Anda di halaman 1dari 32

AKUNTANSI KEUANGAN, STANDAR AKUNTANSI

DAN RERANGKA KONSEPTUAL PELAPORAN


KEUANGAN

Kelompok 1

Anggota :

Ni Kadek Dwi Ratna Febriani (1406305008)

I Wayan Buda Arsana (1506305004)

I Kadek Rian Mahendra (1506305010)

Ida Ayu Putu Dhaniar Waghmi P. (1506305016)

1
BAB I

Latar Belakang

Perubahan pada perkembangan global semakin menuntut di hampir seluruh


negara di dunia, ditopang dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
yang semakin memperbudak seluruh bangsa. Membawa perubahan zaman yang
seharusnya menjadikan kemajuan dalam sifat transaparansial, akuntable, dan relevansi
di segala bidang. Namun, masih banyak permasalahan yang muncul terkait dengan
masalah akuntansi. Salah satu contohnya pada Perusahan Olympus yang telah
memanipulasi laporan keuangannya dan menyembunyikan kerugian investasi
mereka. Olympus secara sengaja menutup-nutupi kerugian investasi yang dialami
oleh Olympus dan memberikan opini wajar atas kondisi internal Olympus. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin jelas seorang investor harus mempercayai angka-
angka akuntansi atau mereka akan meninggalkan pasar dan mengalokasikan dananya ke
perusahaan lain. Dengan kepastian yang diberikan kepada pihak investor, maka biaya
modal bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan sumber tambahan akan
meningkat. Oleh karena itu, informasi keuangan yang relevan sangat diperlukan agar
dapat dipercaya guna meningkatkan pasar yang efisien. Pelaporan keuangan dalam hal
ini menjadi salah satu faktor penting , seperti pelaporan keuangan di Amerika Serikat
yang sangat dipercaya karena memiliki pasar modal publik yang paling aman, likuid,
dan efisien dibandingkan dengan negara manapun sepanjang sejarahnya. Salah satu
penyebab keberhasilan itu adalah dari laporan keuangan dan pengungkapan yang
berhubungan mampu melaporkan dan mengorgansir informasi keuangan dalam bentuk
yang bermanfaat dan handal. Dari gambaran masalah akuntansi diatas, maka profesi
akuntansi berupaya mengembangkan seperangkat standar yang dapat diterima oleh
umum dan dapat dipraktekan secara universal. Karena tanpa standar-standar semacam
ini, setiap perusahaan akan membuat standar mereka sendiri, dan sebagai pemakai
laporan keuangan diharuskan dapat memahami praktek-praktek akuntansi serta
pelaporan unik dari setiap perusahaan, dimana hal ini sangat tidak mungkin untuk
membuat laporan keuangan yang dapat dibandingkan.

2
Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana
penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat
diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu
menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu,
pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak
diperlukan pada masa sekarang ini. Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan
yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi
akuntan serta melakukan pembangan standar akuntansi Indonesia dimulai sejak zaman
Belanda sampai dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS.

3
BAB II

Pembahasan dan Contoh Kasus

2.1 Akuntansi dan Lingkungannya

Pengertian akuntansi menurut American Accounting Assosiation adalah


Proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk
memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang
menggunakan informasi tersebut. Sedangkan dikutip dari Wikipedia akuntansi keuangan
memiliki arti bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyiapan laporan keuangan
untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor, pemasok, serta pemerintah. Prinsip
utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah persamaan akuntansi (Aset =
Liabilitas + Ekuitas). Akuntansi keuangan berhubungan dengan masalah pencatatan
transaksi untuk suatu perusahaan atau organisasi dan penyusunan berbagai laporan
berkala dari hasil pencatatan tersebut.

Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi (economic


information) dari suatu kesatuan ekonomi (economic entity) kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Pihak-pihak tersebut, antara lain :

1. Pihak Internal
Pihak internal adalah pihak yang berada dalam struktur organisasi. Manajemen
adalah pihak yang paling membutuhkan laporan akuntansi yang tepat dan akurat
untuk mengambil keputusan yang baik dan benar. Contohnya seperti manajer yang
melihat posisi keuangan perusahaan untuk memutuskan apakah akan membeli
gedung untuk kanntor cabang baru atau tidak.

2. Pihak Eksteral / External


a. Investor
Investor membutuhkan informasi keuangan perusahaan untuk menentukan
apakah akan menanamkan modalnya atau tidak. Jika dalam prediksi investor akan
memberikan keuntungan yang baik, maka investor akan menyetorkan modal ke
perusahaan, dan begitu juga sebaliknya.

4
b. Pemegang saham / pemilik perusahaan
Para pemilik perusahaan yang mempunyai bagian saham perusahaan
membutuhkan informasi keuangan perusahaan untuk dapat mengetahui sejauh mana
kemajuan atau kemunduran yang dialami perusahaan. Pemegang saham akan
mendapatkan keuntungan dari dividen yang akan semakin besar jika perusahaan
untung besar.
c. Pemerintah
Besarnya pajak yang harus dibayarkan perusahaan atau organisasi kepada
pemerintah sebagaian besar berdasarkan atas informasi pada laporan keuangan
perusahaan.
d. Kreditur
Jika perusahaan sedang terdesak dan membutuhkan dana segar perusahaan
mungkin akan meminjam uang pada kreditor seperti meminjam uang di bank,
berhutang barang pada supplyer / pemasok. Kreditur akan memberikan dana jika
perusahaan memiliki kondisi keuangan yang baik dan tidak akan memiliki potensi
yang besar untuk merugi.
e. Pihak Lainnya
Sebenarnya masih banyak pihak lain dari luar perusahaan perusahaan yang
mungkin saja akan menggunakan laporan / informasi akuntansi suatu organisasi
seperti para karyawan, serikat pekerja, auditor akuntan publik, polisi, pelajar /
mahasiswa, wartawan, dan banyak lagi lainnya

Karena kebutuhan akan informasi keuangan yang semakin berkembang dengan baik
dari segi jenis maupun jumlahnya menuntut disajikannya informasi secara cepat dan
akurat. Oleh karena itu, diperlukan spesialisasi dalam akuntansi yang dapat
menyediakan informasi yang beragam dan dapat memenuhi kebutuhan penggunanya.
Spesialisasi akuntansi inilah kemudian dibagi menjadi beberapa bidang-bidang
akuntansi, antara lain sebagai berikut :

a) Akuntansi Keuangan, meliputi kegiatan pencatatan transaksi, penyusunan


laporan-laporan periodik yang sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan.

