Anda di halaman 1dari 27

1

PENGARUH RASIO KEUANGAN METODE ALTMAN


Z-SCORE DAN INTEREST COVERAGE RATIO
TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN
SEKTOR MIGAS TAHUN 2019-2021

Disusun Oleh:

Fadilla Eka Syahputeri Wijaya

20102129

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS INSTITUT ASIA


MALANG

2023

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman diiringi dengan kemajuan teknologi serta pergantian


siklus ekonomi, pula menimbulkan perubahan dalam dunia bisnis. Perubahan
tersebut berdampak pada persaingan yang dialami oleh seluruh pelaku dalam
dunia bisnis. Pelaku usaha harus selalu berinovasi untuk memuaskan konsumen.
Tingginya resiko kesulitan keuangan membuat analisis financial distress dalam
usaha menjadi hal yang sangat penting bagi banyak pihak.Pemahaman tentang
kondisi keuangan perusahaan menjadi pegangan dalam pengambilan keputusan
oleh pihak-pihak terkait.

Perusahaan sektor migas adalah industri yang berbisnis untuk mengangkat


cadangan minyak dan gas yang ada dibawah menuju ke permukaan. Kegiatan
industri migas digolongkan dalam 2 kegiatan inti yaitu kegiatan usaha hulu dan
kegiatan usaha hilir. Kegiatan usaha hulu Migas meliputi kegiatan eksplorasi,
pengembangan lapangan Migas, produksi/ eksploitasi, sedangkan kegiatan usaha
hilir terdiri dari kegiatan pengolahan, transportasi, dan pemasaran. Industri
minyak dan gas bumi berperan penting dalam ekonomi Indonesia, sebagai sumber
pendapatan untuk APBN dan sumber energi (khususnya BBM) untuk
menggerakkan berbagai sektor kehidupan di seluruh Indonesia.

UU No.22 Tahun 2001 tentang kewajiban perusahaan Migas memenuhi


kebutuhan dalam negeri bahwa minyak dan gas bumi merupakan sumber daya
alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh negara serta merupakan
komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peran
penting dalam perekonomian nasional sehingga harus dapat secara maksimal
memberika kemakmuran dan kesejahterahan rakyat.

3
Perusahaan migas telah membuat laporan keuangan untuk mengetahui
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan sama seperti perusahaan pada umumnya. Perusahaan
migas memiliki arus transaksi yang padat, sehingga penyusunan laporan keuangan
perusahaan menjadi salah satu agenda yang sangat penting. Perusahaan minyak
dan gas bumi termasuk kedalam sektor pertambangan yang merupakan salah satu
sumber pendapatan terbesar negara dan berhubungan langsung dengan regulasi
atau peraturan yang berlaku di Indonesia.

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan


pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut.

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang


menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dipakai oleh suatu entitas dalam
aktivitasnya untuk mencapai tujuan (Indra Bastian:2006) dalam Aninda Kariza
Putri:2015)

Informasi yang dihasilkan laporan keuangan akan sangat bermanfaat bagi


pengguna laporan keuangan apabila informasi tersebut disajikan secara tepat
waktu dan akurat. Tepat waktu didefenisikan sebagai suatu pemanfaatan informasi
oleh pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas atas
kemampuan untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, suatu informasi
dikatakan tidak relevan jika tidak disampaikan tepat waktu. Informasi terus
tersedia untuk pengambilan keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan
kesempatan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.

Sejalan dengan perekonomian Indonesia di tahun 2020, yang tidak


menentu dan mengalami ketidakpastian karena munculnya Covid-19,
mempengaruhi stabilitas ekonomi dan sistem keuangan. Guna menghindari
kenaikan permasalahan Covid-19, pemerintah sudah melaksanakan kebijakan

4
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang membatasi mobilitas dan
aktivitas ekonomi, yang menyebabkan kerentanan dan ketidakpastian di pasar
keuangan. Dengan terdapatnya imbas ekonomi akibat dari Covid-19, berefek pada
banyaknya perusahaan yang akhirnya mengalami financial distress.

