Anda di halaman 1dari 40

ETIKA PROFESIONAL

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PENGAUDITAN
Dosen Pengampu oleh Elly Astuti, S.Pd., M.Si.

Kelompok 3:

1. Melina Fahrin A (1802106003)


2. Febriyanti (1802106017)

UNIVERSITAS PGRI MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmatserta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penyusun
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Profesional”.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tidak lupa mengucapkan
banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas makalah inisehinggga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Dalam penyusunan makalah ini penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun kepada pembaca umumnya.

Madiun, 18 Maret 2021

(Penyusun)

1
DAFTAR ISI
Cover................................................................................................................. 1
Kata Pengantar...................................................................................................2
Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB I
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 4
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................................... 4

BAB II
Definisi Etika ................................................................................................... 5
Definisi Dilema Etika ...................................................................................... 7
Kebutuhan Khusus Akan Perilaku Etis Dalam Profesi....................................12
Kode Perilaku Profesional................................................................................14
Independensi ....................................................................................................19
Peraturan Perilaku Dan Interprestasi Independensi..........................................23
Peraturan Perilaku lainnya................................................................................31
Pemberlakuan .................................................................................................38

BAB III
A. Kesimpulan.................................................................................................40
DAFTAR PUSAKA.........................................................................................41

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, etika dalam berbagai hal sangatlah dijunjung tinggi oleh
kebanyakanorang. Etika dianggap sebagai sesuatu hal yang bernilai tinggi, begitu juga
dalam hal proses auditing. Dalam proses auditing, seorang auditor haruslah bekerja dan
bertindak secaraprofessional sesuai dengan etika dan aturan yang ada. Etika dan
regulator itu telah ditetapkan oleh pasar modal dan Bapepam. Pengambilan keputusan
seorang auditor nantinya sangat berpengaruh kepada public dan para pengguna
keputusan. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai etika dalam auditing.
Akan dibahas pula bagaimana regulasi etikaprofesional seorang editor

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Etika ?

2. Apa pengertian dari dilema etika ?

3. Apa saja kebutuhan khusus akan perilaku etis dalam profesi?

4. Apa saja kode perilaku professional?

5. Apa pentingnya Independensi?

6. Apa peraturan perilaku dan interprestasi independesi?

7. Apa peraturan perilaku lainnya?

8. Bagaimana Pemberlakuan Etika Profesional?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian Etika

2. Untuk mengetahui pengertian dilemma etika

3. Untuk mengetahui kebutuhan khusus akan perilaku etis dalam profesi

4. Untuk mengetahui kode perilaku professional

5. Untuk mengetahui pentingnya independensi

6. Untuk mengetahui perilaku dan interprestasi independesi

7. Untuk mengetahui peraturan perilaku

8. Untuk mengetahui Pemberlakuan Etika Profesional

4
BAB II

PEMBAHASAN

A PENGERTIAN ETIKA

Etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian


prinsip atau nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai seperti itu, meskipun
kita memperhatikan atau tidak memperhatikannya secara eksplisit. Para ahli filsafat
organisasi keagamaan, serta kulompok lainnya telah mendefinisikan seranekat prinsip
dan nilai moral ini dengan berbagai cara. Contoh serangkaian prinsip atau nilai moral
yang telah ditentukan adalah UU dan peraturan, doktrin gereia. kode etik bisnis bagi
kelompok profesi seperti akuntan publik, serta kode perilaku dalam organisası.
Contoh serangkaian prinsip yang telah ditentukan dapat dilihat dalam Gambar 4-1.
Prinsip-prinsip ini dikembangkan oleh josephson Institute of Ethics, sebuah organisasi
nirlaba bagi pengembangan kualitas etika masyarakat. Prinsip dan nilai moral
seseorang serta kepentingan relatif prinsip tersebut bagi mereka pasti berbeda dengan
orang-orang lainnya. Perbedaan ini merefleksikan pengalaman hidup, kesuksesan dan
kegagalan yang dialami, serta pengaruh dari orang tua, guru, dan teman.

Kebutuhan akan Etika.

Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi secara
teratur. Kita dapat berargumentasi bahwa etika adalah perekat yang dapat mengikat
anggota masyarakat. Bayangkan, misalnya, apa yang akan terjadi jika kita tidak
memiliki kepercayaan akan kejujuran dari orang-orang yang berinteraksi dengan kita.
Jika para orang tua, guru, pemilik perusahaan, saudara kita, rekan kerja, serta teman-
teman kita semuanya berkata bohong, hampir tidak mungkin untuk mempunyai
komunikasi yang efektif. Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting,
sehingga banyak nilai etika yang umum dimasukkan ke dalam undang-undang.
Namun, sebagian besar nilai etika yang disajikan dalam Gambar 4-1, contohnya
berhati-hati, tidak dapat dijadikan undang-undang karena etika tersebut tidak dapat
didefinisikan dengan cukup baik agar dapat diberlakukan. Akan tetapi, tidak tersirat
bahwa prinsip- prinsip yang tidak dapat didefinisikan dengan cukup baik tersebut
kurang penting bagi masyarakat yang teratur.

Mengapa orang orang Bertindak Tidak Etis

Sebagian besar orang mendefinisikan perilaku tidak eitis sebagai tindakan


yang berbeda dengan apa yang mereka anggap tepat dilakukan dalam situasi tertentu.
Masing-masing dari kita memutuskan bagi kita sendiri apa yang kita anggap sebagai
perilaku tidak etis, baik bagi kita sendiri maupun bagi orang lain. Jadi kita harus
memahami apa yang menyebabkan orang-orang bertindak dengan cara yang kita
anggap sebagai tidak etis. Ada dua alasan utama mengapa seseorang bertindak tidak

5
etis: Standar etika seseorang berbeda dengan standar etika yang berlaku di masyarakat
secara keseluruhan, atau orang itu memilih untuk bertindak mementingkan diri
sendiri. Sering kali, kedua alasan itu muncul bersamaan.

Standar Etika Seseorang Berbeda dengan Masyarakat Umum Contoh ekstrem


orang-orang yang perilakunya melanggar hampir semua standar etika yang dianut
oleh setiap orang adalah para pengedar obat terlarang, perampok bank, dan pencuri.
Sebagian besar orang yang melakukan tindakan tersebut tidak menunjukkan rasa
penyesalan saat mereka tertangkap, karena standar etika mereka berbeda dengan yang
berlaku di masyarakat secara keseluruhan.

Juga banyak contoh yang tidak terlalu ekstrem manakala orang lain melanggar
nilai etis kita. Ketika orang-oran berlaku curang dalam mengisi SPT pajaknya,
memperlakukan orang lain dengan rasa permusuhan, berbohong dalam mengisi
formulir aplikasi lamaran kerja, atau bertindak di bawah tingkat kompetensi yang
dimilikinya sebagai karyawan, sebagian besar dari kita akan menganggap hal itu
sebagai perilaku yang tidak etis. Jika orang lain memutuskan bahwa perilaku ini etis
dan dapat diterima, maka akan ada konflik nilai etis yang tidak mungkin terselesaikan.

Orang Memilih untuk Bertindak Mementingkan Diri Sendiri Contoh berikut


menggambarkan perbedaan antara standar etika yang berbeda dengan standar ctika
yang dianut masyarakat umum dan bertindak mementingkan diri sendiri. Si A
menemukan sebuah kopor di bandar udara yang berisi dokumen-dokumen penting dan
uang senilai $1.000. la membuang kopor tersebut setelah mengambil uangnya. la
membual pada keluarga dan teman-temannya tentang keberuntungannya ini. Nilai si
A mungkin berbeda dengan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian besar masyarakat. B
menghadapi situasi yang sama dengan si A tetapi ia mengambil sikap yang berbeda. la
mengambil uang di dalam kopor itu tetapi meninggalkan kopor pada suatu tempat
yang mencolok. B tidak memberi tahu siapapun dan membelanjakan uang tersebut
6
untuk membeli baju baru. Kemungkinan besar si B telah melanggar standar etikanya
sendiri, tetapi ia memutuskan bahwa uang tersebut terlalu berharga untuk dilewatkan.
B memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri.

Sebagian besar perilaku tidak etis disebabkan oleh tindakan yang


mementingkan diri sendiri. Skandal politik terjadi akibat adanya keinginan untuk
mendapatkan kekuasaan politik; kecurangan dalam mengisi SPT pajak dan laporan
pengeluaran dimotivasi oleh ketamakan atas uang; bertindak di bawah kemampuan
sebenarnya dan beriaku curang dalam ujian yang diikuti umumnya terjadi akibat rasa
malas Dalam setiap kasus, orang tersebut mengetahui bahwa perilakunya tidak benar
tetapi ia memilih untuk tetap melakukan itu karena diperlukan pengorbanan pribadi
untuk bertindak secara etis.

B DILEMA ETIKA

Dilema etika (ethical dilemma) adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang di
mana ia harus mengambil keputusan tentang perilaku yang tepat. Contoh sederhana
dari dilema etika ini adalah penemuan cincin berlian, di mana seseorang harus
menentukan apakah akan berusaha mencari pemilik cincin tersebut atau akan
menyimpannya. Dilema etika yang jauh lebih sulit untuk diselesaikan adalah contoh
kasus berikut ini. Ini merupakan jenis kasus yang mungkin digunakan dalam mata
kuliah etika.

• Seorang pria berada di mbang kematian akibat menderita sejenis penyakit


kanker. Ada satu obat yang menurut para dokter dapat menyelamatkannya. Obat
tersebut baru saja dikembangkan oleh sebuah perusahaan farmasi. Biaya pembuatan
obat tersebut sangat mahal, tetapi perusahaan menjualnya dengan harga dua puluh kali
lipat dari biaya permbuatannya. Istri pria yang sedang sekarat itu menemui setiap
orang yang dia kenal untuk meminjam sejumlah uang, tetapi ia hanya dapat
mengumpulkan sekitar $10.000, yaitu setengah dari harga obat. Ia berkata kepada
perusahaan tersebut bahwa suaminya sedang sekarat dan mnemobon agar perusahaan
dapai menjual obat itu dengan harga lebih murah atau diperbolehkan membayar
kekurangannya nanti. Tetapi perusahaan tersebut berkata: "Tidak, saya yang
menemukan obat ini dan saya perlu mendapat uang untuk para pemegang saham yang
telah berinvestasi demi pengembar.gan obat ini." Sang istri menjadi putus asa dan
menerobos masuk ke dalam toko itu untuk mencuri obat bagi suaminya. Apakah si
istri itu harus melakukan hal tersebut?

Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilema
etika dalam karier bisnisnya. Auditor yang menghadapi klien yang mengancam akan
mencari auditor baru kecuali bersedia menerbitkan suatu pendapat wajar tanpa
pengecualian, akan mengalami dilema etika bila pendapat wajar tanpa pengecualian
itu tidak tepat. Memutuskan apakah akan berkonfrontasi dengan atasan yang telah
menyatakan lebih saji pendapatan departemennya secara material agar dapat
menerima bonus lebih besar merupakan suatu dilema etika. Tetap menjadi bagian dari

7
manajemen sebuah perusahaan yang nempermalukan dan meinp.rlakukan para
pegawainya secara tidak wajar atau tidak jujur meiayani para pelanggan merupakan
suatu dilema etika, terutama jika karyawan tersebut mempunyai keluarga yang harus
ditanggung dan ketatnya persaingan mencari pekerjaan baru.

Merasionalkan Perilaku tidak Etis

Ada cara-cara alternatif untuk menyelesaikan dilema etika, tetapi kita harus berhati-
hati untuk menghindari metode yang merasionalkan perilaku tidak etis. Berikut ini
adalah metode-metode rasionalisasi yang sering digunakan, yang dengan mudah dapat
mengakibatkan tindakan tidak etis.

Setiap Orang Melakukannya Argumen bahwa memalsukan SPT pajak, mencontek


Stutian, atau menjual produk yang cacat merupakan perilaku yang dapat diterima
umumnya didasarkan pada rasionalisasi bahwa setiap orang lain juga melakukan hal
yang sama, sehingga merupakail perilaku yang dapat diterima.

Jika Sah Menurut Hukum, Hal itu Etis Menggunakan argumen bahwa semua perilaku
yang sah menurut hukum adalah perilaku yang etis sangat bergantung pada
kesempurnaan hukum. Menurut filosofi ini, seseorang tidak memiliki kewajiban
untuk mengembalikan barang yang hilang kecuali pihak lain dapat membuktikan
bahwa barang tersebut miliknya.

Kemungkinan Penemuan dan Konsekuensinya Filosofi ini bergantung pada evaluasi


atas kemungkinan bahwa orang lain akan menemukan perilaku tersebut. Biasanya,
orang itu juga akan menilai besarnya kerugian (konsekuensi) yang akan diterimanya
bila hal tersebut terbongkar. Salah satu contohnya adalah memutuskan apakah akan
mengoreksi kelebihan tagihan yang tak discngaja kepada seorang pelanggan ketika
pelanggan tersebut telah membayar seluruh tagihannya. Jika si penjual yakin bahwa
pelanggan itu akan mendeteksi kekeliruan ini dan memutuskan untuk tidak akan
membeli lagi kepadanya, maka penjual akan segera menginformasikan kesalahan
yang terjadi sekarang; sebaliknya, penjual akan menunggu hingga pelanggan tersebut
menyampaikan keberatan.

