiliki

informasi yang sama f) Setiap orang memiliki harapan yang sama

2.2.2 Fungsi Keuangan

1.Membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya

untuk periode tertentu.

2. Penganggaran Keuangan Tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan

membuat detail pengeluaran dan pemasukan.

3. Pengelolaan Keuangan Menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan

dana yang ada dengan berbagai cara.

4. Pencarian Keuangan Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk

operasional kegiatan perusahaan.

5. Penyimpanan Keuangan Mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan

dana tersebut dengan aman. financial distress didefinisikan sebagai tahap

penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan


12

ataupun likuidasi”. Kondisi dimana perusahaan mengalami tekanan keuangan

yang secara bertahap akan mengarah pada kebangkrutan (Platt, H., dan M. B. Platt

2006). Sedangkan Menurut Darsono dan Asari “finansial distress” adalah

Kesulitan keuangan atau kesulitan keuangan dapat ditafsirkan sebagai

ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada

tanggal yang menyebabkan perusahaan bangkrut.

Terdapat beberapa definisi mengenai kesulitan keuangan atau financial

distress yaitu (Platt, H., dan M. B. Platt (2006) dalam penelitian Carolina, V.,

Marpaung, E. I., dan Pratama, D. (2017)):

a. Economic failure Merupakan kondisi pendapatan suatu perusahaan yang tidak

mampu memenuhi kebutuhan biaya perusahaan, termasuk beban biaya modal.

b. Business failure Merupakan kondisi suatu perusahaan yang harus

menghentikan semua kegiatan operasional untuk mengurangi beban kerugian.


13

c. Technical insolvency Merupakan kondisi suatu perusahaan yang tidak sanggup

membayar hutangnya yang telah jatuh tempo.

d. Insolvency in bankruptcy 13 Merupakan suatu kondisi nilai aset pasar

perusahaan lebih rendah dari nilai buku dari keseluruhan total kewajiban.

e. Legal bankruptcy Merupakan kondisi suatu perusahaan yang telah dinyatakan

atau ditetapkan bangkrut secara hukum.

Menurut Brigham dan Daves (2003), fenomena financial distress sendiri

sering terjadi karena beberapa alasan. Di antaranya adalah, sering terjadinya

serangkaian kesalahan, pengambilan keputusan yang kurang tepat oleh manajer,

dan kelemahan kelemahan yang saling berhubungan yang dapat menyumbang

secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen serta tidak adanya atau

kurangnya upaya mengawasi kondisi keuangan sehingga penggunaan uang tidak

sesuai dengan keperluan.

Berdasarkan uraian definisi dari para ahli diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan

keuangan sebelum terjadinya kebangkrutan, sehingga membuat perusahaan untuk

melakukan likuidasi.

a) Faktor Penyebab Financial Distress

Financial distress timbul karena adanya pengaruh dari dalam perusahaan

sendiri (internal) maupun dari luar perusahaan (eksternal). Fahmi (2010) yang

mengemukakan bahwa faktor penyebab financial distress dari dalam perusahaan

lebih bersifat mikro, yaitu faktor-faktor dari dalam perusahaan tersebut adalah :
14

1. Kesulitan arus kas, terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari

hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk menutupi beban-beban usaha

yang timbul atas aktivitas operasi perusahaan.

2. Besarnya jumlah hutang, kebijakan pengambilan hutang perusahaan untuk

menutupi biaya yang timbul akibat operasi perusahaan akan menimbulkan

kewajiban bagi perusahaan untuk mengembalikan hutang di masa depan.

Ketika tagihan jatuh tempo dan perusahaan tidak mempunyai cukup dana

untuk membayar tagihan-tagihan yang terjadi maka kemungkinan yang

dilakukan kreditur adalah mengadakan penyitaan harta perusahaan untuk

menutupi kekurangan pembayaran tagihan tersebut

3. Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun,

kerugian operasional perusahaan menimbulkan arus kas negatif dalam

perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena beban operasional lebih besar dari

pendapatan yang diterima perusahaan.

b) Kegunaan Informasi Financial Distress Informasi

Prediksi financial distress menjadi perhatian banyak pihak diantara:

a. Pemberi Pinjaman atau Kreditor, informasi prediksi financial distress

berkaitan dalam memutuskan apakah kreditor akan memberikan pinjaman

dan menentukan kebijakan mengawasi pinjaman yang telah diberikan pada

perusahaan.

b. Investor, model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika

akan memutuskan untuk berinvestasi pada suatu perusahaan


15

c. Pembuat Peraturan atau Badan Regulator, badan regulator mempunyai

tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan

menstabilkan perusahaan individu.

d. Pemerintah, prediksi financial distress penting bagi pemerintah dalam

melakukan antitrust regulation.

e. Auditor, model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna

bagi auditor dalam membuat penilaian going concern perusahaan.

f. Manajemen, model prediksi merupakan tindakan antisipasi yang mengarah

pada posisi kebangkrutan dengan:

a) dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah

sebelum terjadinya kebangkrutan,

b) pihak manajemen dapat mengambul tindakan merger atau take over

agar perusahaan lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola

perusahaan dengan lebih baik, dan

c) Memberikan tanda peringatan dini adanya kebangkrutan pada masa

yang akan dating

2.2.3 Rasio Likuiditas

Menurut (Hantono 2018, 9) mengatakan bahwa : “Rasio Likuiditas adalah

rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi seluruh kewajiban atau

utang-utang jangka pendeknya”.

Sedangkan menurut (Hanafi 2016, 37) mengatakan bahwa : “Rasio

likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan melihat

besarnya aktiva lancar relatif terhadap utang lancarnya”.


16

Menurut (Kasmir 2016, 112) mengatakan bahwa : “Rasio likuiditas

(liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya, apabila perusahaan ditagih,

maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang

yang sudah jatuh tempo”. Dengan demikian, rasio likuiditas bermanfaat untuk

mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendek

perusahaan dengan melihat aktiva sebagai alat ukur.

a) Fungsi Rasio likuiditas

Menurut (Hery 2017, 7) rasio likuiditas digunakan untuk :

1. Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban atau utang

yang akan segera jatuh tempo.

2. Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

pendek dengan menggunakan total aset lancar.

3. Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

pendek dengan menggunakan aset sangat lancar (tanpa memperhitungkan

persediaan barang dagang dan aset lancar lainnya).

4. Mengukur tingkat ketersediaan uang kas perusahaan dalam membayar utang

jangka pendek.

5. Sebagai alat perencanaan keuangan di masa mendatang terutama yang

berkaitan dengan perencanaan kas dan utang jangka pendek.

6. Melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan

membandingkannya selama beberapa periode. Rasio likuiditas dapat diukur


17

dengan beberapa cara dan metode. Menurut (Kasmir 2016, 113) mengatakan

bahwa:

1. Rasio lancar (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau

utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.

2. Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio

merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka

pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan

(inventory).

3. Rasio kas (cash ratio) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

4. Rasio perputaran kas (cash turnover) merupakan alat ukur tingkat

kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar

tagihan dan membiayai penjualan.

5. Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang

ada dengan modal kerja perusahaan.

Indikator dari rasio likuiditas yang dipakai penulis adalah rasio lancar atau

current ratio (CR). Menurut (Kasmir 2016, 113) mengatakan bahwa : “Rasio lancar

(current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan

membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat

ditagih secara keseluruhan”.


18

Menurut (Hantono 2018, 9) mengatakan bahwa : “Current ratio

menunjukkan jumlah kewajiban lancar yang dijamin pembayarannya oleh aktiva

lancar”.

Menurut (Hanafi 2016, 37) mengatakan bahwa : “Rasio lancar mengukur

kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya yang jatuh tempo

kurang dari satu tahun dengan menggunakan aktiva lancar”.

Menurut (Kasmir 2016, 121) Current Ratio (CR) dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Asset lancer(current asset)


Current ratio =
Utang lancar (current labilities

b) Pengaruh Likuiditas terhadap Financial Distress

Likuiditas adalah rasio yang mengukur tingkat kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.Rasio likuiditas perusahaan

diasumsikan dalam penelitian ini mampu menjadi alat prediksi kondisi financial

distress suatu perusahaan dan diukur dengan current ratio.Luciana dan Kristijadi

(2003) menganalisis rasio keuangan untuk memprediksi financial distress.Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa likuiditas yaitu aktiva lancar dibagi dengan

hutang lancar, memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi financial

distress.Semakin besar rasio ini maka semakin kecil kemungkinan perusahaan

mengalami financial distress.Current ratio yang rendah dapat meningkatkan rasio

terlambatnya pembayaran kewajiban lancar yang telah jatuh tempo.Semakin kecil

nilai current ratio menunjukkan rendahnya tingkat aset lancar dibandingkan dengan

tingkat kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan.Hal tesebut dapat menyebabkan

meningkatnya risiko terlambatnya pembayaran kewajiban lancar dan membuat


19

tingkat probabilitas perusahaan mengalami financial distress semakin tinggi.Oleh

sebab itu dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara tingkat

current ratio dengan kondisi kesulitan keuangan atau financial distress perusahaan.

2.2.4 Rasio Profitabilitas

Menurut (Kasmir 2016, 117) mengatakan bahwa : “Rasio profitabilitas

merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

keuntungan”.

Menurut (Husnan 2016, 563) mengatakan bahwa : “Profitabilitas untuk

mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan (atau mungkin sekelompok

aktiva perusahaan)”.

Selain itu, menurut (Hanafi 2016, 42) mengatakan bahwa: “Rasio ini

mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada

tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu”. Dengan demikian, rasio

profitabilitas untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk mengukur

penggunaan aktiva dalam menghasilkan keuntungan atau profitabilitas.

a) Fungsi Rasio profitabilitas

Menurut (Hery 2017, 313) menjelaskan tujuan dan fungsi rasio profitabilitas

sebagai berikut:

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

selama periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.
20

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan

dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.

