Anda di halaman 1dari 43

Bioetik Kesehatan Masyarakat dalam Kerangka Pikiran Islam

IKM B 2017

disusun oleh

1. Rahajeng dinda 101611133203


2. Risma Ainun S 101711133090
3. Innaha Ilma W 101711133102
4. Zalsabila Ama 101711133105
5. Ruri Kharisma 101711133108
6. Alifia Puji L 101711133112
7. Afina Puspita Z 101711133118
8. Nala Astari P 101711133128
9. Dinda Nur Asri M 101711133136
10. Rifdatus Samaha 101711133140
11. Annizah Izzi H 101711133144

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2019

i
DAFTAR ISI

Halaman sampul ……………………………………………………………… i

Daftar isi ………………………………………………………………………ii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………………1
1.2 Rumusan masalah …………………………………………………..2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………2
1.4 Manfaat ……………………………………………………………..3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Bioetik ……………………………………………………...4
2.2 Prinsip Bioetik. ………………………………………………………4
2.3 Bioetik Dalam Islam …………………………………………………7
2.4 Kasus Bioetik Kesehatan Masyarakat ………………………………13

BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Keterkaitan Bioetik Dalam Kerangka Berpikir Islam……………….25
3.3.1 Kloning ……………………………………………………….25
3.3.2 Bayi Tabung ………………………………………………….28
3.3.3 Transplantasi Organ ………………………………………….30
3.3.4 Abortus ……………………………………………………….35

BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………38

Daftar Pustaka ……………………………………………………………… iii

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan dibidang ilmu kesehatan telah memberi harapan hidup yang lebih
baik pada manusia. Namun terlepas dari keberhasilan ilmu kesehatan mengatasi
berbagai masalah kesehatan. Masalah lain yang berkaitan juga mulai muncul.
Dengan meningkatnya teknologi, perawatan dan pelayanan kesehatan, banyak
penyait yang menimbulkan wabah dalam skala besar dapat dicegah. Dalam
setengah abad terakhir telah terjadi perubahan-perubahan besar dalam aspek-
aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, moralitas, intelektualitas,
keagamaan,dan lain-lain diseluruh dunia. Bersamaan dengan perubahan-
perubahan itu, berlangsung juga revolusi biomedis, yaitu kemajuan-kemajuan luar
biasa dalam ilmu biologi, ilmu dan teknologi kedokteran, teknologi peralatan
medis, bioteknologi medis, dan penerapan semua aspek multidisiplin tersebut
dalam pelayanan kesehatan masyarakat (Samsi Jacobalis, 2005:201).
Kehadiran bioteknologi akan menguasai kehidupan manusia dan
memiliki kekuatan besar untuk mengubah jalan perkembangan organisme
dalam kehidupan. Manusia memanfaatkan bioteknologi tidak hanya
untuk menemukan dan mengurai kehidupan, tetapi berusaha mengubah
dan menciptakan kehidupan. Perubahan tersebut dapat menimbulkan konflik
moral terkait perkembangan bioteknologi yang dianggap telah melewati batasan
etika kemanusiaan dan akhlak dalam agama, sehingga agama dan norma tidak
dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Berbagai “pelanggaran” akibat
penyalahgunaan kemajuan ini pun mulai bermunculan dan diperkirakan akan terus
bermunculan, sehingga dirasa perlu adanya bioetik yang menata dan mengatur
pola penyaluran, penggunaan, dan pemanfaatan kemajuan pekembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

1
Dalam bioetika, moral dan etika itu sendiri merupakan prinsip dasar yang
benar harus dijadikan pijakan atau pedoman dalam pemanfaatan teknologi yang
sedang berkembang pesat kini. Bioetika sangat diperlukan sebagai pengawal riset
biologi dan bioteknologi modern. Pembelajaran bioetika diarahkan untuk
mencegah dampak negatif yang muncul serta dapat memberikan solusi kepada
konflik moral yang semakin meningkat seiring meningkatnya kemajuan ilmu
pengetahuan di bidang medis dan biologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari bioetik?
2. Apa saja prinsip yang termasuk dalam kaidah bioetik?
3. Bagaimana kaidah bioetik dalam pandangan islam dan kaidah dasar islam?
4. Apa saja jenis bioetik dalam bidang kesehatan masyarakat?
5. Bagaimana keterkaitan kaidah bioetik kesehatan masyarakat (kloning,bayi
tabung, transplantasi organ, dan abortus) dalam kerangka berfikir islam?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari bioetik
2. Untuk mengetahui prinsip yang termasuk dalam kaidah bioetik
3. Untuk mengetahui kaidah bioetik dalam pandangan islam dan dalam
kaidah dasar islam
4. Untuk mengetahui jenis bioetik dalam bidang kesehatan masyarakat
5. Untuk mengetahui keterkaitan kaidah bioetik kesehatan masyarakat
(cloning, bayi tabung, transplantasi organ dan abortus) dalam kerangka
berfikir islam

1.4 Manfaat
1. Menambah ilmu dan juga wawasan mengenai definisi bioetik dan jenis-
jenis bioetik dalam bidang kesehatan masyarakat dan bagaimana caranya
untuk mengimplementasikan kaidah bioetik dalam kesehatan masyarakat
dari sudut pandang islam.
2. Memahami tentang konsep bioetik dan cara pengaplikasiannya
berdasarkan pada hukum agama islam.
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bioetik


Bioetika berasal dari kata “bios” yang berarti kehidupan dan “ethos”
yang berarti nilai-nilai moral. Apabila digabungkan maka menjadi kehidupan
yang diatur oleh nilai-nilai moral. Menurut Bertens, 2001 mengatakan bahwa
bioetika adalah studi tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan
di bidang biologi dan kedokteran, baik masalah mikro maupun makro, masa
kini maupun masa mendatang. Van Potter (1970) dalam Muchtadi (2007)
menyebutkan bahwa bioetika adalah sebuah disiplin ilmu yang
menggabungkan pengetahuan moral dan pengetahuan tentang sistem nilai
manusia, yang menjadi jembatan antara kemanusiaan dan ilmu pengetahuan
untuk memperbaiki dunia beradab. Sebenarnya, bioetika tidak hanya
membahas tentang aborsi, bayi tabung, eutanasia, transplantasi organ,
rekayasa genetik, tapi juga membahas tentang dampaknya bagi kesehatan,
faktor budaya yang mempengaruhi, kesehatan masyarakat, hak pasien,
moralitas penyembuhan tradisional, demografi, dan lainnya.
2.2 Prinsip Bioetik
Prinsip-prinsip bioetik pada dasarnya merupakan penerapan prinsip-
prinsip etika dalam bidang kedokteran dan kesehatan. Pada Q.S An-Nahl
(16) : 90 yang berbunyi :
‫ا ْعيأمكمكر ْعباَملععمدعل ْعواَلمحعساَعن ْعوعإيعتاَء ْعذيِ ْاَملقكمرعبىَ ْعوعيمنُعهىَ ْعععن ْاَملعفمحعشاَء ْعواَملكمنُعكر ْعواَملعبمغي ْعيعع ك‬
‫ظككمم ْلعععللككمم‬ ‫إعلن ْ ا ع‬
‫ع‬ ‫ع‬ ‫ع‬
‫عتعذلككروعن‬
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

menjelaskan bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan hamba-


hamba-Nya untuk berbuat adil, yakni mengambil sikap tengah dan penuh
keseimbangan, serta menganjurkan untuk berbuat kebaikan.
Beauchamp dan Childress (2001) dalam bukunya yang berjudul The
Principle of Biomedical Ethics, ed 3rd menguraikan empat kaidah dasar atau
basic moral principle dan beberapa rules dibawahnya. Keempat kaidah dasar
tersebut adalah:
1. Respect of Autonomy (menghormati autonomi pasien)
Autonomy atau otonomi berasal dari bahasa Yunani ”autos” yang berarti
sendiri dan ”nomos” yang berarti peraturan atau pemerintahan atau
hukum. Jadi, autonomy adalah aturan yang mengatur diri sendiri. Dasar dasar
respect of autonomy berkaitan dengan rasa hormat terhadap martabat manusia,
hak dan segala karakteristik yang dimilikinya. Dalam prinsip ini,
seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia, terutama hak
untuk menentukan nasibnya sendiri. Pasien diberi hak untuk berfikir logis
terkait dirinya sendiri, dan membuat keputusan sesuai dengan keinginannya.
Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dibutuhkan pasien yang dapat
berkomunikasi dan pasien yang sudah dewasa untuk dapat menyetujui atau
menolak tindakan medis atau biasa disebut informed consent. Informed
consent menyaratkan bahwa pasien terlebih dahulu harus mendapatkan dan
memahami informasi yang akurat tentang kondisi mereka, jenis tindakan
medik yang diusulkan, risiko, dan manfaat dari tindakan medis tersebut
Dalam praktek kedokteran dan kesehatan, cara menerapkan prinsip
otonomi menurut Suryadi (2009) antara lain:
a. Menyampaikan kebenaran atau berita yang sesungguhnya (tell the
truth).
b. Menghormati hak pribadi orang lain (respect the privacy of others).
c. Melindungi informasi yang bersifat rahasia (protect confidential
information).
5

d. Mendapat persetujuan untuk melakukan tindakan terhadap pasien


(obtain consent for interventions with patients).
e. Membantu orang lain membuat keputusan yang penting (when ask,
help others make important decision).