Menyelesaikan Dilema Etika

Dalam tahun-tahun terakhir, telah dikembangkan kerangka kerja formal untuk


membantu orang-orang menyelesaikan dilema etika. Tujuan dari kerangka kerja
seperti itu adalah membantu mengidentifikasi isu-isu etis dan memutuskan
serangkaian tindakan yang tepat dengan menggunakan nilai dari orang itu sendiri.
Pendekatan enam-langkah berikui ini dimaksudkan agar dapat menjadi pendekatan
yang relatif sederhana untuk menyelesaikan dilema etika:

1 Memperoleh fakta yang relevan.

2. Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut.

8
3. Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema tersebut
dan bagaimana setiap orang atau kelompok itu terpengaruhi.

4. Mengidentif.kasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus


menyelesaikan dilema tersebut.

5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif.


Memutuskan tíndakan yang tepat.

6. Suatu ilustrasi akan digunakan untuk menunjukkan bagaimana seseorang


bisa menggunakan pendekatan enam iangkah ini gena menyelesaikan suatu
dilema etika.

Dilema Etika

Bryan Longview clah bekerja selama 6 bulan sebagai asisten staf pada KAP
Barton & Barton. Saat ini ia sed ang ditugaskan untuk melakukan audit atas
Reyon Manufacturing Company di bawah supervisi Charles Dickerson, seorang
auditor senior yang berpengalaman. Ada tiga orang auditor yang ditugaskan pada
audit ini, yaitu Bryan, Charles, dan seorang auditor yunior lainnya yang lebih
berpengalaman dari Bryan, Martha Mills. Pada saat makan siang hari pertama,
Charles berkata, "Kita harus bekerja lembur selama beberapa jam dengan mengambil
waktu kita sendiri untuk memastikan bahwa kita bekerja sesuai dengan anggaran.
Audit ini sangat tidak menguntungkan, dan kita tidak ingin memberatkan kantor kita
dengan bekerja di atas anggaran yang telah ditetapkan. Kita dapat menyelesaikan
audit ini dengan mudah, yaitu dengan datang lebih pagi setengah jam, mempersingkat
istirahat makan siang, dan bekerja lebih lama satu jam atau lebih setelah waktu pulang
normal. Kita hanya tidak ingin mencatat waktu tersebut dalam laporan jam kerja"
Bryan ingat pernah membaca dalam manual kehijakan perusahaan yang membahas
tentang jam kerja, dan ingat bahwa tidak mencatat jam kerja dalam laporan jam kerja
merupakan suatu pelanggaran atas kobijakan ktenagakerjaan Barton & Barton. la juga
mengetahui bahwa para senior menerima bonus, tapi tidak dibayar waktu lemburnya,
sementara staf dibayar waktu lemburnya tetapi tidak menerima bonus. Selanjutnya,
ketika membahas masalah ini dengan Martha, Martha berkata, "Charles melakukan
hal ini dalam semua penugasannya. la mungkin akan menjadi manajer audit kantor
kita di masa mendatang. Para rekan menganggap ia hebat karea pekerjaannya selalu
selesai di bawah anggaran yang ditetapkan. la menghargai kia dengan memberikan
kita evaluasi penugasan yang baik, khususnya dalam kategon sikap kooperatif.
Beberapa auditor senior lainnya melakukan praktik yang sama.

Menyelesaikan Dilema Etika dengan Menggunakan Pendekatan Enam Langkah

Fakta yang Relevan Ada tiga fakta penting dalam situasi ini yang berkaitan dengan
isu etika dan bagaimana isu-isu tersebut akan diselesaikan

9
1. Asisten staf itu telah diberi tahu bahwa ia akan bekerja lembur beberapa jam tanpa
mencatatnya sebagai jam kerja.

2. Kebijakan kantor melarang praktik tersebut,

3. Asisten staf lain menyatakan bahwa hal ini merupakan praktik yang umum di
kantor itu.

Isu Etika Isu etika dalam situasi ini tidak sulit untuk diidentifikasi

Apakah etis bagiì Bryan untuk bekerja lembur selama berjam-jam dan tidak
mencatatnya sebagai jam kerja dalam situasi ini?

Siapa yang Dipengaruhi dan Bagaimana Masing-masing Terpengaruh? Umumnya ada


lebih banyak orang yang terpengaruh dalam situasi di mana dilema etika terjadi
ketimbang yang diperkirakan. Berikut ini adalah orang-orang penting yang terlibat
dalam situasi ini:

Siapa Bagaimana Terpengaruh

Bryan Diminta melanggar kebijakan perusahaan. Jam kerja


akan terpengaruh. Pembayaran gaji akan terpengaruh.
Evaluasi kinerja mungkin akan terpengaruh. Sikap
terhadap kantor mungkin akan terpengaruh.

Martha Sama seperti Bryan.

Charles Sukses dalam penugasan dan posisinya di kantor


mungkin akan terpengaruh. Jam kerja akan terpengaruh.

Barthon & Baron Kebijakan yang ditetapkan sedang dilanggar. Dapat


mengakibatkan kurangnya penagihan kepada klien
untuk penugasan yang sedang berjalan maupun
penugasan mendatang. Dapat mempengaruhi
kemampuan perusahaan membuat anggaran penugasan
dan penagihan yang realistik kepada klien. Dapat
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk
memotivasi dan mempertahankan karyawan.

Staf yang ditugaskan pada

Reyon Manufacturing

dimasa Mendatang Dapat mengakibatkan anggaran waktu yang tidak


realistik. Dapat mengakibatkan evaluasi atas kineria
waktu yang tidak menguntungkan. Dapat menimbulkan

10
tekanan untuk tetap melakukan praktik tidak
membebankan jam kerja yang sebenarnya

Staf lainya dikantor Mengikuti praktik dalam penugasan ini dapat me-
motivasi staf lain untuk mengikuti praktik yang sama
dalam penugasan lainnya.

Alternatif yang Tersedia bagi Bryan

• Menolak bekerja lembur.

 Melakukannya sesuai dengan permintaan.


 Memberi tahu Charles bahwa ia tidak bersedia untuk bekerja lembur atau akan
membebankan tambahan jam kerja tersebut dalam penugasan itu.
 Berbicara dengan manajer atau partner tentang permintaan Charles.
 Menolak untuk bekeria dalam penugasan tersebut.
 Mengundurkan diri dari kantor.

Masing-masing alternatif ini memiliki suatu konsekuensi yang potensial, di mana


kemungkinan terburuk adalah diberhentikan oleh kantor tersebut.

Konsekuensi dari Setiap Alternatif Dalam menentukan konsekuensi dari setiap


alternatif, Bryan harus mengevaluasi pengaruh jangka pendek dan jangka panjang.
Ada kecenderungan alami untuk menekankan pada pengarun jangka pendek karena
konsekuensinya akan segera terjadi, meskipun konsekuensi jangka panjang mungkin
jauh lebih besar. Sebagai contoh, mari pertimbangkan konsekuensi yang mungkin
terjadi jika Bryan memutuskan untuk bekerja lembur dan tidak melaporkannya.
Dalam jangka pendek, ia mungkin akan memperoleh penilaian yang baik dalam hal
kerja sama dan mungkin kenaikan gaji. Dalam jangka panjang, apa pengarulanya jika
tidak melaporkan jam kerja ini ketika muncul konflik etika lainnya? Pertimbangkan
dilema etika yang serupa berikut ini yang mungkin akarı dihadapi Bryan dalam
perjalanan karier selanjutnya:

 Seorang supervisor meminta Bryan untuk bersedia bekerja selama 3


jam per hari dan 15 jam setiap akhir minggu tanpa dicatat.

 Seorang supervisor meminta Bryan untuk menyatakan bahwa


beberapa prosedur audit telah dilaksanaker meskimın pada
kenyaiaannya tidak dilaksanakan.

11
 Bryan menyimpulkan bahwa ia tidak dapat dipremosikan menjadi
seorang manajer kecuali ia membujuk para asisten untuk tidak
mencatat sejumlah jam kerja mereka.

 Manajemen klien memberi tahu Bryan, yang sekarang sudah menjadi


partner, bahwa jika klien tidak dapat memperoleh pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan biaya audit sebesar $40.000, maka perusahaan
tersebut akan mencari auditor lain.

 Manajemen klien memberi tahu Bryan bahwa biaya audit akan


dinaikkan $25.000 jika Bryan dapat menemukan suatu cara yang
kelihatannya sah untuk menaikkan pendapatan sebesar $1 juta.

Tindakan yang Tepat Hanya Bryan yang dapat memutuskan alternatif mana
yang tepat pada situasi yang ada, setelah ia mempertimbangkan nilai-nilai
etikanya sendiri dan kemungkinan konsekuensi dari setiap alternatif. Pada satu
ekstrem, Bryan dapat memutuskan bahwa konsekuensi yang relevan hanyalah
dampak potensial bagi kariernya. Sebagian besar dari kita percaya bahwa
Bryan adalah seseorang yang tidak etis jika ia mengikuti praktik tersebut. Pada
sisi ekstrem lainnya, Bryan dapat memutuskan untuk menolak bekerja pada
kantor yang memperbolehkan dilanggarnya kebijakan perusahaan, walaupun
hanya oleh satu supervisor. Sebagian besar masyarakat akan menganggap
bahwa reaksi ekstrem seperti itu merupakan kenaifan. Sebagian besar kantor
akuntan memiliki kebijakan seperti hotline rahasia untuk melaporkan perilaku
tidak etis dan memberikan karyawan mentor serta metode komunikasi yang
lebih formal lainnya untuk membantu staf menyelesaikan masalah etika.

C KEBUTUHAN KHUSUS AKAN PERILAKU ETIS DALAM PROFESI


Masyarakat kita telah memberikan pengertian khusus atas istilah
profesional. Seorang profesional diharapkan dapat berperilaku pada tingkat
yang lebih tinggi dari dilakukan oleh sebagian besar anggota masyarakat lain.
Sebagai contoh, ketika pers memberitakan bahwa seorang dokter, biarawan,
senator, atau akuntan publik telah didakwa nielakukan suatu kejahatan,
mayoritas masyarakat akan merasa lebih kecewa ketimbang jika hal yang
sama terjadi pada seseorang yang bukan profesional. Arti istilah profesional
adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekadar memenuhi tanggung
jawab diti sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat.
Akuntan publik, sebagai profesional, mengakui adanya tanggung jawab
kepada masyarakat, klien, serta rekan praktisi, termasuk perilaku yang
terhormat, meskipun itu berarti pengorbanan diri. Alasan utama mengharapkan
tingkat perilaku profesional yang tinggi oleh setiap profesi adalah kebutahan
akan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan oleh profesi, tanpa
memandang individu yang menyediakan jasa tersebut. Bagi akuntan publik,
12
kepercayaan klien dan pemakai laporan keuangan eketernal atas kualitas audit
dan jasa lainnya sangatlah penting. Jika para pemakai jasa tidak memiliki
kepercayaan kepada para dokter, hakim, atau akuntan publik, maka
kemampuan para profesional itu untuk melayani klien serta masyarakat secara
efektif akan hilang. Bagi sebagian besar pemakai jasa tidaklah penting untuk
mengevaluasi mutu kinerja jasa profesional karena kompleksitas jasa itu.
Seorang pasien tidak dapat diharapkan untuk mengevaluasi apakah suatu
operasi telah dijalankan dengan benar. Seorang pemakai laporan keuangan
tidak dapat diharapkan untuk mengevaluasi kinerja audit. Sebagian besar
pemakai jasa tidak memiliki kompetensi maupun waktu untuk melakukan
evaluasi semacam itu. Kepercayaan masyarakat atas kualitas jasa profesional
akan semakin besar bila profesi mendorong standar kinerja dan perilaku yang
tinggi kepada seluruh praktisi.

Perbedaan Antara Kantor Akuntan Publik dan Profesional Lainnya.