Menurut Ningsih & Permatasari (2019), financial distress atau kesulitan


keuangan merupakan kondisi tidak terpenuhinya kewajiban perusahaan dan ini
merupakan awal dari kebangkrutan. Financial distress merujuk pada kemampuan
perusahaan dalam membayarkan utang jangka pendeknya dan keadaan dimana
suatu perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan berdampak pada
penurunan kinerja keuangan perusahaan yang mengarah pada kebangkrutan.

Kebangkrutan merupakan situasi dimana perusahaan mengalami kesulitan


untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Suatu perusahaan dituntut agar sedini
mungkin untuk melakukan berbagai analisis termasuk yang berkaitan dengan
analisis ke bangkrutan, sehingga perusahaan dapat mengidentifikasi tanda-tanda
kebangkrutan perusahaan. Suatu kebangkrutan perusahaan diawali dengan adanya
kondisi financial distress warning yang ditunjukkan dengan kondisi perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan dalam menghasilkan laba. Untuk
menganalisis potensi kebangkrutan suatu perusahaan, salah satu hal yang dapat
diupayakan ialah dengan dilakukannya analisis financial distress menggunakan
financial ratios. (Wahyu dan Doddy, 2009).

Salah satu cara bagi perusahaan untuk mempertahankan kinerja


keuangannya adalah dengan menganalisis laporan keuangannya. Melalui analisis
laporan keuangan, dapat melihat pergerakan tinggi dan rendahnya usaha pada
periode waktu lalu dan sekarang. Hasil analisis laporan keuangan memberikan
informasi tentang kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Dengan memahami
kelemahan tersebut, manajemen dapat memperbaiki atau menutupinya.
Kemudian, kekuatan perusahaan dapat dijadikan modal di masa depan untuk
dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Pada penelitian ini terdapat 6 perusahaan
sektor migas pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2019-2021.

5
Berbagai analisis dikembangkan untuk memprediksi awal
kebangkrutan perusahaan. Analisis yang banyak digunakan adalah analisis
diskriminan Altman dimana analisis ini mengacu rasio-rasio keuangan
perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara
suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan
menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan
atau memberi gambaran kepada analisis tentang baik buruknya keadaan atau
posisi keuangan suatu perusahaan terutama angka rasio itu dibanding rasio
pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2012:64).

Perkembangan dan pertumbuhan perusahaan sangat ditentukan dengan


kinerja keuangan. Rasio keuangan memgang peranan penting untuk menilai
tingkat kesehatan perusahaan. Pada tahun 2000, Edward I. Altman menulis versi
terbaru yang disebut model Z-Score Altman yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi perusahaan. Para investor dapat menggunakan model ini untuk
menentukan apakah akan membeli atau menjual saham tertentu jika mereka
khawatir dengan kekuatan finansial perusahaan.

Analisis Z-Score Altman mengkombinasikan beberapa rasio menjadi


model prediksi dengan teknik statistik yaitu analisis diskriminan yang digunakan
untuk memprediksi kabangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score.
Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar keuangan yang akan
menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan (Supardi dan
Mastuti, 2003:73).

6
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, untuk melakukan penelitian
kembali mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap finansial distress dengan
menggunakan sampel perusahaan sektor migas yang ada di Bursa Efek Indonesia
tahun 2019-2021. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Rasio Keuangan apa saja yang berpengaruh pada Finansial Distress?

2. Bagaimanakah analisis penggunaan Metode Altman (Z-score) dalam


memprediksi terjadinya financial distress pada Perusahaan Minyak Bumi dan
Gas (Migas) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2019-2021?

3.Bagaimanakah hasil dari analisis interest coverage rasio dalam memprediksi


terjadinya financial distress pada Perusahaan Minyak Bumi dan Gas (Migas)
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2019-2021?

7
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1.Untuk mengetahui dan menganalisis rasio-rasio dalam metode Altman Z-Score


(modifikasi).

2.Untuk mengetahui dan menganalisis hasil penerapan metode Altman Z-Score


dalam memprediksi financial distress.

