Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya

mengolah bahan mentah menjadi barang jadi yang kemudian siap dijual kepada

konsumen. Penyusunan laporan keuangan perusahaan manufaktur tergolong dalam

penyusunan laporan keuangan yang rumit dibandingkan dengan perusahaan jasa

dan perusahaan dagang, dimana untuk perusahaan jasa dan perusahaan dagang

kegiatan utamanya hanya melayani dan proses jual beli. Berbeda dengan

perusahaan manufaktur, banyak proses yang dilakukan dalam kegiatan

operasionalnya, berkaitan dengan hal ini tentunya dibutuhkan sebuah laporan

keuangan yang terperinci. Dalam hal ini, perusahaan manufaktur yang masih

tergolong Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) harus mampu menyusun

laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, agar dapat

memberikan informasi keuangan perusahaan secara andal sehingga usahanya

dapat berkembang.

Penyusunan laporan keuangan UMKM saat ini sudah memiliki Standar

Akuntansi Keuangan sendiri yaitu Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro,

Kecil, dan Menengah (SAK EMKM), setelah sebelumnya UMKM dalam

penyusunan laporan keuangan mengikuti Standar Akuntansi Keuangan Entitas

Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). SAK EMKM mulai berlaku efektif

untuk usaha skala kecil sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan

1
2

pada 1 Januari 2018. Laporan keuangan juga dapat menjadi tolak ukur bagi

pemilik dalam memperhitungkan keuntungan yang diperoleh, mengetahui berapa

tambahan modal yang diperoleh, mengetahui berapa tambahan modal yang

dicapai, dan mengetahui bagaimana keseimbangan hak dan kewajiban yang

dimiliki. Setiap keputusan yang diambil oleh pemilik dalam mengembangkan

usahanya akan didasarkan pada kondisi keuangan yang dilaporkan secara lengkap

bukan hanya didasarkan pada laba semata, oleh sebab itu laporan keuangan sangat

bermanfaat bagi pengambilan keputusan oleh pemilik atau pihak internal.

Semakin berkembangnya usaha, menuntut UMKM untuk berhubungan dengan

pihak eksternal. Menurut Rudianto (2012:5) kebutuhan akan informasi yang

berkaitan dengan aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan tidak hanya muncul

dari pihak internal perusahaan, tetapi juga muncul dari pihak eksternal

perusahaan, seperti kreditor, pemerintah, calon investor, pemegang saham,

pemasok, dan lain-lain. Misalnya untuk berhubungan dengan pihak kreditor

seperti bank/lembaga keuangan lainnya. Pihak bank/lembaga keuangan tersebut

biasanya akan mensyaratkan laporan keuangan untuk menilai kelayakan kredit

UMKM. Mayoritas UMKM di Indonesia sulit mendapatkan akses ke perbankan

dan sumber pendanaan lainnya. Kondisi ini terjadi karena UMKM tidak memiliki

laporan keuangan yang memadai dan sesuai dengan standar yang berlaku di

industri keuangan.

UD Praktis merupakan perusahaan manufaktur, yang bergerak di bidang

produksi sepatu maupun sendal, serta memproduksi beberapa tas, jaket, ikat

pinggang yang terbuat dari kulit. UD Praktis saat ini belum melakukan pencatatan
3

laporan keuangan sama sekali, tetapi laporan yang disajikan hanya mengenai

pencatatan kas masuk dan kas keluar yang terjadi setiap melakukan transaksi,

sehingga tidak diketahui informasi yang akurat tentang keadaan finansial

perusahaan dan kemungkinan terjadi kesalahan cukup besar. Dilihat dari

permasalahan yang dihadapi perusahaan, dapat diketahui bahwa penyebab utama

dari permasalahan tersebut adalah perusahaan tidak melakukan pencatatan laporan

keuangan. Oleh karena itu, perusahaan akan mengalami kesulitan dalam membuat

berbagai keputusan, sebab informasi keuangan yang tersedia sangat terbatas.