Kantor akuntan publik (KAP) memiliki hubungan khusus dengan para
pemakai laporan keuangan yang berbeda dengan bentuk hubungan antara
profesional lain dengan para pemakai jasanya. Sebagai contoh, pengacara
biasanya bertugas dan dibayar oleh klien dan mempunyai tanggung jawab
utama menjadi pembela bagi klien tersebut. Kantor akuntan publik bertugas
dan díbayar oleh perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, tetapi yang
mendapat manfaat utama dari audit ini adalah para pemakai laporan keuangan.
Sering kali, auditor tidak mengetahui atau tidak mempunyai hubungan dengan
para pemakai laporan keuangan tetapi sering melakukan pertemuan dan
mengadakan hubungan yang berkesinambungan dengan personil klien.
Sangat penting bahwa pemakai laporan memandang kantor akuntan
publik sebagai pihak yang kompeten dan objektif. Jika pemakai laporan yakin
bahwa kantor akuntan publik tidak memberikan jasa yang bernilai
(mengurangi risiko informasi), maka nilai laporan audit serta laporan jasa
atestasi lainnya dari kantor akuntan publik tersebut akan berkurang dan
karenanya, permintaan akan jasa audit juga berkurang. Karena itu, ada insentif
yang cukup banyak bagi kantor akuntan publik untuk berperilaku pada tingkat
profesionalisme yang tinggi.
Cara cara Akuntan Publik Didorong untuk Memperlakukan Diri Mereka
Secara Profesional
Gambar 4-2 mengikhtisarkan cara-cara paling penting di mana akuntan publik
dapat memperlakukan diri mereka secara profesional dan melaksanakan audit serta
jasa terkait yang bermutu tinggi. Kita telah membahas standar auditing dan
interpretasinya, ujian CPA, pengendalian mutu, persyaratan per review, PCAOB dan
SEC, praktisi audít AICPA dan pusat mutu, serta pendidikan yang berkelanjutan
dalam Bab 2. Kewajiban hukum kantor akuntan publik juga sangat berpengaruh
terhadap cara praktisi memperlakukan diri mereka dan melaksanakan audit. Topik ini

13
akan dibahas pada Bab 5. Dua faktor yang paling berpengaruh-ditunjukkan dalam
warna gelap pada Gambar 4-2-adalah Kode Perilaku Profesional AICPA serta
PCAOB dan SEC. Kode Perilaku Profesional berarti memberikan standar perilaku
kepada semua anggota AICPA. PCAOB berwenang untuk menetapkan standar etika
dan independensi bagi auditor perusahaan publik, dan SEC juga memainkan peran
yang penting dalam menetapkan standar independensi bagi auditor perusahaan publik.
Pada tingkat internasional, International Ethics Standards Board for Accountants
(IESBA), sebuah lembaga pengaturan standar independen di International Federation
of Accountants (IFAC), menetapkan standar etika dan pedoman serta mendorong
debat internasional tentang isu-isu etika yang dihadapi oleh akuntan melalui Code of
Ethics for Professional Accountants (Kode Etika untuk Akuntan Profesional).
Meskipun akuntan public atau CPA di Amerika Serikat harus mengikuti Kode TCPA,
Professional Ethics Executive Committee AICPA terus memantau kegiatan.

Cara-cara profesi dan masyarakat mendorong akuntan publik berperilaku pada tingkat
yang tinggi:

1. standar auditing dan interprestasi

2. persyaratan pendidikan yang berkelanjutan

3. kewajiban hukum

4. praktik AICPA dan pusat mutu

5. Kode perilaku profesional

6. PCAOB dan SEC

7. Peer Review

8. Pengendalian Mutu

9. Ujian CPA

D KODE PERILAKU PROFESIONAL


Kode Perlaku Profesional AICPA menyediakan baik standar umum perilaku
yang ideal maupun peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan. Kode etik ini
terdiri dari empat bagian: prinsip-prinsip, peraturan perilaku, interpretasi atas peratura
perilaku, dan kaidah etika. Bagian-bagian ini disusun dalam urutan spesifisitas yang
semakin meningkat; prinsip-prinsip menyediakan standar perilaku yang ideal,
sementara kaidah etika bersifat sangat spesifik. Keempat bagian tersebut diikhtisarkan
dalam Gambar 4-3 dan dibahas dalam bagian berikut ini.
Beberapa definisi, yang diambil dari Kode Perilaku Profesional AICPA, harus
dipahami agar dapat menginterpretasikan aturan-aturannya.
• Klien. Setiap orang atau entitas, selain dari atasan anggota, yang
menugaskan anggoia atau kantornya untuk mclaksanakan jasa profesional.
14
• Kantor akuntan. Bentuk organisasi yang diizinkan oleh hukum atau peraturan
yang karakteristiknya sesuai dengan resolusi Dewan American Institute of
Certified Public Accountants yang bertugas dalam praktik akuntansi publik.
Kecuali untuk tujuan menerapkan Rule 101, Independensi, kantor mencakup
setiap partner.
• Institute, American Institute of Certified Public Accountants.
• Anggota. Seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi internasional dari
American Institute of Certified Public Accountants.

 Praktik akuntansi publik. Praktik akuntansi publik terdiri dari


pelaksanaan kerja untuk klien oleh seorang anggota atau kantor
akuntan anggota, yang bertindak sebagai akuntan publik, atas jasa
profesional akuntansi, perpajakan, perencanaan keuangan pribadi, jasa
pendukung litigasi, dan jasa-jasa profesional di mana standar telah
ditetapkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Dewan.
Prinsip-prinsip Etis
1. Tanggung Jawab Dalam mengemban tanggung jawabnya sebagal
prafesional, para anggota harus melaksanakan pertimbangan profesional
dan moral yang sensitif dalam semua aktivitas mereka.
2. Kepentingan Publik Para anggota harus menerima kewajiban untuk
bertindak sede ikian rupa agar dapat melayani kepentingan publik,
menghargai kepercayaan publik, serta menunjukkan komitmennya pada
prafesionalisme.
3. Integritas Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik,
para anggota harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya
dengan tingkat integritas tertinggi
4. Objektivitas dan Independensi Anggota harus mempertahankan
objekiivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan

15
tanggung jawab profesionalnya. Anggota yang berpraktik bagı publik
harus independen baik dalam fakta maupun dalam penampilan ketika
mezyediakan jasa auait dan jasa atestasi lainnva.
5. Keseksamaan Anggota harus memperhatikan standar teknis dan etis
profesi, terus berusaha keras meningkatkan kompetensi dan mutu jasa
yang diberikannya, serta melaksanakan tanggung jawab profesional sesua:
dengan kemampuan terbaiknya.
6. Ruang Lingkup dan Sifat Jasa Anggota yang berpraktik bagi publik harus
memperhatikan prinsip-prinsip Kode Perilaku Profesional dalam
menentukan lingkup dan silat jasa yang akan disediakannya.

Prinsip Prinsip Perilaku Profesional

Bagian Kode Etik AICPA yang membahas prinsip-prinsip perilaku profesional


mencakup diskusi umum tentang karakteristik sebagai akuntan publik. Bagian prinsip
ini terdiri dari dua bagian utama: enam prinsip etis dan diskusi tentang prinsip-prinsip
tersebut. Prinsip-prinsip etis tersebut tercantum dalam kotak di atas. Pembahasan
seluruh bab ini mencakup ide-ide yang diambil dari bagian prinsip-prinsip tersebut.
Kelima prinsip pertama diterapkan secara merata ke seluruh anggota AICPA.
tanpa mempedulikan apakah mereka bekerja bagi kantor akuntan publik, bekerja
sebagai akuntan dalam perusahaan atau pemerintahan, terlibat dalam beberapa aspek
bisnis lainnya, atau terlibat dalam dunia pendidikan. Satu pengecualian adalah dalam
kalimat terakhir dari prinsip obyektivitas dan independensi. Kalimat tersebut hanya
berlaku bagi para anggota yang bekerja bagi publik, dan hanya jika mereka
menyediakan jasa-jasa atestasi seperti audit. Prinsip keenam, ruang lingkup dan sifat
jasa, hanya diterapkan pada para anggota yang bekerja bagi publik. Prinsip tersebut
menyatakan apakah seorang praktisi harus menyediakan jasa tertentu, seperti
menyediakan jasa konsultasi karyawan ketika klien audit bermaksud mengangkat
chief information officer/CIO untuk fungsi TI klien. Penyediaan jasa semacam itu
dapat inenghilangkan independensi jika kantor akuntan publik merekomendasikan
seorang CIO yang kemudian diangkat oleh klien dan tidak menunjukkan
kompetensinya.

Peraturan Perilaku
Bagian dari Kode ini mencakup peraturan khusus yang harus dipatuhi oleh
setiap akuntan publik dalam praktik akuntansi publik.' Mereka yang memegang
sertifikat akuntan publik tetapi tidak berpraktik sebagai akuntan publik harus
mematuhi sebagian besar, tetapi tidak semua, ketentuan tersebut. Karena bagian
tentang peraturan perilaku ini merupakan satu-satunya bagian kode etik yang dapat
diberlakukan, maka peraturan perilaku ini dinyatakan dalam ungkapan yang lebih
spesifik daripada ungkapan yang tercantum dalam bagian prinsip. Karena sifatnya
yang dapat diberlakukan, banyak praktisi merujuk peraturan ini sebagai Kode

16
Perilaku Profesional AICPA. Perbedaan antara standar perilaku yang tersusun dalam
prinsip-prinsip dengan standar perilaku yang tersusun dalam peraturan perilaku
ditunjukkan pada Gambar 4-4. Apabila para praktisi berperilaku pada tingkat
minimum dalam Gambar 4-4, maka hal itu tidak menyiratkan perilaku yang tidak
memuaskan.

Pada tingkat manakah para praktisi berperilaku dalam praktik? Sebagaimana


terjadi dalam berbagai profesi, tingkat profesionalisme bervariasi di antara para
praktisi. Sebagian tusar praktisi berperilaku pada tingkat yang tinggi. Sayangnya,
beberapa dari mereka berperilaku di bawah tingkat minimum yang ditetapkan olch
profesi. Berbagai aktivitas yang dirancang untuk mendorong para akuntan publik agar
berperilaku pada tingkat yang tinggi dijelaskan dalam Gambar 4-2 guna membantu
meminimalkan prokik di bawah standar.

Interprestasi Peraturan Perilaku


Kebutuhan akan interpretasi peraturan perilaku yang dipublikasikan timbul
ketika terdapat beragam pertanyaan dari para praktisi tentang peraturan yang spesifik.
Komite Eksekutif Etika Profesional AICPA menyiapkan setiap interpretasi
berdasarkan konsensus komite yang terdiri dari para praktisi akunian publik. Sebelum
disahkan, interpretasi itu dikirimkan kepada sejumlah besar orang-orang penting
dalam profesi untuk diminta masukannya. Interpretasi ini secara formal tidak dapat
diberlakukan, tetapi penyimpangan dari interpretasi itu akan sulit dan bahkan mustahil
untuk dijustifikasi oleh seorang praktisi dalam dengar pendapat disipliner. Interpretasi
terpenting akan dibahas bersama dengan setiap bagian peraturan perilaku.

Kaidah Etika
17
Kaidah (ruling) adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari divisi etika
profesional tentang situasi faktual khusus (specific factual circumstances). Sejumlah
besar kaidah etika dipublikasikan dalam versi yang diperluas dari Kode Perilaku
Profesional AICPA. Berikut ini adalah suatu contoh (Peraturan 101-Independensi;
Kaidah No. 14):
 Pertanyaan-Seorang anggota bertindak sebagai direktur atau pejabat
United Way atau organisasi pencari dana serupa (organisasi).
Lembaga amal lokal tertentu menerima dana dari organisasi itu.
Apakah independensi dianggap akan terganggu berkaitan dengan
lembaga amal semcam itu?
 Jawaban-Independensi dianggap terganggu jika setiap partner atau
karyawan profesional perusahaan bertindak sebagai direktur atau
pejabat organisasi dan organisasi itu melakukan pengendalian
manajerial terhadap lembaga amal lokal.

Aplikabilitas Peraturan Perilaku


Peraturan perilaku yang terdapat dalam Kode Perilaku Profesional AICPA
diterapkan pada semua anggota AICPA atas semua jasa yang diberikan, apakah
anggota tersebut berpraktik atau tidak berpraktik sebagai akuntan publik, kecuali
dinyatakan secara khusus dalam kode etik tersebut. Tabel 4-1 (hal. 121) menunjukkan
apakah peraturan tersebut berlaku bagi semua anggota atau hanya bagi para anggota
yang berpraktik bagi publik.
Setiap peraturan diterapkan pada jasa atestasi, dan kecuali dinyatakan sebalik-
nya, juga diterapkan ke semua jenis jasa yang disediakan oleh kantor akuntan publik
seperti jasa perpajakan dan manajemen serta ke akentan publik yang merupakan
karyawan yang menyusun laporan keuangan bagi organisasi majikannya. Kebanyakan
pengecualian yang harus diperhatikan adalah Peraturan 101-Independensi yang
mensyaratkan independensi hanya jika AICPA telah menetapkan ketentuan
independensi melalui badan penyusun peraturan yang berada di bawahnya, seperti
Auditing Standards Board. AICPA mensyaratkan independensi hanya untuk
penugasan atestasi. Sebagai contoh, sebuah kantor akuntan publik (KAP) dapat
memberikan jasa manajemen kepada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki
oleh partner KAP itu. Tentu saja, jika kantor akuntan publik itu juga memberikan jasa
audit kepada perusahaan tersebut, hal itu melanggar persyaratan independensi bagi
jasa-jasa atestasi.
Merupakan pelanggaran atas peraturan jika sescorang melakukan sesuatu atas
nama anggota yang merupakan pelanggaran jika anggota tersebut yang
melakukannya. Contohnya bankir yang menyatakan dalam. sebuah surat edaran
bahwa kantor akuntan publik Johnson & Able memiliki departemen perpajakan
terbaik di negara bagian itu dan secara konsisten selalu mendapatkan restitusi pajak
yang besar bagi klien perpajakannya. Hal tersebut kemungkinan besar akan
menciptakan suatu harapan yang salah atau tidak pada tempatnya dan merupakan
pelanggaran atas Peraturan 502 tentang periklanan. Seorang anggota juga iertanggung

18
jawab atas kepatuhan pada peraturan yang berlaku dari para karyawan, partner, dan
pemegang saham.