5
b) Auditing, meliputi kegiatan pemeriksaan atas catatan-catatan akuntansi secara
bebas. Pemeriksaan akuntan ini meliputi pemeriksaan terhadap sistem dan
prosedur perusahaan, catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan, serta
memberikan pendapat mengenai kelayakan dan kewajaran laporan keuangan
yang bersangkutan.
c) Akuntansi Biaya, merupakan bidang akuntansi yang penekanannya pada
masalah penetapan dan pengendalian biaya, dari saat produksi siap dimulai
sampai dengan barang selesai diproses atau diproduksi.Hasil akhir dari akuntansi
adalah “laporan perhitungan Harga Pokok Produksi”
d) Akuntansi Manajemen, bidang akuntansi yang mengolah kasus-kasus tertentu
yang dihadapi para manajer perusahaan dari berbagai jenjang organisasi (Intern
Perusahaan).
e) Akuntansi Pajak, adalah bidang akuntansi yang mencakup penyusunan surat
pemberitahuan pajak, mempertimbangkan konsekuensi perpajakan dari transaksi
usaha yang direncanakan.
f) Sistem Akuntansi, adalah bidang khusus yang menangani perencanaan dan
penerapan prosedur-prosedur untuk mengumpulkan dan melaporkan data
keuangan.
g) Akuntansi Anggaran, adalah bidang akuntansi yang menyajikan rencana operasi
keuangan untuk periode tertentu, kemudian membandingkan relalisasi dengan
rencana operasi , sehingga operasi perusahaan dapat dimonitor dan dikendalikan.
h) Akuntansi Internasional, merupakan bidang akuntasi yang khusus menyangkut
masalah-masalah perdagangan perdagangan internasional dari perusahaan-
perusahaan multinasional.
i) Akuntansi Lembaga Nonprofit, adalah bidang akuntasi yang mengkhususkan
pada masalah pencatatan dan pelaporan transaksi dari unit-unit pemerintah dan
organisasi non profit seperti tempat ibadah, lembaga amal dan lembaga
pendidikan.
j) Akuntansi Sosial, adalah bidang akuntansi yang mengukur biaya dan manfaat
sosial, misalnya mengenai masalah penggunaan dana kesejahteraan social dalam
sebuah kota besar.
k) Akuntansi Pendidik, adalah bidang akuntansi yang menyangkut ruang lingkup
pendidikan.

Selain itu, berikut ini juga diuraikan beberapa lapangan pekerjaan yang berhubungan
dengan akuntansi, yaitu :

6
a) Akuntansi Perseorangan (Private Accounting)
Akuntasi perseorangan adalah bidang spesialisasi yang digeluti oleh akuntan-
akuntan yang bekerja pada perusahaan-perusahaan tertentu. Akuntan yang
bekerja dalam bidang ini disebut Akuntan Intern.
b) Controller
Controller adalah seorang kepala bagian akuntansi dari suatu perusahaan
tertentu. Adapun dari controller adalah mengawasi semua kegiatan dari
organisasi yang bersangkutan.

c) Cost Accountant
Cost accountant adalah akuntan yang berspesialisai mengelola data biaya
produksi. Adapun tugas dari akuntan ini ialah meyeleksi, memproses, dan
melaporkan data biaya produksi.
d) Internal Auditor
Internal auditor adalah akuntan yang berkewajiban untuk menyelidiki dan
menilai akuntasi dari perusahaan tempat ia bekerja. Internal auditor akan
memeriksa catatan akuntasi dan apabila diperlukan dapat mengusulkan
perubahan sistem akuntansi perusahaan yang bersangkutan.Selain itu internal
auditor berkewajiban untuk membawa pihak-pihak pengelola perusahaan dalam
pengambilan keputusan-keputusan.
e) Tax Specialist
Tax specialist adalah akuntan yang berkewajiban untuk mempersiapkan
pelaporan pajak bagi perusahaan tempat ia bekerja.
f) Akuntansi Publik (Publik Accounting)
Adalah bidang akuntansi yang dikerjakan oleh akuntan publik.Akuntan publik
adalah akuntan yang mendapat sertifikat dari pemerintah untuk berprofesi
sebagai akuntan publik.
g) Akuntansi Pemerintahan (Governmental Accounting)
Akuntan yang bertugas untuk membantu pembuatan peraturan-peraturan pajak,
memeriksa dan memyelidiki pelaporan pajak dan membuat rancangan system
untuk organisasi yang bersangkutan.
h) Akuntansi Pendidikan (Accounting Education)
Bidang akuntansi yang digeluti oleh para akuntan yang mengajar di lembaga-
lembaga pendidikan seperti, universitas, akademik, dan lain-lain.

Perkembangan akuntansi sendiri diperkirakan muncul pada abad ke- 14,


dimana pedagang dari Genoa mulai mengadakan pencatatan secara sederhana. Dengan

7
terbitnya buku berjudul Summa de Arithmatica, Geometrica, Pro Portioni et.
Proportionality yang disusun oleh Lucas Pacioli pada tahun 1494, pembukuan mulai
dilakukan secara sistematis dengan menggunakan sistem berpasangan dan berkembang
di Belanda dengan nama sistem continental. Kemudian pada abad ke- 19 dikembangkan
lagi di Amerika Serikat menjadi Akuntansi (Accounting) dan sistem akuntansinya
dikenal sebagai Sistem Anglo-Saxon. Di Indonesia, pada saat kemerdekaan putra-putri
Indonesia dikirim ke Amerika Serikat untuk memperdalam ilmu akuntansi. Pada tahun
1952 dibuka jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang
kemudian diikuti oleh Perguruan Tinggi Negeri yang lain. Mulai saat itulah akuntansi
sistem Kontinental bergeser ke sistem Anglo-Saxon Amerika Serikat. Untuk
mengembangkan Akuntansi, pada tahun 1957 berdiri organisasi Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). Namun, pada tahun 1967 dengan dibukanya penanaman modal asing,
akuntansi di Indonesia berkembang pesat. Jasa besar IAI adalah penyusunan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) 1996 sebagai dasar penyusunan laporan keuangan
perusahaan di Indonesia (Shellyana.,2012).

Dibalik keakuratan dan keamanan pelaporan keuangan Negara Amerika Serikat


terdapat pula tantangan yang harus dihadapi akuntansi keuangan, yaitu sebagai berikut :

a) Pengukuran Nonkeuangan. Laporan keuangan tidak menyajikan sejumlah


ukuran kinerja penting yang biasanya dipakai oleh manajemen, seperti indeks
kepuasan pelanggan, informasi tentang pesanan yang belum diproses, dan
tingkat penolakan atas barang yang dibeli.
b) Informasi yang Berorientasi ke Depan. Laporan keuangan tidak menyajikan
informasi yang berorientasi ke depan yanag dibutuhkan oleh para investor dan
kreditor saat ini maupun potensial. Laporan keuangan pada tahun 2005 harus
dimulai dengan frase, “Dahulu kala,” untuk menandakan pemakain biaya
historis dan pengakumulasian atas kejadian masa lalu, hal tersebut telah
dinyatakan oleh seseorang,
c) Aktiva Lunak. Laporan keuangan berfokus pada aktiva-aktiva keras
(persediaan,pabrik) tetapi tidak banyak menyajikan informasi tentang aktiva-
aktiva lunak (tak terwujud) perusahaan. Aktiva yang terbaik sering kali tidak
berwujud, seperti keahlian (pengetahuan) dan dominasi pasar Microsoft, sistem

8
pemasaran yang unik serta karyawan yang terlatih baik Dell, dan citra-merek
J.Crew.
d) Ketepatan Waktu. Laporan keuangan hanya disajikan secara kuartalan, dan
laporan keuangan yang diaudit hanya disediakan setahun sekali. Tidak banyak
laopran keuangan real-time yang tersedia.

