Anda di halaman 1dari 30

1

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN


TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN

DI SUSUN OLEH :
Yulianus Andry Prabu
Aulia Febri Damayanti
Putri Ana Fajrin
H. Muarif

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JALUR TRANSFER
STIKES WIDYA HUSADA
TAHUN AJARAN 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan Kepada Tuhan yang maha kuasa atas rahmat dan
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan I dalam bentuk makalah ini dengan lancar. Makalah yang berjudul
Transpalantasi Organ Tubuh ini membahas mengenai pengertian dan bagian-bagian
dari transplantasi organ tubuh.
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak.Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulisan makalah ini.
Kami sadar, bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami.Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca juga kami para
penulis.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan.

Semarang,

Penulis

Oktober 2015

DAFTAR ISI
Halaman Judul... 1
Kata Pengantar... 2
Daftar Isi........ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang..

1.2.
Tujuan 5
1.3.
Manfaat.. 5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1.
Sejarah Transplantasi Organ.. 3
2.2.
PengertianTransplantasi Organ.. 7
2.3.
Tujuan Transplantasi Organ... 8
2.4.
Klasifikasi Transplantasi Organ..... 9
2.5.
Metode Transplantasi Organ.. 11
2.6.
Kategori Transplantasi Organ.... 11
2.7.
Masalah Etik dan Moral Dalam Transplantasi Organ....12
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Pandangan Agama Islam Dalam Transplantasi Organ..... 15
3.2. Transplantasi Organ dari Segi Etika Keperawatan........ 23
3.3. Peraturan Perundang-Undangan dan Etika Transplantasi Organ... 25
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan......... 31
4.2. Saran. 32
DAFTAR PUSTAKA....

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

32

Perkembangan dan kemajuan zaman yang sangat pesat saat ini memberikan
dampak secara global diberbagai bidang, salah satunya adalah kemajuan

di

bidang kedokteran dan kesehatan yaitu teknik transplantasi organ.


Transplantasi organadalah tindakan medis berupa pendonoran atau
pemindahan seluruh maupun sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain,
atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh yang sama. Transplantasi
ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak berfungsi pada
penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat
berasal dariseseorang yang masih hidup ataupun telah meninggal.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor
kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1950 di Chicago, perkembangan di bidang
transplantasi maju pesat. Permintaan untuk transplantasi organ terus mengalami
peningkatan melebihi ketersediaan donor yang ada. Sebagai contoh di China,
pada tahun 1999 tercatat hanya 24 transplantasi hati, namun tahun 2000
jumlahnya mencapai 78 angka. Sedangkan tahun 2003 angkanya bertambah
356.Jumlah tersebut semakin meningkat pada tahun 2004 yaitu 507 kali
transplantasi.Tidak hanya hati, jumlah transplantasi keseluruhan organ di China
memang meningkat drastis.Setidaknya telah terjadi 3 kali lipat melebihi Amerika
Serikat.Ketidakseimbangan antara jumlah pemberi organ dengan penerima organ
hampir terjadi di seluruh dunia.
Ketika tingkat keberhasilan tranplantasi organ semakin meningkat maka
permintaan atas organ dan jaringan tubuh manusia yang dijadikan donor juga
akan meningkat. Pada awal mula perkembangan teknologi tranplantasi jaringan
tubuh manusia, sumber donor berasal dari pihak keluarga semata namun seiring
dengan perkembangannya berkembang ke lingkar yang lebih luas.Badan
Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, setiap tahun terjadi 21.000 pencangkokan
hati.Padahal, berdasarkan pakar medis, jumlah permintaan sebenarnya paling
sedikit 90.000. Selain itu, permintaan akan ginjal juga melebihi persediaan yang
ada. Hasilnya, harga organ tubuh melonjak tajam.Ini menjadi salah satu faktor
pendukung maraknya perdagangan organ tubuh manusia di pasar gelap. Di Mesir,