Rasio profitabilitas dapat diukur dengan beberapa cara dan metode.

Menurut (Kasmir 2016, 117) jenis-jenis rasio profitabilitas dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Profit Margin on Sales atau Rasio Profit Margin atau margin laba atas

penjualan, merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba

atas penjualan.

2. Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets atau hasil

pengembalian investasi merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas

jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.

3. Return on Equity (ROE) atau hasil pengembalian ekuitas merupakan rasio

untuk mengukur laba sesudah pajak dengan modal sendiri.

4. Rasio Laba per Lembar Saham (Earning Per Share) atau disebut juga

rasio nilai buku, merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam

mencapai keuntungan bagi pemegang saham

5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) merupakan rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di

tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.

6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio) merupakan rasio yang memberikan

ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya

investasi
21

Indikator dari rasio profitabilitas yang dipakai penulis adalah rasio profit

margin atau Profit Magin on Sales atau Net Profit Margin (NPM). Menurut (Kasmir

2016, 116) mengatakan bahwa :

“Profit Margin on Sales atau Rasio Profit Margin atau margin laba atas

penjualan, merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba

atas penjualan.

Menurut (Husnan 2016, 565) mengatakan bahwa : “Rasio Profit Margin

mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap

rupiah penjualan”.

Menurut (Hanafi 2016, 42) mengatakan bahwa : “Profit margin menghitung

sejumlah mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat

penjualan tertentu”.

Menurut (Hanafi 2016, 42) Net Profit Margin (NPM) dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Net Profit Margin = Laba bersih


Penjualan

b) Pengaruh Profitabilitas terhadap Financial Distress

Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan. Dengan

adanya efektifitas dari penggunaan aset perusahaan maka perusahaan akan

memperoleh penghematan dan memiliki kecukupan dana untuk menjalankan

usahanya. Kecukupan dana tersebut menyebabkan kemungkinan perusahaan

mengalami financial distress akan semakin kecil. Hal ini dapat disimpulkan jika

ROA pada perusahaan meningkat, maka perusahaan akan terhindar dari financial
22

distress. Namun sebaliknya jika ROA yang dimiliki perusahaan menurun, maka

perusahaan akan mengalami financial distress.

2.2.5 Rasio Laverage

Leverage merupakan rasio yang memproyeksikan keadaan hutang dalam

keuangan perusahaan, berikut pengertian leverage menurut beberapa ahli:

Menurut Kasmir (2014:153) “Leverage adalah Rasio solvabilitas atau

leverage ratio merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur sejauh mana

aktifitas perusahaan dibiayai dengan utang.” Sejalan dengan apa yang diungkapkan

oleh Kasmir.

Pengertian leverage ini ditegaskan kembali oleh Irham Fahmi (2015:106)

yang menyatakan leverage adalah: “Rasio leverage adalah mengukur seberapa

besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan

membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme

leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi

dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut”.

Pengertian leverage ini juga didukung oleh pendapat Brigham dan Houston

(2010:140) dalam bukunya yang menyatakan rasio leverage merupakan “rasio yang

mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang

(financial leverage) sehingga kita mampu melihat kemampuan perusahaan dalam

mengoptimalkan hutang”

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa rasio

leverage merupakan suatu rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya (long term loan) seperti


23

pembayaran bunga atas hutang, pembayaran pokok akhir atas hutang dan

kewajiban-kewajiban tetap lainnya. Hutang jangka panjang biasanya didefinisikan

sebagai kewajiban membayar yang jatuh temponya lebih dari satu tahun.

Rasio leverage dan rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, namun kedua-duanya

memiliki perbedaan dalam jangka waktu pemenuhan kewajibannya. Dimana rasio

leverage adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka panjangnya sedangkan rasio likuiditas mengukur kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancarnya

seperti hutang dagang dan lain sebagainya.

Rasio leverage ini membandingkan keseluruhan beban hutang perusahaan

terhadap ekuitasnya. Dengan kata lain, rasio ini menunjukan seberapa banyak aset

perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham dibandingkan dengan aset yang

dimiliki oleh kreditor (pemberi hutang). Jika pemegang saham memiliki lebih

banyak aset, maka perusahaan tersebut dikatakan kurang leverage. Namun jika

kreditor (pemberi hutang) memiliki mayoritas aset, maka perusahaan yang

bersangkutan dikatakan memiliki tingkat leverage yang tinggi. Rasio solvabilitas

atau rasio leverage ini sangat membantu menejemen maupun investor untuk

memahami bagaimana tingkat risiko struktur modal pada perusahaannya

Menurut Kasmir (2014:150) Pada dasarnya pengukuran rasio ini adala dua

pendekatan yaitu dengan mengukur rasio-rasio neraca dengan melihat sejauhmana

pinjaman digunakan untuk permodalan dan melalui pendekatan laba rugi.


24

a) Fungsi rasio leverage

Menurut Kasmir (2015:153) berikut adalah beberapa tujuan perusahaan

dengan menggunakan rasio leverage yaitu:

1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya

(kreditor).

2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang

bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga)

3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan

modal

4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.

5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan

aktiva.

6. Untuk menilai dan mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri

yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian

kalinya modal sendirinya yang dimilik.

b) Jenis-jenis Leverage

Terdapat 3 jenis leverage yang diungkapkan oleh Hanifi (2004:327)

diantaranya yaitu:

Operating Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage.

Berikut ini penjelasan mengenai ketiga jenis leverage tersebut:


25

1. Leverage Operasi (Operating Leverage)

Menurut Syamsuddin (2013:107), leverage operasi merupakan kemampuan

perusahaan di dalam menggunakan fixed operating cost untuk memperbesar

pengaruh dari perubahan volume penjualan terhadap earning before interest and

taxes (EBIT). Leverage operasi timbul sebagai akibat dari adanya beban tetap yang

ditanggung dalam operasional perusahaan. Perusahaan yang memiliki biaya operasi

tetap atau biaya modal tetap, maka menggunakan leverage. Dengan menggunakan

operating leverage perusahaan mengharapkan perubahan penjualan akan

mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Beban

tetap operasional tersebut biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan

pemasaran yang bersifat tetap misalnya gaji karyawan. Sebagai kebalikannya,

beban variabel operasional. Contoh biaya variabel seperti biaya tenaga kerja yang

dibayar berdasarkan produk yang dihasilkan. Leverage operasi adalah pengaruh

biaya tetap operasional terhadap kemampuan perusahaan untuk menutup biaya

tersebut. Dengan kata lain, pengaruh perubahan volume penjualan (Q) terhadap

laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Besar kecilnya leverage operasi dihitung

dengan DOL (Degree of Operating Leverage) dapat dihitung dengan rumus berikut:

Presentase Perusahaan EBIT


DOL =
Presentase Perunahan Penjualan

Analisis leverage operasi bertujuan untuk mengetahui seberapa peka laba

operasi terhadap perubahan hasil penjualan dan berapa penjualan minimal yang

harus didapatkan perusahaan agar tidak mengalami kerugian.


26

2. Leverage Keuangan (Financial Leverage)

Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban

tetap dengan beranggapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang

lebih besar dari pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang

tersedia bagi pemegang saham. Kebijakan perusahaan mendapatkan modal

pinjaman dari luar ditinjau dari bidang menejemen keuangan merupakan penerapan

financial leverage dimana perusahaan membiayai kegiatannya dengan

menggunakan modal pinjaman serta menanggung suatu beban tetap yang bertujuan

untuk meningkatkan laba per lembar saham.

Financial leverage timbul karena adanya kewajiban finansial yang sifatnya

tetap (fixed financial charges) yang harus dikeluarkan perusahaan. Kewajiban

finansial yang tetap ini tidaklah berubah dengan adanya perubahan tingkat EBIT

dan harus di bayar tanpa melihat sebesar apapun tingkat EBIT yang dicapai

perusahaan.

Besar kecilnya leverage finansial dihitung dengan DFL (Degree of financial

leverage). DFL menunjukkan seberapa jauh perubahan EPS karena perubahan

tertentu dari EBIT. Makin besar DFL-nya, maka makin besar risiko finansial

perusahaan tersebut. Dan perusahaan yang memiliki DFL yang tinggi adalah

perusahaan yang mempunyai utang dalam proporsi yang lebih besar. DFL (Degree

of financial leverage) dapat diperoleh dengan rumus berikut ini:

Presentase Perubahan EPS


DFL =
Presentase Perusahaan EBIT

DFL yang besar menunjukkan bahwa perubahan tingkat EBIT akan

menghasilkan perubahan yang besar pada laba bersih (EAT) atau pendapatan per
27

lembar saham (EPS). Pada kenyataannya, beban tetap bunga ini dapat berupa beban

seluruh utang atau obligasi yang ada dan biaya deviden untuk saham preferen yang

memiliki beban pembayaran tetap setelah perhitungan sebelum pajak.

3. Leverage Gabungan (Combination Leverage)

Leverage gabungan merupakan pengaruh perubahan penjualan terhadap

perubahan laba setelah pajak untuk mengukur secara langsung efek perubahan

penjualan terhadap perubahan laba rugi pemegang saham dengan Degree of

Combine Leverage (DCL) yang didefinisikan sebagai persentase perubahan

pendapatan per lembar saham sebagai akibat persentase perubahan dalam unit yang

terjual. Combination leverage terjadi jika perusahaan memiliki baik operating

leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan

keuntungan bagi pemegang saham biasa.

c) Pengaruh Leverage terhadap financial distress

Leverage ratio merupakan rasio untuk mengukur perbandingan dana yang

disediakan pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan

tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva

perusahaan dibiayai oleh hutang.Rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan

dari para pemberi pinjaman.Analisis terhadap rasio ini diperlukan untuk mengukur

kemampuan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek dan

hutang jangka panjang apabila suatu perusahaan dilikuidasi atau

dibubarkan.Penelitian Munthe (2015) menyatakan leverage ratio juga berpengaruh

positif terhadap kondisi financial distress perusahaan.