E INDEPENDENSI
Karena pentingnya, independensi adalah peraturan perilaku yang pertama.
Sebelum membahas persyaratan independensi khusus, kita pertama akan membahas
faktor- faktor eksternal yang mungkin mempengaruhi independensi auditor. Nilai
auditing sangat bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor. Alasan
bahwa banyak pemakai ingin mengandalkan laporan akuntan publik adalah
ekspektasinya atas sudut pandang yang tidak bias. Kode Perilaku Profesional AICPA
dan Kode Etik bagi Perilaku Profesional IESBA mendefinisikan inberpikir dan
independensi dalam penampilan, Independensi dalam berpikir (Independence in
mind) mencerminkan pikiran auditor yang memungkinkan audit dilaksanakan dengan
sikap yang tidak bias. Independensi dalam berpikir mencerminkan persyaratan lama
bahwa anggota harus independen dalam fakta. Independensi dalam penampilan
(independence in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini.
Bila auditor independen dalam fakta tetapi pemakai yakin bahwa mereka menjadi
penasihat untuk klien, sebagian besar nilai dari fungsi audit telah hilang. Bagian
berikut membahas berbagai peraturan independensi SEC dan PCAOB yang bertalian,
termasuk yang disyaratkan oleh Sarbanes-Oxley Act. Organisasi dan standar selain
Kode Perilaku Profesional AICPA yang mempengaruhi independensi auditor juga
akan dibahas.

Ketentuan Sarbanes Oxley Act dan SEC yang membahas Independensk Auditor
SEC mengesahkan aturan-aturan yang memperkuat independensi auditor pada bulan
Januari 2003 sejalan dengan persyaratan Sarbanes-Oxley Act. Selanjutnya peraturan
SEC membatasi ketentuan jasa nonaudit untuk klien audit, dan mancakup juga
pembatasan atas pengangkatan karyawan dari mantan karyawan kantor akuntan oleh
klien dan rotasi partner audit guna mempertinggi independensi. PCAOB juga
menerbitkan aturan independensi tambahan yang berkaitan dengan ketentuan jasa
perpajakan tertentu.
Jasa Nonaudit Sarbanes-Oxley Act dan peraturan SEC membatasi, tetapi tidak
benar-benar menghilangkan, jenis jasa nonaudit yang dapat diberikan kepada klien
audit yang merupakan perusahaan terbuka. Berikut adalah sembilan jasa yang tidak
diperkenankan: 1. Jasa pembukuan dan akuntansi lain
2. Perancangan dan implementasi sistem informasi keuangar.
3. Jasa penaksiran atau penilaian
4. Jasa aktuarial
5. Outsourcing audit internal
6. Fungsi manajemen dan sumber daya manusia
7. Jasa pialang atau dealer atau penasihat investasi atau bankir investasi
19
8. Jasa hukum dan pakar yang tidak berkaitan dengan audit
9. Semua jasa lain yang ditentukan olch peraturan PCAOB sebagai tidak
diperkenankan.
Kantor akuntan publik tidak dilarang melaksanakan jasa-jasa tersebut untuk
perusahaan swasta dan perusahaan publik yang bukan klien audit. Selain itu, kantor
akuntan publik juga masih dapat memberikan jasa-jasa yang tidak dilarang kepada
klien audit perusahaan publik. Sebagai contoh, aturan SEC dan PCAOB
memungkinkan akuntan publik memberikan jasa perpajakan kepada klien audit,
kecuali jasa perpajakan kepada eksekutif perusahaan yang bertanggung jawab atas
pelaporan keuangan, dan juga jasa perencanaan keringanan pajak. Jasa nonaudit yang
tidak dilarang oleh aturan Sarbanes-Oxley Act dan SEC harus disetujui terlebih
dahulu oleh komite audit perusahaan. Selain itu, sebuah kantor akuntan publik akan
tidak independen jika partner audit menerima imbalan karena menjual jasa kepada
klien selain jasa audit, review, dan atestasi. Perusahaan diwajibkan untuk
mengungkapkan, dalam laporan proksinya atau pengajuan tahunan ke SEC, jumlah
total pembayaran fee audit dan nonaudit kepada kantor akuntan publik untuk dua
tahun terakhir. Empat kategori fee harus dilaporkan: (1) fee audit, (2) fee yang
berkaitan dengan audit, (3) fee perpajakan, dan (4) semua fee lainnya. Fee yang
berkaitan dengan audit adalah untuk jasa-jasa seperti comfort
letter dan review atas pengajuan ke SEC yang hanya dapat diberikan oleh kantor
akuntan publik. Perusahaan juga diwajíbkan untuk memberikan perincian lebih lanjut
kategori "fee lain" dan memberikan informasi kualitatif mengenai sifet jasa yang
diberikan..

Komite Audit Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang
tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari
manajemen. Kebanyakan komite audit terdiri dari tiga hingga lima atau terkadang
paling banyak tujuh direktur yang bukan merupakan bagian dari manajemen
perusahaan. Sebagai respons terhadap persyaratan Sarbanes-Oxley Act bahwa semua
anggota komite audit bersikap independen, bursa saham nasional
mengamandemenkan peraturan pendaftarannya demi mencerminkan provisi tersebut.
Sekarang, dengan pengecualian yang sangat terbatas, komite audit perusahaan publik
harus mencakup anggota yang independen, dan perusahaan harus mengungkapkan
apakah dalam komite audit paling sedikit ada satu pakar keuangan. Sarbanes-Oxley
Act selanjutnya mensyaratkan komite audit perusahaan publik bertanggung jawab atas
penunjukan, kompensasi, dan pengawasan atas pekerjaan auditor. Ycmite audit harus
menyetujui terlebih dahulu semua jasa audit dan nonaudit, serta bertanggung jawab
untuk mengawasi pekerjaan auditor, termasuk penyelesaian ketidaksepakatan yang
melibatkan pelaporan keuangan antara manajemen dan auditor. Auditor bertanggung
jawab untuk mengamunikasikan senaua hal yang signifikan y:ng dapat diidentifikasi
selama audit kepada komite audit. Untuk perusahaan publik, aturan PCAOB
mengharuskan kantor akuntan publik, sebelum pemilihannya sebagai auditor

20
perusahaan, untuk menguraikan secara tertulis dan mendokumentasikan
pembahasannya dengan komite audit tentang semua hubungan antara kantor akuntan
publik dan perusahaan, termasuk eksekutif dalam posisi pelaporan keuangan, untuk
menentukan apakah ada penturunan independensi kantor akuntan publik (KAP). Jika
terpilih sebagai auditor, komunikasi ini harus dilakukan setidaknya setiap tahun.
Ketentuan ini meningkatkan independensi dan peran komite audit. Persyaratan
tersebut mempertinggi independensi auditor dengan secara efektif membuat komite
audit menjadi klien bagi perusahaan publik, bukannya manajemen perusahaan.
Konflik yang Timbul dari Hubungan Personalia Penerimaan karyawan dari
mantan anggota tim audit pada sebuah klien meningkatkan masalah independensi.
Sejalan dengan persyaratan Sarbanes-Oxley Act, SEC telah menambahkan periode
"cooling off" selama satu tahun sebelum seorang anggota dari tim penugasan audit
dapat bekerja dengan klien dan menduduki posisi manajemen kunci tertentu. Ini
mempunyai implikasi penting bagi auditor yang bekerja pada sebuah kantor akuntan
publik, yang menerima tawaran kerja dari klien perusahaan terbuka untuk menjabat
sebagai CEO, kontroler, CFO, CAO, atau jabatan yang serupa. Kantor akuntan publik
tidak dapat terus mengaudit klien tersebut jika auditor meneiiuna posisi itu dan telah
berpartisipasi dalam setiap kapasitas audit selama satu tahun sebelum dimulainya
audit. Kantor akuntan publik bira terus melaksanakan audit jika mantan auditor
menerima posisi seperti asisten kontroler atau akuntan tanpa tanggung jawab utama di
bidang akuntansi. Menurut peraturan SEC yang dikeluarkan sebelum Sarbanes-Oxley
Act dan masih berlaku hingga kini, kantor akuntan publik dianggap tidak independen
berkenaan dengan klien audit jika mantan partner, prinsipal, pemegang saham, atau
karyawan profesional dari kantor tersebut diterima bekerja pada klien dan mempunyai
kepentingan keuangan yang berkelanjutan dalam kantor akuntan.
bersangkutan atau dalam posisi yang mempengaruhi kebijakan operasi atau keuangan
kantor akuntan tersebut.
Rotasi Partner Seperti yang disyaratkan oleh Sarbanes-Oxley Act, aturan
independensi SEC mengharuskan pimpinan dan partner audit merotasi penugasan
audit sesudah lima tahun. (Partner yang sama tidak akan terlibat dengan kinerja aktual
audit tertentu dan kemudian kembali terlibat dengan review pekerjaan sesudah
penyelesaian audit tersebut). Meskipun tidak dinyatakan dalam Sarbanes-Oxley Act,
SEC mewajibkan "time out" selama 5 tahun bagi pimpinan dan partner audit sesudah
rotasi sebelum mereka dapat kembali ke klien audit yang sarma. Partner audit lainnya
yang memiliki keterlibatan yang cukup besar pada audit harus dirotasi sesudah tujuh
tahun dan terkena periode time-out selama dua tahun.
Kepentingan Kepemilikan Aturan SEC tentang hubungan keuangan berfokus pada
perspektif penugasan dan melarang kepemilikan pada klien audit bagi orang- orang
yang dapat mempengaruhi audit. Aturan itu melarang setiap kepemilikan oleh orang-
orang yang terlibat dalam audit dan keluarga dekat mereka, termasuk (a) anggota tim
penugasan audit, (b) mereka yang dapat mempengaruhi penugasan audit dalam rantai
komando perusahaan, (c) partner dan para manajer yang memberikan lebih dari 10
jam jasa nonaudit kepada klien, dan (d) partner dalam kantor partner yang terutama

21
bertanggung jawab atas penugasan audit. Peraturan ini dirancang untuk menyediakan
aturan yang lebih mudah díikuti tapi tetap menjaga independensi.

Belanja Prinsip Akuntansi


Baik manajemen maupun perwakilan manajemen, contohnya bankir investasi, sering
berkousultasi dengan akuntan lain menyangkut penerapan prinsip akuntansi.
Walaupun konsultasi dengan akuntan lain dianggap tepat, hal itu dapat
mengakibatkan hilangnya indepeadensi dalam keadaan tertentu Sebagai contoh,
andaikan sebuah kantor akuntan publik menggantikan auditor yang ada untuk
memperkuat saran akuntansi yang ditawarkan, tetapi kemudian memperoleh fakta dan
keadaan yang mengharuskan kantor akuntan publik itu mengubah pendiriannya.
Mungkin sulit bagi kantor akuntan publik baru untuk tetap independen dalam situasi
demikian. Standar auditing menetapkan empat persyaratan yang harus diikuti ketika
sebuah kantor akuntan publik diminta untuk memberikan pendapat secara tertulis atau
lisan menyangkut penerapan prinsip akuntansi atau jenis pendapat audít yang akan
dikeluarkan atas transaksi khusus atau hipotetis dari klien audit kantor akuntan publik
lain. Tujuan dari persyaratan ini adalah untuk meminimalkan kemungkinan
manajemen mengikuti praktik yang umumnya disebut belanja pendapat (opinion
shopping) dan ancaman potensial aias independensi, seperti yang telah dijelaskan. Di
antara persyaratan tersebut yang terpenting adalah bahwa kantor akuntan publik yang
dimintai nasihat harus berkomunikasi dengan auditor entitas yang ada untuk
memastikan semua fakta yang relevan tersedia untuk membentuk pertimbangan
profesional atas masalah yang diminta untuk dilaporkan.

Penugasan dan Pembayaran Fee Audit Oleh Manajemen


Dapatkah auditor benar-benar independen dalam fakta dan penampilan bila
pembayaran fee bergantung pada manajemen entitas yang diaudit? Mungkin tidak ada
jawaban yang memuaskan atas pertanyaan ini, dan hal ini memperlihatkan betapa
sulitnya memastikan bahwa auditor benar-benar independen. Sebagai alternatif atas
penugasan kantor akuntan publik oleh komite audit dan pembayaran fee audit oleh
manajemen adalah penggunaan auditor pemerintah atau semi-pemerintah. Dengan
memperhatikan semua hal, dapat dipertanyakan apakah fungsi audit akan
dilaksanakan dengan lebih baik atau lebih murah oleh sektor publik.