Melihat uraian di atas maka penulis tertarik mencoba untuk mengolah data

transaksi perusahaan tersebut hingga menghasilkan suatu laporan keuangan yang

lebih tepat dan akurat sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku saat ini.

Penelitian yang akan dilakukan untuk penyusunan Tugas Akhir berjudul

“PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA UD PRAKTIS

BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS

MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (SAK EMKM)”

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti dalam Tugas Akhir didasari

atas kesimpulan dari uraian latar belakang di atas. Adapun rumusan masalah pada

proposal ini adalah “Bagaimana penyusunan laporan keuangan pada UD Praktis

berdasarkan SAK EMKM periode 2018 dan 2019? ”

1.3. Batasan Masalah

Agar masalah yang dibahas tidak menyimpang dari tujuan, maka perlu

dibuat suatu batasan masalah, yaitu :


4

a. Bukti transaksi periode 2018 dan 2019

b. Laporan Harga Pokok Produksi

c. Laporan Posisi Keuangan

d. Laporan Laba Rugi

e. Catatan Atas Laporan Keuangan

1.4. Tujuan Penelitian

Adanya latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian

ini untuk mencapai yang diharapkan peneliti. Adapun tujuan yang ingin dicapai

oleh peneliti adalah untuk “menyusun laporan keuangan pada UD Praktis

berdasarkan SAK EMKM periode 2018 dan 2019.”

1.5. Manfaat Penelitian

Adanya tujuan yang sudah dijabarkan maka dapat mendatangkan manfaat

bagi beberapa pihak. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Penelitian dalam penyusunan proposal ini bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan wawasan dalam dunia industri, membuat suatu sistem

yang bermanfaat sehingga dapat dipraktekkan dalam dunia industri, serta

sebagai syarat kelulusan.

2. Bagi Politeknik Negeri Madiun

a. Sebagai bahan referensi bagi rekan-rekan yang akan melakukan

penelitian yang sejenis khususnya bagi jurusan komputer akuntansi

guna perkembangan ilmiah yang akan datang.


5

b. Sebagai bahan bacaan khususnya bagi mahasiswa jurusan komputer

akuntansi dalam memperbanyak pengetahuan dan perbandingan

pembuatan karya ilmiah selanjutnya.

c. Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dimasa yang akan

datang, serta dapat menambah kepustakaan dalam ilmu akuntansi

penyusunan laporan keuangan.

3. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam penyusunan

laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku (SAK

EMKM), dengan laporan keuangan diharapkan para pemilik dapat

mengevaluasi usahanya dan menggunakan informasi laporan keuangan

sebagai dasar pengambilan keputusan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Laporan Keuangan

2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan

Hery (2014:13) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan produk

akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis.

Laporan keuangan ini berfungsi sebagai alat informasi yang menghubungkan

perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi

kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan. Fahmi (2012:2)

menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan suatu informasi yang

menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi

tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.

Samryn (2011:30) menyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri dari

neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan modal, dan catatan

atas laporan keuangan. Tiap laporan keuangan saling berhubungan antara satu

dengan yang lainnya.

Pengertian-pengertian di atas menunjukkan bahwa, laporan keuangan

adalah wujud ringkas suatu proses tentang informasi keuangan entitas. Manajer

perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan, pelaporan, dan penyajian laporan

keuangan perusahaan. Laporan keuangan menjadi media informasi yang

dibutuhkan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan.

