Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HUKUM BISNIS DAN ETIKA PROFESI

ETIKA, NORMA DAN KODE ETIK PROFESI

Dosen : Robertus Ary Novianto, S.E., M.M., Ak.

Disusun oleh :

Kelompok 1

Vania Salsabila (0118101050)

Muhammad Fiqih (0118101051)

Nabila Ayu Kresna (0118101053)

Nur Alifa Fiani P (0118101054)

Topan (0118101073)

Tuti Fitria (0118101078)

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Eika,
Norma dan Kode Etik Profesi” dalam memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi
Bisnis dengan dosen pembimbing Robertus Ary Novianto, S.E., M.M., Ak.

Makalah ini dibuat sekaligus untuk menambah wawasan tentang Hukum Bisnis
dan Etika Profesi . Tidak dapat dipungkiri bahwa penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu saya sebagai penulis mengucapkan
banyak terimakasih.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga kelak penulis mampu menghasilkan makalah yang lebih baik. Penulis
sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.

Bandung, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah2

1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Etika dan Etika Profesi 3

2.2 Etika dan Estetika 3

2.3 Etika dan Etiket 4

2.4 Etika dan Ajaran Moral 5

2.5 Jenis-jenis Norma 6

2.6 Pengertian Etika Profesi, Kode Etik Profesi dan Pentingnya Etika
9

2.7 Manfaat Etika dalam Akuntan 11

BAB III PENUTUP 18

3.1 Kesimpulan 18

DAFTAR PUSTAKA 19

PERTANYAAN 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkataan profesi dan profesional sudah sering digunakan dan mempunyai
beberapa arti. Dalam percakapan sehari-hari, perkataan profesi diartikan sebagai
pekerjaan (tetap) untuk memperoleh nafkah (Belanda; baan; Inggeris: job atau
occupation), yang legal maupun yang tidak. Jadi, profesi diartikan sebagai setiap
kegiatan tetap tertentu untuk memperoleh nafkah yang dilaksanakan secara
berkeahlian yang berkaitan dengan cara berkarya dan hasil karya yang bermutu
tinggi dengan menerima bayaran yang tinggi. Keahlian tersebut diperoleh melalui
proses pengalaman, belajar pada lembaga pendidikan (tinggi) tertentu, latihan
secara intensif, atau kombinasi dari semuanya itu.
Pengemban profesi adalah orang yang memiliki keahlian yang berkeilmuan
dalam bidang tertentu. Karena itu, ia secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan
warga masyarakat yang memerlukan pelayanan dalam bidang yang memerlukan
keahlian berkeilmuan itu. Pengemban profesi yang bersangkutan sendiri yang
memutuskan tentang apa yang harus dilakukannya dalam melaksanakan tindakan
pengembanan profesionalnya. Ia secara pribadi bertanggung jawab atas mutu
pelayanan jasa yang dijalankannya. Karena itu, hakikat hubungan antara
pengemban profesi dan pasien atau kliennya adalah hubungan personal, yakni
hubungan antar subyek pendukung nilai.
Makalah ini memuat tentang pentingnya etika profesi, kode etik dan tanggung
jawab profesi. Kode etik di susun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing
profesi memiliki kode etik tersendiri. Misalnya kode etik dokter, guru,
pustakawan, pengacara dan pelanggaran kode etik tidak diadili oleh pengadilan
karena melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum. Bila seorang
dokter di anggap melanggar kode etik tersebut, maka dia akan di periksa oleh
majelis kode etik kedokteran indonesia bukannya oleh pengadilan.

1
Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah
yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa, dan perilaku tenaga professional. Dengan
membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami dan mengerti tentang
yang disebut etika profesi dan juga dapat memahami faktor dan hal – hal yang
berhubungan dengan etika dan tangguprofesi. Oleh karena itu dapatlah
disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari
masyarakat, bilamana dalam diri para elit professional tersebut ada kesadaran kuat
untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Etika dan Etika Profesi?
2. Apa itu Etika dan Estetika?
3. Apa itu Etika dan Etiket?
4. Apa itu Etika dan Ajaran Moral?
5. Apa saja jenis-jenis norma?
6. Apa itu Etika profesi, kode etika profesi dan pentingnya etika?
7. Apa manfaat etika bagi akuntan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Etika dan Etika Profesi.
2. Mengetahui apa itu Etika dan Estetika.
3. Mengetahui apa itu Etika dan Etiket.
4. Mengetahui apa itu Etika dan Ajaran Moral.
5. Mengetahui apa saja jenis-jenis norma.
6. Mengetahui apa itu Etika profesi, kode etika profesi dan pentingnya etika.
7. Mengetahui apa manfaat etika bagi akuntan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Etika dan Etika Profesi


Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan
dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai
apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk
atau baik. Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline
which can act as the performance index or reference for our control system”. Etika
adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok
sosial(profesi) itu sendiri.
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa
kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta
kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk
penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999).
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat,
bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian
profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.