3.Untuk mengetahui dan menganalisis interest coverage rasio yang dialami


perusahaan migas periode 2019-2021

1.4 Manfaat Penelitian

a. Penelitiaan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan

menambah wawasan.

b. Menambah ilmu dan memberi tambahan pengetahuan serta sebagai acuan

untuk penelitian berikutnya.

c. Sebagai penerapan ilmu dan teori yang telah diperoleh selama masa

perkuliahan.

d. Penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dan dijadikan

evaluasi oleh perusahaan.

e. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan masukan dan perbandingan

dengan hasil penelitian lainnya untuk menambah pengetahuan.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Laporan Keuangan

Laporan Keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan posisi keuangan


dari hasil suatu proses akuntansi selama periode tertentu yang digunakan sebagai alat
komunikasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan (Suteja;2018)

Laporan Keuangan perusahaan bertujuan untuk meringkaskan kegiatan dan hasil


dari kegiatan perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Laporan keuangan pada dasarnya adalah
hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
atau aktivitas perusahaan tersebut. (Munawir;2007)

Informasi dari laporan keuangan tersebut dijadikan pihak eksternal perusahaan


untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Jika laba yang diperoleh perusahaan nilainya lebih
tinggi dalam jangka waktu yang relatif lama, maka dapat dilihat bahwa perusahaan dapat
menjalankan kegiatan 14 operasi nya dengan baik. Hal ini juga mengindikasikan bahwa dari
nilai laba bersih yang diperoleh, perusahaan dapat melakukan pembagian deviden kepada
setiap investornya (Wahyuningtyas, 2010).

Di samping itu, dalam laporan keuangan dapat pula diketahui seberapa besar
aset, hutang, dan laba yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Apabila di dalam laporan keuangan
menunjukkan rasio hutang yang tinggi dibandingkan dengan harta yang dimiliki perusahaan,
maka mencerminkan bahwa perusahaan akan mempunyai kewajiban yang lebih besar di masa
mendatang yang harus dilunasi. Perusahaan bisa mempunyai rasio hutang yang besar
kemungkinan akibat dari kesalahan tindakan agent dalam pengelolaan perusahaan, atau yang
lebih buruk lagi agent secara sengaja melakukan tindakan yang hanya mementingkan dirinya
sendiri dan mengabaikan kepentingannya dengan principal. Dengan tingginya rasio hutang
yang dimiliki perusahaan, maka akan meningkatkan perusahaan tersebut terjebak dalam suatu
kesulitan keuangan atau financial distress (Arifin, 2007).

9
2. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah suatu proses yang penuh pertimbangan dalam
rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa
sekarang dan masa lalu, serta untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin
mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. (Thohari ;2015)

Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan


pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca
dan laporan laba rugi. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun,
seorang analis dapat mempelajari komposisi perubahan yang terjadi dan menentukan apakah
terdapat kenaikan atau penurunan kondisi keuangan dan kinerja keuangan selama waktu
tersebut.(Kasmir, 2013:72)

Analisis laporan keuangan merupakan analisis mengenai kondisi keuangan suatu


perusahaan yang melibatkan neraca dan laba rugi.(Harjito dan Martono ,2011:51)

Analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan


menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau
yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun non-
kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.(Harahap,2011:190)

Berdasarkan pendapat oleh beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan yang melibatkan
neraca dan laba rugi untuk mendapatkan informasi kondisi keuangan suatu perusahaan lebih
dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

10
3. Financial Distress

Platt (dalam Andre, 2013) menyatakan bahwa financial distress merupakan


tahapan penurunan kondisi keuangan suatu perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan. Salah
satu mengindikasikan kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan distress adalah
ketidakmampuan perusahaan dalam membiayai operasional usaha disebabkan minimnya
pemasukan dari produksi.

Menurut Fachrudin (2008), ada beberapa definisi kesulitan keuangan menurut


tipenya, antara lain sebagai berikut :

a. Economic Failure Economic Failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan di


mana pendapatan perusahaan tidak cukup untuk menutupi total biaya, termasuk cost of capital.
Bisnis ini masih dapat melanjutkan operasinya sepanjang kreditor bersedia menerima tingkat
pengembalian (rate of return) yang di bawah pasar.

b. Business Failure Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang dihentikan


aktivitas operasinya, dengan alasan mengalami kerugian.

