Anda di halaman 1dari 18

Pemeriksaan Kadar Albumin

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah kimia klinik

jurusan teknologi laboratorium medis

Disusun oleh

1. Farah Salsabila 22018013

2. Wuri Handayani 22018041

3. Ambarnita Pramesti 22018001

4. Nabilah Delia Noviana 22018025

5. Nada Danilah Hasbi 22018026

6. Nadya Febrianti Efrata 22018027

Dosen : Ibu Ratih Kartika Dewi, A.md Kes, S.Si., M.Biomed

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) PRIMA INDONESIA

Program Studi Teknologi Laboratorium Medis

Bekasi

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat

dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kimia klinik ini tentang

“Pemeriksaan Kadar Albumin” dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun

makalah kimia klinik ini telah kami usahakan semaksimal mungkin.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dan keterbatasan dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya

yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah

kami perlukan untuk pengembangan makalah ini kedepan.

Harapan kami semoga makalah kimia klinik ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, dapat memberikan pemahaman bagi

pembaca, serta dapat dijadikan pedoman bagi pembaca untuk mendalami materi

ini.

Bekasi, 15 Oktober 2019

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................... ...ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... ..iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... ...1

B. Rumusan Masalah....................................................................................2

C. Tujuan................................................................................................... ...3

D. Manfaat....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Albumin.............................................................................. ...5

B. Fungsi Albumin ................................................................................... ...6

C. Proses Pembentuakan Albumin ........................................................... ...7

D. Metabolisme Albumin ......................................................................... ...8

E. Metode Pemeriksaan Kadar Albumin .....................................................9

F. Pemeriksaan Kadar Albumin Metode Bromcresol Green (BCG) ........10

G. Peningkatan dan Penurunan Kadar Albumin ........................................12

H. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Albumin ........................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... .14

B. Saran ................................................................................................... ..14

DAFTAR REFERENSI ..................................................................................... .15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Protein adalah makromolekul yang paling banyak ditemukan di dalam sel

makhluk hidup dan merupakan 50 % atau lebih dari berat kering sel. Albumin

merupakan protein terbanyak dalam plasma darah mencapai kadar 60%.

Manfaatnya untuk membantu jaringan sel baru. Dalam ilmu kedokteran, albumin

ini digunakan untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah

atau rusak. Albumin juga berperan mengikat obat-obatan serta logam berat yang

tidak mudah larut dalam darah.

Adapun fungsi albumin adalah mengatur tekanan osmotic dalam darah.

Albumin menjaga keberadaan air dalam plasma darah sehingga bisa

mempertahankan volume darah. Bila jumlah albumin turun maka akan terjadi

penimbunan cairan dalam jaringan (edema) misal terjadi pembengkakan di kedua

kaki atau bisa terjadi penimbunan cairan dalam rongga tubuh.

Dalam ilmu gizi, protein diartikan sebagai suatu kelompok makromolekul

berbentuk senyawa asam amino yang memiliki fungsi untuk zat pendorong

metabolisme dan zat pembangun tubuh. Penemu protein adalah Jons Jakob

Berzelius pada tahun 1838 dan hingga saat ini protein merupakan molekul yang

paling sering diteliti. Sedangkan asal protein sendiri berasal dari makanan yang di

konsumsi setiap hari.

Kadar albumin yang rendah dapat ditemukan pada pasien yang menderita

sirosis hati, gagal hati akut, luka bakar yang parah, malnutrisi berat, preeklampsia,

1
gangguan ginjal, pengaruh obat seperti penisilin, sulfonamid, aspirin, asam

askorbat dan lain-lain. Kadar albumin yang tinggi dapat ditemukan pada pasien

yang dehidrasi, pasien yang mengalami muntah parah, pasien diare berat dan

pengaruh obat heparin.