Masing-masing dari tantangan diatas harus ditangani agar profesi akuntansi dapat
terus menyediakan jenis informasi yang dibutuhkan unuk mengefisiensikan proses
alokasi modal.

Berdasarkan hubungan akuntansi dan alokasi modal, seorang akuntan


diharuskan mampu mengukur kinerja secara akurat, wajar, dan tepat waktu, agar para
manajer dan perusahaan yang tepat mampu menarik modal investasi. Sebagai contoh,
informasi keuangan yang relevan dan dapat dipercaya memungkinkan investor dan
kreditor membandingkan laba serta aktiva yang dimiliki perusahaan seperti IBM,
McDonal’s, Microsoft, dan Ford. Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat bagaimana proses
alokasi modal bekerja, yaitu dengan contoh ilustrasi dibawah ini :

Pemakai Alokasi Modal


haan
aat iniuntuk
dan Potensial)
membantu pemakaiannya membuat keputusan-keputusan alokasi modal perusahaan.
Proses penentuan bagaimana dan dengan biaya berapa uang dialokasikan ke dalam kepentin
nvestor dan kreditor menggunakan laporan kkeuangan untuk mmembuat keputusan-keputusan alokasi mod

Proses alokasi modal yang efektif sangat penting bagi kesehatan sebuah
perekonomian, merangsang produktivitas, mendorong inovasi, dan menyediakan pasar
sekuritas serta pasar kredit yang efisien dan likuid untuk membeli serta menjual

9
sekuritas dan memperoleh serta menjamin pinjaman. Namun jika proses alokasi modal
buruk maka akan berdampak negatif terhadap pasar sekuritas (Keiso et all.,2008).

2.2 Standar Akuntansi Keuangan

2.2.1 Sejarah Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia

Standar akuntansi adalah suatu metode dan format baku dalam penyajian
informasi laporan keuangan suatu kegiatan usaha. Laporan keuangan untuk tujuan
umum dibuat untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar pengguna laporan
keuangan. Standar berfungsi memberikan acuan dan pedoman dalam penyusunan
laporan keuangan sehingga laporan keuangan antar-entitas menjadi lebih seragam.
Manajemen lebih mudah menyusun laporan keuangan karena pedoman memberikan
ketentuan cara penyusunan tersebut.

Standar akuntansi berisikan pedoman penyusunan laporan keuangan. Standar


akuntansi terdiri atas kerangka konseptual penyusunan laporan keuangan dan
pernyataan standar akuntansi. Kerangka konseptual berisikan tujuan, komponen
laporan, karekteristik kualitatif, dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan.
Sedangkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) berisikan pedoman
untuk penyusunan laporan, pengaturan transaksi atau kejadian, dan komponen
tertentu dalam laporan keuangan. Pengaturan terkait komponen laporan keuangan
secara umum berisikan defenisi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman


dalam melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup
hampir semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya
melibatkan sekumpulan orang dengan kemampuan dalam bidang akuntansi yang
tergabung dalam suatu lembaga yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Dengan kata lain, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku

10
petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi pedoman tentang segala hal yang ada
hubungannya dengan akuntansi.

Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir


seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya
transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas
merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut.
Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana
cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang
sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik,
sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.

Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi
akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi,
khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi
akuntan. Sejarah akuntansi di Indonesia tentu tidak bisa lepas dari perkembangan
akuntansi di negara asal perkembangannya. Dengan perkataan lain, negara luarlah
yang membawa akuntansi itu masuk ke Indonesia kendatipun tidak bisa disangkal
bahwa di masyarakat Indonesia sendiri pasti memiliki sistem akuntansi atau sistem
pencatatan pelaporan tersendiri. Misalnya saja pada jaman keemasan Sriwijaya,
Majapahit, Mataram. Zaman tersebut pasti memiliki sistem akuntansi tersendiri.
Sayangnya sejauh ini penelitian mengenai hal ini masih belum dilakukan. Namun,
Sukoharsono (1997) menilai akuntansi masuk ke Indonesia melalui pedagang Arab
yang melakukan transaksi bisnis di kepulauan Nusantara. Berikut adalah
perkembangan standar akuntansi Indonesia dimulai sejak zaman Belanda sampai
dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS:

1. Zaman Penjajahan Belanda

Pada era penjajahan Belanda, sekitar pada tahun 1642, jejak yang bisa dengan
jelas bisa dikatakan berkaitan dengan praktek akuntansi di Indonesia bisa ditemukan
sekitar pada tahun 1747 ketika praktek pembukuan yang dijalankan oleh Amphioen
Sociteyt yang berkedudukan pusat di Jakarta. Dalam Era penjajahan Belanda

11
mengenalkan sebuah sistem double entry bookeeping (sistem pembukuan
berpasangan) sebagaimana praktek yang bangun oleh Luca Pacioli. VOC merupakan
perusahaan dagang (organisasi komersial) pertama milik belanda yang pada masa
penjajahan di indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam dunia bisnis
Indonesia pada waktu itu. sejarah perkembangan akuntansi di indonesia awalnya
menganut pada sistem kontinental seperti sistem yang dipakai oleh Belanda.
Sebenarnya, sistem kontinental atau yang bisa juga disebut pembukuan tidaklah
sama dengan akuntansi.

2. Pada tahun 1945-1955

Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu
Prof. Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda masih
digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan
akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda. Nasionalisasi atas
perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang orang Belanda dari
Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli (Diga
dan Yunus 1997). Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia pada
akhirnya berpaling ke praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian, pada era
ini praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model
Belanda, terutama yang terjadi di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya jumlah
institusi pendidikan tinggi yang menawarkan pendidikan akuntansi-seperti
pembukaan jurusan akuntansi di Universitas Indonesia 1952, Institute Ilmu
Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN) 1990, Univesitas Padjajaran
1961, Universitas Sumatera Utara 1962, Universitas Airlangga 1962 dan Universitas
Gadjah Mada 1964 (Soermarso 1995)-telah mendorong pergantian praktik akuntansi
model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB 2003). Salah seorang
dosen akuntansi senior Indonesia Dr. S. Hadibroto telah menulis disertasi tentang
dua sistem ini dengan judul yang sudah diterjemahkan : Studi Perbandingan antara
Akuntansi Amerika dan Belanda dan Pengaruhnya terhadap Profesi di Indonesia.
Pada kesimpulan disertasinya beliau menyarankan agar Indonesia lebih baik
memilih sistem akuntansi Amerika dibandingkan dengan sistem akuntansi Belanda.

3. Pada tahun 1974

12
Menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa
itu merupakan pertama kalinya IAI berhasil melakukan kodifikasi prinsip dan
standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi
Indonesia (PAI).” pada tahun 1973.

4. Pada tahun 1984

Tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI
1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip Akuntansi
Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan
perkembangan dunia usaha.