2. Beneficence (berbuat baik)


Beneficence atau berbuat baik adalah prinsip bioetik bahwasanya
seorang dokter harus melakukan suatu tindakan untuk membantu mencegah
atau menghilangkan bahaya pada pasiennya. Dasar dari beneficence ada dua
elemen, yaitu keharusan secara aktif untuk kebaikan berikutnya dan tuntutan
untuk melihat berapa banyak kekerasan yang terlibat.
Seorang dokter harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap
dalam kondisi sehat. Point utama dari prinsip beneficence adalah menegaskan
bahwa seorang dokter harus mengambil langkah atau tindakan yang lebih
bayak menghasilkan dampak baik pada pasien daripada dampak buruk,
sehingga pasien memperoleh rasa nyaman dan kepuasan tertinggi.
Beberapa contoh penerapan prinsip beneficence menurut Suryadi
(2009) ini adalah:
a. Melindungi dan menjaga hak orang lain.
b. Mencegah bahaya yang dapat menimpa orang lain.
c. Meniadakan kondisi yang dapat membahayakan orang lain.
d. Membantu orang dengan berbagai keterbatasan (kecacatan).
e. Menolong orang yang dalam kondisi bahaya.

3. Non-maleficence (tidak merugikan orang lain)


Non-maleficence atau tidak merugikan orang lain adalah suatu
prinsip bahwasanya seorang dokter tidak melakukan perbuatan atau
tindakan yang memperburuk kondisi pasien. Keharusannya untuk tidak
melukai seseorang lebih kuat dibandingkan keharusan untuk berbuat baik.
Dokter memberikan pengobatan dengan memilih tindakan yang paling
kecil resikonya bagi pasien. Pada dasarnya, prinsip non-maleficence
melarang tindakan yang membahayakan atau memperburuk keadaan
pasien (first, do no harm). Prinsip ini biasanya diterapkan pada kasus-
kasus yang bersifat gawat darurat.
Ciri-ciri prinsip non-maleficence menurut Suryadi (2009) adalah :
a. Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya
sesuatu yang penting.
b. Dokter sangggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut.
c. Tindakan kedokteran yang telah dilakukan terbukti efektif.
d. Manfaat bagi pasien lebih besar dari kerugian dokter.
e. Tidak membunuh pasien.
f. Tidak memandang pasien sebagai objek.
g. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian.
h. Tidak melakukan white collar crime atau kejahatan kerah putih.

4. Justice (keadilan)
Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib
memberikan perlakukan yang adil untuk semua pasiennya demi
kesejahteraan dan kenyamanan pasien.. Dalam hal ini,perbedaan
perbedaan yang ada pada pasien seperti tingkat ekonomi, pandangan
politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan
kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya.
Sikap adil dalam hal ini bukan berarti memberikan porsi yang sama rata
kepada pasien, melainkan melihat tingkat keparahan atau kegawatan
penyakit pasien sehingga dapat memutuskan siapa yang membutuhkan
pertolongan kesehatan terlebih dahulu.
Justice menurut Suryadi (2009) mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Memberlakukan segala sesuatu secara universal.
b. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia
lakukan.
c. Menghargai hak sehat pasien.
d. Menghargai hak hukum pasien.

2.3 Bioetik Dalam Islam dan Kaidah Dasar


Secara umum dapat dikatakan bahwa bioetika (sebagai cabang etika) tidak
akan dapat menggantikan agama, tidak bertentangan dengan agama, bahkan
diperlukan oleh agama (Suseno, 1987). Terdapat masalah dalam bidang moral
agama yang tidak dapat dipecahkan tanpa penggunaan metode-metode etika.
Masalah tersebut adalah masalah interpretasi terhadap perintah atau hukum
yang termuat dalam wahyu, dan yang kedua ialah bagaimana masalah moral
yang baru seperti cloning ,bayi tabung, transplantasi organ, abortus dan
sebagainya yang tidak langsung dibahas dalam wahyu, dapat dipecahkan.
Sutiah (2003) mengemukakan bahwa etika, moral, dan akhlaq mempunyai
hubungan yang erat satu sama lain. Etika dan moral sebagai kajian tentang
baik dan buruk suatu perbuatan, ditentukan berdasarkan akal pikiran dan
kebiasaan masyarakat, sedangkan akhlak berdasarkan wahyu. Namun, etika,
moral dan akhlaq tetap saling membutuhkan, sebab dalam pelaksanaannya,
norma akhlaq di dalam al-Qur'an dan as-Sunnah masih bersifat tekstual
("belum siap pakai"). Untuk melaksanakan ketentuan akhlaq yang terdapat di
dalam al-Qur'an dan al-Hadist, dibutuhkan penalaran dan ijtihad oleh ulama
dan umat. Oleh karena itu, keberadaan etika dan moral sangat dibutuhkan
dalam rangka menjabarkan dan mengoperasionalisasikan ketentuan-ketentuan
akhlaq yang terdapat di dalam al-Qur'an dan al-Hadist. Bioetika sebagai
cabang etika diperlukan sebagai wahana penalaran atau ijtihad yang terkait
dengan perkembangan biologi dan teknologi bidang biologi. Pembelajaran
bioetika dibutuhkan dalam penalaran dan ijtihad hidang kesehatan dalam
pandangan islam, sebab bioetika menekankan pada pengembangan berpikir
untuk menentukan sisi baik buruk atau dimensi etis dari biologi modern dan
teknologi yang terkait dengan kehidupan, sedangkan Islam sendiri sangat
menekankan pentingnya berpikir.

Rasulullah s.a.w memberikan pernyataan tentang peranan akal dalam


beragama "Agama itu adalah penggunaan akal, tiada agama bagi orang yang
tidak berakal, al-Hadits)". Keharusan manusia untuk selalu menggunakan akal
dan pikirannya difirmankan Allah dalam Q.S. Al-Ghosyiyah, ayat 17-20:
"maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan
(aspek reproduksi dan fisiolgi, dan langit hagaimana ia ditinggikan (aspek
fisika) dan gunung bagaimana ia ditegakkan (aspek geologi), dan bumi
bagaimana ia dihamparkan (aspek geografi)".
Islam sangat menekankan pada kemampuan berpikir, keputusan etik
dilakukan melalui pertimbangan yang sangat cermat antara kemaslahatan dan
kemudhorotan sesuatu hal serta lebih fokus pada mencari solusi dalam
menghadapi kasus dilema bioetika (kasus yang menimbulkan perdebatan
terkait penerapan biologi atan teknologi berbasis biologi) Pembelajaran
bioetika dapat dilakukan dalam bentuk menentukan keputusan etik melalui
kajian antara resiko dan manfaat, keputusan yang mendatangkan
kemaslahatan paling banyak dengan paling sedikit kemudhorotannya.
Berdasarkan hal ini, maka yang harus mendapat perhatian dalam
pembelajaran bioetika adalah pengambilan keputusan etik dengan tidak
mengajarkan atau memberi contoh keputusan etik apa yang harus diambil,
melainkan menekankan pada bagaimana cara atau proses untuk pengambilan
keputusan etik. Proses pengambilan keputusan etik terhadap dilema bioetika
terdapat 6 prinsip bioetika menurut Islam (Mustofa, 2009: 116) yakni :
a. Keadaan Darurat
Keputusan etik yang mengandung unsur haram menggunakan pedoman
bahwa dalam kondisi normal diharamkan, namun menjadi diperbolehkan
ketika darurat, yakni tidak ada pilihan lain dan semata-mata hanya untuk
menjaga dan melestarikan kehidupan.

b. Menjaga dan Melestarikan Kehidupan


Keputusan etik yang diambil harus berdasarkan tujuan utama untuk semata-
mata menjaga dan melestarikan kehidupan, bukan untuk maksud yang lain.
c. Untuk Kepentingan yang Lebih Besar
Keputusan etik yang diambil, harus terkandung maksud untuk kepentingan
yang lebih besar.
d. Peluang Keberhasilan
Keputusan etik yang diambil, harus sudah meuperhitungkan kemungkinan
atau peluang keherhasilannya.
e. Manfaat dan Mudharat
Keputusan etik yang diambil harus sudah memperhitungkan keuntungan dan
kerugian, kemaslahatan dan kemudharatannya.
f. Tidak Ada Pilihan Lain
Keputusan etik yang diambil harus sudah memperhitungkan tidak adanya
pilihan lain, sehingga keputusan tersebut harus diambil.
Sementara itu Kaidah Dasar Bioetika Islam meliputi :
1. Kaidah Niat (Qaidah Niyyat)
Prinsip ini meminta dokter agar berkonsultasi dengan hati nuraninya.
Terdapat banyak masalah mengenai prosedur dan keputusan medis yang tidak
diketahui orang awam. Seorang dokter dapat saja melakukan suatu prosedur
dengan alasan yang mungkin masuk akal dari sudut pandang luar, namun
sesungguhnya memiliki niatan berbeda dan tersembunyi
Contoh praktis: penggunaan morfin sebagai penghilang rasa sakit pada
perawatan kondisi terminal namun niat yang sesungguhnya adalah agar terjadi
depresi pernafasan yang akan menyebabkan kematian.