Adanya interpretasi data dari peningkatan dan penurunan kadar albumin

dalam tubuh inilah yang mendasari dilakukannya praktikum pemeriksaan kadar

albumin dalam serum. Untuk melakukan pemeriksaan albumin ini, biasanya

diambil darah vena dan dimasukan kedalam tabung vakum berwarna merah. Tidak

ada pembatasan makanan atau minuman dalam hal ini, dan perhatikan beberapa

obat yang dapat menyebabkan hasil negatif atau positif palsu.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :

1. Apa pengertian dari albumin ?

2. Apa fungsi dari albumin ?

3. Bagaimana proses pembentukan albumin ?

4. Bagaimana proses metabolisme albumin ?

5. Apa saja metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan kadar albumin ?

6. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan kadar albumin menggunakan

metode bromcresol green (BCG) ?

7. Apa penyebab peningkatan dan penurunan kadar albumin ?

8. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar albumin

dalam darah ?

2
C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk dapat mengetahui pengertian dari albumin.

2. Untuk dapat mengetahui fungsi dari albumin.

3. Untuk dapat mengetahui proses pembentukan albumin.

4. Untuk dapat mengetahui proses metabolisme albumin.

5. Untuk dapat mengetahui metode yang dapat digunakan dalam pemeriksaan

kadar albumin.

6. Untuk dapat mengetahui cara melakukan pemeriksaan kadar albumin

menggunakan metode bromocresol green (BCG).

7. Untuk dapat mengetahui penyebab peningkatan dan penurunan kadar

albumin.

8. Untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pemeriksaan kadar albumin dalam darah.

D. Manfaat

Berdasarkan tujuan dari pembuatan makalah ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Dapat dijadikan pedoman bagi pembaca untuk bisa dilakukan penelitian lebih

lanjut tentang pemeriksaan kadar albumin.

2. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan untuk lebih memahami tentang

metode pemeriksaan kadar albumin dan prosedur pemeriksaan kadar albumin.

3. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pemeriksaan kadar albumin.

3
4. Dapat melakukan pencegahan agar terhindar dari meningkatnya atau

menurunkan kadar albumin.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Albumin

Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh

manusia, yaitu sekitar 55-60%. Albumin terdiri dari rantai tunggal polipeptida

dengan berat molekul 66,4 kDa dan terdiri dari 585 asam amino. Pada molekul

albumin terdapat 17 ikatan disulfida yang menghubungkan asam-asam amino

yang mengandung sulfur. Molekul albumin berbentuk elips sehingga dengan

bentuk molekul seperti itu tidak akan meningkatkan viskositas plasma dan larut

sempurna. Kadar albumin serum ditentukan oleh fungsi laju sintesis, laju

degradasi, dan distribusi antara kompartemen intravaskular dan ekstravaskular.

Cadangan total albumin 3,5-5,0 g/kg BB atau 250-300 g pada orang dewasa sehat

dengan berat 70 kg, dari jumlah ini 42% berada di kompartemen plasma dan

sisanya di dalam kompartemen ektravaskular (Evans, 2002). Albumin manusia

(human albumin) dibuat dari plasma manusia yang diendapkan dengan alkohol.

Albumin secara luas digunakan untuk penggantian volume dan mengobati

hipoalbuminemia (Uhing, 2004: Boldt, 2010).

Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang digunakan untuk

merujuk ke segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam,

dan mengalami koagulasi saat terpapar paas. Substansi yang mengandung

albumin, seperti putih telur, disebut albuminoid.

5
B. Fungsi Albumin

Fungsi dari albumin yaitu sebagi berikut :

a. Albumin sebagai pengikat dan pengangkut

Albumin akan mengikat secara lemah dan reversibel partikel yang

bermuatan negatif dan positif, dan berfungsi sebagai pembawa dan pengangkut

molekul metabolit dan obat. Meskipun banyak teori tentang pentingnya albumin

sebagai pengangkut dan pengikat protein, namun masih sedikit mengenai

perubahan yang terjadi pada pasien dengan hipoalbuminemia (Nicholson dan

Wolmaran, 2000; Khafaji dan Web, 2003; Vincent, 2003).