6
7

2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

SAK EMKM (2016 paragraf 2.1) Tujuan laporan keuangan adalah untuk

menyediakan informasi posisi keuangan dan kinerja suatu entitas yang bermanfaat

bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik oleh

siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk

memenuhi kebutuhan informasi tersebut. Pengguna tersebut meliputi penyedia

sumber daya bagi entitas, seperti kreditor maupun investor. Dalam memenuhi

tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban manajemen

atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Fahmi (2012:24) menyatakan tujuan laporan keuangan secara umum ada

empat yaitu :

a. Untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang

kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter.

b. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pembuat keputusan bisnis

dan ekonomis oleh investor yang ada dan yang profesional, kreditur,

manajemen, pemerintah, dan pengguna lainnya.

c. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakai dalan pengambilan keputusan ekonomi.

d. Memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja perubahan ekuitas,

arus kas dan informasi lainnya.

Pengertian-pengertian di atas menunjukkan bahwa, tujuan laporan keuangan

adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja


8

perusahaan, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang digunakan

dalam pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan.

2.2. Laporan Perusahaan Manufaktur

2.2.1. Laporan Harga Pokok Produksi

Bahri (2016:370) menyatakan laporan harga pokok produksi menunjukkan

jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk pada periode pelaporan.

Laporan harga pokok produksi menyimpulkan tentang jumlah biaya yang melekat

pada produk yang dihasilkan. Laporan inilah yang membedakan dengan jenis

perusahaan dagang.

Bahri (2016:370) juga menyatakan laporan harga pokok produksi

memberikan informasi mengenai biaya-biaya tersebut dan pada dasarnya terkait

dengan persediaan barang dalam proses dan biaya produksi. Biaya produksi

tersebut untuk proses produksi lebih lanjut atas barang dalam proses yang belum

terselesaikan pada tahun sebelumnya dan atau biaya proses produksi pada tahun

tersebut.

2.2.2. Laporan Harga Pokok Penjualan

Bahri (2016:371) menyatakan laporan beban pokok penjualan adalah

laporan harga pokok dari barang jadi yang terjual selama satu periode pelaporan.

Beban pokok penjualan adalah persediaan barang jadi awal periode ditambah

dengan harga pokok produksi dan dikurangi persediaan barang jadi akhir periode.
9

2.3. Perusahaan Manufaktur

2.3.1. Pengertian Perusahaan Manufaktur

Hery (2016:2) mendefinisikan perusahaan manufaktur (Manufacturing

Business), perusahaan jenis ini terlebih dahulu mengubah (merakit) input atau

bahan mentah (raw material) menjadi output atau barang jadi (finished goods/final

goods), baru kemudian dijual kepada para pelanggan (distributor). Reschiwati

(2014:1) menyatakan bahwa perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang

kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian dijual.

Pengertian - pengertian di atas menunjukkan bahwa, perusahaan manufaktur

adalah perusahaan yang kegiatan utamanya mengolah bahan mentah atau bahan

baku menjadi barang jadi yang siap pakai kemudian dijual kepada distributor atau

kepada konsumen.

2.3.2. Persediaan pada Perusahaan Manufaktur


Bahri (2016:366) menyebutkan macam-macam persediaan pada

perusahaan manufaktur sebagai berikut :

1. Persediaan bahan baku

Bahan baku yang sampai akhir periode tidak diproduksi, maka akan

dilaporkan sebagai persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku akhir periode

pelaporan akan menjadi persediaan bahan baku periode pelaporan selanjutnya.

2. Persediaan barang dalam proses

Proses produksi atas suatu produk kemungkinan belum terselesaikan pada

akhir periode. Proses produksi yang tidak selesai sampai akhir periode maka

dilaporkan sebagai persediaan barang dalam proses. Persediaan barang dalam


10

proses akhir periode tersebut akan dilanjutkan proses produksinya pada periode

berikutnya dan akan menjadi persediaan barang dalam proses awal.

3. Persediaan barang jadi

Persediaan barang dalam proses awal periode akan dilanjutkan proses

produksinya hingga terbentuk barang jadi. Penyelesaian barang jadi diperlukan

biaya-biaya tambahan berupa bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead pabrik. Nilai dari persediaan barang jadi adalah biaya-biaya yang telah

sepenuhnya diserap barang jadi tersebut. Barang jadi yang tidak terjual sampai

akhir periode maka akan diakui sebagai persediaan barang jadi.