c. Technical Insolvency Adapun sebuah perusahaan bisa dikatakan dalam keadaan


Technical Insolvency apabila suatu perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancarnya
ketika jatuh tempo. Ketidak mampuan membayar utang secara teknis menunjukkan bahwa
perusahaan sedang mengalami kekurangan likuiditas yang bersifat sementara, di mana jika
diberikan perpanjangan waktu, maka kemungkinan perusahaan bisa membayar utang dan
bunganya tersebut. Di sisi lain, apabila Technical Insolvency merupakan gejala awal kegagalan
ekonomi, ini mungkin bisa menjadi sebuah tanda awal menuju kebangkrutan.

d. Insolvency in Bankruptcy Insolvency in bankruptcy bisa terjadi di suatu


perusahaan apabila nilai buku utang perusahaan tersebut melebihi nilai pasar aset saat ini.
Kondisi ini bisa dianggap lebih serius jika dibandingkan dengan technical insolvency, karena
pada umumnya hal tersebut merupakan tanda kegagalan ekonomi, bahkan mengarah pada

11
likuidasi bisnis. Perusahaan yang sedang mengalami keadaan seperti ini tidak perlu terlibat
dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.

e. Legal Bankruptcy Perusahaan dapat dikatakan mengalami kebangkrutan secara


hukum apabila perusahaan tersebut mengajukan tuntutan secara resmi sesuai dengan undang-
undang yang berlaku.

Financial distress dapat disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal penyebab financial distress merupakan faktor yang timbul dari
dalam perusahaan, yang biasanya bersifat mikro. Faktor internal tersebut adalah :

a. Kredit yang diberikan kepada pelanggan terlalu besar Kebijakan perusahaan


yang dimaksudkan untuk meningkatkan volume penjualan adalah dengan melakukan penjualan
kredit, baik melalui saluran distribusi maupun langsung kepada pelanggan dengan persyaratan
mudah. Dalam jangka pendek, likuiditas akan terganggu karena tingginya investasi pada
piutang yang bisa berdampak kurang baik terhadap tujuan jangka panjang perusahaan.

b. Lemahnya kualifikasi sumber daya manusia Lemahnya kualifikasi sumber daya


manusia dalam hal keterampilan, keahlian, pengalaman, responsive, dan inisiatif dapat
menghambat tercapainya tujuan perusahaan. Terlebih jika fungsi pengendalian manajemen
lemah, maka akan mempercepat proses kesulitan keuangan.

c. Kekurangan modal kerja Hasil penjualan yang tidak memadai atau yang tidak
dapat menutup harga pokok penjualan dan beban operasional, secara terus-menerus akan
menyebabkan kekurangan modal kerja dan lebih lanjut mengarah pada kebangkrutan.

d. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan Rendahnya kualitas individu dari


pelaku di perusahaan dan kurangnya pengawasan yang baik memudahkan terjadinya
penyalahgunaan wewenang dan timbulnya kekurangan-kekurangan sehingga menimbulkan
suasana kerja yang tidak sehat dan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

12
2. Faktor eksternal

Faktor eskternal penyebab financial distress merupakan faktor yang timbul dari
luar perusahaan yang biasanya bersifat makro. Faktor eksternal dapat berupa:

a. Persaingan bisnis yang ketat.

b. Berkurangnya permintaan terhadap produk atau jasa yang dihasilkan

c. Turunnya harga jual secara terus menerus.

d. Kecelakaan atau bencana alam yang menimpa dan merugikan perusahaan


sehingga mempengaruhi jalannya aktivitas perusahaan.

4. Interest Coverage Rasio

Interest coverage ratio adalah rasio untuk mengukur kemampuan operasi


perusahaan menutupi beban keuangan atau beban bunga karena adanya pinjaman berbunga dari
pihak eksternal. Perhitungan interest coverage ratio adalah laba usaha atau EBITDA dibagi
dengan beban keuangan atau beban bunga. Interest coverage ratio dinyatakan dalam satuan kali
atau persentase (%). Semakin rendah ICR maka dapat dikatakan perusahaan memiliki
pembayaran hutang yang besar dan berdampak buruk pada keuangan perusahaannya. ICR yang
bagus adalah diatas 3 (>3). Berikut formula Interest Coverage Rasio

ICR= Laba Sebelum Pajak / Beban Bunga/Keuangan

5. Metode Altman Z-Score Modifikasi (1995)

Altman merevisi modelnya untuk dapat diterapkan pada perusahaan non


manufaktur dan perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang (emerging market). Dalam
Z-score modifikasi ini Altman mengeliminasi variable X5 (sales to total asset) karena rasio ini
sangat bervariatif pada industri dengan ukuran aset yang berbeda-beda.