28

Suatu perusahaan yang memiliki leverage keuangan yang tinggi berarti

memiliki banyak utang pada pihak luar. Ini berarti perusahaan tersebut memiliki

resiko keuangan yang tinggi karena mengalami kesuitan keuangan (financial

distress). Penelitian Luciana dan Kristijadi (2003) yang bertujuan untuk

membuktikan rasio leverage dalam memprediksi financial distress. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa rasio leverage yaitu variabel total hutang dibagi

dengan total modal (DER) dapat digunakan untuk memprediksikan financial

distress suatu perusahaan. Karena semakin besar rasio leverage akan semakin besar

kemungkinan perusahaan mengalami financial distress

2.3 Kerangka pikir Penelitian

Kebangkrutan merupakan salah satu bentuk dari kegagalan suatu manajemen

dalam menjalankan operasionalisasi perusahaan. Kebangkrutan merupakan hal

yang sangat dihindari oleh suatu perusahaan. Menurut Hanafi dalam Peter dan

Yoseph (2011) menyatakan bahwa kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan

sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk

menghasilkan laba.

Menurut Plat,H., dan M.B.Plat (Irham Fahmi, 2012) mendefinisikan financial

distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya

kebangkrutan atau likuidasi

Salah satu tindakan penting yang bisa dilakukan oleh perusahaan sebagai

langkah awal dalam mengatasi kesulitan keuangan atau financial distress adalah

dengan melakukan deteksi dini pada laporan keuangan untuk mengetahui posisi,
29

kondisi atau kinerja perusahaan berdasarkan prediksi pada laporan keuangan

perusahaan

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Yulia Dwiyanti (2016),

menyatakan bahwa rasio likuiditas yang diproksikan kedalam Current ratio dapat

digunakan untuk memprediksi kondisi financial disteress. Likuiditas perusahaan

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendanai operasional perusahaan dan

melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan (Wild et al. 2005). Dalam Foster

(1987) dan Wild et al. (2005) dijelaskan bahwa untuk mengetahui likuiditas

perusahaan dapat menggunakan current ratio, quick ratio dan cash ratio. Current

ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya

dengan menggunakan aktiva lancarnya. Quick ratio merupakan ukuran kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan tidak

memperhitungkan persediaan, karena persediaan biasanya dianggap merupakan

aset yang tidak likuid.

Suatu perusahaan yang memiliki leverage keuangan yang tinggi berarti

memiliki banyak utang pada pihak luar. Ini berarti perusahaan tersebut memiliki

resiko keuangan yang tinggi karena mengalami kesuitan keuangan (financial

distress). Beberapa indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat

solvabilitas perusahaan antara lain: total debt to total asset ratio,total debt to equity

ratio, dan time interest earned (TIE) ratio. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Almilia dan Kristijadi (2003) disebutkan bahwa rasio financial leverage yaitu

variabel hutang lancer dibagi dengan total aktiva (CL/TA). Koefisien dalam
30

variabel ini bertanda negatif, artinya variabel CL/TA memiliki pengaruh negatif

terhadap financial distress suatu perusahaan

Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan. Dengan

adanya efektifitas dari penggunaan aset perusahaan maka perusahaan akan

memperoleh penghematan dan memiliki kecukupan dana untuk menjalankan

usahanya. Kecukupan dana tersebut menyebabkan kemungkinan perusahaan

mengalami financial distress akan semakin kecil. Hal ini dapat disimpulkan jika

ROA pada perusahaan meningkat, maka perusahaan akan terhindar dari financial

distress. Namun sebaliknya jika ROA yang dimiliki perusahaan menurun, maka

perusahaan akan mengalami financial distress.

Penelitian ini membahas analisis rasio keuangan untuk memprediksi kondisi

financial distress perusahaan manufaktur yang terdapat di bursa efek Indonesia

priode tahun 2015-2020. Untuk mempermudah pemahaman mengenai pemikiran

dari penelitian,digambarkan dalam kerangka pemikiran berikut ini :


31

Gambar 2.1 Kerangka pikir Penelitian

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Rasio Likuiditas (X1) Rasio Leverage (X2) Rasio Profitabilitas (X3)

- Current Ratio - Debt to Equity Ratio - Return On Asset

- Quick Ratio - Debt to Asset Ratio - Return on Equty


- Long Term Debt to
- Cash Ratio Equity Ratio
- Gross Profit Ratio

Financial Distress

Analisis Linear berganda

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


2.4 Hipotesis Penelitian

Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Financial Distress.Terdapat penelitian

yang mendukung bahwa current ratio berpengaruh terhadap financial distress

diantaranya yang diteliti oleh Claudia Christana (2017) yang menyatakan variabel

likuiditas yang diukur dengan current ratio berpengaruh signifikan terhadap

financial distress. pendek akan meningkat seiring dengan likuiditas yang rendah
32

(Imam, 2012:142). Terdapat penelitian yang mendukung bahwa current ratio

berpengaruh terhadap financial distress diantaranya yang diteliti oleh Claudia

Christana(2017) yang menyatakan variabel likuiditas yang diukur dengan current

ratio berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Berdasarkan pertama yang

dikembangkan berdasarkan uraian di atas adalah sebagai berikut:

H1: Rasio Likuiditas berpengaruh terhadap financial distress

perusahaan.Pengaruh Rasio Leverage terhadap Financial Distress Penelitian Utami

(2015) yang bertujuan untuk membuktikan manfaat laporan keuangan dalam

memprediksi kinerja perusahaan seperti financial distress, penelitian ini membuat

12 persamaan regresi untuk menunjukkan bahwa rasio keuangan dapat digunakan

untuk memprediksi financial distress. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

rasio-rasio keuangan disebutkan bahwa rasio financial leverage yaitu variabel total

hutang dibagi dengan total aktiva (debt ratio/DR) dapat digunakan untuk

memprediksikan financial distress suatu perusahaan. Karena semakin besar rasio

financial leverage akan semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami

financial distress. Koefisien dalam variabel ini bertanda positif, artinya variabel

(DR) memiliki pengaruh positif terhadap financial distress suatu perusahaan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara

tingkat debt ratio dengan kondisi kesulitan keuangan perusahaan. Terdapat

penelitian yang mendukung bahwa debt ratio berpengaruh terhadap financial

distress di antanya yang diteliti oleh Alfinda Rohmadini (2018). Hipotesis yang

kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


33

H2: Rasio Leverage berpengaruh terhadap financial distress

perusahaan.Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Financial Distress Pengaruh

rasio profitabilitas terhadap financial distress.Rasio profitabilitas merupakan hasil

akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan, dimana rasio ini digunakan

sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan

dari setiap rupiah penjualan yang dihasilkan. Profitabilitas adalah tingkat

keberhasilan atau kegagalan perusahaan selama jangka waktu tertentu (Sari dan

Wuryan 2005). Penelitian Luciana dan Kristijadi (2003), Luciana (2006) dan

Novita R dkk (2014) mendapatkan hasil bahwa profitabilitas tidak berpengaruh

signifikan terhadap financial distress perusahaan. Penelitian Imam dan Reva

(2012), Novita R dkk (2014) menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh

signifikan terhadap financial distress. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H3: Rasio profitabilitas berpengaruh terhadap financial distress


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Analisis rasio keuangan untuk memprediksi

financial distress perusahaan manufaktur yang terdapat di bursa efek Indonesia

tahun 2018-2021 yang diperoleh melalui website Bursa Efek Indonesia yaitu

ww.idc.co.id

3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2016:135).

Populasi adalahgabungan dari seluruh elemen yang terbentuk pristiwa,hal

atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat penelitian

Adapun populasi dalam penelitian ini adala seluruh perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia priode 2018-2021 sebanyak 26

perusahaan.Perusahaan-Perusahaan berikut dapat di lihat pada halaman berikut:

33
34

Tabel 3.1 Daftar Populasi Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Priode Tahun 2018-2021
NO. KODE NAMA IPO
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 1997-06-11
2 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 2012-07-10
3 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk
4 CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk 2017-12-19
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
5 CEKA 1996-07-09
( d.h Cahaya Kalbar Tbk )
6 CLEO Sariguna Primatirta Tbk 2017-05-05
7 COCO Wahana Interfood Nusantara Tbk 2019-03-20
8 DLTA Delta Djakarta Tbk 1984-02-12
9 FOOD Sentra Food Indonesia Tbk 2019-01-08
10 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk 2018-10-10
11 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk 2017-06-22
12 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 2010-10-07
Inti Agri Resources Tbk
13 IIKP Inti Kapuas Arowana Tbk 2002-10-20
Inti Indah Karya Plasindo Tbk
14 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 1994-07-14
15 KEJU Mulia Boga Raya Tbk 2019-11-25
16 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 1994-01-17
17 MYOR Mayora Indah Tbk 1990-07-04
18 PANI Pratama Abadi Nusa Industri Tbk 2018-09-18
19 PCAR Prima Cakrawala Abadi Tbk 2017-12-29
20 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk 1994-10-18
21 PSGO Palma Serasih Tbk 2019-11-25
22 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk 2010-06-28
23 SKBM Sekar Bumi Tbk 1993-01-05
24 SKLT Sekar Laut Tbk 1993-09-08
25 STTP Siantar Top Tbk 1996-12-16
26 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 1990-07-02
(Sumber.www.idx.co.id)
35

3.2.2 Sampel

Teknik penentuan sampelnya menggunakan metode purposive sampling,

yaitu metode penentuan sampel dengan didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu

(Ulum dan Juanda, 2018). Dalam penelitian ini, kriteria sampel yang akan

digunakan antara lain:

1. Perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2018-2021

2. Perusahaan industri manufaktur yang telah mempublikasikan laporan keuangan

tahunan pada tahun 2018-2021 secara lengkap.