2.3.3. Jenis Biaya pada Perusahaan Manufaktur

Bustami dan Nurlela (2013:12) menyebutkan jenis biaya dalam perusahaan

manufaktur dikelompokan menjadi biaya produksi dan biaya non produksi, yaitu:

1. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang

terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik. Biaya produksi ini disebut juga dengan biaya produk yaitu biaya-biaya

yang dapat dibandingkan dengan suatu produk, dimana biaya ini merupakan

bagian dari persediaan.

a. Biaya Bahan Baku Langsung

Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri

langsung kepada produk selesai. Sebagai contoh, tepung dalam pembuatan

kue dan kayu dalam pembuatan meubel.


11

b. Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah

atau mengonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri

secara langsung kepada produk selesai. Sebagai contoh, upah koki kue,

tukang jahit pada pembuatan pakaian, dan upah tukang serut dan potong

kayu dalam pembuatan meubel.

c. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga

kerja langsung tetapi membantu dalam mengubah bahan menjadi produk

selesai. Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk

selesai. Biaya overhead dapat dikelompokkan menjadi elemen :

1) Bahan Tidak Langsung (bahan pembantu atau penolong)

Bahan tidak langsung adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian

produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak dapat

ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Sebagai contoh, vanilli

dan garam, amplas, pola kertas.

2) Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang membantu dalam

pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri langsung kepada

produk selesai. Sebagai contoh, gaji satpam pabrik, pegawai bagian gudang

pabrik dan pekerja bagian pemeliharaan.


12

3) Biaya Tidak Langsung Lainnya

Biaya tidak langsung lain adalah biaya selain bahan tidak langsung dan

tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk

selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai.

Sebagai contoh, listrik pabrik, sewa pabrik dan asuransi pabrik.

2. Biaya Non Produksi

Biaya non produksi adalah biaya yang tidak berhubungan langsung dengan

proses produksi. Biaya non produksi ini disebut dengan biaya komersial atau biaya

operasi. Biaya komersial atau operasi ini juga digolongkan sebagai biaya periode

yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan interval waktu. Biaya ini dapat

dikelompokkan menjadi elemen :

a. Beban Pemasaran

Beban pemasaran atau biaya penjualan adalah biaya yang dikeluarkan

apabila produk selesai dan siap dipasarkan ketangan konsumen. Sebagai

contoh, beban iklan, beban promosi, komisi penjualan.

b. Biaya Administrasi

Biaya administrasi adalah biaya yang dikeluarkan dalam hubungan dengan

kegiatan penentu kebijakkan pengarahan, kegitan perusahaan secara

keseluruhan dapat berjalan efektif dan efisien. Sebagai contoh, gaji

administrsi kantor, penyusutan kantor dan biaya urusan kantor.

c. Biaya keuangan

Biaya keuangan adalah biaya yang muncul dalam melaksanakan fungsi-

fungsi keuangan. Sebagai contoh, beban bunga.


13

2.4. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menurut Undang-Undang Republik

Indonesia No. 20 BAB I pasal 1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah usaha

ekonomi produktif milik orang perseorangan dan/atau bahan usaha perorangan

yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari

usaha Menengah atau Usaha yang memenuhi kriteria usaha kecil.

a. Kriteria usaha mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling

banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)

b. Kriteria usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp

300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).


14

Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja UMKM

kurang dari 100 orang, dengan rincian kategori sebgai berikut : usaha rumah

tangga dan mikro terdiri dari 1-4 tenaga kerja, usaha kecil terdiri dari 5-19 tenaga

kerja, usaha menengah terdiri dari 20-99 tenaga kerja, dan usaha besar memiliki

tenaga kerja sebanyak 100 tenaga kerja atau lebih.