b. Efek antikoagulan albumin

Albumin mempunyai efek terhadap pembekuan darah. Kerjanya seperti

heparin, karena mempunyai persamaan struktur molekul. Heparin bermuatan

negatif pada gugus sulfat yang berikatan antitrombin III yang bermuatan positif,

yang menimbulkan efek antikoagulan. Albumin serum juga bermuatan negatif

(Nicholson dan Wolmaran, 2000).

c. Albumin sebagai pendapar

Albumin berperan sebagai buffer dengan adanya muatan sisa dan molekul

albumin dan jumlahnya relatif banyak dalam plasma. Pada keadaan pH normal

albumin bermuatan negatif dan berperan dalam pembentukan gugus anion yang

dapat mempengaruhi status asam basa. Penurunan kadar albumin akan

menyebabkan alkalosis metabolik, karena penurunan albumin 1 g/dl akan

meningkatkan kadar bikarbonat 3,4 mmol/L dan produksi basa >3,7 mmol/L serta

penurunan anion 3 mmol/L (Nicholson dan Wolmaran, 2000).

6
d. Efek antioksidan albumin

Albumin dalam serum bertindak memblok suatu keadaan neurotoxic oxidant

stress yang diinduksi oleh hidrogen peroksida atau copper, asam askorbat yang

apabila teroksidasi akan menghasilkan radikal bebas (Gum dan Swanson, 2004).

Selain yang disebut di atas albumin juga berperan mempertahankan

integritas mikrovaskuler sehingga mencegah masuknya kuman-kuman usus ke

dalam pembuluh darah, sehingga terhindar dari peritonitis bakterialis spontan

(Nicholson dan Wolmaran, 2000).

C. Proses Pembentukan Albumin

Albumin pada umumnya dibentuk di hati. Hati menghasilkan sekitar 12

gram albumin per hari yang merupakan sekitar 25% dari total sintesis protein

hepatic dan separuh dari seluruh protein yang diekskresikan organ tersebut.

Albumin pada mulanya disintesis sebagai preprotein. Peptida sinyalnya

dilepaskan ketika preprotein melintas kedalam sinterna reticulum endoplasma

kasar, dan heksa peptide pada ujung terminal-amino yang dihasilkan itu kemudian

dipecah lebih lanjut disepanjang lintasan skreotik. Albumin dapat ditemukan

dalam putih telur dan darah manusia. Golongan protein ini paling banyak

dijumpai pada telur (albumin telur), darah (albumin serum), dalam susu

(laktalbumin). Berat molekul albumin plasma manusia 69.000, albumin telur

44.000, dalam daging mamalia 63.000.

7
D. Metabolisme Albumin

Dalam tubuh manusia dewasa albumin disintesa oleh hati sekitar 100-200

mikrogram per gram jaringan hati per hari. Asam-asam amino tertentu seperti

triptofan, arginin, trisin, fenilalanin, glutamin, alanin, treonin dan prolin dapat

merangsang proses sintesa albumin. Albumin pada manusia terutama banyak

mengandung asam aspartat dan glutamat dan sangat sedikit triptofan. Sintesa

albumin dalam sel hati dilakukan dalam dua tempat, pertama pada polisom bebas

dimana dibentuk albumin untuk keperluan intravaskuler. Kedua, poliribosom yang

berkaitan dengan retikulum endoplasma dimana dibentuk albumin untuk

didistribusikan ke seluruh tubuh.

Albumin diproduksi oleh hati dalam bentuk prealbumin. Prealbumin

didistribusikan secara vaskuler dalam plasma dan secara ekstravaskuler dalam

kulit, otot, dan beberapa jaringan lain. Sintesa albumin dipengaruhi beberapa

faktor, yaitu nutrisi terutama asam amino, hormon dan adanya suatu penyakit.

Asam amino yang dapat merangsang terjadinya sintesa albumin adalah triptofan,

arginin, ornitin, lisin, fenilalanin, treonin dan prolin. Sedangkan hormon yang

dapat merangsang sintesa albumin adalah tiroid, hormon pertumbuhan, insulin,

adrenokortikotropik, testosteron, dan korteks adrenal. Adapun yang dapat

menghambat sintesa albumin adalah alkohol serta adanya suatu penyakit yang

mengakibatkan gangguan sintesa albumin seperti pada seseorang penderita

penyakit hati kronis, ginjal, dan kekurangan gizi seperti kwashiorkor.