3. Perusahaan industri manufaktur yang menyajikan laporan keuangan tahun 2018-

2021

4. Perusahaan industri manufaktur yang mengalami financial distress 2018-2021

Jadi sampel penelitian ini di tetapkan sebesar 5 (lima) Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia prode tahun 2018-2021.Berikut

daftar nama-nama perusahaan sebagai sampel penelitian ini:

Tabel 3.2 Daftar Penelitian Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia 2018-2021
1 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 2012-07-10
2 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk 1994-10-18
Inti Agri Resources Tbk
3 IIKP Inti Kapuas Arowana Tbk 2002-10-20
Inti Indah Karya Plasindo Tbk
4 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk 2018-10-10
5 MYOR Mayora Indah Tbk 1990-07-04
6 SKBM Sekar Bumi Tbk 1993-01-05
7 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 1994-07-14
8 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading 1990-07-02
Company Tbk
36

3.3 Jenis dan sumber data

Jenis data penelitian ini yaitu data kualitatif, sedangkan sumber data

penelitian adalah data sekunder berupa laporan keuangan dan laporan tahunan

perusahaan manufaktur yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia periode tahun

2018-2021 yang di dapat dari www.idx.co.id atau website masing-masing-masing

perusahaan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data sesuai dengan jenis data

yang diperlukan dalam metode pengumpulan yaitu dengan metode dokumentasi,

yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder dari

laporan keuangan dan laporan tahunan (annual report) yang dimuat dalam situs

resmi Bursa Efek Indonesia yaitu (www.idx.co.id) untuk tahun 2018-2021 dari

Perusahaan Sektor Perdagangan Eceran di Indonesia

3.5 Metode Analisis data

Dalam metode ini analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

regeresi linear berganda menggunakan program SPSS, untuk menguji pengaruh

variabel independen Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), Leverage (DER),

Aktivitas (TATO), dan Sales growth (SG) terhadap variabel

dependen yaitu Financial Distress. Dalam penggunaan teknik analisis regeresi

berganda terdapat beberapa. asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi. Asumsi-

asumsi tersebut antara lain adalah Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji

Heteroskedastisitas, dan Uji Autokorelasi. Setelah persamaan regeresi terbebas dari

asumsi dasar tersebut maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.


37

3.5.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan

pengumpulan dan penyajian suatu data sehingga memberikan informasi yang

berguna. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian maksimum, minimum,

sum, range, kurtosis, dan skewness atau kemecengan distribusi (Ghozali, 2016)

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujan untuk menguji apakah dalam model regeresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distrribusi normal. Cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis

statistik onesampel kolmogorovsmirnov test yang jika nilai signifikan dibawah 0,05

maka data berdistribusi dengan tidak normal. Jika nilai signifikan diatas 0,05 maka

data berdistribusi dengan normal. Selain menggunakan analisis statistik, uji

normalitas juga bisa dengan melihat grafik histogram dan membandingkan anatara

data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang

lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu

garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis

diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan

data sesungguhnya akan mengikuti data sesungguhnya.


38

2. Uji multikolonieritas

Menururt (Ghozali, 2016) Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji

apakah model regeresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regeresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-

variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogal adalah variabel independen yang nilai

korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mengetahui

multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Vallance Infiation Factor

(VIF). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas apabila nilai VIF kurang dari 10 dan

nilai tolerance lebih dari 0,10.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regeresi terjadi ketidaksamaan variance residual satu pengamatan kepengamatan

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke penagamatan lain tetap, maka

disebut Homoskedastistias dan jika berbeda maka disebut Heterodastisitas. Model

regeresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi

Heterokedastisitas (Ghozali, 2016). Dalam uji heteroskedastisitas ada beberapa cara

untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan

grafik plot, uji park, uji glejser dan uji white. Namun dalam penelitian ini

menggunakan Uji Park dengan cara pemangkatan terhadap residual lalu di

logaritma natural (Ln). Kriterianya adalah jika nilai signifikansi variabel

independen < 0,05 maka tejadi heteroskedastisitas, dan jika nilai signifikansi

variabel independen > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


39

4. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regeresi linear

terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka dinamanakan ada

problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual

tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Untuk menguji digunakan uji

Durbin Watson (DW test) . Durbin Watson digunakan untuk autokorelasi tingkat

satu dan mensyaratkan adanya konstanta dalam model regeresi dan tidak ada

variabel lag diantara variabel independen. Dasar pengambilan keputusan ada atau

tidaknya autokorelasi:

a) Jika nili DW terletak diantara batas atas atau uper bound (du) dan (4-du) maka

koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.

b) Jika nilai DW lebih rendah dariada batas bawah atau lower bound (dl) maka

koefesien autokorelasi > 0,berarti ada autokorelasi positif.

c) Jika nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefesien autokorelasi < 0 berarti

ada autokorelasi negatif.

d) Jika nilai DW terletak anta du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan (4-

dl) maka hasilnya tidak dapat disimpulkan

3.5.3 Analisis Regeresi Linear Berganda

Linear Berganda Metode regeresi bertujuan untuk menguji hubungan

pengaruh anatara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi

disebut variabel dependen, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut


40

variabel bebas atau variabel indpenden. Regeresi yang memiliki satu variabel

dependen dan lebih dari satu variabel independen disebut regeresi berganda

(Muhtar & Andi Aswan, 2017). Adapun persamaan dari regeresi penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Y= a+b1X1+B2X2+ ....................... +bnXn+e

Dimana:

Y = Variabel dependen

a = Constanta

b1-n = Koefisien regresi masing-masing variable bebas

X1-n = Variabel independent

E = Eror

Berdasarkan persamanaan di atas maka,persamaan linear berganda dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β 2X2 + β3X3 + e

Dimana:

Y = Financial Distress (Z-Score)

α = Konstanta

β = Koefisien

X1 = Profitabilitas (ROA)

X2 = Likuditas (CR)

X3 = Leverage (DER)
41

3.5 Uji Hipotesis

1. Uji Statistik (Uji F)

Simultan Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua

variabel independen terhadap variabel dependen. Secara simultan pengujian

hipotesis diakukan dengan uji F. Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah

semu variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen terikat (Ghozali,

2016). Uji signifikansi F/ Simultan dilakukan dengan menggunakan tingkat

signifikansi 0,05. Untuk menguji hipotesis ini kriteria pengambilan keputusan

sebagai berikut :

a. Jika nilai signifikikansi < 0,05 berarti variabel independen secara bersamasama

(simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikikansi > 0,05 berarti variabel independen secara Bersama-

sama (simultan) tidak berpengaruh terhadap variable depende

2. Uji Parsial (Uji-T)

Parsial Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara persial variabel

bebas berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Adapun

kriteria pengujian secara parsial dengan tingkat signifikansi sebesar α=5%, yaitu

sebagai berikut :

a. Jika nilai signifikikansi < 0,05 berarti variabel independen secara individual

berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikikansi > 0,05 berarti variabel independen secara individual

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.


42

3. Koefisien Determinasi (R²)

pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah anatara

nol sampai satu. Nilai R² yang kecil berati kemampuan variable-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen terbatas. Nilai yang

mendekati satu berati variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap

jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model setiap tambahan satu

variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel

tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu,

banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat

mengevaluasi mana model regresi tersebut. Jika dalam uji empiris didapat niai

Adjusted R2 negatif, maka nilai Adjusted R2 dianggap bernilai nol (Ghozali, 2016).

3.6 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variable data penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Likuiditas (X1) Rasio likuiditas atau sering disebut dengan nama rasio modal

kerja

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu

perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di

neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancer (utang jangka

pendek)
43

2. Leverage (X2) Solvabilitas atau leverage ratioadalah Rasio yang digunakan

untukmengukur sejauh mana aktivaperusahaan dibiayai denganhutang.

Artinya, berapa besarbeban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan

denganaktivanya.

3. Profitabilitas(X3) Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungannya dengan penjualan,total aktiva maupun modal sendiri


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Latar Penelitian

Penelitian ini mengenai Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Financial

Distress. Rasio Keuangan dalam penelitian terdiri dari lima rasio sekaligus menjadi

variabel independen dalam penelitian ini. Sedangkan variabel dependen dalam

penelitian ini yaitu Financial Distress .

Pada bab ini akan dibahas tahap-tahap dan pengolahan data yang kemudian

akan dianalisis tentang pengaruh rasio keuangan terhadap financial distress pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021

yang ditentukan berdasarkan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel

berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Perusahaan yang dijadikan objek penelitian

ini adalah perusahaan manufaktur yang masuk dalam perhitungan perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 tahun berturut-turut yaitu mulai tahun

2018-2021, yang konsisten mempublikasikan laporan keuangan dan data-datanya

secara lengkap. Setelah dilakukan seleksi pemilihan sampel sesuai kriteria yang

telah ditentukan maka diperoleh 8 perusahaan setiap tahunnya yang memenuhi

kriteria sampel, sehingga sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 (8 x 4 tahun)

data perusahaan. Berikut adalah tabel dari hasil proses seleksi sampel berdasarkan

kriteria yang ditetapkan:

44
45

Tabel 4.1 Kriteria Penentuan Sampel


NO Kriteria Sampel Jumlah
1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 26
Indonesia (BEI) pada tahun 2018-2021
2. Perusahaan Manufaktur yang tidak konsisten (8)
melaporkan laporan keuangan secara lengkap, berturut-
turut dan berakhir pada 31
Desember selama tahun 2018-2021
3. Perusahaan Manufaktur yang dalam (0)
laporan keuangannya tidak memiliki data sesuai
variabel yang diteliti
4. Perusahaan Sektor Perdagangan Eceran yang (0)
menyusun laporan keuangannya tidak menggunakan
rupiah
Jumlah Sampel Penelitian 8
Sumber : BEI, data diolah

Dari tabel 4.1 terdapat 26 perusahaan manufaktur kemudian dilakukan

pemilihan sampel didapatkan sebanyak 8 sampel dari perusahaan manufaktur yang

akan di analisis dalam penelitian ini karena semua perusahaan tersebut

mempublikasikan laporan keuangannya secara berturut-turut. Semua perusahaan

yang dijadikan sampel tersebut menggunakan mata uang Rupiah. Berikut adalah 8

sampel perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian


1 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 2012-07-10
2 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk 1994-10-18
Inti Agri Resources Tbk
3 IIKP Inti Kapuas Arowana Tbk 2002-10-20
Inti Indah Karya Plasindo Tbk

4 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk 2018-10-10


5 MYOR Mayora Indah Tbk 1990-07-04
6 SKBM Sekar Bumi Tbk 1993-01-05
7 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 1994-07-14
8 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 1990-07-02
Sumber : IDX 2018-2021 (data diolah)
46

4.2 Deskripsi Informasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis regeresi linear berganda yang

Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 (tiga puluh dua) sampel

perusahaan karena mengalami proses outlier.

