Anda di halaman 1dari 3

JENIS-JENIS TEORI

Di dalam teori akuntansi terdapat dua jenis teori yang dikenal dengan Teori
Akuntansi Positif dan Teori Akuntansi Normatif. Berikut adalah penjelasan
mengenai teori akuntansi positif dan teori akuntansi normatif:

Teori normatif didasarkan atas upaya pembenaran tentang apa yang


seharusnya dipraktekkan. Teori normatif disebut juga Teori Apriori (bersifat
deduktif) karena bukan hasil dari penelitian empiris.

Hal ini disebabkan oleh pengalaman praktek langsung yang telah dilakukan
misalnya pernyataan tentang laporan keuangan yang seharusnya didasarkan
pada metode pengukuran tertentu atau dihasilkan melalui kegiatan “semi –
research”. 

Teori normatif diketahui lebih berkonsentrasi pada  :

1. Penciptaan laba sesungguhnya (true income)

Teori ini lebih berkonsentrasi pada pengukuran tunggal yang benar untuk
aktiva dan laba.

2. Pengambilan keputusan (decision usefulness)

Teori ini menganggap bahwa tujuan dasar akuntansi adalah untuk membantu


proses pengambilan keputusan dengan menyediakan data akuntansi yang
relevan dan bermanfaat.

Di beberapa kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi tentang laba
dan kemakmuran atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional.
Konsep tersebut didasarkan pada penyesuaian rekening karena pengaruh
inflasi atau dari nilai pasar dari aktiva.

Teori normatif ini didasarkan pada anggapan bahwa:

 Akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran.

 Laba dan nilai dapat diukur secara tepat.

 Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan


ekonomi.

 Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi).

 Ada beberapa pengukur laba yang unik.


Pada praktiknya teori normatif adalah pendapat subyektif (pribadi) maka sulit
untuk diterima begitu saja karena harus dapat diuji secara empiris supaya
dapat dikatakan sistem akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang ideal.

Para ahli bidang akuntansi telah menyatakan bahwa teori akuntansi positif
lebih diterapkan dibandingkan teori akuntansi normatif.

Teori akuntansi positif adalah teori akuntansi yang berupaya menjelaskan


suatu proses dengan menggunakan kemampuan pemahaman serta
pengetahuan akuntansi saat menentukan kebijakan akuntansi yang sesuai
dalam menghadapi kondisi di masa yang akan datang.

Prinsip dari teori akuntansi positif beranggapan bahwa tujuan dari teori


akuntansi bermaksud untuk memprediksi dan menjelaskan praktik akuntansi.
Teori akuntansi positif merupakan studi lanjutan dari teori akuntansi normatif
karena kegagalan dari teori normatif dalam menjabarkan fenomena praktik
yang terjadi secara real (nyata).

Teori normatif merupakan pendapat subyektif (pribadi) sehingga tidak dapat


diterima secara mentah, harus dapat diuji secara empiris supaya memiliki
dasar teori yang kuat.

Terdapat tiga hipotesis oleh Watts dan Zimmerman, 1990 yang menjadi


asumsi pada teori akuntansi positif diantaranya adalah:

1. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)

Manajer perusahaan cenderung lebih menyukai metode yang dapat


meningkatkan laba periode berjalan dengan bonus tertentu. Pilihan
diharapkan dapat meningkatkan nilai bonus yang akan diterima tidak dapat
menyesuaikan dengan metode yang dipilih.

2. Hipotesis hutang atau ekuitas (Debt/Equity Hypothesis)

Semakin tinggi rasio ekuitas atau hutang perusahaan maka makin besar para


manajer untuk memilih metode akuntansi yang data efektif untuk menaikkan
laba. Semakin tinggi rasio hutang dan ekuitas akan mendekatkan perusahaan
dengan batas perjanjian atau peraturan kredit dan makin besar kemungkinan
penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran biaya. (Baca juga: tugas
manajer personalia )

3. Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypothesis)

Hipotesis ini didasari asumsi bahwa sangat mahalnya nilai informasi bagi
individu untuk menentukan kondisi laba akuntansi apakah betul-betul
menunjukkan monopoli laba.
Selain itu, mahalnya bagi individu untuk melaksanakan kontrak dengan
berbagai pihak  dalam proses politik untuk menegakkan regulasi dan aturan
hukum, yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pada umumnya individu yang rasional tidak mengetahui informasi yang


lengkap tentang proses politik dan proses pasar. Dengan dasar cost informasi
dan cost monitoring, manajer mempunyai insentif untuk memiliki laba pada
periode akuntansi dalam proses politik tersebut.

Anda mungkin juga menyukai