5. Pada akhir tahun 1984

Selanjutnya pada akhir tahun 1984 Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti


standar yang bersumber dari IASC (International Accounting Standart Committee)

6. Pada tahun 1994

Pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah
menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK). Pada saai itu terjadi
perubahan kiblat dari US GAAP ke IFRS , hal ini ditunjukkan sejak tahun 1994
telah terjadi kebijakan dari komite standar akuntansi keuangan untuk Tahun1994,
telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk
menggunakan International Accounting Standards (IAS) sebagai dasar untuk
membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI
melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-standar akuntansi baru, yang
kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan
lainnya dibuat sendiri.setelah berlangsung selama 10 tahun IAI kembali melakukan
revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” IAI mengadopsi
pernyataan International Accounting Standard Committee (IASC) sebagai dasar
acuan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia, kemudian
menerbitkan dua buah buku yaitu Standar Akuntansi Keuangan–Oktober 1994,
Buku 1 dan Buku 2.

13
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta,
Komite SAK diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan
diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu,
juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif
Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk
tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK
yang terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh
DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar
profesi akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam
merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia.

7. Pada tahun 2008

Sebagai tindak lanjut dari komitmen yang dibuat para Kepala Negara di London
pada 2008, Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntansi Indonesia
(DSAK- IAI) telah memulai program konvergensi standar akuntansi keuangan
Indonesia menuju Internasional Financial Reporting Standard (IFRS) yang
dikeluarkan oleh Internasional Accounting Standar Board (IASB).

IFRS sebagai standar internasional memiliki 3 ciri utama yaitu :

a. Principles-Based

Standar yang menggunakan principles-based hanya mengatur hal-hal yang


pokok dalam standar sedangkan prosedur dan kebijakan detail diserahkan kepada
pemaakai. Standar mngatur prinsip pengakuan sesuai substansi ekonomi, tidak
didasarkan pada ketentuan detail dalam atribut kontrak perjanjian. Sedangkan standar
yang rule based, memuat ketentuan pengakuan akuntasi secara detail. Keunggulan
pendekatan ini akan menghindari dibuatnya perjanjian atau transaksi mengikuti
peraturan dalam konsep pengakuan. Penyusunan laporan keuangan dapat merancang
suatu transaksi sehingga dapat diakui secara akuntansi dan bukan melihat dari
substansi ekonomi dari transaksi tersebut. Namun, standar yang bersifat princiles
based mengharuskan pemakainya untuk membuat penilaian (judgment) yang tepat
atas suatu transaksi untuk menentukan substansi ekonominya dan menentukan
standar yang tepat ntuk transaksi tersebut.

14
b. Nilai Wajar

Standar akuntansi banyak menggunakan konsep nilai wajar (fair value).


Penggunaan nila wajar untuk meningkatkan relevansi informasi akuntansi untuk
pengambilan keputusan. Informasi nilai wajar lebih relevan karena menunjukkan
nilai terkini. Hal ini sangat bertolak belakang dengan konsep harga perolehan yang
mendasarkan penilaian pada nilai perolehan pertama (historical cost). Banyak
pengakuan akuntansi saat ini yang dasar penilaiannya masih mnggunakan historical
cost. IFRS membuka peluang penggunaan niali wajar yang lebih luas dan untuk
beberapa ite, seperti aset tetap dan aset tak berwujud, dibuka opsi penggunaan nilai
wajar selain nilai perolehan.nilai wajar lebih relevan namun harga perolehan diyakini
lebih reliabel.

c. Pengungkapan (Disclosure)

Ini diperlukan agar pengguna laporan keuangan dapt mempertimbangkan


informasi yang relevan dan perlu diketahui terkait dengan apa yang dicantumkan
dalam laporan keuangan dan kejadian penting yang terkait dengan item tersebut.
Pengungkapan dapat berupa kebijakan akuntansi, rincian detail, penjelasan penting,
dan komitmen.

Program Konvergensi tersebut telah berlangsung secara bertahap dan pada


akhir 2012, seluruh pernyataan standar akuntansi keuangan Indonesia (PSAK) yang
jumlahnya lebih dari 60 PSAK telah selesai dilakukan penyesuaian dengan
mengadopsi IFRS. Saat ini IFRS telah diterapkan di lebih 100 negara di dunia yang
meliputi seluruh negara dikawasan Eropa dan sejumlah besar negara di kawasan
Asia Pasifik, seperti Australia, Malaysia, Singapura, Hongkong, Turki, dan
sebagainya. Tren ini akan terus diikuti oleh negara-negara lain termasuk Amerika
Serikat yang juga sedang menyiapkan konvergensi IFRS secara bertahap. Sampai
dengan 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru 10 standar. Di Indoesia PSAK akan
dikonvergensi secara penuh ke dalam IFRS melalui tiga tahapan, yaitu tahap adopsi,
tahap persiapan akhir, dan tahap implementasi. Berikut adalah gambaran ketiga
tahap tersebut.

Tahap Adopsi Tahap Persiapan Akhir Tahap Implementasi

15
(2008 – 2010) (2011) (2012)
Adopsi seluruh IFRS ke Penyelesaian persiapan Penerapan PSAK berbasis
PSAK infrastruktur yang IFRS secara bertahap
diperlukan
Persiapan infrastruktur Penerapan secara bertahap Evaluasi dampak penerapan
yang diperlukan beberapa PSAK berbasis PSAK secara komprehensif
IFRS
Evaluasi dan kelola
dampak adopsi terhadap
PSAK yang berlaku

8. Pada tahun 2012

Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama dengan IFRS tanpa
adanya modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendefinisikan konvergensi
IFRS itu sendiri, berdasarkan pengalaman konvergensi beberapa IFRS yang sudah
dilakukan di Indonesia tidak dilakukan secara full adoption. Sistem pengurusan
perusahaan di Indonesia yang memiliki dewan direksi dan dewan komisaris (dual
board system) berpengaruh terhadap penentuan kapan peristiwa setelah tanggal
neraca, sebagai contoh lain dari perbedaan antara PSAK dengan IFRS. Indonesia
melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) sedang melakukan proses konvergensi IFRS dengan target penyelesaian tahun
2012. IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base. Indonesia
telah mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, strategi adopsi yang dilakukan
untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big
bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan
tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara-negara maju. Sedangkan pada gradual
strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara-
negara berkembang seperti Indonesia.

Sasaran Konvergensi IFRS tahun 2012 :


a. merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009
yang berlaku efektif tahun 2011/2012

16
b. konvergensi di Indonesia dilakukan secara bertahap

Konvergensi IFRS bertujuan agar tidak diperlukan rekonsiliasi antara laporan


keuangan berdasarkan PSAK dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Manfaat
konvergensi IFRS :
a. memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar
Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional

b. meningkatkan arus investasi global melalui transparansi

c. menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar
modal secara global

d. menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan

2.2.2 Standar Akuntansi untuk Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia

Standar akuntansi di Indonesia saat berkembang menjadi 4 (empat) yang


dikenal dengan 4 Pilar Standar Akuntansi. Keempat pilar standar tersebut disusun
dengan mengikuti perkembangan dunia usaha. Empat pilar standar itu adalah:

1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

SAK digunakan untuk suatu badan yang memiliki akuntanbilitas publik, yaitu
badan yang terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar modal atau
badan fidusia (badan usaha yang menggunakan dana masyarakat, seperti asuransi,
perbankan dan dana pensiun). Sejak tahun 2012, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
mengadopsi standar dari International Financial Report Standard (IFRS) untuk
standar akuntansi keuangan yang berlaku di seluruh perusahaan terdaftar yang ada
di Indonesia.