F PERATURAN PERILAKU DAN INTERPRETASI INDEPENDENSI

Bagian sebelumnya membahas tentang pentingnya independensi auditor. Tidaklah


mengejutkan bahwa independensi adalah pokok bahasan pertama dalam peraturan
perilaku. Kantor akuntan publik herus independen ketika memberikan jasa tertentu,
tetapi tidak untuk jasa lainnya. Frase terakhir dalam Peraturan 101, "sebagaimana
disyaratkan oleh standar yang dirumuskan lembaga yang dibentuk oleh Dewan' adalah
22
cara yang lepat bagi AICPA untuk mencantumkan atau tidak mencantumka
persyaratan independensi atas berbagai jenis jasa. Sebagai contoh, Auditing Standar
Board (ASB) mensyaratkan bahwa para auditor yang mengaudit laporan keuangan
historis harus bersikap independen. Karena itu, peraturan 101 berlaku untuk jasa
audit. Independensi juga diwajibkan dalam jenis jasa atestasi lainnya, seperti jasa
review dan audit atas laporan keuangan prospektif. Akan tetapi, sebuah kantor
akuntan publik dapat memberikan jasa SPT pajak dan jasa manajemen tanpa harus
berlaku independen. Peraturan 101 tidak berlaku bagi jenis jasa tersebut. Ada lebih
banyak interpretasi untuk independensi ketimbang untuk setiap peraturan perilaku
lainnya. Beberapa masalah dan interpretasi penting yang melibatkan independensi
akan dibahas dalam bagian berikut.

a) Kepentingan Keuangan

Interpretasi Peraturan 101 melarang anggota yang terlibat untuk memiliki saham atau
investasi langsung lainnyu dalam klien audit karena hal itu berpotensi merusak
independensi audit aktual (independensi dalam fakta), dan pasti akan mempengaruhi
persepsi pemakai atas independensi auditor (independensi dalam penampilan).
Investasi tidak langsung, contohnya kepemilikan saham dalam perusahaan klien oleh
kakek auditor, juga dilarang. tetapi hanyu jika jumlahnya material bagi auditor.
Peraturan kepemilikan saham lebih rumit ketimbang saat pertama kali terlihat.
Penelaahan yang lebih rinci atas persyaratan itu disertakan guna membantu
memahami dan memperlihatkan kompleksitas dari salah satu peruturan itu. Ada tiga
perbedaan penting dalam peraluran itu manakala berkaitan dengan independensi dan
kepemilikan saham. Anggota yang Tercakup Peraturan 101 berlaku untuk anggota
yang terlibat yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi. Anggota yang tercakup
meliputi yang berikut ini:

1. Orang-orang pada tim penugasan atestasi.

2. Orang-orang yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi, seperti orang yang


mengawasi atau mengevaluasi partner penugasan.

3. Partner atau manajer yang meruberikan jasa nonatestasi kepada klien.

4. Partner di kantor partner yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi.

5. Kantor akuntan dan program tunjangan karyawannya.

6. Entitas yng dapat dikendalikan oleh setian anggota yang terlibat tersebut di
atas atau oleh dua orang atau lebih anggota yang lerlibat atau entitas yang
beroperasi bersama.

Sebagai contoh, seorang anggota staf dalam kantor akuntan publik nasional dapat
memiliki sabam dalam perusahaan klien dan tidak melanggar Peraturan 101 bila
anggota staf itu tidak terlibat dalam penugasan. Namun, bila anggota staf itu terlibat
dalam penugasan tersebut atau menjadi partner di kantor partner yang bertanggung
23
jawab atas penugasan atestasi, dia harus melepaskan caham itu atau kantor akuntan
publik tersebut tidak lagi independen terhadap klien. Peraturan independensi ini
umumnya juga diterapkan pada keluarga dekat anggota yang terlibat. Interpretasi dari
Peraturan 101 mendefinisikan keluarga dekat sebagai pasangan, setara dengan
pasangan, atau yang bergantung padanya. Beberapa kantor akuntan publik tidak
mengizinkan kepemilikan saham klien oleh staf tanpa memperhatikan kantor mana
yang melayani klien itu. Kantor tersebut telah memutuskan untuk memiliki
persyaratan yang lebih tinggi ketimbang seperangkat peraturan minimum yang
ditetapkan oleh peuaturan perilaku.

Kepentingan Keuangan Langsung Vs Tidak Langsung Kepemilikan lembar saham


atau ckuitas lainnya oleh para anggota atau keluarga dekatnya dikenal dengan
kepentingan keuangan langsung (dinect financial interest). Sebagai contoh, jika baik
partner di kantor di mana audit dilakukan atau pun pasangan hidupnya menmiliki
kepentingan keuangan dalam perusahaan terten'i, maka kantor akuntan publik ternebut
dilarang menurut Peraturan 101 untuk memberilcan pendapat atas laporan keuangan
perusahaan itu.

Kepentingan keuangan tidak langsung (indirect financial interest) muncul ketika


terdapat hubungan kepeniilikan yang dekat, tetapi bukan hubungan langsung, antara
auditor dan kliennya. Contoh dari kepemilikan tidak Iangsung adalah kepemitikan
anggota yung lerlibat atas dana bersama yang memilikl Investasi dalam saham klien.
Material atan Tidak Material Materialitas mempengaruhi ar.akah kepemilikan
saham merupakan suatu pelanggaran atas Peraturan 101 banya untuk kepentingan
ridak langsung. Materialitas barus dilihat dalam hubunguanya dengan kesejahteraan
dan pendaputan seorang anggota Sebagal contoh,jllca seorang anggota yang terlibat
memiliki sejumlah besar investasi dalam dana bersama dan dana Itu mempunyai
posisi kepemilikan yang besar pada perusahaan klien, mungkiu :clah terjadi
pelanggaran atas Kode Etik.

b) Masalah Kepentingan Keuangan yang Berkaitan

Beberapa interpretasi atas Peraturan 101 berkaltan dengan aspek-aspek khusus dari
hubungan keuangan antarn karyawan kantor akuntan publik dan kliennya Hal inl
diikhtisarkan dalam bagian ini.

Mantan Praktisi. Dalam sebagian besar situasi, Interpretasd memungkinkan para


mantan partner atau pemegang saham yung meninggalkan perusahaan dengan cara
seperti mengundurkan diri atau menjual kepemilikan sahamnya untuk memiliki
hubungan dengan klien perusahaan,yang lazimnya merupukan Jenis kepemllikan yang
melanggar Peraturan 101, tanpa mempengaruhi independensi kantcr akuntan publik.
Pelanggaran oleh kantor akuntan terjadi jika mantan partner tetap menjadi asosiasi
kantor itu atau ambl bagian dalam berbagai aktivitas yang menyebabkan pihak lain
percaya bahwa ia masih aktlf dalam kantor akuntan itu.

24
Prosedur Pembenan PinJaman yang Normal Umumnya, tidak diperkenankan
adanya perjanjian kredit antara kantor akuntan publ:k atau para karyawannya dengan
klien audit karena hal itu merupakan hubungan keuangan.Namun,terdapat beberapa
pengecualian atas peraturan ternebut termasuk kredit mobil, kredit yang sepenuhnya
dijamin dengan simpanan tunai pada lembaga keuangan tersebut, serta saldo kartu
kredit yang nilal totalnya tidak melebihi $10.000. Selain itu juga diperkenankan
menerimu lembaga keuangan sebagal klien walaupun ada anggota yang lerlibat dari
kantor akuntan publik memiliki hipotik rumah. pinjaman lain yang dijamin
sepenuhnya dengan agunan,serta kredlt atau pinjaman tidak material lainnya pada
lembaga keuangan tersebut. Namun, tidak diperkenankan adanya pengajuan kredit
baru Pembatasan dan pengecualian ini dinilai wajar, dengan mempertimbangkan
trade-off antara independensi dan kebutuhan untuk mengizinkan para akuntan publik
bertindak sebagal pelaku bisnis dan pribadi.

Kepentingan Keuangan dan Penerimaan Bekerja Anggota Keduarga Inti serta


Keluarga Terdekat Kepentingan keuangan dari anggota keluarga inti, yang
didefinisikan sebagai pasangan suamj-istri, anak-anak, atau anggota keluarga lain
yang di-tanggung oleh seorang anggota perusahaan, umumnya diperlakukan seolah-
olah merupakan kepentingan keuangan dari anggota itu sendiri. Sebagai contoh jika
pasangan hidup (suami atau istri) profesional pada tim penugasan audit memiliki
sejumlah saham pada kliet audit, maka ini merupakan pelanggaran terhadap peraturan
101. Independensi juga akan terganggu bila anggota keluarga dekat mendurduki
posisi kunci seperti pejabat kruangan alau CEO pada klien yang memungkinkannya
mempengaruhi fungsi akuntansi.penyapan laporan keuangan, atau isi dari laporan
keuangan.

Kepentingan kepemilikan dari anggota keluarga dekat, yang didefinisikan


sebagai orang tua, kakak/adik, atau anak yang telah hidup mandiri,biasanya tidak
mengganggu independensi kecuali kepentingan kepemilikannya material bagi
keluarga dekat itu. Mari bayangkan kesulitan poienaial dalam mempertahankan
independensi dan objektivitas jika kantor akuntan diminta untuk melaksanakan audit
atas klien, di mana orang tua partner audlt itu menjabat sæbagal CEO dan memiliki
kepentingan kepemilikan yang besar pada klien itu. Bagi orang yang terlibat pada tim
penugasan,Independensi akan terganggu bila scorang keluarga dekat menduduki
posisi kunci pada klien atau memiliki kepentingan keuangan yang material dengan
keluarga dekat itu, atau memungkinkan keluarga dekat itu mempengaruhi klien.
Kepentingan kepemilikan yang tidak material dari anggota keluarga dekat, yang
didefnisikan sebagai orang tua, kakak-adik, atau anak yang telah hidup mandiri,
biasanya tidak mengganggu independenai. Independensi juga tidak akan terganggu
jika anggota yang terlibat tidak menyudari adanya Kepentingan kepemilikan dari
keluarga dekat.

Peraturan yang serupa juga diterankan untuk orang lain yang dapat
mempengaruhi penugasan audit atau partner dalaum kantor penugasan audit. Akan
tetapi, dalam kasus ini, kepentingan kepemilikan tidak mengganggu atau menurunkan
25
independensi kecuali kepentingan kepemilikan tersebut material bagi keluarga dekat
dan memungkinkan mereka mempengaruhi klien audit.

Investasi Bersama dengan Klien Sebagai contoh, asumsikan bahwa seorang akuntan
publik memiliki saham pada klien nonaudit, yaitu Jackson Company, Frank Company,
yang merupakan klien audit, juga memiliki sejumlah saham pada Jackson Company.
Hal ini mungkin merupakan pelanggaran atas Peraturan 101, Investasi bersama
merupakan investasi yang dilakukan oleh anggota dan klien yang memungkinkannya
mengendalikan entitas atau properti. Independensi anggota yang terlibat tidak akan
terganggu jika investasi bersama itu bersifat material terhadap anggota yang terlibat.

Direktur,Pejabat, Manajemen, atau Karyawan Perusahaan Jika seorang akuntan


publik adalah anggota dari dewan direksi atau pejabat perusahaan klien, maka
kemampuannya untuk melakukan evaluasí yang índependen atas kewajaran penyajian
laporan keuangan akan terpengaruh. Meskipun menduduki jabatan tersebut tidak
benar-benar mempengaruhi independensinya sebagai auditor, keterlibatan yang cukup
sering dengan manajemen dan keputusan yang dibuatnya cenderung mempengaruhi
pandangan para pemakai laporan terhadap independensinya sebagai akuntan publik.
Untuk menghilangkan kemungkinan ini, interpretasi tidak memperkenankan anggota
yang terlibat, partner, dan staf prmfesional di kantor partner yang bertanggung jawab
atas penugasan atestasi menjadi direktur atau pejabat pada perusahaan yang menjadi
klien audit. Demikian pula, auditor tidak dapat menjadi penjamin, pengawas
pemungutan suara, promotor, atau trustee dana pensiun klien, atau bertindak dalam
kapasitas manojemen lainnya, atau menjadi karyawan perusahaan klien tersebut.