sebuah ginjal berharga USD5.300, sementara di Istanbul,Turki harganya bisa


mencapai USD30.700. Di China, harga liver bahkan menembus USD34.380.
Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU
No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannya
diatur dalam Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat
Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh
Manusia.
Pada makalah ini akan dibicarakan lebih lanjut mengenai tranplantasi organ
dan berbagai macam klasifikasinya serta peninjauan mengenai etika moral dari
segi hukum maupun agama.
1.2. TUJUAN
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I
b. Untuk memberikan informasi dan membuka wawasan pembaca mengenai
transplantasi organ.
1.3. MANFAAT
Memberikan informasi dan wawasan kepada pembaca mengenai
transplantasi organ dan klasifikasinya,serta tinjauan dari segi hukum, etika moral
dan agama, khususnya bagi para calon tenaga kesehatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. SEJARAH TRANPLANTASI ORGAN
Transplantasi organ mulai dipikirkan oleh dunia sejak 4000 tahun silam
menurut manuscrip yang ditemukan di Mesir yang memuat uraian mengenai
eksperimen transplantasi jaringan yang pertama kali dilakukan di Mesirsekitar
2000 tahun sebelum diutusnya Nabi Isa as. Sedangkan di India, beberapa puluh

tahun sebelum lahirnya Nabi Isa as. seorang ahli bedah bangsa Hindu telah
berhasil memperbaiki hidung seorang tahanan yang cacat akibat siksaan, dengan
cara mentransplantasikan sebagian kulit dan jaringan lemak yang diambil dari
lengannya. Pengalaman inilah yang merangsang Gaspare Tagliacosi, seorang ahli
bedah Italia, pada tahun 1597M untuk mencoba memperbaiki cacat hidung
seseorang dengan menggunakan kulit milik kawannya.
Pada ujung abad ke-19 M para ahli bedah,

baru

berhasil

mentransplantasikan jaringan, namun sejak penemuan John Murphy pada tahun


1897 yang berhasil menyambung pembuluh darah pada binatang percobaan,
barulah terbuka pintu percobaan mentransplantasikan organ dari manusia ke
manusia lain. Percobaan yang telah dilakukan terhadap binatang akhirnya
berhasil, meskipun ia menghabiskan waktu cukup lama yaitu satu setengah abad.
Pada tahun 1954 M Dr. J.E. Murrayberhasil mentransplantasikan ginjal kepada
seorang anak yang berasal dari saudara kembarnya yang membawa
perkembangan pesat dan lebih maju dalam bidang transplantasi.
Tatkala Islam muncul pada abad ke-7 Masehi, ilmu bedah sudah dikenal di
berbagai negara dunia, khususnya negara-negara maju saat itu, seperti dua
negara adidaya Romawi dan Persia. Namun pencangkokan jaringan belum
mengalami perkembangan yang berarti, meskipun sudah ditempuh berbagai
upaya untuk mengembangkannya. Selama ribuan tahun setelah melewati bantuk
eksperimen barulah berhasil pada akhir abad ke-19 M, untuk pencangkokan
jaringan, dan pada pertengahan abad ke-20 M untuk pencangkokan organ
manusia.
Di masa Nabi Muhammad SAW. negara Islam telah memperhatikan
masalah kesehatan rakyat, bahkan senantiasa berupaya menjamin kesehatan dan
pengobatan bagi seluruh rakyatnya secara cuma-cuma. Ada beberapa dokter ahli
bedah di masa Beliau yang cukup terkenal seperti al Harth bin Kildah dan Abu
Ramtah Rafa'ah, juga Rufaidah Al Aslamiyah dari kaum wanita.
Meskipun pencangkokan organ tubuh belum dikenal oleh dunia saat itu,
namun operasi plastik yang menggunakan organ buatan atau palsu sudah dikenal

di masa Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Abu


Daud dan Tirmidzi dari Abdurrahman bin Tharfah (Sunan Abu Dawud, hadits.
no.4232) "bahwa kakeknya 'Arfajah bin As'ad pernah terpotong hidungnya pada
perang Kulab, lalu ia memasang hidung (palsu) dari logam perak, namun hidung
tersebut

mulai

membau

(membusuk),

maka

Nabi

Muhammad

SAW.