2. Standar Akuntansi Keuangan Badan Usaha Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-


ETAP)

17
SAK ETAP digunakan untuk suatu badan yang tidak memiliki akuntabilitas
publik signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum. SAK-
ETAP juga mengikuti standar yang ditetapkan oleh IFRS khususnya bidang Small
Medium Enterprise (Usaha Kecil Menengah). SAK-ETAP ini dikeluarkan sejak
tahun 2009 dan berlaku efektif pada tahun 2011.

SAK-ETAP pada dasarnya adalah penyederhanaan SAK IFRS. Beberapa


penyederhanaan yang terdapat dalam SAK-ETAP adalah:

a. Tidak ada Laporan Laba / Rugi Komprehensif.


b. Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud dan propersi investasi setelah
tanggal perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan
menggunakan nilai revaluasi atau nilai wajar.
c. Tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan. Beban pajak diakui
sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.

Badan usaha yang menggunakan SAK-ETAP dalam laporan auditnya


menyebutkan laporan keuangan badan usaha telah sesuai dengan SAK-ETAP.
SAK-ETAP memiliki manfaat, yaitu apabila diterapkan dengan tepat, diharapkan
unit usaha kecil dan menengah mampu membuat laporan tanpa harus dibantu oleh
pihak lain dan dapat dilakukan audit terhadap laporannya tersebut.

Sasaran SAK-ETAP ini memang ditujukan untuk jenis Usaha Kecil dan
Menengah, namun tidak banyak pengusaha UKM yang memahami hal ini. Perlu
adanya sosialisasi dan pelatihan untuk SAK-ETAP ini agar UKM dapat
berkembang dan dipercaya oleh investor

3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)

Standar ini digunakan untuk badan usaha yang memiliki transaksi syariah atau
berbasis syariah. Standar ini terdiri atas keraengka konseptual penyusunan dan
pengungkapan laporan, standar penyajian laporan keuangan dan standar khusus
transaksi syariah seperti mudharabah, murabahah, salam, ijarah dan istishna.

Bank syariah menggunakan dua standar dalam menyusun laporan keuangan.


Sebagai badan usaha yang memiliki akuntabilitas publik signifikan, bank syariah

18
menggunakan PSAK, sedangkan untuk transaksi syariahnya menggunakan PSAK
Syariah.

4. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan


(PSAP), dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan disusun
mengacu kepada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Standar ini
digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan, baik pusat
ataupun daerah. SAP disusun dan disahkan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintah (KSAP SAP). SAP berbasis akrual ditetapkan dalam PP No. 71 Tahun
2010. Instansi masih diperkenankan menggunakan PP No. 24 Tahun 2005, SAP
berbasis kas menuju akrual sampai tahun 2014.
SAP berbasis kas menuju akrual menggunakan basis kas untuk penyusunan
laporan realisasi anggaran dan menggunakan basis akrual untuk penyusunan
neraca. Pada SAP berbasis akrual, laporan realisasi anggaran tetap menggunakan
basis kas karena akan dibandingkan dengan anggaran yang disusun dengan
menggunakan basis kas, sedangkan laporan operasional yang melaporkan kinerja
badan usaha disusun dengan menggunakan basis akrual.
Standar Akuntansi Pemerintahan ini berbeda dengan 3 jenis standar akuntansi
sebelumnya. Pengguna SAP biasanya terbatas di kalangan pemerintahan saja.
Sehingga publikasi laporan keuangan bidang pemerintahan tidak terbuka seperti
laporan keuangan perusahaan.

2.3 Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan

2.3.1 Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan menurut beberapa ahli :

19
a) Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, laporan
keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
b) Zaki Baridwan menyatakan bahwa Laporan keuangan adalah merupakan
ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan, dan
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang
bersangkutan.

Dari beberapa pengertian dan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan
tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada
manajemen. Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data,
terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank
dan sebagainya. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :

1. Neraca, menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin


pada jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal perusahaan.
2. Perhitungan laba rugi, menginformasikan hasil usaha perusahaan dalam suatu
periode tertentu.
3. Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan
yang menggambarkan perubahan saldo akun ekuitas seperti modal disetor,
tambahan modal disetor, laba yang ditahan dan akun ekuitas lainnya.”
4. Laporan arus kas, menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai
akibat dari kegiatan usaha, pembelanjaan, dan investasi selama periode yang
bersangkutan.
5. Catatan atas laporan keuangan, menginformasikan kebijaksanaan akuntansi
yang mempengaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan perusahaan.

Laporan keuangan juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam


pelaksanaannya. Berikut diuraikan kelebihan dari laporan keuangan, antara lain:
1. Laporan keuangan layak dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan perusahaan di masa mendatang.
2. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai panduan untuk menilai segala
aktifitas usaha yang akan dijalankan perusahaan di masa mendatang.
3. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai panduan untuk menentukan prospek
perusahaan dan status keuangannya.

20
4. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai bahan pertanggungjawaban atas
keuangan yang dijalankan perusahaan selama kurun waktu tertentu, serta dapat
dijadikan sebagai pengatur keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran
perusahaan selama kurun waktu tertentu.

Sedangkan untuk kekurangannya adalah :


1. Laporan keuangan sering disebut sebagai laporan yang kedaluwarsa. Hal ini,
sekali lagi, karena proses pengerjaannya yang rumit dan membutuhkan waktu
lama.
2. Laporan keuangan tidak dilengkapi pengertian khusus yang menjelaskan
istilah-istilah teknis yang digunakan di dalamnya.
3. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian,
terlebih ketika didalamnya terdapat beberapa kesimpulan yang tidak pasti
mengenai penilaian suatu pos.
4. Laporan keuangan di susun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang
dalam beberapa standar memperbolehkan beberapa alternatif metode akuntansi
yang menyebabkan laporan keuangan perusahaan yang berbeda tidak selalu
dapat diperbandingkan.

Asumsi dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah dasar aktual
(actual basic) dan kelangsungan usaha (going concern). Asumsi dasar aktual laporan
keuangan yang disusun atas dasar aktual memberikan informasi kepada pemakai tidak
hanya transaksi masa lalu yang menimbulakan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi
termasuk juga kewajiban pembatasan kas di masa depan serta sumber daya yang di
butuhkan dan tidak menunggu saat pelunasan. Sedangkan laporan keuangan yang
disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas ( going corcen), sangat penting
adanya untuk mendasari penyajian wajar suatu laporan keuangan agar tidak
menyesatkan pengguna informasi tersaji.
Laporan keuangan haruslah memenuhi karakteristik kualitatif (qualitative
caharacteristics) agar dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai.
Terdapat empat karakteristik kaualitatif pokok yaitu:
1. Dapat Dipahami (Understandability)