8
Darah yang mengandung albumin diperoses di ginjal. Difiltrasi

diglomerulus, peningkatan permeabilitas ditingkat glomerulus yang menyebabkan

albumin lolos kedalam fitrat glomerulus. Albumin ada yang di yang digunakan

kembali diabsorbsi tubulus kontortus proksimal, dan lengkung henle, oleh sel-sel

epitel dan disebar keseluruh tubuh melalui pembuluh darah dan bahan-bahan yang

tidak digunakan lagi diekskresi melalui saluran kemih.

E. Metode Pemeriksaan Kadar Albumin

Pemeriksaan kadar albumin serum dapat dilakukan dengan metode antara

lain :

1. Metode Trypthophan content

Metode triptofan menggunakan direk kolorimetrik memakai glyoxylic acid.

Glyoxylic acid dengan Cu2+ dan media asam (asam asetat) berkondensasi dengan

triptofan yang terdapat di dalam globulin menghasilkan warna ungu. Cara ini

diperkenalkan oleh Goldenberg dan Drewis.

2. Metode Elektroforesis protein

Prinsip pemeriksaan metode elektroforesis protein yaitu serum yang

diletakkan dalam suatu media penyangga kemudian dialiri listrik maka fraksi

9
protein akan terpisah atas dasar besar kecilnya berat molekul masing-masing

protein (speicher, 1994).Metode elektroforesis dapat digunakan untuk

memisahkan protein plasma menjadi albumin α1,α2, β, γ-globulin serta fibrinogen

dan dapat mendeteksi protein abnormal terutama paraprotein.

3. Metode Bromcresol Green (BCG)

Prinsip pemeriksaan albumin dengan metode BGC yaitu Serum

ditambahkan pereaksi albumin akan berubah warna menjadi hijau, kemudian

diperiksa pada spektrofotometer. Intensitas warna hijau ini menunjukkan kadar

albumin pada serum.

4. Metode Biuret

Prinsip penetapan kadar albumin dalam serum dengan metode Biuret adalah

pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari albumin yang bereaksi

dengan pereaksi biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah protein dengan

ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi

intensitas cahaya yang diserap oleh alat maka semakin tinggi pula kandungan

protein yang terdapat di dalam serum tersebut.

F. Pemeriksaan Kadar Albumin Metode Bromcresol Green (BCG)

I. Tujuan

Untuk mengetahui kadar albumin seseorang dalam gram/dl.

II. Prinsip

Bromocresol green dengan albumin dalam larutan buffer sitrat membentuk

kompleks warna. Absorbance dari kompleks warna ini sebanding dengan

konsentrasi albumin dalam sampel.

10
III. Alat dan Bahan

 Tabung reaksi

 Mikropipet

 Blue tip dan yellow tip

 Tisu

 Reagen pereaksi

 Fotometer

 Parafilm

 Sampel serum

IV. Prosedur

1. Persiapan sampel

Bahan Blanko Standar Sampel

Sampel - 10 μl

Standar - 10 μl -

Reagen 1000 μl 1000 μl 1000 μl

Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 20°C – 25°C. Ukur absorbance

sampel dan standar terhadap blanko reagen dalam waktu 30 menit.

2. Pengaturan Fotometer

 Panjang gelombang : 546 nm

 Faktor : 4,0

 Program : c/st

11
V. Nilai Normal

 Bayi : 0-4 hari = 2,8-4,4 g/dl

 Anak-anak : 4 hari – 14 tahun = 3,8-5,4 g/dl

14 tahun – 18 tahun = 3,2-4,5 g/dl

 Dewasa : 3,4-4,8 g/dl

Jika nilai albumin ≥ 8 g/dl, serum harus diencerkan 1:1 dengan saline dan

hasilnya dikali 2.