2. Kaidah Kepastian (Qaidah al yaqiin).


Tidak ada yang benar-benar pasti (yaqiin) dalam ilmu kedokteran,
artinya tingkat kepastian (yaqiin) dalam ilmu kedokteran tidak mencapai
standar yaqiin yang diminta oleh hukum .Meskipun demikian diharapkan
dokter dalam mengambil keputusan medis, mengambil keputusan dengan
tingkat prubabilitas terbaik dari yang ada (evidence-based medicine).
Termasuk pula dalam hal diagnosis. Perawatan medis didasarkan dari
diagnosis yang paling mungkin.
3. Kaidah Kerugian (Qaidah al dharar)
a) Intervensi medis untuk menghilangkan al dharar (luka, kerugian,
kehilangan hari-hari sehat) pasien
b) Tidak boleh menghilangkan al dharar dengan al dharar yang sebanding

(al dharar la yuzaal bi mitslihi)


c) Keseimbangan antara kerugian melawan keuntungan
Pada situasi intervensi medis yang diusulkan memiliki efek samping, diikuti
prinsip bahwa pencegahan penyakit memiliki prioritas yang lebih tinggi
ketimbang keuntungan dengan nilai yang sama, dar’an mafasid awla min
jalbi al mashaalih. Jika keuntungan memiliki kepentingan yang jauh lebih
tinggi daripada kerugian, maka mendapakan keuntungan memiliki prioritas
yang lehih tinggi.
d) Keseimbangan antara yang dilarang melawan yang diperbolehkan
Dokter kadang dihadapkan dengan intervensi medis yang memiliki efek
yang memiliki efek dilarang namun juga memiliki efek yang diperbolehkan.
Petunjuk hukum adalah bahwa yang dilarang memiliki prioritas lebih tinggi
untuk dikenali jika keduanya muncul bersamaan dan sebuah keputusan harus
diambil (idza ijtima'a al halaal wa al haram ghalaba al haraam al halaal).

10

e) Pilihan antara dua keburukan


Jika dihadapkan dengan dua situasi medis yang keduanya akan
menyebabkan kerugian dan tidak ada pilihan selain memilih salah satu dari
keduanya, dipilih yang kurang merugikan (ikhtiyaar ahwan al syarrain).
Suatu hal yang merugikan dilakukan untuk mencegah munculnya kerugian
yang lebih besar (al dharar al asyadd yuzaalu bi al dharar al akhaff).

Dengan cara yang sama, intervensi medis yang memiliki kepentingan umum
diutamakan di atas kepentingan individu (al mashlahat al aamah
mugoddamat ala al mashlahat al khassat).

Untuk melawan penyakit menular, pemerintah tidak boleh


melanggar/menghilangkan hak-hak umum kecuali ada keuntungan umum
yang bisa didapatkan (al tasarruf ala al raiuyat manuutu bi al mashlahat).
4. Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah a Masyaqqat)
a. Kebutuhan melegalisir yang dilarang
Dalam kondisi yang menyebabkan gangguan serius pada kesehatan fisik dan
mental, jika tidak segera disembuhkan, maka kondisi tersebut memberikan
keringanan dalam mematuhi dan melaksanakan peraturan dan kewajiban
syari'ah.
b. Batas-batas prinsip kesulitan
Dalam melanggar syari'ah tersebut tidak melewati batas-batas yang
diperlukan (secukupnya saja).
c Aplikasi sementara dari prinsip kesulitan
Adanya suatu kesulitan tidak menghilangkan secara permanen hak-hak pasien
yang harus direkompensasi dan dikembalikan pada keadaan semula seiring
dengan waktu, kesulitan melegalisir sementara dari tindakan medis yang
melanggar , berakhir setelah kondisi yang menyulitkan tadi berakhir.

11

Dengan kata lain, jika hambatan lelah dilewati,tindakan medis yang dilarang
kembali menjadi terlarang.
5. Kaidah Kebiasaan (Qoidah al urf)
Dalam prinsip ini, standar yang diterima secara umum ,seperti standard
operational procedure (SOP/Protap) untuk perawatan klinis dianggap sebagai
hukum dan diperkuat oleh syari'ah.

2. Non-maleficence (tidak merugikan orang lain)


Non-maleficence atau tidak merugikan orang lain adalah suatu
prinsip bahwasanya seorang dokter tidak melakukan perbuatan atau tindakan
yang memperburuk kondisi pasien. Keharusannya untuk tidak melukai
seseorang lebih kuat dibandingkan keharusan untuk berbuat baik. Dokter
memberikan pengobatan dengan memilih tindakan yang paling kecil
resikonya bagi pasien. Pada dasarnya, prinsip non-maleficence melarang
tindakan yang membahayakan atau memperburuk keadaan pasien (first, do no
harm). Prinsip ini biasanya diterapkan pada kasus-kasus yang bersifat gawat
darurat.
Ciri-ciri prinsip non-maleficence menurut Suryadi (2009) adalah :
i. Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya
sesuatu yang penting.
j. Dokter sangggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut.
k. Tindakan kedokteran yang telah dilakukan terbukti efektif.
l. Manfaat bagi pasien lebih besar dari kerugian dokter.
m. Tidak membunuh pasien.
n. Tidak memandang pasien sebagai objek.
o. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian.
p. Tidak melakukan white collar crime atau kejahatan kerah putih.

12

5. Justice (keadilan)
Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan
perlakukan yang adil untuk semua pasiennya demi kesejahteraan dan
kenyamanan pasien..
Dalam hal ini,perbedaan perbedaan yang ada pada pasien seperti tingkat
ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan
sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter
terhadap pasiennya. Sikap adil dalam hal ini bukan berarti memberikan porsi
yang sama rata kepada pasien, melainkan melihat tingkat keparahan atau
kegawatan penyakit pasien sehingga dapat memutuskan siapa yang
membutuhkan pertolongan kesehatan terlebih dahulu.
Justice menurut Suryadi (2009) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
e. Memberlakukan segala sesuatu secara universal.
f. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia
lakukan.
g. Menghargai hak sehat pasien.
h. Menghargai hak hukum pasien.
2.4 Kasus Bioetik Kesehatan Masyarakat
1. Kloning

Kloning berasal dari bahasa Inggris” cloning” yang berarti suatu


usaha untuk menciptakan duplikat suatu organisme melalui proses aseksual
atau dengan arti lain, membuat fotokopi atau pengadaan dari suatu mahluk
hidup dengan cara aseksual.1 Kata kloning sebagai kata kerja merupakan
istilah baru yang dalam kosa kata bahasa Inggris tahun 1970-an belum ada.
Mereka hanya mengenal kata clone yang berasal dari bahasa Yunani kuno
“klon” yang berarti terumbus. Clon merupakan suatu populasi sel atau
organisme yang terbentuk dari pembelahan yang berulang dari satu sel atau
organisme.

13

Klon juga mempunyai arti menggandakan atau memperbanyak. Istilah Clone


asal mulanya muncul dengan arti memperbanyak DNA pada bakteri.
Para ilmuwan memperluas pengertian tersebut menjadi setiap
individu yang darinya dapat dihasilkan individu baru tanpa melalaui
perkawinan meski satu saja disebut juga dengan mengklon. Pada prinsipnya
mengklon individu baru ialah mengganti inti telur dengan inti sel definitif,
lalu merangsang telur itu agar tumbuh, inti telur tersebut mengandung separuh
kromosom sel definitif yang disebut haploid. Sel haploid tidak dapat tumbuh
menjadi embrio dengan sendirinya sehingga inti sel telur harus diganti dengan
inti sel yang berasal dari embrio yang sudah mengalami pembuahan yang
kromosomnya lengkap. Gabungan inti telur dengan inti sperma disebut
diploid.
Tim Ilmuwan dari AS mengklaim telah berhasil memanfaatkan
tehnik Kloning untuk membuat lima embrio manusia. Dari kelima embrio,
tiga di antaranya dipastikan kloning dari dua orang pria. Terobosan ini
berhasil dilakukan Stemagen Corp di La Jolla, California menggunakan
tehnik yang disebut SCNT (Somatic Cell Nuclear Transfer). Inti sel telur
diambil kemudian diisi inti sel somatic, dalam hal ini digunakan sel kulit.
Tehnik seperti ini dipakai juga oleh Ian Wilmut dan kawan-kawan untuk
membuat Dolly, domba kloning pertama. Pada tehnik SCNT sel telur yang
telah diisi inti sel somatic tersebut dibudidayakan dalam lingkungan bernutrisi
sampai tumbuh menjadi embrio. Setelah lima hari, terbentuk embrio yang
tersusun dari kumpulan sekitar 150 sel. Embrio-embrio tersebut tidak
dimaksudkan untuk dikembangkan menjadi janin, melainkan sebagai sumber
sel induk embrionik.