21
Informasi harus dapat dipahami yang disesuaikan dengan batas pemahaman
para pemakainya, sehingga pemakai diharapkan mempunyai kemampuan
mengenai aktivitas perusahaan, proses akuntansi dan laporan keuangan.
2. Relevan (Relevance)
Biasanya relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud
penggunaannya karena jika informasi tersebut tidak relevan maka informasi
tersebut tidak ada gunanya bagi pemakai informasi tersebut. Terkadang suatu
informasi mempunyai tingkat relevansi yg tinggi untuk satu pengguna tetapi
belum tentu untuk pengguna yg lainnya.
3. Keandalan (Reliability)
Informasi dapat dikatakan berkualitas handal jika terbebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur ( faithful presentation)tentang sesuatu yang
seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat Dibandingkan (Comparability)
Laporan akan lebih berguna jika laporan tersebut disajikan secara komparatif,
misalnya dikomparatifkan dengan tahun sebelumnya atau misalnya
dikomparatifkan dengan laporan keuangan dengan perusahaan yg sejenis pada
tahun yg sama.
(kartikahadi et all.,2012)

2.3.2 Pelaporan Keuangan

Pelaporan keuangan (financial reporting) merupakan informasi keuangan yang


disediakan sebuah perusahaan untuk membantu pemakainya membuat keputusan-
keputusan alokasi modal perusahaan. Beberapa informasi keuangan hanya dapat atau
lebih baik disajikan melalui pelaporan keuangan (financial reporting), bukan melalui
laporan keuangan formal. Contohnya meliputi surat presiden direktur atau skedul
tambahan dalam laporan tahunan korporasi, prospektus, laporan yang dikeluarkan
kepada badan-badan pemerintah, siaran berita, prakiraan manajemen, dan pernyataan
mengenai dampak sosial atau lingkungan perusahaan. Pelaporan keuangan biasanya
digunakan oleh investor dan kreditor untuk menentukan serta membuat keputusan-
keputusan mengenai alokasi modal (Kieso et all.,2008).

22
Sebagian besar sistem akuntansi dirancang untuk menghasilkan informasi
pelaporan keuangan internal dan eksternal. Pelaporan keuangan yang menghasilkan
informasi eksternal sifatnya jauh lebih ringkas dibandingkan dengan informasi internal
yang jauh lebih terperinci. Namun, perusahaan lebih memilih menggunakan pelaporan
keuangan yang menghasilkan informasi eksternal karena tidak mau mengungkapkan
setiap rincian dari keuangan internalnya untuk pihak luar. Untuk itu , pelaporan
keuangan eksternal diatur oleh lembaga yang dibentuk untuk membuat standar atau
prinsip-prinsip yang dirancang untuk mendefinisikan secara seksama informasi apa
yang harus diungkapkan perusahaan kepada pihak luar (Stice.,2009).
Pelaporan keuangan (financial reporting) dibutuhkan agar seorang akuntan
dapat menentukan kriteria pengakuan yang dibutuhkan, pengukuran mana yang lebih
berguna, atau bagaimana cara terbaik untuk melaporkan informasi akuntansi. Tujuan
pelaporan akuntansi keuangan yang utama adalah sebagai berikut :

a) Kegunaan
FASB menyatakan bahwa pelaporan keuangan harus menyediakan informasi
yang berguna bagi investor yang sudah ada maupun investor potensial dan
kreditor dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit, dan
keputusan sejenis yang rasional.
b) Dapat Dimengerti
Laporan keuangan harus dapat dimengerti oleh pemakai laporan keuangan
dengan pengetahuan akuntansi dan bisnis yang cukup memadai serta pemakai
yang mau mempelajari dan menganalisis informasi yang disajikan.
c) Target Pembaca : Investor dan Kreditor
Walaupun ada banyak pemakai potensial dari laporan keuangan, tujuan laporan
keuangan ini terutama ditunjukan untuk investor dan kreditor. Pemakai eksternal
lainnya seperti IRS atau SEC, bisa mendapatkan informasi yang diinginkan dari
individu dan perusahaa. Investor dan kreditor sangat bergantung pada informasi
yang terdapat pada laporan keuangan periodik yang disiapkan oleh pihak
manajemen.
d) Penilaian Terhadap Arus Kas Masa yang Akan Datang
Investor dan kreditor tertarik terhadap arus kas perusahaan di masa yang akan
datang. Kreditor berharap agar bunga dan pokok pinjamannya dibayar dengan
uang kas. Investor menginginkan dividen kas dan arus kas yang memadai agar
bisnis dapat bertumbuh. Jadi, pelaporan keuangan harus dapat memberikan

23
informasi yang berguna dalam mengakses jumlah, waktu, dan ketidakpastian
(resiko) dari arus kas prospektif.
e) Evaluasi Sumber Daya Ekonomi
Pelaporan keuangan juga harus dapat menyediakan informasi tentang aset,
utang, dan modal pemilik perusahaan untuk dapat membantu investor, kreditor,
dan pihak lain dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan keuangan
perusahaan dan likuiditas serta kemampuannya membayar utang jangka panjan.
Informasi ini akan membantu pemakai dalam menentukan kondisi keuangan
perusahaan, yang kemudian akan memberikan gambaran tentang prospek arus
kas di masa yang akan datang.
f) Fokus Utama pada Laba
Informasi tentang laba perusahaan, yang diukur dengan akuntansi akrual,
biasanya menyediakan dasar yang lebih baik untuk memprediksi kinerja di masa
yang akan datang daripada informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas
saat ini. Jadi, FASB menyatakan bahwa “fokus utama dalam pelaporan akuntansi
adalah informasi tentang kinerja perusahaan yang diberikan oleh ukuran laba
dan komponen di dalamnya (Stice.,2009).

Agar dapat memberikan informasi yang berguna, penyusunan laporan keuangan


harus berdasarkan standar dan aturan yang berlaku. Untuk itu pelaporan keuangan
memerlukan rerangka konsep sebagai dasar penyusunan laporan keuangan. Rerangka
konseptual dibutuhkan agar aturan pelaporan keuangan dapat berguna dan tidak
mengambang. IASB (International Accounting Standards Board) dan FASB (Financial
Accounting Standards Board) masing-masing memiliki konsep tersendiri, dimana
rerangka konseptual IASB tercermin pada dokumennya, sedangkan FASB ada pada
pengembangan dokumen itu. Maka dari itu kedua lembaga tersebut bekerjasama untuk
menghasilkan konsep yang dapat diterima secara umum (Ibrahim.,2013)

Menurut IFRS (International Financial Reporting Standards) kerangka


konseptual pelaporan keuangan dibagi menjadi tiga level seperti gambar dibawah ini
berikut dengan penjelasannya :

24
1. First level : Basic Objective
Pada level pertama ini dijelaskan mengenai ruang lingkup dan apa sebenarnya
tujuan dari pelaporan keuangan, dimana tujuannya ialah menyediakan informasi
yang berguna untuk investor yang ada dan yang berpotensial, kreditor, serta
pemberi pinjaman dalam membuat keputusan terkait perannya sebagai penyedia
modal.
2. Second level : Fundamental Concept
Mendefinisikan dan mengidentifikasikan karakteristik kualitatif dari informasi
keuangan dalam elemen laporan keuangan. Karakteristik kualitatif informasi
akuntansi Karakteristik kualitatif mengidentifikasi alternatif yang menyediakan
informasi paling berguna dalam pengambilan keputusan. Karakteristik kualitatif
terdiri atas dua jenis terkait kegunaanya yaitu :
 Kualitas Primer
Kualitas primer terdiri atas relevan dan reliabilitas, dimana relevan menjelaskan
bahwa informasi akuntansi harus dapat mempengaruhi keputusan yang akan