G. Peningkatan dan Penurunan Kadar Albumin

1. Hipoalbuminemia

Hipoalbuminemia adalah rendahnya kadar albumin di dalam darah akibat

abnormalitas. Oleh karena albumin merupakan protein, maka hipoalbuminemia

merupakan salah satu bentuk hipoproteinemia. Jika protein plasma khususnya

albumin tidak dapat lagi menjaga tekanan osmotic koloid akan terjadi ketidak

seimbangan tekanan hidrostatik yang akan menyebabkan terjadinya edema.

2. Hiperalbuminemia

Hiperalbuminemia adalah kedaan dimana tingginya kadar albumin di dalam

darah. Dehidrasi adalah salah satu penyebab terjadinya hiperalbuminemia dapat

dilihat dengan gejala berkurangnya volume urin, urin berwarna gelap, kelelahan

yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, iritabilitas, air mata tidak keluar saat

menangis (pada anak), sakit kepala, mulut kering, kulit yang kering akibat turgor

yang berkurang, pusing saat berdiri akibat terjadinya hipotensi ortostatik, dan

pada beberapa kasus dapat menyebabkan insomnia.

12
H. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Albumin

Akurasi hasil pemeriksaan kadar albumin dipengaruhi banyak faktor

diantaranya : persiapan pasien, pengumpulan sampel, persiapan sampel, dan

metode yang digunakan (Fentri, 2015). Penundaan yang tidak sesuai dengan

prosedur dapat mempengaruhi hasil kadar albumin darah (Gandasoebrata, 2015).

Suhu inkubasi yang sesuai dengan prosedur yang digunakan akan menjaga

stabilitas sampel albumin darah. Penundaan pemeriksaan juga beresiko terjadinya

kontaminasi mikroorganisme pada sampel (Irawan, 2007). Waktu inkubasi

pemeriksaan albumin serum dengan waktu yang tidak sesuai proseur dapat

mempengaruhi hasil karena perubahan dari zat-zat terlarut didalamnya (termasuk

protein) (Hardjoeno, 2003). Pemipetan yangkurang tepat pada pemeriksaan juga

dapat mempengaruhi hasil kadar albumin darah. Faktor yang dapat mempengaruhi

hasil temuan laboratorium yaitu sampel darah hemolisis dan pemipetan yang tidak

tepat (Dwi, 2016).

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh

manusia, yaitu sekitar 55-60%. Fungsi dari albumin yaitu albumin sebagai

pengikat dan pengangkut, efek antikoagulan albumin, albumin sebagai pendapar,

efek antioksidan albumin. Selain yang disebut di atas albumin juga berperan

mempertahankan integritas mikrovaskuler sehingga mencegah masuknya kuman-

kuman usus ke dalam pembuluh darah, sehingga terhindar dari peritonitis

bakterialis spontan (Nicholson dan Wolmaran, 2000). Pemeriksaan kadar albumin

serum dapat dilakukan dengan metode antara lain metode trypthophan content,

metode elektroforesis protein, metode bromcresol green (BCG) dan metode biuret.

B. Saran

Disarankan kepada setiap petugas kesehatan terutama untuk petugas analis

kesehatan agar dapat mengetahui tentang pemeriksaan kadar albumin dalam

darah, mulai dari pengertian,proses terbentuknya albumin dalam darah, fungsi,

mekanisme abnormal, gejala-gejala klinisnya, cara pemeriksaan yang baik dan

benar, sampai dengan cara menetukan interpretasi hasil yang benar, sehingga

dapat menegakaan diaknosa dengan benar dan tepat

14
DAFTAR REFERENSI

Murray, R. K. 2006. Plasma Protein & Immunoglobulins. In: Murray, R.K. Granner, D.K.,

Rodwel, V. W. (eds). Harper’s Illustrated Biochemistry. McGraw-Hill. New York.

Sutedjo, SKM. 2007. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan

Laboratorium. Amara Books : Yogyakarta.

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran

EGC: Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai