Disusun Oleh:
20102129
2023
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Perusahaan migas telah membuat laporan keuangan untuk mengetahui
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan sama seperti perusahaan pada umumnya. Perusahaan
migas memiliki arus transaksi yang padat, sehingga penyusunan laporan keuangan
perusahaan menjadi salah satu agenda yang sangat penting. Perusahaan minyak
dan gas bumi termasuk kedalam sektor pertambangan yang merupakan salah satu
sumber pendapatan terbesar negara dan berhubungan langsung dengan regulasi
atau peraturan yang berlaku di Indonesia.
4
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang membatasi mobilitas dan
aktivitas ekonomi, yang menyebabkan kerentanan dan ketidakpastian di pasar
keuangan. Dengan terdapatnya imbas ekonomi akibat dari Covid-19, berefek pada
banyaknya perusahaan yang akhirnya mengalami financial distress.
5
Berbagai analisis dikembangkan untuk memprediksi awal
kebangkrutan perusahaan. Analisis yang banyak digunakan adalah analisis
diskriminan Altman dimana analisis ini mengacu rasio-rasio keuangan
perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara
suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan
menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan
atau memberi gambaran kepada analisis tentang baik buruknya keadaan atau
posisi keuangan suatu perusahaan terutama angka rasio itu dibanding rasio
pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2012:64).
6
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, untuk melakukan penelitian
kembali mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap finansial distress dengan
menggunakan sampel perusahaan sektor migas yang ada di Bursa Efek Indonesia
tahun 2019-2021. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
7
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
menambah wawasan.
c. Sebagai penerapan ilmu dan teori yang telah diperoleh selama masa
perkuliahan.
e. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan masukan dan perbandingan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Laporan Keuangan
Di samping itu, dalam laporan keuangan dapat pula diketahui seberapa besar
aset, hutang, dan laba yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Apabila di dalam laporan keuangan
menunjukkan rasio hutang yang tinggi dibandingkan dengan harta yang dimiliki perusahaan,
maka mencerminkan bahwa perusahaan akan mempunyai kewajiban yang lebih besar di masa
mendatang yang harus dilunasi. Perusahaan bisa mempunyai rasio hutang yang besar
kemungkinan akibat dari kesalahan tindakan agent dalam pengelolaan perusahaan, atau yang
lebih buruk lagi agent secara sengaja melakukan tindakan yang hanya mementingkan dirinya
sendiri dan mengabaikan kepentingannya dengan principal. Dengan tingginya rasio hutang
yang dimiliki perusahaan, maka akan meningkatkan perusahaan tersebut terjebak dalam suatu
kesulitan keuangan atau financial distress (Arifin, 2007).
9
2. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses yang penuh pertimbangan dalam
rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa
sekarang dan masa lalu, serta untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin
mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. (Thohari ;2015)
Berdasarkan pendapat oleh beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan yang melibatkan
neraca dan laba rugi untuk mendapatkan informasi kondisi keuangan suatu perusahaan lebih
dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
10
3. Financial Distress
11
likuidasi bisnis. Perusahaan yang sedang mengalami keadaan seperti ini tidak perlu terlibat
dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.
Financial distress dapat disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor internal
Faktor internal penyebab financial distress merupakan faktor yang timbul dari
dalam perusahaan, yang biasanya bersifat mikro. Faktor internal tersebut adalah :
c. Kekurangan modal kerja Hasil penjualan yang tidak memadai atau yang tidak
dapat menutup harga pokok penjualan dan beban operasional, secara terus-menerus akan
menyebabkan kekurangan modal kerja dan lebih lanjut mengarah pada kebangkrutan.
12
2. Faktor eksternal
Faktor eskternal penyebab financial distress merupakan faktor yang timbul dari
luar perusahaan yang biasanya bersifat makro. Faktor eksternal dapat berupa:
13
Keterangan: Z” = financial distress index
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z-Score
model Altman modifikasi yaitu:
a. Jika nilai Z<1,1 maka termasuk perusahaan yang mengalami financial distress.
b. Jika nilai 1,1<Z<2,6 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah
perusahaan tergolong sehat atau mengalami financial distress).
c. Jika nilai Z>2,6 maka termasuk perusahaan yang tidak mengalami financial
distress atau dalam keadaan sehat.
6. Rasio
Rasio Working Capital to Total Asset (WCTA) merupakan salah satu rasio
likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban-kewajiban
14
jangka pendeknya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja dengan Total asset (Adi
Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015).
Rasio Working capital to total asset merupakan ukuran asset lancar perusahaan
dengan total kapitalisasinya (Lakhsan, 2013). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan modal kerja bersih dari seluruh total asset yang dimilikinya. Modal kerja
ini digunakan untuk membiayai operasi perusahaan atau menanggulangi kesulitan-kesulitan
keuangan yang mungkin terjadi (Ida Fitriyah, 2013). Modal kerja yang besar menunjukkan
bahwa perusahaan mampu untuk menjalankan operasi perusahaan sehingga akan menurunkan
terjadinya financial distress (Adi Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015).
Rasio Retained Earning to Total Asset (RETA) ini merupakan indikator yang
menunjukkan efisiensi manajemen dalam mengelola produksi, penjualan, administrasi, dan
aktivitas lainnya (Sarbapriya Ray, 2011).