25
diambil, yang dapat mempengaruhinya ialah : 1. nilai prediktif, 2. nilai
konfirmasi, sedangkan reliabilitas menjelaskan bahwa semua saldo dan
penjelasan yang disajikan benar – benar ada dan terjadi, untuk dapat memenuhi
reliabilitas unsur – unsur yang harus dipenuhi antara lain, 1. kelengkapan, 2.
netral, 3. bebas dari kesalahan.
 Kualitas Sekunder
Kualitas sekunder sebenarnya merupakan pelengkap dari kualitas primer, agar
dapat menjadikan laporan keuangan lebih berguna. Unsur – unsur kualitas
sekunder ialah :

 Dapat dibandingkan

 Konsistensi

 Tepat waktu

 Dapat dipahami

 Elemen Dasar
Dalam laporan keuangan banyak istilah yang digunakan, istilah berikut yang
sering digunakan ialah :
 Aset
 Kewajiban
 Ekuitas
 Pendapatan
 Beban
3. Third level : Recognition, Measurement, and Disclosure Concept
Berkaitan dengan prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan tentang pengukuran
dan elemen laporan keuangan. Lima asumsi dasar dalam penyusunan laporan
keuangan yang digunakan ialah :
 Economic Entity : asumsi ini menjelaskan bahwa kekayaan pemilik harus
dipisahkan dengan kekayaan perusahaan.
 Going Concern : asumsi ini menjelaskan bahwa entitas didirikan untuk jangka
waktu yang tidak ditentukan
 Monetary Unit : asumsi ini menjelaskan bahwa transaksi yang terjadi harus
dapat diukur dengan satuan uang

26
 Periodicity : asumsi ini menjelaskan bahwa laporan keuanga dilaporkan dalam
suatu jangka waktu tertentu
 Accrual Basic : asumsi ini menjelaskan bahwa segala transaksi yang terjadi
harus dicatat saat itu juga

Empat prinsip dasar akuntansi :

 Pengukuran : ada dua jenis pengukuran yaitu cost principle, dimana aset dicatat
pada saat harga perolehan, dan fair value, yaitu aset dinilai sesuai nilai saat ini
yang berlaku.
 Pengakuan pendapatan : pengakuan pendapatan terbagi tiga, ketika sebelum
produksi, pada saat selesai produksi dan saat menerima uang tunai.
 Pengakuan beban : pengakuan beban diklasifikasikan sebagai biaya produk,
yang berhubungan langsung dengan produksi, seperti bahan baku, dan biaya
periode, yang tidak berhubungan langsung dengan produksi, seperti gaji
karyawan.
 Pengungkapan penuh : segala sesuatu yang bersangkutan dengan laporan
keuangan dan dapat mempengaruhi keputusan harus diungkapkan.

Dalam menyusun laporan keuangan terdapat hambatan yang terjadi, yaitu biaya
penyusunan dan materialitas.

 Biaya : Banyak orang mengira bahwa informasi akuntansi itu gratis, mereka
salah, karena dalam penyusunan laporan keuangan terdapat biaya yang
dikeluarkan agar menjadi informasi yang berguna, misal : nilai aset harus diaudit
terlebih dahulu agar nilainya sesuai, biaya yang dikeluarkan untuk membayar
auditor menjadi biaya untuk menyusun laporan keuangan, sehingga entitas harus
lebih selektif dalam menyusun laporan keuangan, dan tidak sembarangan.
 Materialitas : Materialitas merupakan salah saji yang terjadi dalam penyusunan
laporan keuangan, sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Misal
: nilai piutang yang tidak dapat ditagih sebesar 60% dari total penjualan, hal ini
tentu saja dapat mempengaruhi pengguna dalam mengambil keputusan.

2.4 Contoh Kasus

27
Olympus Corporation adalah pemimpin dunia dalam pembuatan mikroskop
medis dan peralatan pencitraan serta instrumen medis - endoskopi pada khususnya.
Olympus meluncurkan baris pertama kamera pada tahun 1936, dan berperan
penting sebagai pendiri dalam revolusi fotografi digital. Berkantor pusat di Tokyo,
Olympus memiliki penjualan tahunan perkiraan $ 10 miliar dan mempekerjakan
35.000 orang (Hoovers, 2012). "Olympus mengadopsi struktur perusahaan dengan
sistem auditor berdasarkan Hukum Perusahaan Jepang(Olympus, 2011)."

Di perusahaan multinasional Barat, hirarki diatur sedemikian rupa sehingga


selain dari pemegang saham umum (yang seolah-olah memegang kekuasaan
tertinggi), maka disisi lain ada Dewan Direksi (BOD) yang memegang kekuasaan
tertinggi, dengan Komite Audit memiliki tanggung jawab untuk memberikan
laporan kepada mereka. Sebaliknya, Hukum Perusahaan Jepang Dewan Audit
berada pada tingkat yang sama dengan Dewan Direksi, sekalipun memiliki
kewenangan audit di atasnya. Dewan Direksi Olympus memiliki 15 anggota, termasuk
tiga direksi luar. Faktabahwa BOD secara internal memberikan laporan yang bisa
nantinya akan terbukti menjadi sumber kemarahan investor asing. Menariknya, biasanya
pada perusahaan publik rasio outsiders pada insiders seharusnya lebih besar,
tapi tidak diperusahaan Jepang, bahkan banyak di perusahaan Jepang tidak
memiliki non-eksekutif independen (outsiders) pada BOD nya.

Skandal penipuan laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan Olympus


mulai diketaui, berawal dari tuntutan mantan CEO-nya, Michael Woodford,
skandal buruk yang sudah disimpan rapat selama 20 tahun itu terkuak sudah. Pemicu
terkuaknya bobrok ini bermula dari permintaan Woodford terhadap perusahaan
berumur 92 tahun ini untuk menjelaskan transaksi akuisisi sebesar US$ 1,3
miliar (Rp 11 triliun) yang menurutnya janggal. Woodford memprediksi adan yang
salah dari kebijakan yang diambil. Dia curiga dana tersebut mengalir ke pos
yang salah. Awalnya, seperti lazimnya skandal yang harus ditutup rapat-rapat ,
manajemen Olympus menyangkal mati-matian. Namun, lewat jalan berliku,
akhirnya produsen kamera asal Jepang itu mengakui telah menyembunyikan
kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama 20 tahun, sejak era 1980-an.
Kecurangan ini bermula dari akuisisi Olympus atas produsen peralatan medis asal

28
Inggris, Gyrus, pada tahun 2008. Transaksi senilai US$ 2,2 miliar (Rp 18,7 triliun) ini
juga melibatkan biaya-biaya lain, yakni ongkos penasihat yang mencapai US$ 687
juta(Rp 5,83 triliun) dan pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal
senilaiUS$ 773 juta (Rp 6,57 triliun). Belakangan terungkap, biaya-biaya lain
tersebut (ongkos penasihat danperusahaan investasi lokal) adalah akal-akalan.
Dana-dana itu digunakan untuk menutupi kerugian investasi di dua dekade
lalu. Modus ini pun terlihat lantaran pembayaran kepada tiga perusahaan
investasi lokal itu dihapus bukukan.