Berikut persamaan Z-Score yang di modifikasi Altman (1995):

Z” = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4

13
Keterangan: Z” = financial distress index

X1 = working capital(net)/total asset

X2 = retained earnings / total asset

X3 = earning before interest and taxes/total asset

X4 = market value of equity/book value of total liabilities

Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z-Score
model Altman modifikasi yaitu:

a. Jika nilai Z<1,1 maka termasuk perusahaan yang mengalami financial distress.

b. Jika nilai 1,1<Z<2,6 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah
perusahaan tergolong sehat atau mengalami financial distress).

c. Jika nilai Z>2,6 maka termasuk perusahaan yang tidak mengalami financial
distress atau dalam keadaan sehat.

6. Rasio

Rasio keuangan kebanyakan digunakan untuk dianalisis dan selanjutnya menjadi


model prediksi kebangkrutan. Rasio keuangan dapat menggambarkan keadaan pada masa
lampau, sekarang, dan akan datang sebagai indikator yang sangat berguna dan bisa dihitung
dari laporan keuangan (Adi Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015).

Berdasarkan dari penelitian-penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk melihat


pengaruh beberapa rasio keuangan pada kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini akan menggunakan variabel yang
terdapat pada rasio Altman untuk melihat pengaruhnya terhadap kondisi financial distress
perusahaan sektor migas. Beberapa rasio-rasio keuangan yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:

a. Working Capital to Total Asset (WCTA)

Rasio Working Capital to Total Asset (WCTA) merupakan salah satu rasio
likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban-kewajiban

14
jangka pendeknya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja dengan Total asset (Adi
Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015).

Rasio Working capital to total asset merupakan ukuran asset lancar perusahaan
dengan total kapitalisasinya (Lakhsan, 2013). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan modal kerja bersih dari seluruh total asset yang dimilikinya. Modal kerja
ini digunakan untuk membiayai operasi perusahaan atau menanggulangi kesulitan-kesulitan
keuangan yang mungkin terjadi (Ida Fitriyah, 2013). Modal kerja yang besar menunjukkan
bahwa perusahaan mampu untuk menjalankan operasi perusahaan sehingga akan menurunkan
terjadinya financial distress (Adi Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015).

b. Market Value of Equity to Book Value Equity of Total Liability (MVETL)

Rasio Market Value of Equity to Book Value Equity of Total Liability


(MVETL) ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membiayai pendanaan dengan
menggunakan sumber dana untuk meningkatkan keuntungan pemegang saham dan pihak
eksternal.

Rasio yang tinggi menunjukkan proporsi pembiayaan hutang yang tinggi


dibandingkan pembiayaan ekuitas (Adi Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015). Leverage yang
tinggi akan meningkatkan pengembalian saat kondisi bisnis yang menguntungkan, dan
sebaliknya (Bernard Baimwera, 2014). Pengukuran ini menunjukkan berapa banyak penurunan
nilai asset perusahaan sebelum liabilitas melebihi asset sehingga terjadi kebangkrutan (Edward
I. Altman, 2000) dalam (Adi Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015).

c. Retained Earning to Total Asset (RETA)

Rasio Retained Earning to Total Asset (RETA) ini merupakan indikator yang
menunjukkan efisiensi manajemen dalam mengelola produksi, penjualan, administrasi, dan
aktivitas lainnya (Sarbapriya Ray, 2011).

Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa investasi sebagian besar 32 dibiayai


dari retained earnings dari pada ekuitas dan utang dari luar (Bernard Baimwera, 2014).

15
Perusahaan yang memiliki rasio yang tinggi juga menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut membiayai asetnya melalui labanya sehingga tidak menggunakan hutang
yang besar (Altman, 2000) dalam (Adi Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015).