2.2. Etika dan Estetika


Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang
praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan
manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma.
Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral, norma
agama  dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan
perundang- undangan, norma agama berasal dari agama sedangkan norma moral

3
berasal dari suara batin. Norma sopan santun  berasal dari  kehidupan sehari-hari
sedangkan norma moral berasal dari etika.

2.3. Etika dan Etiket


Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette) berarti sopan
santun. Persamaan antara etika dengan etiket yaitu:
•  Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai
mengenai manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal
etika maupun etiket.
•  Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi
norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif
maka kedua istilah tersebut sering dicampuradukkan.

Perbedaan antara etika dengan etiket


1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan
cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah
kalangan tertentu.Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan,
etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah
apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.Etika selalu berlaku walaupun tidak ada
orang lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya
sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan,
dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.Etika jauh lebih absolut.
Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip
etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika
memandang manusia dari segi dalam. Penipu misalnya tutur katanya lembut,
memegang etiket namun menipu. Orang dapat memegang etiket namun
munafik sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika tidak mungkin

4
munafik karena seandainya dia munafik maka dia tidak bersikap etis. Orang
yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.

2.4. Etika dan Ajaran Moral


Etika perlu dibedakan dari moral. Ajaran moral memuat pandangan tentang
nilai dan norma moral yang terdapat pada sekelompok manusia. Ajaran moral
mengajarkan bagaimana orang harus hidup. Ajaran moral merupakan rumusan
sistematik terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban manusia.

Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika
merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat
mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat rasional, kritis, mendasar, sistematik dan
normatif (tidak sekadar melaporkan pandangan moral melainkan menyelidiki
bagaimana pandangan moral yang sebenarnya).

Pluralisme moral diperlukan karena:


1. pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku,daerah
budaya dan agama yang hidup berdampingan;
2. modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan
masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional;
3. berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-
masing dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.
Etika sosial dibagi menjadi:
•    Sikap terhadap sesama;
•    Etika keluarga;
•    Etika profesi,  misalnya etika untuk dokumentalis, pialang informasi;
•    Etika politik;
•    Etika lingkungan hidup; serta
•    Kritik ideologi.

5
Moralitas
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat
di antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia
sebagai manusia.
Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi
baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan pada
umumnya. Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia
sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu
segi saja, misalnya sebagai suami atau isteri.
Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan santun, segala
sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat
berasal dari sumber  tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan
dari beberapa sumber.

Pluralisme moral
Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang
mereflesikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu
rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif.
Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada argumentasi
yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian. Kritis berarti filsafat ingin
mengerti sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian
dangkal. Sistematis artinya membahas langkah demi langkah. Normatif
menyelidiki bagaimana pandangan moral yang seharusnya.

2.5. Jenis-Jenis Norma

Dilihat dari sanksinya terdapat beberapa jenis norma yaitu :

1. Tata Cara (Usage)


Tata cara ialah norma yang menunjukan kepada suatu perbuatan dengan sanksi
yang sangat ringan terhadap pelanggarnya, misalnya aturan memegang garpu atau
sendok ketika makan. Suatu pelanggaran atau penyimpangan terhadapnya tidak

6
akan mengakibatkan hukuman yang berat, tetapi hanya sekedar celaan atau
dinyatakan tidak sopan oleh orang lain.
Beberapa contoh pelanggaran dan sanksi norma sosial berdasarkan tata
cara: makan dengan tangan kiri.
2. Kebiasaan (Folkways)
Kebiasaan ialah cara-cara bertindak yang digemari oleh masyarakat sehingga
dilakukan secara berulang-ulang. Folkways memiliki kekuatan mengikat yang
lebih besar daripada usage, misalnya mengucapkan salam ketika bertemu, atau
membungkukkan badan sebagai tanda hormat kepada orang yang lebih tua, serta
membuang sampah pada tempatnya. Jika hal-hal tersebut tidak dilakukan, maka
dianggap penyimpangan terhadap kebiasaan umum dalam masyarakat dan orang
akan menyalahkannya. Sanksinya dapat berupa celaan, cemoohan, teguran,
sindiran, atau bahkan digunjingkan masyrakat (gosip).