Dengan skema Tobashi (berarti "to make fly away : untuk membuatnya
hilang"), Olympus telah melakukan penipuan atas laporan keuangan perusahaan selama
20 tahun. Sekalipun skema Tobashi sebenarnya dilegalkan di Jepang sampai akhir 1990-
an, tapi dalam praktik manajemen hal ini seharusnya tidak pantas dilakukan oleh
manajemen sekalipun tidak melanggar hukum Melalui praktek merger dan akuisisi
yang kompleks, Olympus telah memanipulasi laporan keuangannya dan
menyembunyikan kerugian investasi mereka. Padahal seharusnya, harus ada
transparansi atas kinerja manajemen yang dilaporkan atau dipertanggungjawabkan
dalam laporan keuangan. Hal ini bukan dilakukan perindividu melainkan teroganisir
secara keseluruhan dalam badan organisasi Olympus. Baik dari manajemen level atas
sampai level bawah telah bekerjasama dengan sangat baik selama hampir 20 tahun
untuk menutupi kerugian tersebut. Kepemimpinan keuangan seluruh perusahaan
berkolusi dengan satu sama lain, memungkinkan bahwa semua transaksi
mencurigakan bisa luput di bawah pengawasan auditor internal Olympus. Auditer
Internal Olympus, secara sengaja membantu menutup-nutupi kerugian investasi
yang dialami oleh Olympus dan memberikan opini wajar atas kondisi internal
Olympus. Bahkan dalam salah satu catatan investigasi atas Olympus
disebutkan, salah satu mantan Direktur Operasional Olympus secara sengaja
menyarankan penggantinya untuk tidak membuka mulut dan menutupi manipulasi yang
dilakukan oleh Olympus. Ini menunjukkan kinerja manajemen yang tidak
independen dan terlalu kolektif.

Skandal manipulasi yang dilakukan oleh manajemen Olympus,


membuat Olympus hampir dihapuskan dari Tokyo Stock Exchange, Olympus telah

29
mendapat ancaman akan dihapuskan dari STE, jika mereka tidak memberikan
penjelasan tertulis atas kondisi perusahaan. Laporan pertanggungjawaban Olympus
yang tertuang dalam Report for 144th Term akhirnya menjelaskan kondisi Olympus
yang sebenarnya kepada pihak yangberkepentingan pada April 2012. Pada laporan
keuangan yang telah diaduit tersebut, terjadi penurunan nilai asset dari ¥966
miliar menjadi tersisa hanya ¥605 miliar, sebagai akibat kerugian investasi yang
tidak dilaporkan oleh Olympus. Report for 144th Terms seperti pengakuan dosa
Olympus terhadap khalayak ramai akan penipuan besar yang telah mereka lakukan,
memecat 7 jajaran direksi, dan menata ulang manajemen perusahaan dengan
memasukkan orang-orang baru untuk mengisi BoD Olympus. Lebih dari itu, nilai
perusahaan juga turun drastis yaitu hampir 75% dari nilai sebelumnya sebagai dampak
penurunan kepercayaan investor terhadap manajemen Olympus, sampai pada akhirnya
Olympus harus menjual sahamnya kepada Sony agar tidak gukung tikar. Sony kini
menjadi pemilik Olympus atas kepemilikan saham sebesar 51%.

BAB III

Kesimpulan

30
Sebuah informasi keuangan yang relevan sangat diperlukan guna meningkatkan
pasar yang efisien. Informasi ini lah yang kelak digunakan oleh investor, kreditor,
pemerintah, manager perusahaan, dan karyawan dalam mengambil keputusan. Terutama
informasi ini sangatlah penting untuk investor yang akan menanamkan modal mereka
terhadap suatu perusahaan. Salah satu penyebab keberhasilan itu adalah dari laporan
keuangan dan pengungkapan yang berhubungan mampu melaporkan dan mengorgansir
informasi keuangan dalam bentuk yang bermanfaat dan handal. Maka profesi akuntansi
berupaya mengembangkan seperangkat standar yang dapat diterima oleh umum dan
dapat dipraktekan secara universal.
Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana
penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Oleh karena itu, pengembangan standar
akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa
sekarang ini. Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi
akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya
dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan serta melakukan
pembangan standar akuntansi Indonesia dimulai sejak zaman Belanda sampai dengan
saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS.
Laporan Keuangan merupakan salah satu informasi keuangan yang dibutuhkan
oleh para pihak luar perusahaan, dan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan
keuangan dengan tujuan untuk mempertanggungjawanbkan tugas-tugas yang
dibebankan kepada manajemen. Bagian dari laporan keuangan yang lengkap adalah
dengan adanya neraca, perhitungan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Lalu, Pelaporan Keuangan merupakan informasi keuangan yang disediakan
sebuah perusahaan untuk membantu pemakainya membuat keputusan alokasi modal
perusahaan. Dalam mempermudah penyampaiannya, pelaporan keuangan di jelaskan
dalam bentuk rerangka konseptual yang terdiri dari 3 level, yaitu : First level
(objectives), Second level (qualitative characteristic & elements), Third level
(assumptions, principles, constraints).
DAFTAR PUSTAKA

31
 Kartikahadi, Hans; Uli Sinaga, Rosita; Syamsul, Merliyana dan Veronica
Siregar, Sylvia. 2012. Akuntansi Keuangan berdasarka SAK berbasis IFRS.
Jakarta: Selemba Empat.
 Kieso, D.E., Weigand , J.J. dan Warfield, T.D. Intermediate Accounting. Edisi
IFRS. John Wiley & Son. Inc., (Edisi 12 Bahasa Indonesia)
 Stice, J.D. Akuntansi Keuangan Intermediate Accounting., (Buku 1 Edisi 16
Bahasa Indonesia)
 Diakses pada tanggal 12 Februari 2016 http:// sharingbahankuliah
.blogspot.com/2009/05/akuntansi-dan lingkungannya.html?m=1
 Diakses pada tanggal 12 Februari 2016 http://id.m.wikipedia.org/wiki
/Akuntansi_keuangan
 Diakses pada tanggal 12 Februari 2016 http://ima-
feuh.com/2013/09/kerangka-konseptual-pelaporan-keuangan/
 Diakses pada tanggal 12 Februari 2016 http://www.davishare.com /
2014/12/makalah-standar-akuntansi.html
 Diakses pada tanggal 12 Februari 2016 https://dhiasitsme.wordpress.com /
2011/10/25/standar-akuntansi-keuangan-sak/
 Diakses pada tanggal 12 Februari 2016 http://bagibagijawaban.blogspot
.co.id/2014/12/standar-akuntansi-keuangan.html
 Diakses pada tanggal 12 Februari 2016 http://dokumen.tips/documents/
pelanggaran-kode-etis-olympus.html

32

Anda mungkin juga menyukai