4.2.1 Statistk Deskriptif

Analisis statistik deskriptif menjelaskan data seluruh variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Analisis deskriptif dari data yang diambil untuk

penelitian ini adalah tahun 2018-2021 yaitu sebanyak 32 data pengamatan.

Deskriptif yang digunakan pada penelitian ini meliputi Minimum, Maximum, Mean

(rata-rata), Standar Deviation dari variabel depeneden yaitu Financial Distress.

Variabel independen yaitu rasio profitabilitas, rasio leverage, rasio likuiditas.

Berikut adalah hasil perhitungan awal statistik deskriptif untuk semua perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2018-2021

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Analisis Deskriptif (Sebelum Outlier)

Descriptive Statistics
Minimu Maximu
N m m Mean Std. Deviation
Likuiditas 32 -,229 ,458 ,03541 ,107100
Leverage 32 ,012 14,030 2,63493 2,863428
Profitabilitas 32 -1,511 7,300 1,47014 1,521513
Financial distres
32 -15,370 17,989 3,82912 5,236100
Valid N (listwise) 32
Sumber : Output SPSS 23, data diolah 2022
47

Dari hasil tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa data yang dianalisis

sebanyak 32 data sampel yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 4 tahun. Jumlah

32 data keuangan ini didapatkan dari (8 perusahaan x 4 tahun). Pada data diatas

terdapat sebaran data yang tidak sesuai dan terdapat data outlier dalam

pengamatannya sehingga akan mengganggu proses analisis data selanjutnya yang

akan mengakibatkan tidak terpenuhinya asumsi normalitas pada pengamatan ini,

sehingga perlu dilakukan pengujian kembali dengan outlier yaitu langkah

pembuangan sampel. Dari analisis outlier terdapat data ekstrim yang menyebabkan

data berdistribusi dengan tidak normal yang akan dilakukan proses outlier yaitu

berjumlah 2 data. Berikut hasil analisis statistik deskriptif setelah dioutlier yang

berjumlah menjadi 30 data:

Tabel 4.4 Analisis Deskriptif (Sesudah Outlier)


Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Likuiditas 30 -,229 ,458 ,03997 ,104560
Leverage 30 ,316 14,030 2,70581 2,868854
Profitabilitas 30 ,080 7,300 1,54941 1,461610
Financial distres
30 -4,063 17,989 4,29544 4,437081
Valid N (listwise) 30
Sumber : Output SPSS 23, data diolah 2022

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa data yang dianalisis berjumlah 30 data

sampel karena mengalami proses Outlier, yang sebelumnya data berjumlah 32 data

sampel. Penjelasan terhadap variabel penelitian yang digunakan adalah sebagai

berikut :
48

1) Dari tabel 4.4 variabel Likuiditas mempunyai nilai minimum -0,0229 yang

di tahun 2020 dan nilai maksimum sebesar 0,458 di tahun 2018. Nilai

maksimum Likuiditas yang tinggi dikarenakan perusahaan mampu

menghasilkan pendapatan yang tinggi dengan beban yang rendah.

Sedangkan nilai rata-rata Likuiditas sebesar 0,03997 dengan standar deviasi

sebesar 0,104560. Standar deviasi yang lebih besar dari rata-rata

menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur menjadi sampel penelitian ini

sangat bervariasi.

2) Dari tabel 4.4 variabel leverage mempunyai nilai minimum 0,316 di tahun

2021 dan nilai maksimum 14,030 pada tahun 2018. Hal ini mengindikasikan

bahwa perusahaan mampu menjamin hutang lancar dengan nilai aktiva

lancar. Sedangkan nilai rata-rata leverage 2,70581 dengan standar deviasi

2,868854. Standar deviasi yang lebih besar dari rata-rata menunjukkan

bahwa perusahaan manufaktur menjadi sampel penelitian ini sangat

bervariasi.

3) Variabel profitabilitas mempunyai nilai minimum 0,080 di tahun 2018 dan

nilai maksmimum 7,300 pada tahun 2021. Sedangan nilai rata-rata

profitabilitas 1,54941 dengan standar deviasi 1,461610. Nilai standar

deviasi yang kecil dari rata-rata menunjukkan bahwa variabel profitabilitas

yang digunakan dalam penelitian ini tidak bervariasi.

4) Dari tabel 4.4 variabel dependen financial distress mempunyai nilai

terendah -4,053 dan nilai tertinggi 17,989. Sedangkan nilai rata-rata

financial distress sebesar 4,29544. Pada perusahaan manufaktur dapat


49

disimpulkan bahwa rata-rata di perusahaan termasuk perusahaan yang sehat

atau dikategorikan sebagai perusahaan tidak bangkrut karena memiliki nilai

diatas 2,6 dengan standar deviasi 4,437081. Standar deviasi yang lebih besar

dari rata-rata menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur menjadi sampel

penelitian ini sangat bervariasi.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah

menggunakan regeresi linear berganda dan hipotesis dengan menggunakan uji t

parsial dan uji F simultan. Sebelum membahas tentang analisis data, terlebih dahulu

dilakukan uji asumsi klasik yang digunakan untuk mengetahui gangguan-gangguan

atau persoalan yang ada pada regeresi linear berganda. Uji asumsi dalam penelitian

ini menggunakan uji normalitasn, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan

uji autokorelasi. Analisis data berikut ini dilakukan dengan menggunakan bantuan

program SPSS for windows versi 23.

4.2.2.1 Uji Normalitas

Menurut (Ghozali, 2016) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regersi, variabel pengganggu atau residual memiki distribusi normal.

Uji normalitas juga melihat apakah model regeresi yang digunakan sudah baik.

Model regersi yang baik yaitu memiliki distribusi normal atau mendekati normal.

Penelitian ini menggunakan analisis statistik Kolmogorov-Smirnov pada residual

persamaan dengan kriteria pengujian adalah jika probabilitas value > 0,05 maka

data berdistribusi normal dan jika probability value < 0,05 maka data berdistribusi

tidak normal. Dalam penelitian ini pengujian normalitas menggunakan analisis


50

grafik. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data

sesungguhnya akan mengikuti data sesungguhnya. Hasil dari uji normalitas dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas (Uji Awal)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 32
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 2,14395636
Most Extreme Differences Absolute ,165
Positive ,114
Negative -,165
Test Statistic ,165
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Output SPSS 23, data diolah 2022

Dari tabel 4.5 dengan N = 32 data dapat diketahui bahwa nilai Kolmogorov

Smirnov sebesar 0,165. Nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai

0,000 yang berati data belum berdistribusi dengan normal, karena nilai

signifikansinya masih dibawah 0,05. Setelah itu yang dilakukan adalah membuang

data-data ekstrim yang menyebabkan data berdistribusi tidak normal dengan cara

di outlier yaitu pada nomor 17 dan 21.


51

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas (Uji Setelah Outlier)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean ,2711990
Std. Deviation 1,35931170
Most Extreme Differences Absolute ,072
Positive ,072
Negative -,070
Test Statistic ,072
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance
Sumber : Output SPSS 23, data diolah 2022

Dari tabel 4.6 diketahui data (N) menjadi 30 karena proses outlier. Nilai

Kolmogorv-Smirnov sebesar 0,072. Nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov diatas

menunjukkan nilai 0,200 yang berarti lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa data diatas sudah berdistribusi dengan normal.

Selain dengan uji statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, uji

normalitas juga di uji dengan grafik untuk mengetahui bahwa data berdistribusi

dengan normal atau tidak. Distribusi normal akan membentuk garis diagonal dan

ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data

residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan

mengikuti data sesungguhnya. Berikut hasil analisis grafik :


52

Gambar 4.1 Uji Normalitas (Grafik)

Sumber : Ouput SPSS 23, data diolah 2022

Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan grafik normal plot dapat

disimpulkan bahwa grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis

diagonal, serta penyebarannya mengikuti dari garis normal grafik ini menunjukkan

bahwa model regeresi memenuhi asumsi normalitas.

4.2.2.2 Uji Multikolinieritas

Menurut (Ghozali, 2016) uji mulltikolinieritas bertujuan untuk menguji

apakah model regeresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regeresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Pengujian terhadap multikolinieritas dapat dideteksi dengan

menggunakan tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Dikatakan tidak

terjadi multikolinieritas apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih

dari 0,10. Uji multikolinieritas dapat dilihat dalam tabel berikut:


53

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Likuiditas ,975 1,025
Leverage ,774 1,291
Profitabilitas ,687 1,456
a. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS
Sumber : Output SPSS 23, data diolah 2022

Hasil pengujian dalam penelitian ini yang terdapat dalam tabel 4.7

menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas, sebab semua angka VIF yang

dihasilkan memiliki nilai dibawah 10 dan tolerance value diatas 0,10. Nilai VIF

terbesar adalah 1,456 dan terkecil adalah 1,025 yang berati masih lebih kecil atau

kurang dari 10. Sedangkan nilai terbesar 0,975 dan nilai terkecil tolerance value

adalah 0,687 yang berati lebih besar dari 0,10. Dari angka-angka tersebut dapat

disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas, sehingga persamaan layak digunakan.