15
Perusahaan yang memiliki rasio yang tinggi juga menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut membiayai asetnya melalui labanya sehingga tidak menggunakan hutang
yang besar (Altman, 2000) dalam (Adi Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015).
Semakin tinggi rasio yang dihasilkan berarti perusahaan memiliki laba yang tinggi
untuk membiayai asetnya dan membayar deviden, sehingga akan menurunkan kemungkinan
terjadinya financial distress (Adi Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015).
Rasio Sales to Total Asset (SATA) ini merupakan rasio keuangan standar yang
menggambarkan kemampuan asset perusahaan dalam menghasilkan penjualan (Edward I.
Altman, 2000) dalam (Adi Suyatmin dan Rahmawati Endah, 2015).
16
7. Penelitian Terdahulu
17
2019)
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1 Populasi
Populasi adalah suatu wilayah yang sifatnya general yang terdiri dari subjek
ataupun objek dengan karaktersitik tertentu.
3.2.2 Sampel
19
c) Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.
Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan adalah data sekunder berupa laporan keuangan
perusahaan sektor migas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2019-2021.
Sumber data sekunder didapatkan dengan metode time series analysis yaitu
penelitian yang lebih menekankan pada data rentetan waktu. (Jumingan 2014)
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahunan.
Menggunakan teknik pengumpulan data time series. Data time series adalah data yang
dikumpulkan dari waktu ke waktu. Penelitian ini menggunakan data berbentuk tahunan
selama tahun 2019 sampai dengan tahun 2021. Laporan keuangan adalah data yang
dijadikan objek pada penelitian ini.
20
3.5 Kerangka Konsep
21
usaha atau EBITDA dibagi dengan beban keuangan atau beban bunga. Interest
coverage ratio dinyatakan dalam satuan kali atau persentase (%). Semakin rendah
ICR maka dapat dikatakan perusahaan memiliki pembayaran hutang yang besar
dan berdampak buruk pada keuangan perusahaannya. ICR yang bagus adalah
diatas 3 (>3).
Net Working Capital atau Modal kerja bersih diperoleh dari perhitungan aktiva
lancar dikurangi kewajiban lancar, kedua elemen ini dapat ditemui di neraca.
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja
bersih dari semua total asetnya. , menurut Kamal (2010) jika rasionya positif
pengaruhnya terhadap kesulitan keuangan perusahaan tidak ada kesulitan
keuangan. Hipotesis ini menggunakan rasio yang bertujuan untuk mengukur
jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan kewajiban lancar perusahaan untuk
memprediksi kebangkrutan. Modal Kerja setiap tahun telah meningkatkan nilai
bebas dari Financial Distress lebih tinggi. Ini karena perusahaan mampu
menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan kerja aktiva lancar modal bersih
lebih besar dari pada hutang lancar. Semakin tinggi nilai rasio WCTA maka
kemungkinan perusahaan bebas dari Financial Distress yang lebih tinggi. Dari
22
hubungan antara Variabel maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut :
23
3.7.3 Hubungan Interest Coverage Rasio (ICR) terhadap kondisi Finansial
Distress
Rasio ini menunjukkan sejauh mana laba operasi dapat mengalami penurunan
sebelum perusahaan tidak mampu memenuhi biaya bunga tahunannya. Data
kuantitatif perhitungan ini didasarkan pada laporan keuangan tahunan perusahaan
sektor migas di Bursa Efek Indonesia periode 2019 - 2021.Satuan pengukuran
Interest Coverage Ratio adalah dalam kali (x) atau persen (%).
24
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Akuntansi Manajerial Publikasi oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis ISSN
(E): 2502-6704 Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Vol. 2, No. 2, Juli-Desember
2017: 1-14
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 5, Mei 2016ISSN : 2461-
0593
Kety Setya Mirani. 2019. “Pengaruh working capital to total asset (wcta), market
value of equity to book value of total liability (mvetl), retained earning to total
asset (reta), sales to total asset (sata), dan proporsi dewan komisaris independen
terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa
efek indonesia”. Skripsi UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
Hikmah , Sri Afridola. 2019. “Pengaruh Rasio Keuangan Altman Z-Score
terhadap Financial Distres pada PT. CITRA TUBINDO, Tbk”. Juripol Vol.2 No.1
2019. Universitas Putera Batam
Novia dan Susanto Salim. 2019. “Analisis Model Altman Untuk Memprediksi
Kebangkrutan Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman”. Program studi
Akuntansi. Jurnal Multiparadigma Akuntansi, Volume I No. 3/2019
Alfitra Afif Ramadhan. 2018.” Pengaruh financial ratio (wcta, reta, ebit, bvoe),
good corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap terjadinya financial
distress pada perusahaan yang terdaftar di jakarta islamic index tahun 2015-
2018”. Skripsi. Program Studi Akuntansi. Universital Islam Negeri Sultan syarif kasim
Riau.
25
Firda Haisimadina Ramadhani. 2019.”Analisis Prediksi Financial Distress
Menggunakan Model Altman Z-score Dan Model Springate Pada Perusahaan
Sub Sektor Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Ilmiah. Program Studi Akuntansi. Universitas Brawijaya.
26
27