14

Jenis sel induk yang terbentuk pada embrio tua yang akan
berkembang menjadi janin ini sangat berguna karena dapat tumbuh menjadi
tulang, daging, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Pada penelitian tim
Stemagen memang belum mengekstrak sel induk embrionik dari embrio hasil
kloning. Namun mereka sudah berhasil membuktikan bahwa embrio tersebut
merupakan hasil kloning karena memiliki DNA (Deoxyribonucleic Acid)F 5 F
yang sama dengan pria yang menjadi donornya
Proses kloning buatan dapat dilakukan melalui metode pemisahan embrio
(embryo splitting) atau transfer nukleus (nuclear transfer) (Byrne, 2002).
A) Metode pemisahan embrio
Metode pemisahan embrio merupakan pemisahan embrio pada tahap
perkembangan awal menjadi dua bagian atau lebih. Tahap pertama ialah zigot
dipacu untuk membelah secara in vitro di dalam cawan petri atau tabung
menjadi 2,4,8,16 atau sampai 32 sel. Kemudian dengan menggunakan enzim
protease, zona pelusida yang membungkus ke-16 atau ke-32 sel tadi
dihancurkan, sehingga sel-selnya satu sama lain terlepas. Kemudian tiap sel
dimasukkan ke dalam cawan petri dan dibungkus kembali oleh zona pelusida.
Setelah itu tiap sel akan membelah dan berkembang membentuk blastosit, dan
dapat ditransfer ke dalam uterus induk yang siap menerima implantasi blastosit.
Blastosit akan mengalami proses perkembangan berikutnya di dalam uterus
induk (Suhana, 2002). Proses ini mirip dengan proses pembentukan kembar
monozigot yang identik secara genetis.
B) Metode transfer nukleus sel somatik
Materi nukleus dihilangkan dari telur, kemudian nukleus sel somatis
disisipkan ke dalam telur tersebut melalui mikroinjeksi atau elektrofusi. Zigot
yang terbentuk mempunyai potensi untuk membelah menjadi blastosit yang
apabila diimplantasikan ke dalam uterus induk pengganti (surrogate mother)
akan berkembang menjadi anak yang identik secara genetis dengan donor
nukleus.
15

Kloning dengan metode transfer nukleus dilakukan pertama kali pada amfibi di
tahun 1950-an. Transfer nukleus berhasil dilakukan pada mamalia pada tahun
1970-an oleh Bromhall dan tahun 1980-an oleh Willadsen. Kelahiran domba
klon “Dolly” yang merupakan hasil transfer nukleus sel domba dewasa
dipublikasikan di majalah Nature pada tahun 1997.
Kloning pada manusia
Secara singkat tahapan untuk melakukan kloning terapeutik pada
manusia adalah mengambil biopsy sel somatik dari tubuh pasien dan inti dari sel
somatik tersebut ditransfer ke dalam sel telur donor yang telah dikeluarkan
intinya. Sel telur hasil manipulasi dikultur sampai ke tahapan tertentu dan
setelah mengalami berbagai proses akan didapatkan sel punca embrionik. Sel
punca embrionik ini diarahkan perkembangannya menjadi suatu jaringan atau
organ tertentu yang akan dapat digunakan untuk transplantasi jaringan atau
organ dan tidak akan mengalami rejeksi sistem imun pada pasien itu sendiri
Tahapan-tahapan dalam mengkloning manusia yaitu:
1. Sebuah sel diambil dari pria atau wanita donor, kemudian mengambil
sel telur ibu yang subur.
2. Nukleus diambil, sel telur dipisahkan dari kode genetiknya, kemudian
DNA diambil dari nukleus
3. Nukleus sel donor digabung dengan sel telur, kemudian sel telur diberi
kode genetik donor.
4. Sel dikembangkan di laboratorium sampai menjadi embrio.
5. Embrio ditanam di uterus ibu atau ibu pengganti (surrogate mother).
6. Janin menjadi salinan genetik yang persis dari sel donor.
Pada masa berikutnya, para ahli tidak lagi sekedar memikirkan
bagaimana menciptakan suatu individu, melainkan bagaimana membuat selsel
tertentu dalam organ-organ tubuh dengan teknik kloning.

16
Apabila ini berhasil maka diharapkan dapat memperbaiki sel-sel
yang rusak pada penderita penyakit tertentu.Teknologi kloning diharapkan dapat
memberi manfaat kepada manusia, khususnya di bidang medis.
Beberapa di antara keuntungan terapeutik dari teknologi kloning
dapat diringkas sebagai berikut:
1. Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur
untuk mendapatkan anak.
2. Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk
dimanfaatkan sebagai organ pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri,
sehingga dapat meminimalisir risiko penolakan.
3. Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan
jaringanjaringan tubuh yang rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Ada
kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya yang
terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau mengganti
organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh manusia hasil kloning. Di
kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh pasar jual-beli embrio dan sel-sel
hasil kloning.
4. Teknologi kloning memungkinkan para ilmuwan medis untuk
menghidupkan dan mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini dapat
digunakan untuk mengatasi kanker. Di samping itu, ada sebuah optimisme
bahwa kelak kita dapat menghambat proses penuaan berkat apa yang kita
pelajari dari kloning.
5. Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan
penyembuhan penyakit-penyakit keturunan. Dengan teknologi kloning, kelak
dapat membantu manusia dalam menemukan obat kanker, menghentikan
serangan jantung, dan membuat tulang, lemak, jaringan penyambung, atau
tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk tujuan bedah
penyembuhan dan bedah kecantikan.

17

2. Bayi tabung
Bayi tabung adalah merupakan Individu (bayi) yang di dalam
kejadiannya, proses pembuatannya terjadi diluar tubuh wanita (in vitro), atau
dengan kata lain bayi yang di daiam proses kejadiannya itu ditempuh dengan
cara inseminasi buatan, yaitu suatu cara memasukkan sperma ke dalam kelamin
wanita tanpa melalui senggama. (Tahar, 1987:4)
Bayi tabung dilahirkan sebagai akibat dari hasil proses
pengambilan sperma laki-laki dan ovum perempuan yang kemudian diopios di
dalam sebuah tabung dan setelah terjadi pembuahan, kemudian disarangkan ke
dalam rahim wanita, sehingga dapat tumbuh menjadi janin sebagaimana
layaknya janin pada umumnya. Pengertian sperma laki-laki, pada definisi
tersebut di atas, bisa saja diambil dari sperma suaminya, dan bisa juga diambil
dari laki-laki lain (bukan suaminya). Pengertian ovum perernpuan, di dalam
praktiknya, tidak menutup kemungkinan bahwa ovum yang diambil itu
dariisterinya atau dari perempuan bukan isterinya. Demikian pula pengertian
rahim wanita, bisa saja yang mengandung itu isterinya sendiri dan bisa juga
perempuan lain (bukan isterinya).
Teknik Bayi Tabung diperuntukkan bagi pasangan suami isteri
yang mengalami masalah infertilitas. Pasien Bayi Tabung umumnya wanita
yang menderita kelainan sebagai berikut :
(1) kerusakan pada saluran telurnya,
(2) lendir rahim isteri yang tidak normal,
(3) adanya gangguan kekebalan dimana terdapat zat anti terhadap sperma di
tubuh isteri,
(4) tidak hamil juga setelah dilakukan bedah saluran telur atau seteleh dilakukan
pengobatan endometriosis,
(5) sindroma LUV (Luteinized Unruptured Follicle) atau tidak pecahnya
gelembung cairan yang berisi sel telur, dan

18

(6) sebab-sebab lainnya yang belum diketahui.