2.5. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan

Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) memuat pengaturan

akuntansi yang lebih sederhana dari Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) karena mengatur transaksi yang umum

dilakukan oleh UMKM dan dasar pengukurannya murni menggunakan biaya

historis. UMKM adalah entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan,

sebagaimana didefinisikan dalam SAK ETAP, yang memenuhi definisi dan

kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setidak-tidaknya selama dua

tahun berturut-turut.

2.6. Laporan Keuangan berdasarkan SAK EMKM

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan

Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) laporan keuangan minimum

terdiri dari :

a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;

b. Laporan laba rugi selama periode;

c. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian pos-pos.
15

1. Laporan Posisi Keuangan

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)

(2018:9) dalam laporan posisi keuangan entitas dapat mencakup pos-

pos berikut:

a. Kas dan setara kas;

b. Piutang;

c. Persediaan;

d. Aset tetap;

e. Utang usaha;

f. Utang bank;

g. Ekuitas.

SAK EMKM tidak menentukan format atau urutan terhadap

pos-pos yang disajikan. Meskipun demikian, entitas dapat menyajikan

pos-pos aset berdasarkan urutan likuiditas dan pos-pos liabilitas

berdasarkan urutan jatuh tempo.

SAK EMKM bab 4 nomor 4.5 menjelaskan bahwa entitas

dapat menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar serta liabilitas jangka

pendek dan liabilitas jangka panjang secara terpisah di dalam laporan

posisi keuangan.

1. Aset lancar

SAK EMKM bab 4 nomor 4.6 menyatakan bahwa entitas


megklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika :
16

a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau

digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas;

b. Dimiliki untuk diperdagangkan;

c. Diharapkan akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan

setelah akhir periode pelaporan;atau

d. Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi

penggunaannya dari pertukaran atau digunakan untuk

menyelesaikan liabilitas setidaknya 12 bulan setelah akhir

periode pelaporan.

2. Liabilitas jangka pendek

a. SAK EMKM bab 4 nomor 4.8 menyatakan bahwa entitas

mengklasifikasikan liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek;

b. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus

normal operasi entitas;

c. Dimiliki untuk diperdagangkan;

d. Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan

setelah akhir periode pelaporan;atau

e. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda

penyelesaian liabilitas setidaknya 12 bulan setelah akhir

periode pelaporan.
17

Tabel 2.1
Laporan Posisi Keuangan

ENTITAS
LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 DESEMBER 20x8 DAN 20x7

ASET Catatan 20x8 20x7

Kas dan setara kas xxx xxx


Kas 3 xxx xxx
Giro 4 xxx xxx
Deposito 5 xxx xxx
JUMLAH KAS DAN SETARA KAS xxx xxx
Piutang usaha 6 xxx xxx

Persediaan xxx xxx

Bebab dibayar di muka 7 xxx xxx

Aset tetap xxx xxx


Akumulasi penyusutan xxx xxx

JUMLAH ASET xxx xxx

LIABILITAS xxx xxx

Utang usaha xxx xxx


Utang bank 8 xxx xxx

JUMLAH LIABILITAS xxx xxx

EKUITAS xxx xxx

Modal xxx xxx

Saldo laba (default) 9 xxx xxx

JUMLAH EKUITAS xxx xxx

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS xxx xxx

Sumber : SAK EMKM (2018:50)


18

2. Laporan Laba Rugi

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan

Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) (2018:11)

mensyaratkan entitas untuk menyajikan laporan laba rugi yang

merupakan kinerja keuangan entitas untuk suatu periode. Laporan laba

rugi entitas dapat mencakup pos-pos sebagai berikut :

a. Pendapatan

b. Beban keuangan

c. Beban pajak

Tabel 2.2
Laporan Laba Rugi

ENTITAS
LAPORAN LABA RUGI
31 DESEMBER 20x8 DAN 20x7

PENDAPATAN Catatan 20x8 20x7

Pendapatan usaha 10 xxx xxx

Pendapatan lain-lain xxx xxx

JUMLAH PENDAPATAN xxx xxx

BEBAN

Beban usaha xxx xxx


Beban lain-lain 11 xxx xxx

JUMLAH BEBAN xxx xxx

LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGHASILAN xxx xxx

Beban pajak penghasilan 12 xxx xxx

LABA (RUGI) SETELAH PAJAK PENGHASILAN xxx xxx

Sumber : SAK EMKM (2018:51)