3. Tata Kelakuan (Mores)


Tata kelakuan ialah norma yang bersumber kepada filsafat, ajaran agama, atau
ideologi yang dianut oleh masyarakat. Pelanggarnya disebut penjahat.
Contoh mores yakni: larangan berzina, berjudi, minum minuman keras,
penggunaan narkotika dan zat-zat adiktif, serta mencuri.
Fungsi mores antara lain :
– Memberikan batas-batas tingkah laku individu.
– Mengidentifikasi individu dengan kelompoknya.
– Menjaga solidaritas antara anggota-anggota masyarakat sehingga mengukuhkan
ikatan dan mendorong tercapainya integrasi sosial yang kuat.

4. Adat (Customs)
Adat adalah norma yang tidak tertulis, namun sangat kuat mengikat sehingga
anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan menderita karena sanksi
keras yang kadang-kadang secara tidak langsung dikenakan. Misalnya, pada
masyarakat Lampung yang melarang terjadinya perceraian, apabila terjadi suatu

7
perceraian, maka tidak hanya yang bersangkutan yang mendapat sanksi, tetapi
seluruh keluarganya pun ikut tercemar.
Sanksi atas pelanggaran adat istiadat dapat berupa pengucilan, dikeluarkan dari
masyarakat/kastanya, atau harus memenuhi persyaratan tertentu, seperti
melakukan upacara tertentu untuk media rehabilitasi diri.

5. Hukum (Laws)
Hukum merupakan norma yang bersifat formal dan berupa aturan tertulis.
Sanksi terhadap pelanggar sifatnya paling tegas dibanding dengan norma-norma
lainnya.
Hukum adalah suatu rangkaian aturan yang ditujukan kepada anggota masyarakat
yang berisi ketentuan-ketentuan, perintah, kewajibam, ataupun larangan, agar
dalam masyarakat tercipta suatu ketertiban dan keadilan. Ketentuan-ketentuan
dalam norma hukum lazimnya dikodifikasikan dalam bentuk kitab undang-undang
atau konvensi-konvensi. Sanksi yang diberikan dapat berupa denda atau hukuman
fisik.

Dilihat dari sumbernya norma dibedakan menjadi :

1. Norma Agama
Norma agama adalah peraturan sosial yang sifatnya mutlak sebagaimana
penafsirannya dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah ukurannya karena
berasal dari Tuhan.
Biasanya berasal dari ajaran agama dan kepercayaan-kepeercayaan
lainnya. Pelanggaran terhadap norma agama disebut dosa. Contoh Norma
Agama : sembhayang kepada Tuhan, tidak boleh mencuri, tidak boleh berbohong,
tidak boleh membunuh, dan sebagainya.

2. Norma Kesopanan atau Etika


Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang
berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam
kehidupan bermasyarakat. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapatkan

8
celaan, kritik, dan lain-lain tergantung pada tingkat pelanggaran. Norma
kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan
berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu.
Contoh Norma kesopanan :
1. Menghormati orang yang lebih tua
2. Tidak meludah sembarangan
3. Tidak berkata kotor, kasar, dan sombong
3. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang
menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap
baik dan apa pula yang dianggap buruk. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat
sanksi pengucilan secara fisik (dipenjara, diusir) ataupun batin (dijauhi).
Contoh: Orang yang berhubungan intim di tempat umum akan dicap tidak
susila,melecehkan wanita atau laki-laki di depan orang.

4. Norma Hukum
Norma hukum adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu,
misalnya pemerintah, sehingga dengan tegas dapat melarang serta memaksa orang
untuk dapat berperilaku sesuai dengan keinginan pembuat peraturan itu
sendiri.Pelanggaran terhadap norma ini berupa sanksi denda sampai hukuman
fisik (dipenjara, hukuman mati).
Ketentuan-ketentuan bersumber pada kitab undang-undang suatu negara.

2.6. Pengertian Etika Profesi, Kode Etika Profesi dan Pentingnya Etika

a. Menurut para ahli etika profesi yaitu:

 Menurut Kaiser dalam  ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 )   


Etika profesi merupakan sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan
pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan

9
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa
kewajiban terhadap masyarakat.

 Menurut (Anang Usman, SH., MSi.)


Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan
terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai
refleksi yang seksama,

 Definisi Etika Profesi


Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup
dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi serta
mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis
umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.Etika
profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang
sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat
atau terhadap konsumen (klien atau objek).Etika profesi memilikikonsep
etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup
kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa),
science, medis/dokter, dan sebagainya.

Prinsip dasar di dalam etika profesi :

1. Tanggung jawab

 Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.


 Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.