Sedangkan pada suami, teknik ini diperuntukkan bagi mereka yang pada
umumnya memiliki kelainan mutu sperma yang kurang baik, seperti
oligospermia atau jumlah sperma yang sangat sedikit sehingga secara alamiah
sulit diharapkan terjadinya pembuahan. Setelah sperma dan sel telur dicampur
didalam tabung di luar rahim (in vitro), kemudian hasil campuran yang berupa
zygote atau embrio yang dinyatakan baik dan sehat itu ditransplantasikan ke
rahim isteri atau rahim orang lain. Secara medis, zigot itu dapat dipindahkan ke
rahim orang lain.
Hal ini disebabkan karena rahim isteri mengalami gangguan antara lain
(a) kelainan bawaan rahim (syndrome rokytansky),
(b) infeksi alat kandungan,
(c) tumor rahim, dan
(d) Sebab operasi atau pengangkatan rahim yang pernah dijalani. Adapun teknik
Inseminasi Buatan lebih disebabkan karena faktor sulitnya terjadi pembuahan
alamiah karena sperma suami yang lemah atau tidak terjadinya pertemuan
secara alamiah antara sperma dan sel telur.
Jenis-jenis bayi tabung
Salim HS3, mengidentifikasi varian bayi tabung didasarkan pada asal sperma
dan ovum serta rahim tempat ditransplantasikannya embrio sebanyak 8
(delapan) varian, yaitu:
1. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami-
isteri, kemudian ditransplantasikan ke dalam rahim isteri.
2. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami-
isteri, lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti
(surrogate mother).

19

3. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovumnya dari donor,
lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri.
4. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor, sedang ovumnya berasal
dari isteri lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri.
5. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor, sedangkan ovumnya
berasal dari isteri lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim surrogate
mother.
6. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami, sedangkan ovumnya
berasal dari donor lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim surrogate
mother.
7. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari donor, lalu embrionya
ditransplantasikan ke dalam rahim isteri.
8. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum berasal dari donor, lalu
embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim surrogate mother.

3. Transplantasi Organ
Transplantasi adalah suatu proses pemindahan atau pencangkokan
organ tubuh dari suatu atau seorang individu ke tempat yang lain pada individu
itu atau ke tubuh individu lain untuk menggantikan jaringan atau organ tubuh
yang tidak berfungsi dengan baik. Dalam dunia kedokteran jaringan atau organ
tubuh yang dipindah disebut graft atau transplant, pemberi transplant disebut
donor dan penerima transplant disebut kost atau resipien. Terdapat tiga pihak
yang terkait dengan pelaksanaan transplantasi organ tubuh yaitu pendonor,
resipien dan dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak donor ke
resipien. Transplantasi atau pencangkokan semula merupakan rumusan ide
tempel-menempel dari dunia flora. Pada awalnya transplantasi organ lebih
nampak seperti fiksi ilmiah, kemudian mengalami perkembangan setelah
dilakukan percobaan ilmiah pada fauna dan manusia.

20

Namun, seiring berjalannya waktu transplantasi menjelma menjadi


salah satu penemuan paling luar biasa yang telah dicapai dalam dunia
kedokteran modern.
Transfusi darah merupakan jenis transplantasi yang paling sering dilakukan.
Transplantasi pada dasarnya memiliki tujuan untuk mendapatkan kesembuhan
dari suatu penyakit. Misalnya rusaknya jantung, ginjal , dan kebutaan. Selain
itu, transplantasi juga bertujuan untuk pemulihan kembali suatu organ, jaringan
atau sel yang telah rusak atau mengalami kelainan, contohnya adalah bibir
sumbing.
Transplantasi pertama yang tercatat dalam sejarah adalah
transplantasi kulit yang ditemukan dalam manuskrip Mesir Kuno yakni pada
tahun 2000 SM. Namun, tidak banyak yang dijelaskan dalam catatan
tersebut. Pada tahun 1597, barulah seorang ahli bedah Italia bernama Gaspare
Tagliacozzi memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai usahanya
melakukan transplantasi kulit orang lain kepada pasien yang kehilangan
hidungnya. Ia menilai usahanya kurang berhasil karena adanya pengaruh
suatu kekuatan yang berasal dari dalam tubuh manusia itu sendiri.
Tahun 1863, seorang ahli bedah Perancis, Paul Bert baru dapat
menjelaskan bahwa transplantasi alat dari seorang kepada orang lain yang
disebut allograft selalu mendapat penolakan secara normal dari resipien.
Sedangkan pemindahan alat dari tubuh manusia yang sama, yang disebut
sebagai autograft tidak mengalami penolakan seperti yang terjadi pada
allograft. Jeff E. Zhorne menyatakan bahwa sejak awal abad ke 8 SM, para
ahli bedah Hindu telah melakukan transplantasi kulit untuk mengganti
hidung yang hilang karena penyakit sifilis, perang fisik maupun hukuman
atas suatu kejahatan.
Transplantasi pertama yang berhasil di Indonesia dilakukan tahun
1977, diprakarsai oleh Prof. Dr. R. P. Sidabutar, SpPD-KGH yakni
transplantasi ginjal yang merupakan pilihan utama pengobatan pasien
penyakit ginjal kronik tahap akhir.

21
Kesulitan mencari donor membuat penderita gagal ginjal harus
mencari ginjal sampai ke China.
Beberapa tahun belakangan ini, banyak pasien dari Indonesia yang pergi
berobat ke China untuk melakukan transplantasi organ tubuh seperti ginjal.
Kabarnya, di China, organ tubuh manusia dijual secara terbuka. Meskipun
tidak murah, ketersediaan pasokan organ membuat mereka tertarik menjalani
transplantasi.
4. Abortus
Abortus adalah terancamnya atau keluarnya buah kehamilan baik
sebagian ataupun keseluruhan pada umur kehamilan lewat dari 20 minggu.
Kematian janin dalam rahim disebut Intra Uterine Fetal Death (IUFD),
yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau
pada trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada
trimester pertama disebut keguguran atau abortus (Setiawati, 2013:189-190).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat faktor tertentu
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Yulaikha Lily, 2015: 72).
Abortus dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
A) Abortus Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran):
Merupakan ± 20 % dari semua abortus.Abortus spontan adalah setiap
kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. WHO
mendefinisikan sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang,
yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22
minggu atau kurang. Abortus spontan terjadi pada sekitar 15% - 20% dari
seluruh kehamilan yang diakui, dan biasanya terjadi sebelum usia kehamilan
memasuki minggu ke-13 (Fauziyah, 2012: 37).

22

Gejala abortus spontan adalah kram dan pengeluaran darah dari jalan
lahir adalah gejala yang paling umum terjadi pada abortus spontan. Kram dan
pendarahan vagina yang mungkin tejadi sangat ringan, sedang, atau bahkan
berat.
Tidak ada pola tertentu untuk berapa lama gejala akan berlangsung. Selain itu
gejala lain yang menyertai abortus spontan yaitu nyeri perut bagian bawah,
nyeri pada punggung, pembukaan leher rahim dan pengeluaran janin dari
dalam rahim.
B) Abortus Provocatus (disengaja, digugurkan):
80 % dari semua abortus dibagi atas 2 yaitu:
1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus ialah
pengguguran kehamilan biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa
kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu
berpenyakit beratmisalnya: penyakit jantung, hypertensi essentialis,
carcinoma dari serviks.
2) Abortus Provocatus criminalis
Abortus buatan kriminal (abortus propocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang
tidak berwenang dan dilarang oleh hukum (Feryanto,2014: 41). Abortus
provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis
yang sah dan dilarang oleh hukum. Abortus provokatus dapat dilakukan
dengan pemberian prostaglanding atau curettage dengan penyedotan
(Vacum) atau dengan sendok kuret (Pudiastusi, 2012: 41-42).

24

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Keterkaitan Bioetik Dalam Kerangka Berpikir Islam


3.1.1 Kloning
Dalam hukum Islam, kloning termasuk masalah ijtihadiah, karena hal
tersebut tidak diatur secara jelas dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Jika kloning
diterapkan untuk perkembangbiakkan tumbuhan dan hewan tidak banyak
mengundang masalah. Namun, jika diterapkan pada manusia tentu
menimbulkan masalah besar. Karena sejak dari dulu awal mula dari lahirnya
generasi baru adalah karena jalinan kasih dari pernikahan seorang laki-laki dan
perempuan seperti contoh nabi Adam a.s. dan istrinya Hawa. Maka jika kloning
dikaitkan dengan perkawinan, akan timbul masalah, karena pada
pelaksanaannya kloning dapat berhasil tanpa keterlibatan jenis kelamin laki-
laki, padahal menurut pandangan Islam laki-laki dan perempuan diciptakan oleh
Allah sebagai pasangan untuk menjalin cinta kasih, sebagaimana firman Allah
dalam Surat Ar-Ruum (30) ayat 21, yang artinya : Dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Kloning terhadap manusia dapat menimbulkan beberapa dampak negatif
yang tidak sedikit, antara lain (Fatwa MUI 2000) :
a. Menghilangkan nasab anak hasil kloning yang berakibat hilangnya banyak
hak anak dan terabaikan-nya sejumlah hukum yang timbul dari nasab
b. Institusi perkawinan yang telah disyari’atkan sebagai media berketurunan
secara sah menjadi tidak diperlu-kan lagi, karena proses reproduksi dapat
dilakukan tanpa melakukan hubungan seksual