Independensi juga bisa tcrganggu apabila mantan partner atau anggota kantor
akuntan berhentí dari kantor itu dan dipekerjakan oleh klien dengan menduduki posisi
kunci, kecuali kondisí tertentu terpenuhi. Scbagai contoh, tim penugasan audit
mungkin perlu memodifikasi prosedur audit demi mengurangi risiko mantan
karyawan mengetahui rencana audit, dan perusahaan perlu mengevaluasi apakah
anggota tim penugasan dapat mempertahankan tingkat skeptisisme professional yang
efektif ketika mengevaluasi informasi audit dan representasi lainnya yang disediakan
oleh mantan anggota kantor akuntan. Independensi juga bisa terganggu apabila
seorang anggota tim audit membahas potensi kesempatan kerja atau menerima
tawaran kerja dari klien audit. Dalam situasi demikian, independensi dapat
dipertahankan jika mereka segera melaporkan tawaran itu kepada personil kantor
akuntan yang berwenang dan akan dihapus dari penugasan sampai tawaran itu
diterima atau ditolak.

Interpretasi mengizinkan akuntan publik melakukan audit dan menjadi


direktur atau komisaris kehormatan bagi organlasl-organlsasl nirlaba, seperti
organisasi sosial dan keagamaan, sepanjang posisi tersebut benar-benar jabatan
kehormatan saja. Sebagal ilustrasi, merupakan hal yung umum bugi purtner kantor
akuntan public untuk melakukar, sudit atas Untted Fund ebuah kota yang kemudian
membawanya menjadi scorang direktur kehormatan, beraama dengan para pemuka
26
masyarakat lainnya. Akuntan publlk tidak dapat memllih atau berpartialpusl dalam
fungai-fungsi manajemen apa pun.

c) Perkara Hukum Antara Kantor Akuntan dan Klien

Apabila ada tuntutan hukum atau makeud untuk memulal tuntutan hukum antara
kantor akuntan publik dan kliennya, kemampuan kantor akuntan publik dan klien agar
tetap objektif akan dipertanyakan. Interpretasi mengunggap perkara hukum semacam
itu sebagai pelanggaran atas Peraturan 101 selama audit masa berjalan. Sebagai
contoh, jika manajemen menuntut sebuah kantor akuntan publik akibat defisiensi
dalam audit sebelumnya, maka kantor akuntan publik itu tidak dianggap independen
selama melakukan audt tahun berjalan. Demikian pula, bila kantor akuntan publik
menuntut manajemen karena kecurangan pelaporan keuangan atau penipuan,
Independensinya akan hilang. Kantor akuntan publik dan perusahaan atau manajemen
klien bisa menjadi tertuduh dalam tuntutan yang diajukan oleh pihak ketiga, seperti
class action keamanan. Gugatan Itu sendiri tidak mempengaruhi Independensi.
Namun, indeperdensl dapat terpengaruhi blla tuntutan-silang antara auditor dan klien
sangat berisiko menimbulkan kerugian yang material bagi kantor akuntan publik atau
klien.

Gugatan oleh klien sehubungan dengan jnsa perpajakan atau jasa nonaudit
lainnya, atau gugatan terhadap klien maupun kantor akuntan publik oleh pihak lain,
biasanya tidak mengganggu independensi. Pertimbangan penting dalam semua
tuntutan hukum itu adalah sejauh mana pengaruhnya terhadap kemampuan klien,
manajemen, dan karyawan kantor akuntan publik untuk tetap objektif serta
berkomentar secara bebas.

d) Jasa Pembukuan dan Jasa Lainnya

Jika akuntan publik mencatat transaksi ke dalam jurnal klien, mempostirs Jumlah total
bulanannya ke buku besar, membuat ayat jurnal penyesuaian, dan kemudian
melakukan audit, ada beberapa pertanyaan seperti apakah akuntan publik dapat
independen dalam memainkan peran auditnya. Interpretasi mengizinkan kantor
akuntan publik untuk memberikan baik jasa pembukuan maupun audit kepada klien
audit perusahaan swasta. Kesimpulan AICPA mungkin didasarkan pada perbandingan
dampak dari memberikan Jasa pembukuan dan audlt oleh kantor akuntan publik yang
sama terhadap independensi dengan blayn tambahan bila menggunakan kantor
akuntan publik lain untuk melakukan audit. Ada tiga persyaratan penting yang harus
dipenuhi auditor sebelum dapat diterima untuk memberikan jasa pembukuan dan audit
kepada klien:

1. Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas laporan keuangan. Klien
harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang aktivitas dan kondisi
keuangan perusahaan serta prinsip-prinsip akur.tansi yang dapat diterapkan
sehingga klien dapat menerima dengan wajar tanggung jawab itu, termasuk
kewajaran penilaian, penyajian, dan memadainya pengungkapan. Apabila
27
diperlukan,akuntan publik harus mendiskusikan masalah akuntansi dengan
klien untuk memastikan bahwa klien memiliki tingkat pemahaman yang
dibutuhkan.

2. Akuntan publik tidak boleh berperan sebagai karyawan atau manajemen yang
mengoperasikan perusahaan. Sebagai contoh, akuntun public tidak dapat
melakukan transaksi, memiliki tanggung jawab atas aset. atau menjalankan
wewenang atas nama klien. Klien harus menyiapkan dokumen sumber tentang
semua uausaksi dengan rincian yang cukup untuk mengidentifikasi sifat dan
jumlah transaksi tersebut serta menyelenggarakan pengendalian akuntansi atas
data yang diproses oleh akuntan publik, seperti pengendalian total dan
perhitungan dokumen.

3. Akuntan publik, dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan yang


disusun dari pembukuan dan catatan yang telah disiapkan sepenuhnya atau
sebagian oleh akuntan publik, harus sesuai dengan GAAS. Fakta bahwa
akuntan publik telah memroses atau mempertahankan catatan tertentu tidak
menghilangkan kebutuhan untuk melakukan pengujian audit yang mencukupi.

Dua persyaratan pertama sering kali sulit dipenuhi oleh perusahaan kecil yang
pemiliknya mungkin memiliki pengetahuan atau minat yang minim atas akuntansi
atau pemrosesan transaksi.

Peraturan independensi AICPA mensyaratkan para anggotanya untuk


mematuhi peraturan independensi yang lebih restriktif dari kembaga pengatur lain,
scperti SEC. Akibatnya, kantor akuntan publik tidak diperkenankan untuk
menyediakan jasa pembukuan kepada klien audit perusahaan publik menurut
peraturan SEC maupun AICPA tentang independensi.

Konsultasi dan Jasa Nonaudit Lainnya Kantor akuntan publik (KAP) menawarkan
banyak jasa lainnya untuk membantu klien yang secara potensial dapat mengganggu
independensi. Aktivitas semacam itu dapat diizinkan sepanjang anggotanya tidak
menjalankan fungsi manajemen atau membuat kepatusan manajemen. Sebagai contoh,
sebuah kantor akuntan publik dapat membantu instalasi sistem informasi klien
sepanjang klien membuat sendiri keputusan manajemen yang diperlukan menyangkut
desain sisten tersebut. Karena terkena banyak restriksi, banyak kantor akuntan juga
memberikan jasa auditing internal dan jasa auditing lainnya yang diperluas kepada
para kliennya selama manajemen memikul tanggung jawab untuk mengarahkan dan
mengawasi fungsi audit internal.

Kantor akuntan publik harus menilai kesediaan dan kemampuan klien untuk
melaksanakan semua fungsi manajemen yang berkaitan dengan penugasan serta harus
mendokumentasikan pemahaman tersebut dengan klien. Pemahaman itu harus
meliputi uraian tentang jasa, tujuan penugasan, setiap pembatasan pada penugasan,
para anggota yang bertanggung jawab, dan perjanjian dengan klien untuk menerima
tanggung jawabnya.
28
Seperti yang dituajukkan dalam pembalisan jasa pembukuan, peraturan
independensi SEC yang iubih resu iütif menyoroti ketentuar. jasa nonaudit yang
berlaku bagi para anggota AICPA ketika memberikan jasa kepaia klien audit
perusahaan publik. Akibalnya. memberikan jasa nonaudit yang dilarang oleh SEC
kepada klien audit perusahaan publik merupakan pelanggaran terhadap aturan AICPA
serta peraturan PCAOB dan SEC. Jasa nonaudit yang, dilarang ini telah dibahas
sebelumnya.

e) Fee yang Belum Dibayar

Menurut Peraturan 101 dan aturan serta interpretasinya, independensi dianggap


terganggu bila fee yang ditagih atau belum ditagih atas jasa profesional yang
diberikan masih belum dibayar lebih dari I tahun sebelum tanggal laporan. Fee yang
belum dibayar ini dianggap sebagai pinjaman dari auditor kepada klien dan karenanya
melanggar Peraturan 101. Fcc yang belum dibayar dari seorang klien yang mengalami
kebangkrutan tidak melanggar Peraturan 101.

f) Jaringan Kerja Kantor Akuntan

Kantor akuntan sering bergabung dengan kelompok atau asosiasi kantor akuntann
yang lebih besar demi meningkatkan kemampuannya untuk memberikan jasa
prolesional. Apabila kantor-kantor tersebut berbagi karakterick tertentu, seperti nama
merek bersama, pengendalian bersama, strategi bisnis bersama, prosedur
pengendalian mutu bersama, atau berbagi laba, biaya, atau sumber uuya
profesional,Jaringan kerja kantor akuntan itu harus atau wajib independen dari klien
audit dan review jaringan kerja kantor akuntan lainnya.

g) Kerangka Kerja Konseptual tentang Idenpedensi

Meskipun pedoman yang ada dalam Peraturan 101 dan interpretasi terkait memang
menangani sejumlah situasi tertentu yang dapat mengganggu independensi, CPA
mungkin saja menghadapi situasi lain yang dapat mengancam independensi. Untuk
membantu CPA mengevaluasi masalah independensl, Komite Eksekutif Etika
Profesional mengembangkan kerangka kerja konseptual Independensi yang konsisten
dengan kerangka kerja yang sama dalam Kode IESBA yang menyediakan pendekatan
berbasls risiko untuk menganalisis masalah independensi. Pendekatan berbacis risiko
ini melibatkan proses tiga langkah untuk menilai apakah independensi terganggu:

1. Mengidentifikasi dan mengeralaasi situasi yang mungkin mengancam


independensi. Sebagai contoh, ketergantungan kantor akuntan publik (KAP)
pada pendapatan dari satu klien audit mungkin signiikan, yang memaparkan
ancaman potensial bagi independensi Kantor Akuntan Publikterhadap klien
tersebut.

2. Menentukan apakah pengamanan/perlindungan sudah diberlakukan atau dapat


diimplementasikan yang akan mengeliminasi atau cukup mengurarngi

29
ancaman, Sebagali contoh, untuk mengatasi ancaman yang terkait dengan
ketergantungan yang herlebihan pada pendapatan dari satu klien audit, KAP
telah menetapkan kebljakan untuk memantau secara ketat ketergantungannya
pada pendapatan dari satu klien dan kebijakan tersebut mencakup tindakan
spesifik yang mencegah ketergantungan yang berlebihan.

3. Menyimpulkan bahwa independensi teryanggu jika tidlak tersedia


perlindungan untuk mengeliminasí ancaman yang tidak dapat diterima atau
menguranginya hingga tingkat yang dapat diterima. Dalam membuat
keputusan ini, pihak CPA mempertimbangkan apakah situasi itu akan
menyebabkan orang yang logis menyadari semua fakta yang relevan untuk
menyimpulkan bahwa ada ancaman yang tidak dapat diterima terhadap
Independensi CPA atau Akuntan publik. Kerangka kerja indepedensi ini
menguraikan tujuh kategori luas ancaman terhadap independensi,
mengeksplorasi isu-isu umum yang terkalt dengan Jenis jenis ancaman
tersebut, dan menjelaskan contoh jenis perlindungan yang dapat digunakan
untuk mengurangi atau mengeliminasi ancaman terhadap independensi.

G PERATURAN PERILAKU LAINNYA

Walaupun Independensl pentng sekall bagi kepercayaan publik atas akuntan publik,
juga penting bahwa auditor mematuhi peraturan perílaku lainya yang disebutan dalam
Tabel 4-1. Kita mulai dengan membahas peraturan untuk integritas dan objektivita.
Integritas berarti tidak memihak dalam melakukan semua jasa. Peraturan 102 tentang
Integritas dan objektivitas disajikan berikut ini

a) Integritas dan Objektivitas

Untuk menggambarkan arti Integritas dan Objektivitas, asumsikan auditor percaya


bahwa piutang usaha mungkin tidak dapat ditagih tetapi menerima pendapat
manajemen tanpa evaluasi independen atas kolektiblitas atau ketertagihan piutang ia
audior telah menyerahkan penaiannya sehingga kurang memiliki objektivitas
Sekarang asumsikan akuntan pubik sedang menyiapkan SPT pajak untuk klien dan
sebagai penasehat klien, mendorang kiien untuk mengambil potongan pajak yang
menurutnya adalah sah, tetapi tidak memberikan dukungan sepenuhnya. Ini bukan
merupakan pelanggaran atas objektivitas ataupun integritas, karena dapat diterima
bagi seorang akuntan publik untuk mcnjadi penasihat klien dalam urusan perpajakan
dan manajemen. Jika akuntan publik itu mendorong klien untuk mengambil potongan
pajak yang tidak sah tetapi kecil kemungkinannya ditemukan oleh Dinas Pajak (IRS)
pelanggaran telah terjadi lni merupakan kesalahan penyajian fakta kerenanya,
integritas akuntan pubuk terancam.