menyuruhnya untuk memasang hidung (palsu) dari logam emas". Imam Ibnu
Sa'ad dalam Thabaqatnya (III/58) juga telah meriwayatkan dari Waqid bin Abi
Yaser bahwa 'Utsman (bin 'Affan) pernah memasang mahkota gigi dari emas,
supaya giginya lebih kuat (tahan lama).
2.2. PENGERTIAN TRANSPLANTASI ORGAN
Transplantasi Organ adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan
organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau
tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan
tubuh yang tidak berfungsi dengan baik (pasal 1 butir 5 UUK). Transplantasi
organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini
adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk
menolong pasien dengan kegagalan organnya,karena hasilnya lebih memuaskan
dibandingkan dengan yang lain dan hingga saat ini terus berkembang dalam dunia
kedokteran. Namun tindakan medis ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena
masih harus dipertimbangkan dari segi non medis, yaitu dari segi agama, hukum,
budaya, etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam
menetapkan terapi transplatasi,adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (Living
Related Donor / LRD) dan donasi organ jenazah, karena itu diperlukan kerjasama
yang saling mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi,
pemuka agama).
Transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai life saving sedangkan
transplantasi jaringan dikategorikan sebagai life enhancing.Dalam pelaksanaan
transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang terkait dengannya, yaitu orang yang
anggota tubuhnya dipindahkan disebut donor (pen-donor), sedang yang menerima

disebut resipien dan para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak
donor kepada resipien.
2.3. TUJUAN TRANSPLANTASI ORGAN
Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian
tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak
dapat berfungsi lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama
(autotransplantasi), pada orang yang berbeda (homotransplantasi) ataupun antar
spesies yang berbeda (xeno-transplantasi). Transplantasi organ biasanya
dilakukan pada stadium terminal suatu penyakit, dimana organ yang ada tidak
dapat lagi menanggung beban karena fungsinya yang nyaris hilang karena suatu
penyakit.Pasal 33 UU No 23/1992 menyatakan bahwa transplantasi merupakan
salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan kemanusiaan
dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33 ayat 2 UU 23/
1992).Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa organ atau jaringan tubuh
merupakan anugerah Tuhan YME sehingga dilarang untuk dijadikan obyek untuk
mencari keuntungan atau komersial.
2.4. KLASIFIKASI TRANSPLANTASI ORGAN
a. Autotransplantasi
Pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu
sendiri.
b. Homotransplantasi
Pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang
lain.
c. Heterotransplantasi
Pemindahan organ atau jaringan dari satu spesies ke spesies lain.
d. Autograft
Transplantasi jaringan untuk orang yang sama. Kadang-kadang hal ini
dilakukan dengan jaringan surplus, atau jaringan yang dapat memperbarui,
atau jaringan lebih sangat dibutuhkan di tempat lain (contoh termasuk kulit
grafts, ekstraksi vena untuk CABG, dll) Kadang-kadang autograft dilakukan
untuk mengangkat jaringan dan kemudian mengobatinya atau orang, sebelum

mengembalikannya (contoh termasuk batang autograft sel dan penyimpanan


darah sebelum operasi ).
e. Allograft
Allograft adalah suatu transplantasi organ atau jaringan antara dua nonidentik anggota genetis yang samaspesies. Sebagian besar jaringan manusia
dan organ transplantasi yang allografts. Karena perbedaan genetik antara
organ dan penerima, penerima sistem kekebalan tubuh akan mengidentifikasi
organ sebagai benda asing dan berusaha untuk menghancurkannya,
menyebabkan penolakan transplantasi.
f. Isograft
Sebuah subset dari allografts di mana organ atau jaringan yang di
transplantasikan dari donor ke penerima yang identik secara genetik (seperti
kembar identik ). Isografts dibedakan dari jenis lain transplantasi karena
sementara mereka secara anatomi identik dengan allografts, mereka tidak
memicu respon kekebalan.
g. Xenograft dan xenotransplantation
Transplantasi organ atau jaringan dari satu spesies yang lain. Sebuah
contoh adalah transplantasi katup jantung babi, yang cukup umum dan sukses.
Contoh lain adalah mencoba-primata (ikan primata non manusia)transplantasi Piscine dari pulau kecil (yaitu pankreas atau jaringan).
h. Transplantasi Split
Kadang-kadang organ almarhum donor, biasanya hati, dapat dibagi
antara dua penerima, terutama orang dewasa dan seorang anak.Ini bukan
biasanya sebuah pilihan yang diinginkan karena transplantasi organ secara
keseluruhan lebih berhasil.
i. Transplantasi Domino
Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan fibrosis kistik
karena kedua paru-paru perlu diganti dan itu adalah operasi lebih mudah
secara teknis untuk menggantikan jantung dan paru-paru pada waktu yang
sama. Sebagai jantung asli penerima biasanya sehat, dapat dipindahkan ke
orang lain yang membutuhkan transplantasi jantung. (parsudi,2007).