2. Keadilan

10
3. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
4. Prinsip Kompetensi,melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya,
kompetensi dan ketekunan
5. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi
6. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi

b. Kode Etik Profesi

Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan professsional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan
tidak baik bagi professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau
salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan
kode etik yaitu agar professional memberikan  jasa sebaik-baiknya kepada
pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan
yang tidak professional.

Fungsi Kode Etik Profesi :

Sumaryono (1995) mengemukakan 3 alasannya yaitu :

1. Sebagai sarana kontrol sosial


2. Sebagai pencegah campur tangan pihak lain
3. Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik

c. Pentingnya Etika

Dalam dunia sehari-hari, bisnis, sekolah, bermasyarakat, dan lain sebagainya.


Harus di dukung oleh sikap dalam tutur kata yang baik dan tingkah laku
(perbuatan) yang baik pula, karena pada dasarnya seseorang akan melihat cara
kita berbicara dan tingkah laku kita saat berbicara dengan lawan bicara kita.
Missal : jika kita tidak dapat bertutur kata dengan baik dalam dunia bisnis, rekan

11
bisnis kita pasti akan merasa kecewa karena semula ingin bekerja sama dengan
anda, karena melihat dari segi tutur kata atau tingkah laku anda kurang baik, itu
akan menjadi minus bagi anda di mata rekan bisnis anda. Begitu juga dalam
bermasyarakat, jika dalam lingkungan perumahan atau sekitar rumah anda, anda
tidak dapat menjaga etika dan moral, secara sikap dan tingkah laku maka dalam
kehidupan bermasyarakat anda akan mendapatkan predikat yang kurang baik.

2.7 Manfaat Etika bagi Akuntan

Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar


profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi
kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, yaitu kredibilitas, profesionalisme, kualitas
jasa, dan kepercayaan.

a. Fungsi Etika

1. Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai


moralitas yang membingungkan.

2. Etika ingin menampilkanketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk


berargumentasi secara rasional dan kritis.

3. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam suasana
pluralisme

Kode Etik Akuntan Indonesia

Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang diberikan oleh profesi akuntan,
terlepas dari akuntan yang memberikan jasa tersebut.

Dibuat oleh organisasi profesi yaitu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melalui
kongres IAI

12
b. Tujuan

Mengatur perilaku anggota profesi (anggota IAI) dalam menjalankan praktik


profesinya bagi masyarakat

mengikat bagi seluruh anggota profesi (anggota IAI)

c. Tanggung Jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota


harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran
penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai
tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga
harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha
kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi
profesi.

d. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka


pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah
penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran
yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari
klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis
dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan
ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik.
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi
yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap
dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi

13
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi
akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan
dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang
diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat
dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan
publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi
mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.

e. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus


memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan


profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap
jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

f. Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan


kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah
suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan
atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas
yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi.
Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta

14
konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai
seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas
keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka
juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi.
Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya
dan memelihara obyektivitas.

g. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,


kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa
dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi
diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka
miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk
memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan
profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib
melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih
kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi
masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang
diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.

h. Kerahasiaan

15
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban
profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan
profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan
didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban
kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota
mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien
atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya.
Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien
atau pemberi jasa berakhir.

i. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk
menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

j. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar


teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas.

Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of
Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

k. Manfaat mempelajari etika profesi akuntansi

16
Etika sangat penting untuk menciptakan budaya akuntan dari sebuah organisasi.
Sebuah organisasi menggunakan etika untuk memutuskan bagaimana mereka
ingin melaporkan hasil profesinya sebagai akuntan

Untuk menyediakan pedoman bagaimana menjadi yang terbaik yang kita dapat
yang bertentangan dengan aturan dan peraturan yang cenderung berkonsentrasi
pada standar minimum perilaku

Etika sangat penting bagi profesi akuntan agar tidak melakukan tindakan yang
menyimpang dari hukum. Salah satunya adalah profesi akuntan yang dituntut
untuk berperilaku etis.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat
dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos”
dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau
cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Norma atau kaidah adalah ketentuan
yang mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Etika profesi menurut keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7) adalah


sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional terhadap
masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam
rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Kode etik
profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak
baik bagi profesional.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://felix3utama.wordpress.com/tag/etika-dan-ajaran-moral/

https://majalahpendidikan.com/norma-sosial-pengertian-jenis-jenis-dan-
contohnya/

http://abulyatama.ac.id/?p=4876

https://csagboyz.wordpress.com/2015/11/08/pengertian-etika-profesi-serta-
profesionalisme/

19
20

Anda mungkin juga menyukai