Anggota staf audit tidak boleh menyerahkan penilaiannya kepada


penyeliadalam suata penugasan audit. Auditor staf bertanggung jawab atas penilaian
mereka sendiri yang didokumentasikan dalam arsip audit, dan tidak boleh mengubah
kesimpulan terscbut atas permintaan penyelia kecuali auditor staf itu setuju dengan
30
kesimpulan penyelia dalam contoh yang jarang terjadi di mana anggota staf tidak
dengan kesimpulan yang melibatkan masalah penting. Mereka harus
mendokumentasikan lainnya.

Bebas dari konik kepentingan berarti tidak ada hubungan yang dapat
mencapuri objektivitas atau integritas. Sebagai contoh, tidak tepat bagi auditor yang
pengacara untuk mewakili klien dalam masalah hukum. Pengacara adalah seorang
pasihat bagi klien, sedangkan auditor harus tidak memihak

Interpretasi atas Peraturan 102 meayatakan bahwa konflik kepentingan yang


terihat dan tidak melanggar peraturan perilaku jika informasinya diungkapkan klien
nggota atac yang mempekerjakan. Sebagai contoh. jika partner dari sebuah kantor
akuntan publik merekomendasikan kepada klien agar keamanan WEB SITE
internetnya dievaluasi olch perusabaan konsultan teknologi yang dimiliki oleh
pasangan hidup dari partner tersebut, maka ada konflik kepentingan. Tidak ada
pelanggaran atas Peraturan 102 jika partner itu memberi tahu manajemen klien
tentang hubungan itu dan manajemen melanjutkan evaluasinya dengan pengetahuan
tersebut. Interpretasi menjelaskan bahwa persyaratan independens menurut Peraturan
101 tidak dapat dihilangkan oleh pengungkapan tersbebut. Peraturan 102 juga berlaku
bagi akuntan publik yang tidak berkecimpung dalam publik Sebagai cantoh, akuntan
publik yang seperti karyawan entitas membuat ayat jurnal atau representasi yang salah
atau menyesatkan dalam laporan keuangan adalah melanggar Peraturan l02.

b) Standar Teknis

Kode standar berikutaya berhabungan dengan kepatuhan auditor pada persyaratan


standar teknis Berikut ini adalah persyaratan dari standar teknis:

Tujuan utama persyaratan dari Peraturan 201 hingga 203 adalah untuk
memberikan dukungan kepada ASB, PCAOB, FASB, dan budan penyusun-standar
teknis lainnya. Pada tahun 2008 AICPA menunjuk IASB sebagai badan yang
menetapkan standar profesional menyangkut akuntansi keuangan internasional dan
prinsip-prinsip pelaporan menurut Peraturan 202 dari Kode.

Para praktlsi dilarang keras mengungkapkan inforimasi rahasia yang diperoleh


dari setiap Jenis penugasan tanpa persetujuan klien. Persyaratan spesifik darl
Peraturan 301 yang berkaitan dengan informasi rahasia klien (confidential client
information) adalah sebagai berikut:

Kebutuhan akan Kerahasiaan Selama melakukan audit dan sebagian besar jenis
penugasan lainnya, para praklisi memperoleh sejumlah informasi rahasia, termasuk
gaji pejabat perusahaan, rencana penetapan harga produk dan periklanan, serta dan
biaya produk. jika auditor membocorkan inlornmasi ini ke pihak luar atau kepada
karyawan klien yang idak mempunyai akses ke informasi itu, hubungan mereka
dengan manajemen bisa sangat legang. dan dalam kasus ekstrem, dapat

31
membahayakan klien. Persyaratan kerahasiaan berlaku untuk semua jasa yang
diberikan oleh akuntan publik, termasuk jasa perpajkan dan manajemen.

Biasanya, file audit akuntan publik dapat uiberikan kepada orang lain hanya
atas seizin klien. Ini juga berlaku meskipun seorang akuntan publik menjual
praktiknya kepada kantor akuntan publik lain atau mengizinkan auditor penerus
menguji dokumentasi audit yang disiapkan untuk mantan kliennya.

Pengecualian atas Kerahasiaan Seperti yang dinyatakan dalam paragraf kedua


Peraturan 301, ada empat pengecualian atas persyaratan kerahasiaan. Keempat
pengecualian itu berkenaan dengan tanggung jawab yang lebih penting ketimbang
mempertahankan hubungan rahasia dengan klien:

1. Kewajiban yang berhubungan dengan standar teknis. Andaikan bahwa 3 bulan


setelah laporan audit wajar tanpa pengecualian dikeluarkan, auditor
menemukan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang
material. Ketika CEO dikonfrontasikan, ia menanggapi bahwa walaupun ia
setuju bahwa laporan keuangan tersebut salah saji, namun persyaratan
kerahasiaan mencegah akuntan publik untuk memberi tahu siapa pun.
Peraturan 301 menjelaskan bahwa tanggung jawab auditor untuk berpegang
pada standar profesional lebih besar daripada kerahasiaan. Dalam kasus
demikian, laporan audit yang telah direvisi dan benar harus dikeluarkan.
Namun, perhatikan bahwa konflik terscbut jarang terjadi.

2. Panggilan pengadilan dan ketaatan pada hukum serta peraturan. Secara


hukum, informasi ini discbut informasi istimewa (priveleged information) bila
turtutan hukum tidak darat mewajibkan sescorang untuk memberikan
informasi, meskipun ada surat panggilan pengadilan. Informasi yang
dikomunikasikan oleh klien kepada pengacara atau oleh seorcng pasien
kepada dokter adalah hak istimewa. Informasi yang diperoleh oleh sebuah
Kantor akuntan publik dari seorang klien umumrya bukan merupakan hak
istimewa. Karena itu, pengecualian (2) dari Peraturan 301 dibutuhkan agar
akuntan publik taat pada hukum yang berlaku,

3. Peer review. Apabila akuntan publik atau kantor akuntan publik melakukan
peer review atas pengendalian mutu kantor akuntan publik lainnya, sudah
menjadi praktik yang biasa untuk memeriksa beberapa file atau arsip audit
Jika peer review tersebut disetujui oleh AICPA, masyarakat akuntan public
negara bagian, atau Dewan Akuntansi negara bagian, izin dari klien untuk
menguji dokumentasi audit tidak diperlukan. Meminta izin dari setiap klien
dapat nmembatasi akses pihak yang melakukan peer review dan akan menjadi
beban waktu bagi semua pihak yang terlibat. Umumnya para pelaku peer
review harus merahasiakan informasi yang diperoleh dan tidak dapat
menggunakan informasi itu untuk tujuan lain. Perhatikan bahwa akses ke file-

32
file untuk pemeriksaan PCAOB juga diperkenankan agar sesuai dengan
persyaratan Sarbanes-Oxley Act.

4. Respons terhadap divisi etika. jika seorang praktisi digugat karena


menampilkan kinerja teknis yang tidak memadai oleh dewan pengadilan
Divisi Etika AICPA menurut salah satu dari Peraturan 201 hingga 203,
kemungkinan besar anggota dewan ingin memeriksa dokumentasi audit.
Pengecualian (4) dalam Peraturan 301 mecegah kantor akuntan public
menolak akses penyelidik ke dokumentasi audit dengan mengatakan bahwa itu
merupakan informasl rahasia. Demikian pula, kantor akuntan public yang
mereview dokumentasi audit substandar dari kantor akuntan public lain tidak
dapat menggunakan kerahasiaan sebagai alasan untuk tidak mengajukan
keberatan atas kinerja sub standar terhadap perusahaan itu.

c) Fee Kontijen

Guna membantu akuntan publik mempertahankan objektivitas dalam melaksanakan


audit aad jasa atestasi lainnya, dilarang mendasarkan fee pada hasil penugasan.
Persyarata Peraturan 302 yang berhubungan dengan fee kontinjen diperihatkan
berikut ini.

Untuk mengilustrasikan kebutuhan akan peraturan menyangkut fee kontinjen,


andaikan sebuah kantor akuntan publik (KAP) diperbolekkan untuk membebenkan
fee sebesar $50.000 jika diberikan pendapat wajar tanpa pergecualian, tetapi hanya
$25.000 bila pendapatnya dengan pengecualian. Penugasan semacam itu dapat
menggoda praktisi untuk mengeluarkan pendapat yang salah dan melanggar Peraturan
302. Juga merupakan pelanggaran atas peraturan 302 bagi anggota yang menyiapkan
SPT pajak asli atau yang telah diperbaiki atau klaim restitusi pajak untuk
mendapatkan fee kontinjen.

Kantor akuntan publik diperkenankan untuk membebankan fee kontinjen atas


jasa nonatestasi, kecuali kantor akuntan publik tersebut juga melaksanakan jasa pada
klien yang kama. Sebagai contoh, bukan merupakan pelanggaran bagi akuntan publik
untuk membebankan fee sebagai saksi ahli yang ditentukan oleh jumlah yang
diberikan kepada penggugat alau mendasarkan fee konrultasi pada persentase obligasi
yang diterbitkan Jika kantor akuntan pubiik tidak juga melakukan audit atau atestasi
lain pada klien yang sama.

Melarang fee kontinjen untuk jasa atestasi dan penyiapan SPT pajak sangat
dianjurkan karena pentingnya Indcpendensi dan objckfivitas, Ketika menyediakan
jasa lain, akuntan publik bersaing dengan prolesi lain yang idak mempunyai
pembatasan fee kontinjen, maka tidak adil melarang akuntan publik memberikan jasa-
jasa ini atas dasar yang sama. Jika jasa nonatestasi ini diberikan kepada klien yang
menerima Jasa atestasi, kebutuhan akan independensi serta objektivitas menjadi lebih
penting dan auditor tidak dipetkenan kan memberikan jasa-jasa itu atas dasar fee
kontinjen.
33
d) Tindakan yang Dapat Didiskreditkan

Karena kebutuhan khusus bagi kantor akuntan untuk berperilaku dengan cara yang
profesional, Kode Etika mempuny aturan khusus yang melarang tindakan yang dapat
didiskreditkan bagi profesi. Meskipun tindakan yang dapat didiskreditkan belum
dideinisikan dengan baik dalam peraturan atau interpretasi, berikut ini adalah
beberapa dari persyaratan tersebut:

Apakah bermabuk-mabukan, atau tindakan lain yang dianggap orang awam


sebagai tidak profesional merupakan tindakan yaag dapat didiskreditkan? Mungkin
tidak menentukan apa yang merupakan perilaku profesional akan terus menjadi
tanggung jawab setiap profesionai.

Sebagai pedoman atas apa yang dianggap sebagai tindakan yang dapat
didiskreditkan, anggaran rumah tangga AlCPA memberikan pedoman yang lebih jelas
ketimbang Kode Perilaku Profesional AICPA. Dalam anggaran rumah tangga itu
dinyatakan bahwa keanggotaan pada AICPA dapat dihentikan tanpa
mempertimbangkan sanksi ate: salah satu dari empat kejahatan berikut (1) kejahatan
yang bisa dihukum penjara selama lebih dari 1 tahun; (2) kelalaian yang disengaja
dalam menyerahkan SPT pajak penghasilan di mana akuntan publik, sebagai wajib
pajak perorangan, diwajibkan menurut hukum untuk menyerahkannya: (3)
menyerahkan SPT pajak penghasilan yang salah atau curang atas nama akuntan
publik itu atau atas nama kliennya; atau (4) sengaja membantu klien dalam
menyiapkan dan menyajikan SPT pajak penghasilan yang salah atau curang Amatilah
bahwa tiga di antaranya berhubungan dengan masalah pajak penghasilan dari anggota
atau klien.

Interpretasi Peraturan 501 mengidentifikasi beberapa tindakan yang dapat


dianggap sebagai dapal didiskreditkan. Sebagai contoh, menahan catatan klien setelah
permintaan dilakukan atas catatan itu merupakan tindakan yang dapat didiskreditkan
atau seorang anggota dianggap telah melanggar hukum antidiskriminasi federal,
negara bagian, atau lokal. Solisitasi atau membocorkan pertanyaan ujian Unitorm
CPA dan jawabannya tanpa izin AlCPA juga tidak diperkenankan.

Peraturan 501 berlaku bagi semua akuntan publik, bahkan yang tidak
berkecimpung dalam praktek publik Sebagai contoh. seorang anggota dianggap telah
melakukan tindakan yang dapat didiskreditkan bila akibat kelalaiannya orang lain
membuat atau dizinkan atau diarahkan untuk membuat ayat jurnal yang salah dan
menyesatkan secara material dalam laporan keuangan serta catatan sebuah entilas,
anggota tersebut lalai memperbaiki laporan keuangan yang secara material salah dan
menyesatkan, atau anggota itu menandatangani atau mengizinkan atau mengarankan
orang lain untuk menandatangani suatu dokumen yang berisi informasi yang salah
dan menyesatkan secara material. Selain itu, jika anggota itu menyusun laporan
keuangan atau informasi terkait untuk pelaporan kepada lembaga pemerintah, komisi,
34
atau agen regulatori, anggota itu juga harus mengikut persyaratan organisasi
bersangkutan selain persyaralan standar akuntan.