10

Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi,


yaitu :
1. Eksplantasi : Usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup
atau yang sudah meninggal
2. Implantasi : Usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut
kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan
tindakan transplantasi, yaitu :
1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang
hidup yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan
psikis, untuk hidup dengan kekurangan jaringan atau organ. (anonim,2006)
2. Adaptasi resipien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan
atau organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak
jaringan atau organ tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah
tidak dapat berfungsi lagi.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari
donor yang masih hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal
dimana meninggal sendiri didefinisikan kematian batang otak. Organ-organ
yang diambil dari donor hidup seperti : kulit, ginjal, sumsum tulang dan
darah (tranfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah
jantung, hati, ginjal, kornea, pankreas, paru-paru dan sel otak.
2.5. METODE TRANSPLANTASI ORGAN
Semakin berkembangnya ilmu tranplantasi modern, ditemukan metodemetode pencangkokan, seperti :
1. Pencangkokan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner oleh
Dr. George E. Green.
2. Pencangkokan jantung, dari jantung ke kepada manusia oleh Dr. Christian
Bernhard, walaupun resipiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.
3. Pencangkokan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita
Parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.
2.6. KATEGORI TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH
Transplantasi dapat dikategorikan menjadi tiga tipe, yaitu :

11

a.

Donor dalam keadaan hidup sehat. Dalam tipe ini diperlakukan seleksi yang
cermat dan harus diadakan general check up (pemeriksaan kesehatan yang
lengkap dan menyeluruh) baik terhadap donor, maupun terhadap resipien.
Hal ini dilakukan demi untuk menghindari kegagalan transplantasi.
Transplantasi organ dari donor hidup wajib memenuhi 3 persyaratan:
1. Resiko yang dihadapi oleh donor harus proporsional dengan manfaat
2.

yang didatangkan oleh tindakan tersebut atas diri penerima.


Pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius

3.

kesehatan donor atau fungsi tubuhnya.


Donor wajib memutuskan dengan penuh kesadaran dan bebas, dengan

mengetahui resiko yang mungkin terjadi


b. Donor dalam keadaan koma. Apabila donor dalam keadaan koma,atau diduga
kuat akan meninggal segera, maka dalam pengambilan organ tubuh donor
memerlukan alat kontrol dan penunjang kehidupan, misalnya bantuan alat
pernafasan khusus.
c. Donor dalam keadaan meninggal. Dalam tipe ini, organ tubuh yang akan
dicangkokkan diambil ketika donor sudah meninggal berdasarkan ketentuan
medis dan yuridis.
Dalam hal pengambilan organ dari jenazah dikenal ada 2 sistem yang
diberlakukan secara nasional, yaitu :
1) Sistem izin (toestemming system) : Sistem ini menyatakan bahwa
transplantasi baru dapat dilakukan jika ada persetujuan dari donor sebelum
pengambilan organ. Indonesia menganut sistem ini.
2) Sistem tidak berkeberatan (geen bezwaar system) : dalam sistem ini
transplantasi organ dapat dilakukan sejauh tidak ada penolakan dari pihak
donor. Tidak adanya penolakan dari donor, dalam sistem ini, ditafsirkan
sebagai donor tidak keberatan dilakukan pengambilan organ.
2.7. MASALAH ETIK DAN MORAL DALAM TRANSPLANTASI ORGAN
Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah donor
hidup, jenazah dan donor mati, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan
pelaksana lain, serta masyarakat. Hubungan pihak-pihak tersebut dengan masalah
etik dan moral dalam transplantasi akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini.