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut (Ghozali, 2016) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regeresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Berikut hasil uji heteroskedastisitas:


54

Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastistias Uji Glejser (Uji Awal)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,478 ,158 3,037 ,003
Likuiditas -,899 ,589 -,160 -1,526 ,132
Leverage ,100 ,024 ,488 4,157 ,000
Profitabilitas ,135 ,050 ,335 2,687 ,009
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber : Output SPSS 23, data diolah 2022

Berdasarkan output SPSS 23 yang ditunjukkan tabel 4.8 diatas

menunjukkan bahwa model regeresi terkena gejala heteroskedastisitas yang

ditunjukkan oleh variabel Profitabilitas dengan nilai signifikansi 0,132, Leverage

dengan nilai signifikansi 0,000 dan Profitabilitas dengan nilai signifikansi 0,009

yang berarti menunjukkan bahwa nilai kurang dari 0,05.

Untuk mengatasi masalah heterokedastisitas dapat dilakukan dengan

menggunkan uji park yaitu dengan rumus LN (Unstandarized*Unstandarized).

Berikut adalah hasil dari uji park:

Tabel 4.9 Hasil Uji Heterokedastisitas (Uji Park)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,215 ,286 ,753 ,458
Likuiditas -,974 1,066 -,156 -,913 ,369
Leverage ,047 ,043 ,205 1,100 ,281
Profitabilitas ,121 ,074 ,311 1,632 ,114
a. Dependent Variable: LnU2i
Sumber : Output SPSS 23, data diolah 2022
55

Dari tabel 4.9 diatas bahwa setelah menggunakan Uji Park dengan rumus LN

tidak terjadi masalah heterokedastisitas karena semua variabel memiliki nilai

signifikan diatas 0.05. Variabel Likuiditas memiliki nilai signifikan 0,369,

Leverage memiliki nilai signifikan 0,281, profitabilitas memiliki nilai signifikan

0,114. Semua variabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi diatas 0,05

maka dalam persamaan ini dapat disimpulkan bahwa model regersi tidak terdapat

heteroskedastisitas

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regeresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu

pada periode t-1 (sebelumnya). Gejala autokorelasi dapat dideteksi dengan

menggunakan uji Durbin-Watson (DW)

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 ,979a ,958 ,955 ,940594 1,959
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Leverage, Profitabilitas
b. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS
Sumber : Output SPSS 23, data diolah 2022

Dari tabel 4.10 diperoleh nilai nilai DW sebesar 1,959 nilai ini selanjutnya

akan dibandingkan dengan nilai tabel yang menggunakan nilai 5% (0,05), jumlah

sampel 30 (N) dan jumlah variabel independen 3 (K=3), maka akan didapat angka

sebesar 1,7694 dalam tabel Durbin Watson. Angka- angka yang sudah ada

dimasukkan dalam rumus pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi yaitu:

DU < DW < 4 – DU, jadi 1,7694 < 1,959 < 2,2306. Dari rumus tersebut dapat dilihat
56

bahwa DU < DW sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima atau tidak

terjadi autokorelasi.

4.2.3 Analisis Regeresi Linear Berganda

Analisis regeresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel independen (likuiditas, profitabilitas, leverage, arus kas dan suku bunga)

terhadap variabel dependen (Financial Distress). Berikut ini merupakan tabel

analisis regeresi linear berganda yang diolah menggunakan aplikasi program SPSS

23 :

Tabel 4.11 Hasil Analisis Regeresi Linier Berganda

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,358 ,285 4,763 ,000
Likuiditas 11,736 1,066 ,277 11,008 ,000
Leverage 1,261 ,044 ,815 28,911 ,000
Profitabilitas ,529 ,091 ,174 5,817 ,000
a. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS
Sumber : Output SPSS 23, data diolah 2022

Berdasarkan hasil analisis regeresi linear berganda pada tabel 4.11 diatas

maka diperoleh model persamaan regeresi berganda sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Y = 1,358 + 11,736 + 1,261 + 0,529

Keterangan :

Y = Financial Distress (Z-Score)

X1 = Likuiditas

X2 = Leverage
57

X3 = Profitabilitas

Berdasarkan hasil diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Dari tabel 4.11 nilai konstanta sebesar 1,358 mengindikasikan bahwa variabel

independen (likuiditas, leverage, profitabilitas) adalah nol, maka financial

distress akan terjadi sebesar 1,358

2) Dari tabel 4.11 variabel likuiditas menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,000 yang nilai signifikansinya kurang dari 0,05 dengan koefisien regeresi

sebesar 11,736. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel

likuiditas berpengaruh positif terhadap financial distress.

3) Dari tabel 4.11 variabel leverage menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,000 yang nilai signifikansinya kurang dari 0,05, dengan koefisien regeresi

sebesar 1,261. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel

profitabilitas berpengaruh positif terhadap financial distress.

4) Dari tabel 4.11 variabel profitabilitas yang menunjukkan nilai signifikansi

sebesar 0,000 yang nilai signifikansinya kurang dari 0,05, dengan koefisien

regeresi sebesar 0.529. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel

profitabilitas berpengaruh positif terhadap financial distress.

4.2.4 Pengujian Hipotesis

4.2.4.1 Uji F / Simultan

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel

independen terhadap variabel dependen. Kriteria dalam pengambilan keputusan

pada uji F / Simultan ini adalah jika nilai signifikan < 0,05 maka variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika


58

nilai signifikan > 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut disajikan uji F statistik dalam

penelitian ini :

Tabel 4.12 Hasil Uji Layak Model (Uji F)

ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1377,041 8 275,408 311,295 ,000b
Residual 60,161 21 ,885
Total 1437,201 29
a. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS
b. Predictors: (Constant), Likuiditas, Leverage, Profitabilitas
Sumber : Output SPSS 23, data diolah 2022

Dari tabel 4.12 diketahui bahwa angka signifikannya 0,000. Maka dapat

disimpulkan bahwa angka signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05.

Artinya bahwa variabel likuiditas, profitabilitas, leverage, arus kas dan suku bunga

secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap financial distress.

4.2.4.2 Uji t/ Parsial

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel

independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen.

Pada penelitian ini uji t digunakan untuk menganalisis likuiditas, leverage,

profitabilitas terhadap financial distress secara parsial. Jika nilai signifikan < 0,05

maka variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.

Jika nilai signifikan > 0,05 maka variabel independen secara individu tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut disajikan data Uji t Parsial :


59

Tabel 4.13 Hasil Uji T Parsial

Coefficientsa Unstandardized Standardized


Coefficients Coefficients
Model T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,358 ,285 4,763 ,000
Likuiditas 11,736 1,066 ,277 11,008 ,000
Leverage 1,261 ,044 ,815 28,911 ,000
Profitabilitas ,529 ,091 ,174 5,817 ,000
a. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS
Sumber : Output SPSS 23, data diolah 2022

Dari tabel Tabel 4.13 menunjukkan nilai signifikansi untuk masing-masing

variabel. Makna dari persamaan regeresi diatas adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan uji statistik secara parsial dari tabel 4.13, hasil uji statistik

menunjukkan nilai signifikansi likuiditas yaitu sebesar 0,000 < 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima yang berarti variabel

likuiditas berpengaruh terhadap financial distress.

2. Berdasarkan uji statistik secara parsial dari tabel 4.13, hasil uji statistik

menunjukkan nilai signifikansi leverage yaitu sebesar 0,000 < 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H2 diterima yang berarti variabel

leverage berpengaruh terhadap financial distress.

3. Berdasarkan uji statistik secara parsial dari tabel 4.13, hasil uji statistik

menunjukkan nilai signifikansi profitabilitas yaitu sebesar 0,000 < 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H3 diterima yang berarti variabel

leverage berpengaruh terhadap financial distress.


60

4.2.4.3 Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model variasi inedependen (likuiditas, leverage, profitabilitas) dalam

menerangkan variasi variabel dependen (financial distress). Berikut merupakan

hasil koefisien determinasi (R²):

Tabel 4.14 Hasil Koefisien Determinasi


Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 ,979 ,958 ,955 ,940594 1,959
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Leverage, Profitabilitas
b. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi

(Adjusted R Square) sebesar 0,955. Hal ini berarti besar variabel–variabel financial

distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang diterangkan oleh

variasi likuiditas, leverage, profitabilitas sebesar 95,5 persen dan sisanya 4,5 persen

dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dianalisis secara statistik dengan metode

analisis regeresi linear berganda maka terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan

mengenai likuiditas, leverage, profitabilitas terhadap financial distress. Berikut ini

akan dibahas pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen:

4.3.1 Pengaruh Likuiditas terhadap Financial Distress

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh

positif terhadap financial distress. Nilai Profitabilitas mempunyai signifikansi

sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien regeresi sebesar 11,736
61

dengan arah positif. Hasil likuiditas berpengaruh positif artinya jika nilai likuiditas

naik maka akan menaikkan nilai dari variabel financial distress, yang dimana

artinya naiknya angka financial distress (z-score) menunjukkan bahwa perusahaan

tersebut mengalami kondisi yang sehat atau menurunkan terjadinya kondisi

financial distress.