25

c. Lembaga keluarga (yang dibangun melalui perkawinan) akan menjadi hancur,


dan pada gilirannya akan terjadi pula kehancuran moral (akhlak), budaya,
hukum, dan syari’ah Islam lainnya
d. Tidak akan ada lagi rasa saling mencintai dan saling memerlukan antara laki-
laki dan perempuan
e. Hilangnya maqashid syari’ah dari perkawinan, baik maqashid awwaliyah
(utama) maupun maqashid tabi’ah (sekunder).
Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa
Nomor 3/MUNAS VI/MUI/2000 tentang Kloning mengeluarkan fatwa bahwa:
1). Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimana pun yang berakibat pada
pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram;
2). Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah)
sepanjang dilakukan demi kemaslahatan dan/atau untuk menghindarkan
kemudaratan (hal-hal negatif); dan,
3). Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau
mengizinkan eksperimen atau praktek kloning terhadap manusia.
Dari fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut dapat dikemukakan bahwa
meskipun sel tubuh dari suami dan ovum serta rahim istri sendiri syubhat
hukumnya. Sebab hilangnya gen dari ibu akan menimbulkan problem
psikologis, sosial dan hukum juga di kemudian hari. Sesuatu yang syubhat lebih
dekat kepada haram. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang kloning itu
didasarkan pada QS. al-Isra (17) : 70 yaitu,
َ‫ضقلنناَههقم نعنلىَ نكمثيِرر ممممقن نخلنققننا‬ ‫نولنقنقد نكمرقمنناَ بنمنيِ آندنم نونحنمقلنناَههقم مفيِ اقلبنير نواقلبنقحمر نونرنزققنناَههقم ممنن الطميِينباَ م‬
‫ت نوفن م‬
‫تنقف م‬
‫ضيِل‬
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.”

26

Ayat ini mengungkapkan pernyataan Allah yang telah memuliakan


manusia. Sedangkan kloning manusia pada hakekatnya merupakan bentuk
pelecehan terhadap harkat dan martabat manusia. Semua tindakan yang
merendahkan harkat dan martabat manusia adalah haram dilakukan.
Di samping itu MUI juga mendasarkan fatwanya pada QS. al-Mu’minun (23):
12-14 yaitu,

‫(ثهمم نخلنققنناَ النن ق‬١٣) ‫طفنةة مفيِ قننرارر نممكيِرن‬


‫طفنةن‬ ‫(ثهمم نجنعقلنناَهه نه ق‬١٢) ‫نولنقنقد نخلنققنناَ القننساَنن ممقن هسللنرة ممقن مطيِرن‬
‫اه أنقحنسهن‬
‫ك م‬‫ظاَنم لنقحةماَ ثهمم أنقننشأقنناَهه نخقلةقاَ آنخنر فنتننباَنر ن‬
‫ظاَةماَ فننكنسقونناَ اقلمع ن‬ ‫ضنغةة فننخلنققنناَ اقلهم ق‬
‫ضنغةن مع ن‬ ‫نعلنقنةة فننخلنققنناَ اقلنعلنقنةن هم ق‬
(١٤) ‫اقلنخاَلممقيِنن‬

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati


(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik”.
Ayat ini mengisyaratkan, bahwa reproduksi manusia melibatkan peran serta
laki-laki (suami) yang memberikan kontribusi sperma, dan perempuan (istri)
yang memberikan kontribusi ovum dan rahim dalam ikatan perkawinan. Peran
serta kedua insan tersebut dapat terabaikan baik salah satunya maupun kedua-
duanya dalam kloning manusia.
Dengan demikian unsur mafsadat (dampak negatif) kloning manusia lebih
besar daripada unsur manfaatnya, sehingga kloning manusia harus dilarang,
sesuai kaidah fiqh yang digunakan dalam Fatwa MUI di atas yakni:
“Menghindarkan kerusakan (hal-hal negatif) diutamakan dari pada
mendatangkan kemaslahatan”.

27

Meskipun kloning manusia dapat mewujudkan keturunan yang menjadi tujuan


perkawinan, namun mudaratnya tampaknya lebih luas dari pada manfaatnya.
Jika dicermati, mudarat dari mendapatkan anak melalui kloning lebih besar dari
manfaatnya. Maslahat (manafaat)nya adalah mendapatkan anak kandung namun
mudaratnya jauh lebih luas, di antaranya nasab anak menjadi tidak jelas yang
berimplikasi negatif pada perkawinan, perwalian, kewarisan, tanggungjawab
orangtua kepada anak dan sebaliknya. Bahkan akan menyulitkan dalam
penegakan hukum pidana.

3.1.2 Bayi Tabung


Sudah merupakan kenyataan, bahwa hampir semua pasutri terutama di
Indonesia menginginkan keturunan. Berbagai cara ditempuh agar cepat
mendapatkan keturunan. Ada diantara pasutri yang cepat mendapatkan
keturunan, namun ada juga yang sulit mendapatkannya, bahkan sudah bertahun-
tahun berusaha tak kunjung mendapatkan keturunan. Mungkin manusia lupa
bahwa sesuatu apapun didunia ini ada yang mengatur. Sebagaimana firman
Tuhan " Sesungguhnya keadaan nya apabila Dia menghendaki sesuatu,hanya
lah berkata kepada nya" jadilah " maka jadi lah ia ( (QS Yaa Siin 36:43)".
Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia
kehendaki. , Dia memberikan anak- anak perempuan kepada siapa yang Dia
kehendaki, dan Dia memberikan anak- anak laki kepada siapa yang Dia
kehendaki, atau Dia menganuhgerahkan kedua jenis laki- laki dan perempuan
dan Dia jadikan mandul siapa yang Dia kehendaki.. Sesungguhnya Dia lah
maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (QSAssyura,42:50)

28

Dewasa ini telah diciptakan suatu metode untuk membantu para pasutri
mendapatkan keturunan, yaitu dengan cara yang dikenal sebagai istilah Assisted
Reproductive Technology (ART), atau artinya dalam bahasa Indonesia Teknologi
Reproduksi Berbantu. Salah satu metode ART adalah in vitro fertilization (IVF),
atau yang dikenal dikalangan dokter maupun orang awam adalah Bayi Tabung.
Dari semua cara penanganan infertilitas, maka ART yang banyak menimbulkan
masalah etik, hukum dan sosial.
Terdapat pendapat yang melarang sama sekali bayi tabung guna
menghindari percampuran nasab. Perlu diingat bahwa berlebih-lebihan menutup
jalan sesuatu, terkadang mencegah manusia dari kebaikan yang banyak dan
kemaslahatan besar. Sebaliknya berlebih-lebihan membuka jalan, sering
mengakibatkan terjadinya kejahatan yang meluas dan kerusakan yang besar.
Kewajiban mujtahid dalam berijtihad adalah memperbolehkan atau melarang
suatu masalah tetapi jangan dilakukan secara mutlak. Melarang secara mutlak
berarti menginginkan segala yang tidak diharamkanAllah dan Rasulnya menjadi
haram secara keseluruhan. Di sisi lain, memperbolehkan secara mutlak
berakibat terjerumusnya ijtihad itu ke dalam hal-hal yang yang diharamkan
Allah dan Rasulnya yang mengarah kepada kerusakan lebih besar. Dasar
pemikiran ini telah dihasilkan pada simposium mengenai kelahiran dalam
pandangan Islam di Kuwait yang diikuti oleh ahli fikih dan dokter. Simposium
itu menghasilkan ketetapan mayoritas dalam masalah bayi tabung, yakni :
bahwa bayi tabung dibolehkan menurut syara„ apabila sperma dan ovum
berasal dari suami atau istri yang masih dalam berstatus suami istri. Persyaratan
dengan adanya jaminan yang jelas dan cukup teliti ini berfungsi untuk
mencegah percampuran antara sperma dan ovum yang berakibat tercampurnya
nasab.

29

Peserta simposium sepakat bahwa bayi tabung itu haram apabila adanya
infiltrasi dari pihak ketiga. Infiltrasi itu berupa sperma atau ovum yang berasal
bukan dari suami atau istri yang sah dan rahim yang ditempati janin dari
perempuan lain sebagai pengganti pemilik ovum tersebut. Fakta sosial yang
ditemukan sebelum adanya ketentuan bayi tabung adalah terjadinya
percampuran nasab bagi orang yang melakukan bayi tabung secara bebas. Di
samping itu kalau bayi tabung tidak dibenarkan maka manusia kesulitan
mendapatkan anak. Setelah ditetapkan ketentuan bayi tabung, fakta sosial yang
ditemukan adalah manusia mudah mendapatkan anak tanpa terjadi percampuran
nasab. Hal ini merupakan maksud syariah.