19

3. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan Atas Laporan Keuangan mengatur prinsip yang mendasari

informasi yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan dan

bagaimana penyajiannya. Catatan atas laporan keuangan meliputi :

a. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai

dengan ED SAK EMKM;

b. Ikhtisar kebijakan akuntansi;

c. informasi tambahan dan rincian akun tertentu yang menjelaskan

transaksi penting dan material sehingga bermanfaat bagi

pengguna untuk memahami laporan keuangan.

2.7. Akuntansi

2.7.1 Pengertian Akuntansi

Walter (2012:3) menyatakan akuntansi merupakan suatu sistem informasi,

yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan dan

mengkomunikasikan hasilnya kepada pengambil keputusan yang akan membuat

keputusan yang dapat mempengaruhi aktivitas bisnis. Warren, dkk (2014:3)

menyatakan bahwa, akuntansi dapat diartikan sebagai sistem informasi yang

menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas

ekonomi dan kondisi perusahaan.

Bahri (2016:2) mendefinisikan akuntansi adalah pencatatan,

penggolongan, pengikhtisaran, dan pelaporan atas suatu transaksi dengan cara

sedemikian rupa, sistematis dari segi isi, dan berdasarkan standar yang diakui

umum. Oleh karena itu, pihak yang berkepentingan atas perusahaan dapat
20

mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil operasi pada setiap waktu

yang diperlukan, sehingga dapat mengambil keputusan maupun pemilihan dari

berbagai tindakan alternatif dibidang ekonomi. Pengertian-pengertian di atas

menunjukkan bahwa, akuntansi adalah proses identifikasi transaksi, pencatatan,

penggolongan, pelaporan dan penyajian data keuangan suatu perusahaan untuk

menghasilkan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk proses

pengambilan keputusan.

2.7.2 Informasi Akuntansi

Azaria (2013:10) menyatakan bahwa informasi yang disajikan akuntansi

bersifat keuangan. Sariningtyas (2012:4) menyatakan bahwa informasi akuntansi

digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan mencapai

efesiensi dan efektivitas kegiatan usaha serta semakin tinggi tingkat pemahaman

para pemilik UMKM maka akan semakin luas pandangan mereka terhadap

berbagai bentuk penerapan teknologi di dalam kehidupan berbisnis. Pengertian-

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa informasi akuntansi merupakan

informasi keuangan yang dapat digunakan pemilik atau pihak yang

berkepentingan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan yang tepat.

2.7.3 Siklus Akuntansi

Bahri (2016:18) menyatakan siklus akuntansi adalah tahapan-tahapan

mulai dari terjadinya transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan

sehingga siap untuk pencatatan berikutnya.


21

Kegiatan pencatatan akuntansi meliputi :

1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi.


2. Pencatatan dalam jurnal (buku harian).
3. Pemindah-bukuan ke dalam buku besar (posting).
4. Pembuatan neraca saldo (trial balance).
5. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyesuaian (adjustment).
6. Penyusunan laporan keuangan (financial statement).
7. Pembuatan jurnal penutup (closing entries).
8. Pembuatan neraca saldo penutup (post closing trial balance).
9. Pembuatan Jurnal Balik (reversing entries)

Gambar 2.1

SIKLUS AKUNTANSI
Sumber : Bahri (2016:18)