Semakin tinggi rasio yang dihasilkan berarti perusahaan memiliki laba yang tinggi
untuk membiayai asetnya dan membayar deviden, sehingga akan menurunkan kemungkinan
terjadinya financial distress (Adi Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015).

d. Sales to Total Asset (SATA)

Rasio Sales to Total Asset (SATA) ini merupakan rasio keuangan standar yang
menggambarkan kemampuan asset perusahaan dalam menghasilkan penjualan (Edward I.
Altman, 2000) dalam (Adi Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015).

Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan asetnya secara


efisien untuk meningkatkan penjualan, dan sebaliknya. Kinerja keuangan dan profitabilitas
berfokus pada pendapatan penjualan (Sarbapriya Ray, 2011).

Rasio ini mengukur kemampuan manajemen untuk mengelola asetnya sehingga


dapat meningkatkan penjualan (Adi Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015).

16
7. Penelitian Terdahulu

Judul dan Penulis Indikator Hasil


Analisis Model Altman Untuk WCTA,RETA,MVBV,EBITTA, WCTA berpengaruh signifikan
Memprediksi Kebangkrutan STA terhadap finansial
(Novia,Susanto Salim,2019) distress.RETA,MVBV,EBITTA
tidak berpengaruh signifikan
terhadap finansial distress.
PengaruhRasio Altman Terhadap WCTA,RETA,MVBV,EBITTA WCTA dan EBITTA
Financial Distress berpengaruh signifikan terhadap
(Hikmah,Sri Afridola,2018) finansial distress.RETA dan
MVBV tidak berpengaruh
signifikan terhadap finansial
distress.
Analisis Pengaruh Rasio WCTA,RETA,MVBV,EBITTA WCTA,EBITTA,MVBV
Keuangan Terhadap Potensi berpengaruh signifikan terhadap
Terjadinya Finansial Distress finansial distress. RETA tidak
(Jurnal Bisnis Manajemen dan berpengaruh signifikan terhadap
Informatika,2020) finansial distress.
Pengaruh Finansial Rasio,Good WCTA,RETA,EBITTA,MVBV, WCTA,RETA,EBITTA
Corporate,dan Ukuran STA berpengaruh signifikan terhadap
Perusahaan Terhadap Financial finansial distress. STA tidak
Distress Pada Perusahaan Yang berpengaruh signifikan terhadap
Terdaftar di Jakarta Islamic finansial distress.
Indeks Tahun 2018
(AlfitraAfif Ramadhan,Skripsi

17
2019)

Analisis Prediksi Financial WCTA,RETA,EBITTA,MVBV, WCTA,RETA,EBITTA


Distress Menggunakan Model STA berpengaruh signifikan terhadap
Altman Z-Score Pada finansial distress. MVBV dan
Perusahaan Ritel Tahun 2019- STA tidak berpengaruh
2020 signifikan terhadap finansial
(Jurnal Keuangan Dan distress.
Bisnis,Vol 9 No.2,2021 Halaman
132-144)

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif,yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuat gambar atau
deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif yang menggunakan angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dan
hasilnya.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah suatu wilayah yang sifatnya general yang terdiri dari subjek
ataupun objek dengan karaktersitik tertentu.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar


pada Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak dalam subsektor
minyak dan gas bumi periode 2019-2021 yang berjumlah 37 perusahaan.

3.2.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode


pengambilan purposive Sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti
untuk sampling sebagai berikut:

a) Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019-2021

b) Perusahaan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel yang


digunakan dalam penelitian ini.

19
c) Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.

Berdasarkan kriteria tersebut maka perusahaan yang menjadi sampel dalam


penelitian ini yang memenuhi kriteria diatas sebanyak 6 perusahaan

NO. KETERANGAN JUMLAH PERUSAHAAN


1 Perusahaan Minyak dan Gas Bumi yang terdaftar di 37
Bursa Efek Indonesia 2022
Total yang dijadikan sampel 6
Total sampel selama 3 tahun 18
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan adalah data sekunder berupa laporan keuangan
perusahaan sektor migas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2019-2021.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data sekunder didapatkan dengan metode time series analysis yaitu
penelitian yang lebih menekankan pada data rentetan waktu. (Jumingan 2014)
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahunan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menggunakan teknik pengumpulan data time series. Data time series adalah data yang
dikumpulkan dari waktu ke waktu. Penelitian ini menggunakan data berbentuk tahunan
selama tahun 2019 sampai dengan tahun 2021. Laporan keuangan adalah data yang
dijadikan objek pada penelitian ini.