12

1) Donor Hidup
Adalah orang yang memberikan jaringan atau organnya kepada orang
lain (resipien). Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus
mengetahui dan mengerti resiko yang akan dihadapi, baik resiko di bidang
medis, pembedahan, maupun resiko untuk kehidupannya lebih lanjut sebagai
kekurangan jaringan atau organ yang telah dipindahkan. Disamping itu, untuk
menjadi donor, sesorang tidak boleh mengalami tekanan psikologis.
Hubungan psikis dan emosi harus sudah dipikirkan oleh donor hidup tersebut
untuk mencegah timbulnya masalah.
2) Jenazah atau donor mati
Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat
dengan sungguh-sungguh untuk memberikan jaringan atau organ tubuhnya
kepada yang memerlukan apabila ia telah meninggal kapan seorang donor itu
dapat dikatakan meninggal secara wajar, dan apabila sebelum meninggal,
donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan dari dokter yang merawatnya.
Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak
lain bahwa tim pelaksana transplantasi telah melakukan upaya mempercepat
kematian

seseorang

hanya

untuk

mengejar

organ

yang

akan

ditransplantasikan.
3) Keluarga donor dan ahli waris
Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk
menciptakan saling pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin
ataupun tekanan psikis dan emosi di kemudian hari.Dari keluarga resipien
sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan kepada donor dan keluarganya
dengan tulus.Alangkah baiknya apabila dibuat suatu ketentuan untuk
mencegah timbulnya rasa tidak puas kedua belah pihak.
4) Resipien
Adalah orang yang menerima jaringan atau organ dari orang lain. Pada
dasarnya, seorang penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan
yang dapat memperpanjang hidup atau meringankan penderitaannya. Seorang
resipien harus benar-benar mengerti semua hal yang dijelaskan oleh tim

13

pelaksana transplantasi. Melalui tindakan transplantasi diharapkan dapat


memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resipien. Akan tetapi, ia harus
menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada kemungkinan gagal.
5) Dokter dan tenaga pelaksana lain
Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat
parsetujuan dari donor, resepien, maupun keluarga kedua belah pihak. Iawajib
menerangkan hal-hal yang mungkin akan terjadi setelah dilakukan
transplantasi sehingga gangguan psikologis dan emosi di kemudian hari dapat
dihindarkan. Tanggung jawab tim pelaksana adalah menolong pasien dan
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikian,
dalam melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh
pertimbangan-pertimbangan kepentingan pribadi.
6) Masyarakat
Secara tidak langsung masyarakat turut menentukan perkembangan
transplantasi. Kerjasama tim pelaksana dengan para cendekiawan, pemuka
masyarakat, atau pemuka agama diperlukan untuk mendidik masyarakat agar
lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha transplantasi. Dengan adanya
pengertian ini kemungkinan penyediaan organ yang segera diperlukan, atas
tujuan luhur, akan dapat diperoleh.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. PANDANGAN AGAMA ISLAM TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN
Menurut Syariat Islam

14

Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ


dan donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum
tersebut, yaitu :
1. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup
Dalam syariat islam seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya
mendonorkan sebuah organ tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang
membutuhkan organ yang disumbangkan itu, seperti ginjal. Akan tetapi
mendonorkan organ tunggal yang dapat mengakibatkan kematian si
pendonor, seperti mendonorkan jantung, hati dan otaknya. Maka hukumnya
tidak diperbolehkan, berdasarkan firman Allah SWT dalam Al Quran surat
Al Baqarah ayat 195

dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan
An Nisa ayat 29

dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri
Al Maidah ayat 2



dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan dalam hal ini Allah SWT telah membolehkan memberikan
maaf dalam masalah qishash dan berbagai diyat. Allah SWT berfirman :



Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf
dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan
dari Tuhan kalian dan suatu rahmat. (QS. Al Baqarah : 178) .
2. Hukum Transplantasi Dari Donor Yang Telah Meninggal

15

Sebelum kita mempergunakan organ tubuh orang yang telah


meninggal, kita harus mendapatkan kejelasan hukum transplantasi organ dari
donor tersebut. Adapun beberapa hukum yang harus kita tahu, yaitu :
1. Dilakukan setelah memastikan bahwa si penyumbang

ingin

menyumbangkan organnya setelah dia meninggal. Bisa dilakukan melalui


surat wasiat atau menandatangani kartu donor atau yang lainnya.
2. Jika terdapat kasus si penyumbang organ belum memberikan persetujuan
terlebih dahulu tentang menyumbangkan organnya ketika dia meninggal
maka persetujuan bisa dilimpahkan kepada pihak keluarga penyumbang
terdekat yang dalam posisi dapat membuat keputusan atas penyumbang.
3. Organ atau jaringan yang akan disumbangkan haruslah organ atau jaringan
yang ditentukan dapat menyelamatkan atau mempertahankan kualitas
hidup manusia lainnya.
4. Organ yang akan disumbangkan harus dipindahkan setelah dipastikan secara
prosedur medis bahwa si penyumbang organ telah meninggal dunia.
5. Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban kecelakaan lalu
lintas yang identitasnya tidak diketahui tapi hal itu harus dilakukan
dengan seizin hakim.
3. Keadaan Darurat
Setelelah kita tinjau transplantasi organ dari Ilmu Fiqih, sekarang kita
akan membahas mengenai bagian bagian tubuh yang halal dan haram
apabila didonorkan, sehingga kita sebagai seorang perawat dapat mengetahui
organ organ apa saja yang di halalkan untuk didonorkan. Adapun ketentuan
mengenai halal dan haram mendonorkan organ tubuh, yaitu :
I.
Donor anggota tubuh yang bisa pulih kembali .
Diantara bagian tubuh yang dapat tumbuh kembali apabila di
donorkan adalah darah, yang lebih dikenal sebagai donor darah.
Sejarah pertama kali diperkenalkan adanya donor darah, yaitu di
Prancis pada tahun 1667 M. Pada waktu itu donor darah berasal dari
hewan dan dipindahkan ke manusia, tetapi pendonoran darah ini
mengakibatkan manusia tersebut meninggal. Kemudian dilakukan

16

percobaan sekali lagi di Inggris, tetapi kali ini diambilkan dari darah
manusia lainnya yaitu pada tahun 1918 M dan akhirnya berhasil.
Adapun pelaksanaan donor darah ini disebabkan karena pasien
kekurangan atau kehabisan darah seperti ketika terjadi kecelakaan lalu
lintas, kebakaran pada anggota tubuh, akibat persalinan setelah
melahirkan anak, masalah pada ginjal yang menyebabkan gagal ginjal,
atau kanker darah dan lain-lainnya.
Dari situ bisa disimpulkan bahwa donor darah hukumnya boleh
selama hal itu sangat darurat dan dibutuhkan. ( Fatawa Kibar Ulama
Ummah, hal. 939 ) Adapun dalil-dalilnya adalah sebagai berikut :
Firman Allah swt :



Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.
" ( Qs Al Maidah : 32 )
Dalam ayat ini, Allah SWT memuji setiap orang yang
memelihara kehidupan manusia, maka dalam hal ini, para pendonor
darah dan dokter yang menangani pasien adalah orang-orang yang
mendapatkan pujian dari Allah SWT, karena memelihara kehidupan
seorang pasien, atau menjadi sebab hidupnya pasien dengan ijin Allah
SWT.
Firman Allah SWT :




" Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut
(nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
II.

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. "( Qs Al Baqarah : 173 )


Donor anggota tubuh yang bisa menyebabkan kematian.