Shatu (2016:17) menyatakan bahwa Siklus Akuntansi yaitu proses

penyusunan suatu laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan dan serta

diterima secara umum prinsip-prinsip dan kaidah akuntansi, prosedur-prosedur,

metode-metode, serta teknik- teknik dari segala sesuatu yang dicakup dalam ruang

lingkup akuntansi dalam suatu periode tertentu. Pengertian-pengertian di atas

menunjukkan bahwa, siklus akuntansi adalah proses akuntansi yang terjadi mulai

dari transaksi sampai penyusunan laporan keuangan sesuai dengan standar

akuntansi yang berlaku.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Sugiyono (2017:41) menyatakan bahwa pengertian objek penelitian adalah

sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu

tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable tentang suatu hal (variabel

tertentu). Objek penelitian yang akan diteliti adalah bukti-bukti transaksi

keuangan dari UD Praktis tahun 2018 dan 2019.

3.2 Sumber Data dan Jenis Data

Sumber data dan jenis data yang digunakan pada penelitian ini, diuraikan

sebagai berikut :

1. Sumber Data

Juliandi, dkk (2014:65) menjelaskan data primer adalah data mentah yang

diambil oleh peneliti sendiri (bukan oleh orang lain) dari sumber utama guna

kepentingan penelitiannya, dan data tersebut sebelumnya tidak ada. Sumber data

untuk data primer diperoleh dari pemilik UD Praktis.

2. Jenis Data

Juliandi, dkk (2014:65) menjelaskan data kuantitatif adalah data-data yang

berwujud angka-angka tertentu, yang dapat dioperasikan secara matematis. Data

yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa catatan transaksi keuangan UD

Praktis tahun 2018 dan 2019.

22
23

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpukan data yang digunakan dalam penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Metode Wawancara

Sunyoto (2016:22) menyatakan bahwa metode wawancara adalah metode

pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara bebas baik terstruktur

maupun tidak terstruktur dengan tujuan memperoleh informasi secara luas

mengenai obyek penelitian. Metode wawancara dapat diartikan sebagai metode

pengumpulan data secara langsung yang didasarkan atas pertanyaan- pertanyaan

yang akan diajukan pada narasumber untuk memperoleh data yang diperlukan.

Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan diantaranya adalah:

a. Bagaimana sejarah berdirinya UD Praktis?

b. Bagaimana proses produksi pada UD Praktis?

c. Bagaimana prosedur pencatatan transaksi pembelian bahan baku yang

dilakukan?

d. Apakah UD Praktis telah mengarsipkan bukti transaksi dengan baik?

2. Analisis Dokumen

Sujarweni (2014:75) menyatakan bahwa analisis dokumen lebih mengarah

pada bukti konkret. Dokumentasi dalam hal ini didapatkan dari pemilik yang

berupa, data transaksi keuangan UD Praktis.


24

3.4 Teknik Analisis Data

Sugiyono (2012:243) menyatakan bahwa teknik analisa data adalah proses

dalam mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari

lapangan, sehingga dapat dengan mudah dipahami dan diinformasikan kepada

orang, dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data keuangan sebagai dasar penyusunan neraca awal 2018

2. Mengumpulkan bukti transaksi pembelian bahan baku.

3. Mencatat transaksi ke jurnal khusus, jurnal pembelian, jurnal pengeluaran

kas, jurnal penjualan, dan jurnal penerimaan kas.

4. Memposting ke buku besar sesuai dengan masing-masing akun.

5. Menyusun neraca saldo dari saldo akhir di buku besar.

6. Membuat jurnal penyesuaian.

7. Membuat neraca lajur untuk mempermudah membuat laporan keuangan.

8. Menyusun laporan keuangan sesuai dengan SAK EMKM, yaitu :

a. Laporan Posisi Keuangan

Informasi posisi keuangan yang ditujukan untuk laporan keuangan telah

disusun dalam ED SAK EMKM. Informasi ini terdiri dari informasi

mengenai aset, liabilitas, dan ekuitas suatu entitas.