3.1.3 Transpantasi Organ


Transplantasi organ merupakan salah satu isu yang cukup sering
diperbincangkan. Hal ini dikarenakan tidak ada ayat dalam Al-Qur’an maupun
Hadits Nabi Muhammad SAW yang memaparkan secara jelas mengenai hukum
transplantasi organ tubuh manusia, namun terdapat ayat dan hadits yang secara
tersirat atau qiyash menyampaikan hukum mengenai transplantasi organ tubuh
manusia.
Terdapat perbedaan pendapat dari tokoh agama terkait transplantasi organ.
Beberapa dari mereka tidak memperbolehkan dan beberapa diantaranya
memperbolehkan. Pendonor dalam transplantasi organ dibedakan menjadi
pendonor dalam keadaan sehat dan pendonor dalam keadaan sudah meninggal.
Pendapat pertama menyatakan bahwa transpalantasi organ hukumnya haram,
baik dilakukan oleh pedonor yang sehat maupun yang sudah meninggal.
Pendapat lain menyatakan bahwa transplantasi organ yang dapat diperbolehkan
hanya dari pedonor yang sudah meninggal.

30

1. Pendonor dalam keadaan sehat


Berbagai pendapat yang diberikan mengacu pada diharamkannya hukum
transplantasi organ dari pendonor yang sehat. Hal ini dikarenakan transplantasi
organ sifatnya tidak pasti, belum tentu berhasil. Ketika hal tersebut telah
dilakukan dan terjadi kegagalan, maka baik pendonor maupun penerima pasti
merasakan sakit atau mudlorotnya. Pernyataan ini juga didasarkan pada firman
Allah dalam beberapa ayat dalam Al-Quran yakni pada surah An-nisa ayat 29
dan Al-Baqarah ayat 195.

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah


Maha Penyanyang kepadamu.” (QS An-Nisa: 29)

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan” Qs


Al Baqarah : 195)

Berdasarkan ayat diatas, organ yang dilakukan dari donor yang masih
hidup jelas dilarang oleh Allah dan hukumnya haram. Seseorang yang sehat
tidak boleh melakukan donor organ karena hal tersebut termasuk sesuatu yang
dapat membinasakan dirinya sendiri. Terlepas dari tujuan transplantasi untuk
kepentingan kemanusiaan, pertimbangan terhadap akibat yang akan diterima
oleh pendonor juga harus di pertimbangkan. Allah tidak akan menciptakan suatu
hal tanpa tujuan yang jelas.

31

Sebagai contohnya, ginjal kita yang berjumlah dua buah di kanan dan kiri, tentu
Allah telah mendesain sedemikian rupa dengan hikmah tertentu. Hal ini
dibuktikan dengan adanya kasus ketika salah satu ginjal didonorkan, akan
terjadi resiko ketidakwajaran dalam tubuh. Terlebih apabila yang didonorkan
adalah organ tunggal. Walaupun hal tersebut kadang tidak menyebabkan
kematian, masalah kesehatan yang dirasakan pendonor tidak kalah beratnya
dengan penerima donor.

2. Pendonor yang sudah meninggal

Salah satu pendapat terkait transplantasi organ tubuh dari orang yang
sudah meninggal juga hukumnya haram. Hal ini didasarkan pada salah satu
fatwa Rasulullah SAW dalam hadits.

‫نكقسهر نع ق‬
‫ظمم اقلنميِي م‬
َ‫ت نكنكقسمرمه نحةييِا‬

“Memecahkan tulang mayat itu sama saja dengan memecahkan tulang


orang hidup” (HR Ahmad, Abu dawud, dan Ibnu Hibban)
Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW menjelaskan bahwa mayat
mempunyai kehormatan sebagaimana orang hidup. Menyakiti mayat sama hal-
nya dengan menyakiti orang hidup. Mayat harus diperlakukan dengan istimewa
sesuai dengan ketentuan dalam syariat islam. Tatalaksana mengurus mayat
terutama bagi mereka yang muslim juga telah dijelaskan oleh Allah dalam
berbagai ayat dalam Al-Qur’an dan hadits.
Pendapat lain menyatakan diperbolehkan pelaksanaan transplantasi organ
dari orang yang meninggal.
32

Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Al-Quran.

“Dan berbuat baiklah karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat


baik.” (Qs Al-Baqarah: 195)

“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,


maka seolah- olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Al-
Maidah: 32)
Allah menyukai perbuatan-perbuatan yang baik, dan tentunya secara ikhlas
dilakukan oleh manusia. Tindakan pengobatan seperti transplantasi yang dapat
menolong orang lain juga merupakan suatu hal yang mulia. Allah akan sangat
menghargai perbuatan tersebut. Namun dalam pelaksanaannya, transplantasi
organ harus dilaksanakan dengan syarat-syarat tertentu. Syarat ini juga telah
banyak dirumuskan oleh berbagai organisasi islam seperti MUI, PP
Muhammadiyyah, dan PBNU. Syarat-syarat tersebut dapat dirinci sebagai
berikut :
a. Penerima organ berada dalam keadaan darurat yang mengancam dirinya
setelah menempuh berbagai upaya pengobatan.

" Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging


babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.
33

Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak


menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( Qs
Al Baqarah : 173 )
Dalam hal ini, yang perlu disoroti adalah kedaruratan. Terdapat dampak yang
gawat apabila tidak dilakukan donor kepada resipien. Hal-hal yang dilakukan
dalam keadaan darurat diperbolehkan asalkan tidak melampaui batas.
Pernyataan ini juga menjawab pernyataan mengenai larangan memecahkan
mayat, dimana larangan yang dimaksud adalah memecahkan mayat dengan cara
yang tidak berperikemanusiaan. Sedangkan, dalam pelaksanaan transplantasi
organ, proses dilakukan dengan prosedur yang telah ditentukan tanpa
mengurangi sedikitpun kehormatan dari mayat pendonor.
b. Pencangkokan tidak akan menimbulkan akibat atau komplikasi yang lebih
gawat
Transplantasi harus dilakukan dengan prosedur yang sesuai dan tidak
menimbulkan komplikasi bagi pendonor. Dalam pelaksanaannya, transplantasi
juga harus memperhatikan hal-hal yang detail agar dalam pencangkokan organ
tersebut memberi kemanfaatan bagi penerima donor maupun pendonornya.
c. Telah disetujui oleh pendonor atau wali atau keluarga korban dengan niat
untuk menolong bukan untuk memperjual-belikan.
Syarat lain yang perlu dipenuhi adalah kesediaan dari pendonor. Pendonor
dapat menyatakan kesediaannya melalui penandatanganan kartu donor atau
melalui surat wasiat. Jika terdapat kasus pendonor organ belum memberikan
persetujuan terlebih dahulu tentang menyumbangkan organnya ketika dia
meninggal maka persetujuan bisa dilimpahkan kepada pihak keluarga pendonor
terdekat yang dalam posisi dapat membuat keputusan atas pendonor.

34
Donor juga dilakukan secara sukarela untuk menolong orang lain bukan untuk
diperjual belikan karena tubuh manusia bukanlah harta yang dapat
dipertukarkan dan ditawar-tawarkan. Transplantasi ini menjadi bersifat haram
apabila untuk tujuan komersial.

3.1.4 Abortus

Pengguguran berarti merusak dan menghancurkan janin, calon manusia yang di


muliakan Allah, karena Ia berhak selamat dan lahir dalam keadaan hidup,
sekalipun hasil dari hubungan yang tidak sah. Kenyataan bahwa manusia
merupakan makhluk yang di muliakan oleh Allah dapat dilihat dalam surat
‫ن‬
‫عولععقمد ْعكلرممعنُاَ ْعبعنُىىَ ْعءاَعدعم ْعوعحعمملعنُكهمم ْعفىَ ْٱَملعبرَر ْعوٱَملعبمح ع‬
Al-Isra ayat 70 : ‫ر‬

‫ضملنعنُكهمم ْععلعنىَ ْعكعثيرر ْرَملممن ْعخلعمقعنُاَ ْعتمف ع‬


ْ ‫ضيلل‬ ‫عوعرعزمقنعنُكهم ْرَمعن ْٱَللطرَينعب ع‬
‫ت ْعوعف ل‬
walaqad karramnaa banii aadama wahamalnaahum fii lbarri walbahri
warazaqnaahum mina ththhayyibaati wafadhdhalnaahum 'alaa katsiirin mimman
khalaqnaa tafdhiilaa
“ Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.”. Aajaran islam juga memandang bahwa
setiap anak yang lahir berada dalam keadaan suci (tidak ternoda). Hadist ini
diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan ath Thabarani dalam al-Mu’jamul Kabir. Al-
Imam Muslim rahimahullah meriwatakan :” Setiap manusia dilahirkan ibunya
di atas fitrah. Kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi,Nasrani, atau
Majusi.”
Semua anak manusia dilahirkan dalam keadaan suci, bersih dari noda dan dosa,
serta dalam proses pertumbuhan dan perkembangan janin.