Rasio likuiditas adalah rasio-rasio keuangan yang dimaksudkan untuk

mengukur likuiditas perusahaan. Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan

perusahaan mendanai operasional perusahaan dalam memenuhi kewajiban

(utang)jangka pendek (Munawir, 2010). Likuiditas perusahaan diasumsikan dalam

penelitian ini mampu menjadi alat prediksi kondisi financial distress suatu

perusahaan dan di ukur dengan current ratio, yaitu aktiva lancar dibagi hutang

lancar (CA/CL). Current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi

hutang jangka pendeknya dengan mengguakan aktiva lancarnya. Semakin besar

rasio likuiditas maka semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami financial

distress. (Luciana Spica Almilia, 2003) menganalisis rasio keuangan untuk

memprediksi financial distress. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa likuiditas

yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar (CA/CL), memiliki pengaruh positif

terhadap kondisi financial distress perusahaan. Semakin besar rasio ini maka

semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Penelitian ini

bertujuan untuk membuktikan manfaat laporan keuangan dalam memprediksi

kinerja perusahaan seperti financial distress.


62

4.3.2 Pengaruh Leverage terhadap Financial Distress

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh

positif terhadap financial distress. Nilai leverage mempunyai signifikansi sebesar

0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien regeresi sebesar 1,261 dengan arah

positif. Hasil penelitian ini profitabilitas berpengaruh positif yang artinya jika nilai

rasio leverage naik maka akan meningkatkan angka financial distress (z-score). Jadi

artinya semakin meningkatnya nilai profitabilitas maka akan menurunkan

kemungkinan perusahaan mengalami financial distress, karena semakin

meningkatnya angka variabel financial distress (z-score) maka akan menurunkan

kemungkinan terjadinya financial distress

Rasio Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Analisis terhadap

rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang (jangka

pendek dan jangka panjang) apabila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau

dibubarkan (R, 2008). Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat rasio

leverage perusahaan dalam penelitian ini adalah total hutang dibagi total modal

(debt to equity ratio). Suatu perusahaan yang memiliki leverage keuangan yang

tinggi berarti memiliki banyak utang pada pihak luar. Ini berarti perusahaan tersebut

memiliki rasio keuangan yang tinggi karena mengalami kesulitan keuangan

(financial distress). Menurut (Yuvita, 2010), risiko keuangan yang tinggi

mengindikasikan bahwa perusahaan mengalamii kesulitan keuangan (financial

distress). Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi

kondisi perusahaan di masyarakat.


63

4.3.2 Pengaruh profitabilitas terhadap Financial Distress

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh

positif terhadap financial distress. Nilai leverage mempunyai signifikansi sebesar

0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien regeresi sebesar 0,529 dengan arah

positif. Hasil penelitian variabel profitabilitas berpengaruh positif yang artinya jika

nilai Debt Equity Ratio (DER) rendah maka mengakibatkan angka financial distress

(z-score) semakin rendah dan kecil, karena semakin kecil angka variabel financial

distress (z-score) maka menandakan sebuah perusahaan tersebut dalam kondisi

keuangan yang kurang sehat.

Profitabilitas atau laba adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh

keuntungan selama periode tertentu. Menurut Dendawijaya (2003) ROA

menggambarkan kemampuan manajemen untuk memperoleh keuntungan atau laba.

Perusahaan yang memiliki tingkat ROA yang tinggi mengindikasikan perusahaan

tersebut mampu menghasilkan laba. ROA menggambarkan kemampuan

manajemen untuk memperoleh keuntungan (laba). Dengan kata lain, semakin tinggi

ROA, semakin tinggi keuntungan perusahaan sehingga semakin baik pengelolaan

aktiva perusahaan Berkaitan dengan signalling theory yang menekankan kepada

pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap investasi pihak

pemakai laporan keuangan mengenai profitabilitas yaitu profitabilitas perusahaan

menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba operasi

bersih, apabila laba bernilai negatif berarti menunjukkan kondisi perusahaan tidak

memiliki tingkat penjualan yang baik. Ketidakmampuan perusahaan

mempertahankan keseimbangan pendapatan dan biaya niscaya perusahaan akan


64

mengalami financial distress. Penelitian oleh Agustini dan Wirawati (2019)

menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap financial distress.

Selain itu penelitian oleh Syifaa Aulia Asmarani 2020 menyatakan bahwa

profitabiltas berpengaruh positif terhadap financial distress. Profitabilitas yang

tinggi menghasilkan laba yang besar sehingga operasional perusahaan berjalan baik

dan dengan model pengukuran Altman Z-Score mengarah ke atas atau positif,

sehingga semakin tinggi profitabilitas perusahaan akan berpengaruh positif

terhadap financial distress.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis likuiditas, leverage dan

profitabilitas untuk memprediksi Financial Distress pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021. Dalam penelitian ini

menggunakan analisis regeresi linear berganda. Variabel Dependen financial

distress diproksikan menggunakan rumus Altman Z-Scored. Berdasarkan hasil

analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka hasil kesimpulan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Hasil analisis pengaruh likuiditas menunjukkan bahwa hasil penelitian ini

berpengaruh positif terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021.

2) Hasil analisis pengaruh leverage menunjukkan bahwa hasil penelitian ini

berpengaruh positif terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021.

3) Hasil penelitian rasio profitabilitas menunjukkan bahwa hasil penelitian ini

berpengaruh positif terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka terdapat beberapa hal yang hendak

disarankan, diantaranya:

1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak perusahaan dalam

meminimalkan kondisi financial distress dengan memperhatikan likuiditas,

65
66

profitabilitas, leverage. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut maka

diharapkan perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangannya dalam

perusahaan agar terhindar dari financial distress.

2. Disarankan bagi investor yang ingin menginvestasikan sahamnya diharapkan

dengan melihat kondisi keuangan perusahaan terutama dari segi keuntungan

perusahaan dan hutang perusahaan.

3. Disarankan peneliti selanjutnya menambahkan variabel independen diluar

variabel yang diteliti, seperti good corporate governance, ukuran perusahaan,

dan lain-lain.

4. Disarankan peneliti selanjutnya untuk menggunakan perusahaan sektor yang

berbeda dan periode pengamatan yang lebih lama sehingga akan memberikan

jumlah sampel yang lebih besar agar memberikan kondisi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana dan Kristijadi, 2003. Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi
KondisiFinancialDistressPerusahaanManufakturyangTerdaftardiBursaEfek
Jakarta.JurnalAkuntansidanAuditingIndonesia(JAAI),Volume7Nomor2.
Agustin, A. L., DARMINTO, D., & HANDAYANI, S. R. (2013). Analisis rasio
keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan (Doctoral dissertation,
Brawijaya University)
Almilia, L. S., & Kristijadi, K. (2003). Analisis rasio keuangan untuk memprediksi
kondisi financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek
Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 7(2).
Asmarani, S. A., & Purbawati, D. (2020). Analisis Pengaruh Likuiditas, Leverage
dan Profitabilitas Terhadap Financial Distress (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI Pada
Periode Tahun 2014-2018). Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, 9(3), 369-379
Brigham dan Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 1 (edisi II).
Jakarta: Salemba Empat.
brigham,E.F dan Daves P.R. 2003. Intermediate Financial Management with
Thomson One. United States of America: Cengage South-Western
Carolina, V., Marpaung, E. I., & Pratama, D. (2018). Analisis Rasio Keuangan
untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2014-2015). Jurnal Akuntansi Maranatha, 9(2), 137–145.
Dr. Kasmir. (2015), Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers
Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.
Yogyakarta : CV. Andi Offset
Damajanti, A., Wulandari, H., & Rosyati, R. (2021). Pengaruh Rasio Keuangan.
Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Sektor Perdagangan Eceran
Bursa Efek Indonesia
Dwiyanti,Yulia. 2016. Kemampuan Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas dan
Profitabilitas sebagai Indikator Dalam Memprediksi Financial Distress.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Endang, K. (2018). The Effects Of Bank Soundness With The RGEC Approach (Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) Of Leverage And
Its Implications On Company’s Value Of State Bank In Indonesia For The
Period Of 2012-2016. IJER (International Journal of Economic Research),
15(11),4152\
Fahmi, Irham. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabet
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS
23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.(2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: PT Alfabet
Hanafi, 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE UGM
Hery. 2017. Kajian Riset Akuntansi. PT. Grasindo. Jakarta Pertumbuhan Ekspor
NonmigasIndonesiaTahun20152018.www.kemendag.go.id(https://www.ke
mendag.go.id/economic-profile/indonesia-eksport-import/growth-of-non-
oil-and-gas-export-sectoral)Diakses tanggal 9 juli 2019
Hantono. (2018). Konsep Analisa Laporan Keuangan dengan Pendekatan Rasio
dan SPSS, Sleman: Penerbit CV Budi Utama.
Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Edisi
7. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Kasmir 2014. Analisis Laporan Keuangan, cetakan ke-7. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Mas’ud, Imam dan Srengga, Reva Maymi. 2012. “Analisis Rasio Keuangan Untuk
Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Akuntansi UniversitasJember.
Mahaningrum, A. I. A., & Merkusiwati, N. K. L. A. (2020). Pengaruh rasio
keuangan pada financial distress. E-Jurnal Akuntansi, 30(8), 1969-1984
Platt, Harlan D. and Marjorie B. Platt. 2006. Comparing Financial Distress and
Bankruptcy.Review of Applied Economics 2(2)
Platt, H., dan M. B. Platt, 2002. “Predicting Financial Distress”. Journal of
Financial Service Professionals, 56: 12-15
Rohmadini, A. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas Dan Leverage Pengaruh
Profitabilitas, Likuiditas Dan leverage Terhadap Financial Distress (Studi
Pada Perusahaan Food & Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2016) (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya
ramani, Rr. (2007). Model Prediksi Financial Distress Perusahaan Go Public di
Indonesia (studi pada sector Manufacture). Jurnal Aplikasi
Manajemen.6(1):183-194.
Sugiyono Fathony, Muhammad Mufti, and Ihyaul Ulum.
"University’characteristics, accreditation status, and intellectual capital
disclosure: Evidence from Indonesia." International Journal of Economics
and Research 9.6 (2018): 23-36.
Sari dan Wuryana. 2005. “Manfaat Laba dan Arus Kas untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress pada Perusahaan Textile Mill Products dan Apparel and
Other Textile Products terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional
Akuntansi VIII, Solo, hal. 460-474.
Susyanti, J., & Mardani, R. M. (2017). Pengaruh premi, klaim, hasil underwriting,
investasi dan profitabilitas terhadap pertumbuhan aset pada perusahaan
asuransi jiwa syariah di Indonesia. Jurnal Ilmiah Riset Manajemen, 6(02).
Saputra, D. H., Munthe, I. L. S., & Sofia, M. (2017). Pengaruh Free Cash Flow,
Kebijakan Dividen, Struktur Aktiva, Blockholder Ownership, Pertumbuhan
Perusahaan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2015. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Finansial Indonesia, 1(1), 50-70.
syamsuddin., 2013., Manajemen Keuangan Perusahaan, PT Raja Grafindo
Persada,Jakarta
Susanti, N., Latifa, I., & Sunarsi, D. (2020). The Effects of Profitability, Leverage,
and Liquidity on Financial Distress on Retail Companies Listed on
Indonesian Stock Exchange. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik, 10(1),
45-52.
Stephanie, S., Lindawati, L., Suyanni, S., Christine, C., Oknesta, E., & Afiezan, A.
(2020). Pengaruh Likuiditas, leverage dan ukuran perusahaan terhadap
financial distress pada perusahaan properti dan perumahan. COSTING:
Journal of Economic, Business and Accounting, 3(2), 300-310
Simanjuntak, Christon dkk. 2017. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
FinancialDistress (Studi Perusahaan Transportasi yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2011-2015). Dalam e-proceeding of management,
Vol.2,No.2
Tasman, A., & Kurniawati, T. (2014). Prediksi kesulitan keuangan dan
kebangkrutan perusahaan sektor properti dan real estate dengan pendekatan
analisis multivariat diskriminan. Jurnal kajian manajemen bisnis, 3(1).
Utami, M. (2015). Pengaruh Aktivitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Perusahaan
Dalam Memprediksi Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2012). Jurnal Akuntansi,
3(1).
Uğurlu, M., & Aksoy, H. (2006). Prediction of corporate financial distress in an
emerging market: the case of Turkey. Cross Cultural Management: An
International Journal.
Wild, J. J., Subramanyam, K. R., & Halsey, R. F. (2007). Análisis de estados
financieros.
Lampiran 1