ENTITAS
LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 DESEMBER 20x8 DAN 20x7
ASET Catatan 20x8 20x7

Kas dan setara kas xxx xxx


Kas 3 xxx xxx
Giro 4 xxx xxx
Deposito 5 xxx xxx
JUMLAH KAS DAN SETARA KAS xxx xxx
25

Piutang usaha 6 xxx xxx

Persediaan xxx xxx

Bebab dibayar di muka 7 xxx xxx


Aset tetap xxx xxx
Akumulasi penyusutan xxx xxx

JUMLAH ASET xxx xxx

LIABILITAS xxx xxx

Utang usaha xxx xxx


Utang bank 8 xxx xxx

JUMLAH LIABILITAS xxx xxx

EKUITAS xxx xxx

Modal xxx xxx

Saldo laba (default) 9 xxx xxx

JUMLAH EKUITAS xxx xxx

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS xxx xxx

Sumber : SAK EMKM (2018:50)

b. Laporan Laba rugi

Laporan laba rugi sebuah EMKM mencakup informasi tentang

pendapatan, beban keuangan serta beban pajak pada suatu entitas. Sesuai

dengan ED SAK EMKM, laporan laba rugi memasukkan semua penghasilan

dan beban yang diakui dalam suatu periode, kecuali ED SAK EMKM

mensyaratkan lain.

ENTITAS
LAPORAN LABA RUGI
31 DESEMBER 20x8 DAN 20x7

PENDAPATAN Catatan 20x8 20x7

Pendapatan usaha 10 xxx xxx

Pendapatan lain-lain xxx xxx


26

JUMLAH PENDAPATAN xxx xxx

BEBAN

Beban usaha xxx xxx


Beban lain-lain 11 xxx xxx

JUMLAH BEBAN xxx xxx

LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGHASILAN xxx xxx

Beban pajak penghasilan 12 xxx xxx

LABA (RUGI) SETELAH PAJAK PENGHASILAN xxx xxx

Sumber : SAK EMKM (2018:51)

c. Catatan Atas Laporan Keuangan

Setiap catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis selama

hal tersebut terbilang praktis. Setiap akun dalam laporan keuangan merujuk-

silang ke informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan agar

mendapatkan informasi yang tepat, akurat, serta relevan.

ENTITAS
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
31 DESEMBER 20x8 DAN 20x7
1. UMUM
Entitas didirikan di Jakarta berdasarkan akta Nomor xx tanggal 1
Januari 20x7 yang dibuat dihadapan Notaris, S.H., notaris di Jakarta
dan mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia No.xx 2016 tanggal 31 Januari 2016. Entitas bergerak
dalam bidang usaha manufaktur. Entitas memenuhi kriteria sebagai
entitas mikro, kecil, dan menengah sesuai UU Nomor 20 Tahun
2008. Entitas berdomisili di Jalan xxx, Jakarta Utara.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING
a. Pernyataan Kepatuhan
Laporan keuangan disusun menggunakan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah.
b. Dasar Penyusunan
Dasar penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis dan
menggunakan asumsi dasar akrual. Mata uang penyajian yang
digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah Rupiah.
27

c. Piutang usaha
Piutang usaha disajikan sebesar jumlah tagihan.
d. Persediaan
Biaya persediaan bahan baku meliputi biaya pembelian dan biaya
angkut pembelian. Biaya konversi meliputi biaya tenaga kerja
langsung dan overhead. Overhead tetap dialokasikan ke biaya
konversi berdasarkan kapasitas produksi normal. Overhead variabel
dialokasikan pada unit produksi berdasarkan penggunaan aktual
fasilitas produksi. Entitas menggunakan rumus biaya persediaan
e. rata-rata.
Aset Tetap
Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehannya jika aset tersebut
dimiliki secara hukum oleh entitas. Aset tetap disusutkan
menggunakan metode garis lurus tanpa nilai residu.
Sumber : SAK EMKM (2018:52)

Anda mungkin juga menyukai