17

Dalam transplantasi organ ada beberapa organ yang akan


menyebabkan kematian seseorang, seperti : limpa, jantung, ginjal ,
otak, dan sebagainya. Maka mendonorkan organ-organ tubuh tersebut
kepada orang lain hukumnya haram karena termasuk dalam katagori
bunuh diri. Dan ini bertentangan dengan firman Allah SWT :

" dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan. " (Qs Al Baqarah : 195)
Juga dengan firman Allah SWT :

" Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri , sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu. ( Qs An Nisa : 29 )
III.

Donor anggota tubuh yang tunggal .


Organ-organ tubuh manusia ada yang tunggal dan ada yang ganda
( berpasangan ). Adapun yang tunggal, diantaranya adalah : mulut, pankreas,
buah pelir dan lainnya. Ataupun yang aslinya ganda ( berpasangan ) karena
salah satu sudah rusak atau tidak berfungsi sehingga menjadi tunggal, seperti :
mata yang tinggal satu. Mendonorkan organ-organ seperti ini hukumnya
haram, walaupun hal itu kadang tidak menyebabkan kematian. Karena,
masalah kesehatan yang ingin dicapai oleh pasien tidak kalah besarnya dengan
masalah kesehatan yang ingin dicapai pendonor. Bedanya jika organ tubuh tadi
tidak didonorkan, maka masalah kesehatannya akan lebih banyak, dibanding

IV.

kalau dia mendonorkan kepada orang lain.


Donor anggota tubuh yang ada pasangannya.
Sebagaimana yang telah diterangkan di atas, bahwa sebagian organ
tubuh manusia ada yang berpasangan, seperti : ginjal, mata, tangan, kaki,
telinga dan sebagainya. Untuk melihat hukum donor organ-organ tubuh seperti
ini, maka harus diperinci terlebih dahulu :
Jika donor salah satu organ tubuh tersebut tidak membahayakan
pendonor dan kemungkinan besar donor tersebut bisa menyelamatkan pasien,

18

maka hukumnya boleh, seperti seseorang yang mendonorkan salah satu


ginjalnya. Alasannya, bahwa seseorang masih bisa hidup, bahkan bisa
beraktifitas sehari-hari sebagaimana biasanya hanya menggunakan satu ginjal
saja. Hanya saja pemindahan ginjal dari pendonor ke pasien tersebut jangan
sampai membahayakan pendonor itu sendiri.
Berkata Syekh Bin Baz rahimaullahu - Mufti Saudi Arabia ( Fatawa
Kibar Ulama Ummah, hal. 941) :
" Tidak apa-apa mendonorkan ginjal, jika memang sangat dibutuhkan,
karena para dokter telah menyatakan bahwa hal tersebut tidak berbahaya
baginya, dan dalam sisi lain, bisa bermanfaat bagi pasien yang
membutuhkannya.
Pendonornya Insya Allah akan mendapatkan pahala dari Allah SWT
karena perbuatan ini termasuk berbuatan baik dan menolong orang lain agar
terselamatkan jiwanya, Sebagaimana firman Allah :

" dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berbuat baik " ( Qs Al Baqarah : 192 )
Dan Rasulullah SAW sendiri bersabda :
" Dan Allah akan selalu membantu hamba-Nya selama hamba tersebut
membantu saudaranya " ( HR Muslim no 2699 ) .
Sebaliknya jika donor salah satu organ tubuh yang ada pasangannya
tersebut membahayakan atau paling tidak membuat kehidupan pendonor
menjadi sengsara, maka donor anggota tubuh tersebut tidak diperbolehkan,
apalagi jika tidak membawa banyak manfaat bagi pasien penerima donor,
seperti halnya dalam pendonoran jantung.
Apabila transplantasi organ tubuh diperbolehkan, lalu bagaimana
apabila organ tubuh tersebut dipakai oleh resipien melakukan tindakan dosa
atau tindakan yang berpahala? Dengan kata lain, apakah pemilik organ tubuh
asal akan mendapat pahala, jika organ tubuh tersebut dipakai repisien untuk
melakukan perbuatan yang baik. Sebaliknya, apakah pendonor akan mendapat
dosa apabila organ tubuh tersebut dipakai repisien melakukan dosa?