Interpretasi lain dari Peraturan 501 menguraikan tindakan lainnya yang


dianggap sebagai dapat didiskreditkan. Sebagai contoh, auditor yang melakukan audit
atas entitas pemerintahan harus mengikuti standar audit pemerintah. Demiklan juga,
ketika seorang anggota menerima penugasan yang melibatkan pelaporan kepada
sebuah lembaga pengatur seperti SEC, anggota tersebut lharus mengikuti persyaratan
tambahan darl lembaga pengatur itu.

e) Iklan dan Permohonan

Untuk mendorong akuntan publik berperilaku secara profesional, peraturan ini juga
melarang iklan atau permohonan yang palsu, menyesatkan, atau menipu.

Permohonan terdiri dari berbagai cara yang dapat digunakan kantor akuntan
publik untuk mendapatkan klien baru selain klien yung meminta sendiri. Contohnya
mencakup mengajak calon klien untuk makan siang dan menjelaskan jasa-jasa
akuntan publik, menawarkan seminar tentang perubahan hukum pajak baru kepada
klien potensial, dan iklan di Halaman Kuning buku telepon. Contoh terakhir adalah
iklan, yang hanya merupakan salah satu bentuk dari permohonan. Banyak kantor
akuntan publik telah mengembangkan periklanan yang canggih pada jurnal nasional
yang dibaca olch para pelaku bisnis dan pada surat kabar lokal. Sudah umum bagi
kantor akuntan publík untuk mengidentifikası calon klien yang saat Itu menggunakan
Jasa kantor akuntan publik lain, dan membrat presentasi formal serta informal guna
meyakinkan manajemen agar mengganti kantor akuntan publik. Penawaran harga
untuk audit dan jasa lalnnya sekarang sudah umum dan sering kali sangat kompetitif.
Akibat dari perubahan-perubahan tersebut, beberapa perusahaan sekarang lebih sering
mengganti auditor daripada scbelumnya guna mengurangi blaya audit. Apakah mutu
audit terancam oleh perubahan ini? Meskipun ada beberapa kasus tingkat tinggi yang
melibatkan kelalaian audit, adanya exposure hukum bagi kantor akuntan publik,
persyaratan peer review, dan potensi campur tangan SEC serta pemerintah telah
membuat mutu audit tetap tinggi.

f) Komisi dan Fee Referal

Komisi adalah kompensasi yang dibayarkan untuk merekomendasikan atau


mereferensikan produk atau jasa pihak ketiga kepada klien atau merekomendasikan
atau merefensikan produk atau jasa klien kepada joihak ketiga. Pembatasan atas
komisi serupa dengan peraturan tentang fee kontinjen, Akuntan publik dilarang
menerima komisi dari klien yang menerima jasa atestasl dari kantor akuntan public
tersebut. Komisi dizinkan untuk klien lain, tetapi harus diungkapkan. Fee referral
untuk merekomendasikan atau mereferensikan jasa akuntan publik lain tidak dianggap
sebagai komisi dan tidak dibatasi. Namun, setiap fee referal untuk jasa akuntan public
Juga harus diungkapkan. Dengan adanya aturan untuk komisi dan fee releral ini
berarti bahwa kantor akuntan publik tidak melanggar peraturan perilaku AlCPA bila
35
menjual sesuatu seperti real estat, sekuritas, dan kantor secara keseluruhan atas dasar
komisi jika transaksi itu tidak melibatkan klien yang menerima jasa atestasi dari
kantor akuntan publik tersebut. Peraturan ini memungkinkan kantor akuntan public
meraih keuntungan dengan memberikan banyak jasa kepada klien nonatestasi yang
sebelumnya dilarang alasan bagi AICPA terus melarang komisi untuk klien jasa
atestasi adalah kebutuhan guna menmastikan babwa kantor akuntan publik tetap
independen. Persyaratan ini dan alasannya sama seperti yang dibahas untuk fee
kontinjen. Dewan Akuntansi di negara bagian tempat perusahaan terdaftar mungkin
mempunyai peraturan yang lebih membatasi ketimbang AlCPA. Kantor akuntan
pubiik harus mengikuti persyaratan yang lebih membatasi jika ada peraturan yang
berbeda.

g) Bentuk dan Nama Organisasi

Struktur oganisasi kantor akutan publik telah dibahas dalam Bab 2. Peraturan perilaku
membatasi bentuk orgariasi yang diizinkan dan melarang anggotanya berpraktik
dengan nama perusahaan yang menyesatkan. Peraturan 505 mengizinkan para praktisi
untuk mermbentuk organisasi sesuai dengan salah satu dari enam bentuk ini, selama
hal itu diizinkan oleh hokum negara bagian perusahaan perorangan, persekutuan
umum, korporasi umum (general corporation), korporasi profesional (professional
corporation/PC), perusahaan dengan kewajiban terbatas (limited liability
compaxy/LLC), atau persekutuan dengan kewajiban terbalas (limited liability
partnership/LLP). Kepemilikan kantor akuntan publik oleh bukan akuntan publik
sekarang diizinkan menurut kondisi berikut:

1. Akuntan publik harus mempunyai mayoritas kepentingan keuangan dan hak


pengambilan suara pada kantor itu.

2. Seorang akuntan publik harus mempunyai tanggung jawab akhir atas semua
atestasi laporan keuangan, kompilasi, dan jasa lain yang diberikan oleh kantor
itu yang diatur oleh Statements on Auditing Standards atau Statements on
Standards for Accounting and Review Services.

3. Pemilik harus selalu mempunyai ekuitas dalam hak mereka sendiri.

4. Peraturan berikut berlaku bagi semua pemilik yang bukan akuntan publik:

 Mereka secara aktif harus memberikan jasa kepada klien kantor


akuntan sebagai pekerjaan utamanya.

 Mereka tidak dapat menyebut dirinya sebagai akuntan publik tetapi


dapat menggunakan gelar yang diizinkan oleh hukum negara bagian
seperti ketua, pemilik, pejabat, anggota, atau pemegang saham.

 Mereka tidak dapat memikul tanggung jawab akhir atas setiap atestasi
laporan keuangan atau penugasan koimpilasi.

36
 Mereka tidak menmenuhi syarat dalam keanggotaan AICPA tetapi
harus mematuhi Kode Perilaku Profesional AICPA.

Sebuah perkembangan terbaru adalah akuisisi kantor akuntan publik oleh entitas
perusahaan. Dalam contoh seperti ini, kantor akuntan publik dapat membentuk anak
perusahaan untuk memberikan jasa atestast kepada klien. Struktur praktik alternative
ini dilzinkan, tetapi resolusi Dewan AICPA menegaskan bahwa untuk melindungi
kepentingan publik, akuntar publik memiliki tanggung jawab yang sama untuk
melakukan pekerjaan atestasi seperti yang mereka emban dalam struktur praktik
tradisional. Kantor akuntan publik dapat menggunakan nama apapun sepanjang tidak
menyesatkan. Kebanyakan perusahaan menggunakan nama dari satu atau lebih
pemiliknya. Namun bukan meri akan hal yang umum bagi perusahaan untuk
menggunakan nama dari lima atau lebih pemiliknya. Kantor akuntan publik dapat
menggunakan nama dagang. walaupun ini tidak blasa dalam praktik. Nama seperti
Marshall Audit Co. atau Chicago Tax Specialist juga dizinkan bila hal itu tidak
menyesatkan.

H PEMBERLAKUAN

Kelalaian untuk mengikuti peraturan perilaku dapat mengakibatkan pemecatan dari


AICPA. Hal ini tidak mencegah seorang akuntan publik untuk melakukan praktik
akuntansi publik, tetapi merupakan sanksi sosial yang berat. Selain peraturan perilaku,
anggaran rumah tangga AlCPA juga memberikan skors otomatis atau dikeluarkan dari
AICPA atas tuduhan tindak kejahatan yang bisa dihukum penjara lebih dari 1 tahun
dan untuk berbagai kejahatan yang berhubungan dengan pajak.

a) Tindakan oleh Divisi Etika Profesional AICPA

Divisi Etika Protesional AlCPA bertanggung jawnb untuk menyelidiki pelanggarn


atas Kode dan menentukan tindakan disipliner. Penyelidikan oleh divisi ini timbul
akibat intormasi yang diperoleh terutama dari keluhan praktisi atau orang dan
perkumpulan akuntan publik negara bagian, ateu agen pemerintah. Seseorang dapat
secara otomatis dikenai sanksi tanpa penyelidikan jika anggota dapat tindakan disiplin
atau hukuman dari instansi pemerintan atau organisasi nempunyai wewenang untuk
mengatur akuntan, seperti SEC dan PCAOB.

Ada dua tungkatan utama dari tindakail disiplin atau hukuman. Untuk yang
tidak terlalu serius, dan mungkin pelanggaran yang tidak disengaja, divisi ini
membatasi hukuman hingga persyaratan untuk mengambil tindakan perbaikan atau
korektif. Salah satu contohnya adalah kelalaian yang tidak disengaja untuk
memastikan bahwa klien audit yang kecil menyertakan semua pengungkapan dalam
laporan keuanganya, yang melanggar Peraturan 203 dari peraturan perilaku. Divisi
akan meminta anggota itu untuk mengikuti kursus pendidikan berkelanjutan
bersamaan jam-jam tertentu untuk memperbaiki kompetensi teknis. Tingkat kedua
dari tindakan disipliner adalah tindakan di hadapan Dewan Pengadilan Gabungan
Joint iral Doardj. Dewan ini memiliki otoritas untuk menskors atau mengeluarkan
37
anggota dari AICPA karena berbagai pelanggaran atas etika profesional. Biasanya,
hasil tindakan oleh dewan juga dipublikasikan dalam CPA Newsietter lengkap dengan
nama dan alamat orang yang diskors atau dikeluarkan serta alasan lindakan tersebut.

b) Tindakan oleh Dewan akuntansi Negara Bagian

Hal yang bahkan jauh lebih penting ketimbang dikeluarkan dari AICPA adalah
peraturan perilaku, yang serupa dengan AICPA, yang telah diberlakukan Oleh Dewan
Akuntansi dari seluruh 50 negara bagian di Amerika Serikat. Karena setiap bagian
memberikan lisensi kepada para Prakisi untuk berpraktik sebagai akuntan publik.
pelanggaran serius atas Kode perilaku Dewan Akuntansi Negara bagian dapat
mengakibatkan hilangnya sertifikat akuntan publik dan lisensi praktiknya.

c) Tindakan Pemberlakuan oleh PCAOB

Selain tindakan pemberlakuan olch AICPA dan dewan akuntansi negara bagian,
auditor perusahaan publik juga menjadi subjek sanksi PCAOB. PCAOB memiliki
wewenangan untuk menyelidiki dan mendisiplinkan kantor akuntan publik yang
terdaftar serta orang orang yang terkait dengan kanlor akuntan karena kctidaktaatan
dengan Sarbanes- Oxley Act tahun 2002, termasuk peraturan PCAOB dan Securifies
and Exchange commission yang mengatur audit perusanaan publik. Ketika ditemukan
pelanggaran, PCAOB dapat menjatuhkan sanksi yang sesuai, termasuk penanggunai
atau pecabutan tethadap regstrasi perusanaan, penangguhan atau pembatasan individu
dari peagaulan dengan kartor akuntan publik terdaftar, dan denda uang PCAOB juga
mungkiu mensyaratkan perbaikan pengendalian mutu perusahaan, pelatihan
tambahan, atau langkah-langkah perbaikan lainnya.

38
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Permintaan akan audit dan jasa assurance lainnya yang diberikan oleh kantor akuntan
publik tergantung pada kepercayaan publik pada prosi itu. Bab ini membahas tentang peran
etika dalam masyarakat dan tanggung jawab etis yang unik dari akuntan publik.

Aktivitas profesional akuntan publik diatur oleh kode perilaku profesional AICPA,
dan para auditor perusahaan publik juga mendapat pengawasan dari PCOB serta SEC. Hal
terpenting dari semua tanggung jawab etis akuntan publik adalah kebutuhan akan
independensi. Peraturan perilaku dan interpretasinya memberikan pedoman tentang
kepentingan keuangan yang diizinkan dan kepentingan lainnya juga dirancang untuk
mempertahankan kepercayaan publik mempertahankan independensi. Tanggung jawab etis
akuntan publik diberlakukan oleh AICPA untuk para anggotanya dan oleh dewan akuntansi
negara bagian bagi akuntansi publik yang memiliki lisensi.

39
Daftar Pustaka
Elder, Randal J.dkk.2014. Auditing & Jasa Assurance.Erlangga: Jakarta

40

Anda mungkin juga menyukai