Data Perusahaan Sampel Penelitian

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

menjadi sampel dalam penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

NO. KODE NAMA IPO


1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 1997-06-11
2 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 2012-07-10
3 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk
4 CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk 2017-12-19
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
5 CEKA 1996-07-09
( d.h Cahaya Kalbar Tbk )
6 CLEO Sariguna Primatirta Tbk 2017-05-05
7 COCO Wahana Interfood Nusantara Tbk 2019-03-20
8 DLTA Delta Djakarta Tbk 1984-02-12
9 FOOD Sentra Food Indonesia Tbk 2019-01-08
10 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk 2018-10-10
11 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk 2017-06-22
12 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 2010-10-07
Inti Agri Resources Tbk
13 IIKP Inti Kapuas Arowana Tbk 2002-10-20
Inti Indah Karya Plasindo Tbk
14 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 1994-07-14
15 KEJU Mulia Boga Raya Tbk 2019-11-25
16 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 1994-01-17
17 MYOR Mayora Indah Tbk 1990-07-04
18 PANI Pratama Abadi Nusa Industri Tbk 2018-09-18
19 PCAR Prima Cakrawala Abadi Tbk 2017-12-29
20 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk 1994-10-18
21 PSGO Palma Serasih Tbk 2019-11-25
22 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk 2010-06-28
23 SKBM Sekar Bumi Tbk 1993-01-05
24 SKLT Sekar Laut Tbk 1993-09-08
25 STTP Siantar Top Tbk 1996-12-16
26 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 1990-07-02
Lampiran 2

Data Tabulasi

Financial
NO KODE TAHUN Likuiditas Leverage Probabilitas Distress
1 ACES 2018 0,179 5,985 0,243 10,818
2 PSDN 2018 0,031 1,102 2,133 1,193
3 IIKP 2018 -0,041 4,673 0,200 6,407
4 GOOD 2018 0,012 1,089 3,127 0,879
5 MYOR 2018 0,017 14,030 0,080 17,539
6 SKBM 2018 0,029 1,242 1,433 2,025
7 INDF 2018 -0,047 7,278 0,218 9,130
8 ULTJ 2018 -0,018 1,232 0,496 2,681
9 ACES 2019 0,189 7,261 0,224 11,371
10 PSDN 2019 0,028 0,896 2,678 0,350
11 IIKP 2019 -0,023 1,438 0,267 4,016
12 GOOD 2019 0,018 1,258 2,004 1,740
13 MYOR 2019 -0,017 10,287 0,089 15,562
14 SKBM 2019 0,035 1,313 1,178 2,468
15 INDF 2019 -0,009 0,714 0,795 0,194
16 ULTJ 2019 0,016 1,429 0,372 3,508
17 ACES 2020 0,176 7,023 0,262 10,517
18 PSDN 2020 0,012 0,884 3,172 0,041
19 IIKP 2020 -0,026 1,038 0,514 1,827
20 GOOD 2020 0,017 1,159 2,369 1,301
21 MYOR 2020 -0,005 9,181 0,108 13,703
22 SKBM 2020 0,039 1,324 1,394 2,475
23 INDF 2020 -0,006 0,648 1,189 -0,051
24 ULTJ 2020 -0,026 1,271 0,416 2,692
25 ACES 2021 0,183 6,491 0,256 10,724
26 PSDN 2021 0,030 1,150 2,684 1,280
27 IIKP 2021 0,007 1,207 0,714 1,724
28 GOOD 2021 0,015 1,237 1,981 1,632
29 MYOR 2021 0,011 8,403 0,117 12,874
30 SKBM 2021 0,070 1,299 1,628 2,735
31 INDF 2021 -0,034 0,645 1,543 -0,098
32 ULTJ 2021 -0,199 1,367 0,591 0,615
Lampiran 3 Hasil Olah SPSS

Hasil SPSS 23 Sebelum Outlier

STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics
Maximu Std.
N Minimum m Mean Deviation
Likuiditas 32 -,229 ,458 ,03541 ,107100
Leverage 32 ,012 14,030 2,63493 2,863428
Profitabilitas 32 -1,511 7,300 1,47014 1,521513
Valid N (listwise) 32

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 32
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 2,14395636
Most Extreme Differences Absolute ,165
Positive ,114
Negative -,165
Test Statistic ,165
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction
UJI MULTIKOLINIERITAS

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Toleranc
Model B Std. Error Beta e VIF
1 (Constant) -1,058 ,592
Likuiditas 16,781 2,425 ,343 ,974 1,027
Leverage 1,490 ,098 ,815 ,829 1,206
Profitabilitas ,077 ,199 ,022 ,717 1,395
a. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,992 ,389 7,695 ,000
Likuiditas -2,782 1,593 -,173 -1,747 ,085
Leverage -,123 ,065 -,205 -1,908 ,061
Profitabilitas -,543 ,131 -,481 -4,158 ,000
a. Dependent Variable: Abs_Re

UJI AUTOKORELASI

Adjusted R Std. Error of Durbin-


Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 ,912 ,832 ,820 2,219206 2,174
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Leverage, Profitabilitas
Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS
ANALISIS REGERESI LINEAR BERGANDA
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -1,058 ,592 -1,786 ,078
Likuiditas 16,781 2,425 ,343 6,921 ,000
Leverage 1,490 ,098 ,815 15,154 ,000
Profitabilitas ,077 ,199 ,022 ,388 ,699
a. Dependent Variable: FINANCIALDISTRESS

ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1377,041 5 275,408 311,295 ,000b
Residual 60,161 68 ,885
Total 1437,201 73
a. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS
Predictors: (Constant), Likuiditas, Leverage, Profitabilitas

KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 ,979 ,958 ,955 ,940594 1,959
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Leverage, Profitabilitas
b. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS
Hasil SPSS 23 Setelah Outlier
STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Likuiditas 30 -,229 ,458 ,03997 ,104560
Leverage 30 ,316 14,030 2,70581 2,868854
Profitabilitas 30 ,080 7,300 1,54941 1,461610
FINANCIAL DISTR
74 -4,063 17,989 4,29544 4,437081
ESS
Valid N (listwise) 74

UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean ,2711990
Std. Deviation 1,35931170
Most Extreme Differences Absolute ,072
Positive ,072
Negative -,070
Test Statistic ,072
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance
UJI MULTIKOLINIERITAS
Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1,358 ,285
Likuiditas 11,736 1,066 ,277 ,975 1,025
Leverage 1,261 ,044 ,815 ,774 1,291
Profitabilitas ,529 ,091 ,174 ,687 1,456
a. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS

Uji Glejser (Uji Awal)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,478 ,158 3,037 ,003
Likuiditas -,899 ,589 -,160 -1,526 ,132
Leverage ,100 ,024 ,488 4,157 ,000
Profitabilitas ,135 ,050 ,335 2,687 ,009
a. Dependent Variable: ABS_RES

UJI HETEROKEDASTISITAS (Uji Park)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,215 ,286 ,753 ,458
Likuiditas -,974 1,066 -,156 -,913 ,369
Leverage ,047 ,043 ,205 1,100 ,281
Profitabilitas ,121 ,074 ,311 1,632 ,114
a. Dependent Variable: LnU2i

Anda mungkin juga menyukai