20
3.5 Kerangka Konsep

3.6 Definisi Operasional Variabel

X1 = WC/TA (Working Capita to Total Asset)

Variabel ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi


kewajiban jangka pendeknya dan untuk mengukur tingkat likuiditas aktiva
perusahaan. (Hanafi;2008)

X2 = Market Value of Equity/Book Value of Total Liabilities

Variabel dalam rasio profitabilitas ini berfungsi untuk mengukur tingkat


produktivitas asset perusahaan dalam menghasilkan laba dan aktiva.
(Hanafi;2008)

X3 = Interest Coverage Rasio

Interest coverage ratio adalah rasio untuk mengukur kemampuan operasi


perusahaan menutupi beban keuangan atau beban bunga karena adanya pinjaman
berbunga dari pihak eksternal. Perhitungan interest coverage ratio adalah laba

21
usaha atau EBITDA dibagi dengan beban keuangan atau beban bunga. Interest
coverage ratio dinyatakan dalam satuan kali atau persentase (%). Semakin rendah
ICR maka dapat dikatakan perusahaan memiliki pembayaran hutang yang besar
dan berdampak buruk pada keuangan perusahaannya. ICR yang bagus adalah
diatas 3 (>3).

3.7 Perumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian, dimana pada rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis ini merupakan jawaban sementara
didasarkan pada teori yang relevan dan sifatnya masih lemah karna belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang dikumpulkan melalui data (Sugiyono,
2008).

Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian terdahulu, dan kerangka


pemikiran mengenai pengaruh financial ratio terhadap financial distress maka
hipotesis yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut :

3.7.1 Hubungan Working Capital to Total Assets (WCTA) terhadap


kondisi Financial Distress.

Net Working Capital atau Modal kerja bersih diperoleh dari perhitungan aktiva
lancar dikurangi kewajiban lancar, kedua elemen ini dapat ditemui di neraca.
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja
bersih dari semua total asetnya. , menurut Kamal (2010) jika rasionya positif
pengaruhnya terhadap kesulitan keuangan perusahaan tidak ada kesulitan
keuangan. Hipotesis ini menggunakan rasio yang bertujuan untuk mengukur
jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan kewajiban lancar perusahaan untuk
memprediksi kebangkrutan. Modal Kerja setiap tahun telah meningkatkan nilai
bebas dari Financial Distress lebih tinggi. Ini karena perusahaan mampu
menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan kerja aktiva lancar modal bersih
lebih besar dari pada hutang lancar. Semakin tinggi nilai rasio WCTA maka
kemungkinan perusahaan bebas dari Financial Distress yang lebih tinggi. Dari

22
hubungan antara Variabel maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut :

H1 = Working Capital to Total Assets (WCTA) berpengaruh terhadap


kondisi Financial distress.

3.7.2 Hubungan Market Value of Equity to Book Value of Total Debt


(MVTL) terhadap kondisi Finansial Distress

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membiayai pendanaan


dengan menggunakan sumber dana untuk meningkatkan keuntungan pemegang
saham dan pihak eksternal. Rasio yang tinggi menunjukkan proporsi pembiayaan
hutang yang tinggi dibandingkan pembiayaan ekuitas. Leverage yang tinggi akan
meningkatkan pengembalian saat kondisi bisnis yang menguntungkan, dan
sebaliknya (Bernard Baimwera, 2014).

Pengukuran ini menunjukkan berapa banyak penurunan nilai asset perusahaan


sebelum liabilitas melebihi asset sehingga terjadi kebangkrutan (Edward I.
Altman, 2000).Semakin rendah rasio ini mencerminkan semakin kecilnya
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya yang
berasal dari modal sendiri, sehingga akan meningkatkan kemungkinan perusahaan
mengalami kondisi financial distress.

Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan hipotesis yang kedua, yaitu:

H2: market value of equity tobook value of total liability (MVTL)


berpengaruh terhadap kondisi Financial distress.

23
3.7.3 Hubungan Interest Coverage Rasio (ICR) terhadap kondisi Finansial
Distress

Rasio ini menunjukkan sejauh mana laba operasi dapat mengalami penurunan
sebelum perusahaan tidak mampu memenuhi biaya bunga tahunannya. Data
kuantitatif perhitungan ini didasarkan pada laporan keuangan tahunan perusahaan
sektor migas di Bursa Efek Indonesia periode 2019 - 2021.Satuan pengukuran
Interest Coverage Ratio adalah dalam kali (x) atau persen (%).

Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan hipotesis yang ketiga, yaitu:

H3: Interest Coverage Ratio berpengaruh terhadap kondisi Financial


distress.

24
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Akuntansi Manajerial Publikasi oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis ISSN
(E): 2502-6704 Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Vol. 2, No. 2, Juli-Desember
2017: 1-14
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 5, Mei 2016ISSN : 2461-
0593
Kety Setya Mirani. 2019. “Pengaruh working capital to total asset (wcta), market
value of equity to book value of total liability (mvetl), retained earning to total
asset (reta), sales to total asset (sata), dan proporsi dewan komisaris independen
terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa
efek indonesia”. Skripsi UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
Hikmah , Sri Afridola. 2019. “Pengaruh Rasio Keuangan Altman Z-Score
terhadap Financial Distres pada PT. CITRA TUBINDO, Tbk”. Juripol Vol.2 No.1
2019. Universitas Putera Batam
Novia dan Susanto Salim. 2019. “Analisis Model Altman Untuk Memprediksi
Kebangkrutan Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman”. Program studi
Akuntansi. Jurnal Multiparadigma Akuntansi, Volume I No. 3/2019
Alfitra Afif Ramadhan. 2018.” Pengaruh financial ratio (wcta, reta, ebit, bvoe),
good corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap terjadinya financial
distress pada perusahaan yang terdaftar di jakarta islamic index tahun 2015-
2018”. Skripsi. Program Studi Akuntansi. Universital Islam Negeri Sultan syarif kasim
Riau.

Aryani Intan Endah Rahmawati, P. Basuki Hadiprajitno. 2020. “Analisis Rasio


Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2013”. Diponegoro Journal
Of Accounting. Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-11 ISSN (Online):
2337-3806.
Yuanita, Ika. 2010. “Prediksi Financial Distress Dalam Industri Textile dan
Garment”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-
3687 hal 101-119.

25
Firda Haisimadina Ramadhani. 2019.”Analisis Prediksi Financial Distress
Menggunakan Model Altman Z-score Dan Model Springate Pada Perusahaan
Sub Sektor Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Ilmiah. Program Studi Akuntansi. Universitas Brawijaya.

Wongsosudono, Corinna dan Chrissa. 2013. “Analisis Rasio Keuangan untuk


Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Bina Akuntansi IBBI, Volume 19
No.2 Juni 2013.
Pranowo, Koes, dkk.. 2010. “Determinant of Corporate Financial Distress in an
Emerging Market Economy: Empirical Evidence from the Indonesian Stock
Exchange 2004-2008”. International Research Journal of Finance and Economics.
Purwanti, Yulia. 2005. “Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi
Keuangan Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas
Islam Indonesia.
Munawir. 1999. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta.
Neuman, W. Lawrence. 2018. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Indeks.
Evanny Indri Hapsari.2012. “Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur di BEI”. Jurnal dinamika
manajemen,Vol 3.No. 2. Pp: 101-109.
https://repository.uir.ac.id/104/1/bab1.pdf
https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jb/article/download/4305/2258
w.neliti.com/publications/206646/analisis-penggunaan-metode-altman-z-score-
dalam-memprediksi-terjadinya-financial
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16456/05.2%20bab
%202.pdf?sequence=6&isAllowed=y
https://kemlu.go.id/portal/id/read/1293/berita/dampak-covid-19-terhadap-industri
migas-dibahas-kjri-houston-bersama-pakar-energi

26
27

Anda mungkin juga menyukai