35
Maka jelas bahwa tindakan pengguguran adalah melanggar moral keislaman
serta merusak kemuliaan manusia yang telah dianugerahkan oleh Allah.
Penguguran merupakan kemiripan praktik kaum jahiliyah yang menguburkan
setiap balita perempuan yang lahir.
Dan diterangkan pula dalam Al-Qur’an terkait aborsi/membunuh dalam surat al-
Isro’ (17) ayat 31 dan 33, dijelaskan: “ Dan janganlah kamu membunuh anak-
anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rejeki kepada mereka
dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.
Dan janganlah kamu membunuh nyawa seseorang dilarang Allah, kecuali
dengan alasan yang benar”.
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, Islam memberikan landasan hukum yang jelas
bahwa kehidupan manusia itu suci sehingga haruslah dipelihara dan tidak boleh
dihancurkan (diakhiri) kecuali dilakukan untuk suatu sebab atau alasan yang
benar, seperti dalam eksekusi hukuman mati atau dalam perang, atau dalam
pembelaan diri yang dibenarkan.
Pendapat para ulama berkaitan dengan kasus di atas yang berakhir dengan
aborsi sangat beragam, khususnya dalam hal penentuan dibolehkannya
pengguguran kandungan dengan alasan yang dibenarkan tersebut. Berikut
merupakan hukum melakukan aborsi menurut pandangan para ulama:
1. Imam Hanafi menghukumi aborsi adalah mubah/diperbolehkan dengan
catatan belum adanya tanda-tanda kehidupan. Yaitu pada saat usia kandungan
sebelum 4 bulan atau 120 hari yang bertepatan dengan peniupan ruh. Karena
janin yang belum diberikan ruh belum termasuk manusia/ makhluk hidup.
2. Imam Malik menghukumi menggugurkan kandungan hukumnya adalah
Haram meskipun usia kandungan belum mencapai 40 hari. Karena sperma yang
sudah masuk kedalam rahim wanita tidak boleh dikeluarkan.

36
3. Imam Syafi’I menghukuminya “Makruh” mengugurkan kandungan
apabila sudah mencapai usia antara 40,42 dan 45 dari awal
kehamilannya,dengan syarat jika ada persetujuan dari suami dan isteri, dan jika
tidak mendatangkan kemudoratan dalam penggugurannya. Namun jika usia
kandungan setelah 40 hari digugurkan ,maka mutlak hukumnya “Haram”.
4. Menurut Imam Ar-Ramli : Boleh menggugurkan kandungan selama janin
belum ada ruh. Dan mutlak hukumnya adalah “Haram” jika menggugurkan
janin yang sudah memiliki ruh.
5. Pendapat madzhab Hanabilah sama dengan pendapat Madzhab Imam
Hanafi. Mereka berpegang bolehnya menggugurkan kandungan selama masa 4
bulan pertama (120 hari) dari awal kehamilan. Namun jika janin berusia sudah
mencapai lebih dari 120 hari atau sudah ada ruh hukumnya adalah “Haram”.
Tindakan aborsi mengandung resiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak
sesuai standar profesi medis. Berbagai cara yang biasa dilakukan adalah
menggunakan jamu-jamuan yang bertujuan untuk membuat panas rahim,alat-
alat yang tidak steril dan pijatan keras. Jika dilihat dari sisi kesehatan dan medis,
praktik aborsi juga sangat membahayakan bagi sang ibu itu sendiri terlebih jika
dilakukan tidak sesuai dengan prosedur medis sehingga dapat menyebabkan
kematian.

37
BAB 4
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan
Bioetik merupakan suatu penerapan etika, moral bahkan hukum dan nilai
sosial ke dalam pembahasan ilmiah biologi, etika dalam konteks biologi
digunakan untuk menjawab berbagai persoalan kehidupan baik yang berkaitan
dengan hewan dan tumbuhan bahkan manusia.
kloning termasuk masalah ijtihadiah, karena hal tersebut tidak diatur
secara jelas dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Jika kloning diterapkan untuk
perkembangbiakkan tumbuhan dan hewan tidak banyak mengundang masalah.
Namun, jika diterapkan pada manusia tentu menimbulkan masalah besar.
Karena sejak dari dulu awal mula dari lahirnya generasi baru adalah karena
jalinan kasih dari pernikahan seorang laki-laki dan perempuan seperti contoh
nabi Adam a.s. dan istrinya Hawa. Maka jika kloning dikaitkan dengan
perkawinan, akan timbul masalah, karena pada pelaksanaannya kloning dapat
berhasil tanpa keterlibatan jenis kelamin laki-laki, padahal menurut pandangan
Islam laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah sebagai pasangan untuk
menjalin cinta kasih, sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar-Ruum (30) ayat
21, yang artinya : Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.

38
bahwa bayi tabung dibolehkan menurut syara„ apabila sperma dan ovum
berasal dari suami atau istri yang masih dalam berstatus suami istri. Persyaratan
dengan adanya jaminan yang jelas dan cukup teliti ini berfungsi untuk
mencegah percampuran antara sperma dan ovum yang berakibat tercampurnya
nasab.
Transplantasi harus dilakukan dengan prosedur yang sesuai dan tidak
menimbulkan komplikasi bagi pendonor. Dalam pelaksanaannya, transplantasi
juga harus memperhatikan hal-hal yang detail agar dalam pencangkokan organ
tersebut memberi kemanfaatan bagi penerima donor maupun pendonornya.
Islam memberikan landasan hukum yang jelas bahwa kehidupan manusia
itu suci sehingga haruslah dipelihara dan tidak boleh dihancurkan (diakhiri)
kecuali dilakukan untuk suatu sebab atau alasan yang benar, seperti dalam
eksekusi hukuman mati atau dalam perang, atau dalam pembelaan diri yang
dibenarkan.

39
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Jusuf dan Amri Amir. 2007. Etika Kedokteran & Hukum
Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Afandi D. Kaidah Dasar Bioetika dalam Pengambilan Keputusan Klinis yang


Etis. Majalah kedokteran Andalas, 2017:40(2). hlm. 111-21.
jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/download/484/306.
Diakses pada 15 Januari 2019.
Beuchamp TL, Childress JF. The Principle of Biomedical Ethics, ed 3rd. New
York : Oxford University Press : 2001.

Suryadi T. 2009. Prinsip – Prinsip Etika dan Hukum dalam Profesi


Kedokteran. Bioetika dan Humaniora. Fakultas Kedokteran Unsyiah
Banda Aceh. hlm. 1-13.

Suryadi T. 2009.Prinsip-prinsip Etika dan Hukum Dalam Profesi Kedokteran.


Pertemuan Nasional V JBHKI dan Workshop III Pendidikan Bioetika
dan Medikolegal. Medan.

Forensic Medicine of Indonesia. 2018. Bioetik Kedokteran.


https://forensicmedindonesia.wordpress.com/2018/04/23/bioetik-
kedokteran/. Diakses pada 15 Februari 2019.

Fatwa Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia NOMOR:


3/MUNAS VI/MUI/2000 tentang kloning

iii
Jamaa, L. 2016. Kloning Manusia Perspektif Hukum Islam Di Indonesia.
Jurnal Sosial & Budaya Syar-i FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Vol. 3 No. 1.
Error: Reference source not found

DAFTAR PERTANYAAN:
Pertanyaan Charisma Agustin (101711133088)
1. Transplantasi organ yang dikarenakan terdesak. Dan yang mendonor adalah
orang non muslim yang setiap harinya makan-makanan haram, apakah hal
tersebut organ nya ikut haram dan bisa jadi siksa neraka?
Penjawab Rifdatus Samaha (101711133140)
Jawaban:
Apabila organ tersebut sudah di transplantasi, maka sudah menjadi bagian dari
tubuh seseorang muslim dan dianggap sebagai suatu hal yang boleh.

Pertanyaan Ulfah M (101711133083)


2. Bayi tabung apakah dikatakan haram? Lalu bagaimana kaitannya dengan
mengadopsi anak saja daripada bayi tabung?
Penjawab Risma Ainun (101711133090)
Jawaban:
Bayi tabung yang berasal dari pasangan suami-istri sah yang sama-sama
memberikan sperma dan sel telur lalu di transplantasikan ke dalam rahim sang
istri maka dikatakan boleh dikarenakan memang keadaan yang tidak bisa
membuahi di dalam organ inti wanita tersebut.
Sedangkan saat salah satu sperma atau sel telur dari orang lain maka dikatakan
haram. Jadi bayi tabung merupakan salah satu bentuk ikhtiar kepada Allah SWT,
dalam mendapatkan momongan, sebelum pada akhirnya melakukan adopsi anak.

Pertanyaan Mahdiyah Husna (101711133158)


3. Bagaimana Islam memandang Euthanashia?
Penjawab Innaha Ilma (101711133102)
Jawaban:
Euthanashia ada yang positif ada yang negatif, positif berarti dokter memberikan
obat agar si pasien cepat meninggal, sedangkan negatif dokter membiarkan pasien
tanpa diberi obat. Menurut Syeh Yusuf, Euthanashia aktif dalam islam adalah
tindakan yang haram dan sama saja dengan praktek pembunuhan.
iv

Anda mungkin juga menyukai