19

Pendonor tidak akan mendapat pahala dan dosa akibat perbuatan


repisien, berdasarkn dalil-dalil berikut ini:
1.

Firman Allah:
Artinya:Dan sesungguhnya, tidaklah bagi manusia itu kecuali
berdasarkan perbuatannya. Dan perbuatannya itu akan dilihat.
Kemudian akan dibalas dengan balasan yang sempurna.
2. Firman Allah:
Artinya:Tidaklah seseorang disiksa karena dosa orang lain.
3. Hadis Rasullulah
Artinya:Apabila seseorang meninggal, maka terputuslah semua
amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang
berguna dan anak yang shaleh yang mendoakan kepadanya.
Adapun masalah transplantasi menggunakan organ hewan hal ini boleh
saja asalkan hewan/binatang itu tidak najis/halal, seperti hewan ternak
(sapi, kambing,kerbau dan unta) dan hal itu termasuk dalam kategori obat
yang mana kita diperintahkan Nabi untuk mencarinya bagi yang sakit.
Laiagi halnya kalau hewan/binatang itu najis/ haram seperti, babi atau
bangkai binatang dikarenakan mati tanpa disembelih secara islami terlebih
dahulu. Dalam hal ini tidak dibolehkan kecuali dalam kondisi yang benarbenar gawat darurat dan tidak ada pilihan (alternatif organ) lain. (lihat; QS
Al Baqarah:173, Al Maidah:3, Majma' Annahr : II/535, An-Nawawi dalam
Al-Majmu' : III/138).
Diriwayatkan dalam kitab sahih bahwa Rasulullah saw. pernah
melewati

bangkai

seekor

kambing,

lalu

para

sahabat

berkata,

"Sesungguhnya itu bangkai kambing milik bekas budak Maimunah." Lalu


beliau bersabda: "Mengapa tidak kamu ambil kulitnya lalu kamu samak,
lantas kamu manfaatkan?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya itu adalah
bangkai." Beliau bersabda, "Sesungguhnya yang diharamkan itu hanyalah
memakannya."
Mendonorkan organ tubuh itu seperti menyedekahkan harta. Hal ini
boleh dilakukan terhadap orang muslim dan nonmuslim, tetapi tidak boleh

20

diberikan kepada orang kafir harbi yang memerangi kaum muslim.


Misalnya, orang kafir yang memerangi kaum muslim lewat perang pikiran
dan yang berusaha merusak Islam.
Demikian pula tidak diperbolehkan mendonorkan organ tubuh kepada
orang murtad yang keluar dari Islam secara terang-terangan. Karena
menurut pandangan Islam, orang murtad berarti telah mengkhianati agama
dan umatnya sehingga ia berhak dihukum bunuh.
Apabila ada dua orang yang membutuhkan bantuan donor, yang satu
muslim dan satunya lagi nonmuslim, maka yang muslim itulah yang harus
diutamakan. Allah berfirman:



"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian Yang lain ..." (AtTaubah: 71)
Apabila si muslim itu kerabat atau tetangga si donor, maka dia lebih
utama daripada yang lain, karena tetangga punya hak yang kuat dan
kerabat punya hak yang lebih kuat lagi, sebagaimana firman Allah:



"... Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat

itu

sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan


kerabat) di dalam kitab Allah ..." (Al-Anfal: 75)
Adapun mencangkokkan organ tubuh orang nonmuslim kepada orang
muslim tidak terlarang, karena organ tubuh manusia tidak diidentifikasi
sebagai Islam atau kafir, ia hanya merupakan alat bagi manusia yang
dipergunakannya sesuai dengan akidah dan pandangan hidupnya.
Apabila suatu organ tubuh dipindahkan dari orang kafir kepada orang
muslim, maka ia menjadi bagian dari wujud si muslim itu dan menjadi alat
baginya

untuk

menjalankan

misi

hidupnya,

sebagaimana

yang

diperintahkan Allah Ta'ala. Hal ini sama dengan orang muslim yang
mengambil senjata orang kafir dan mempergunakannya untuk berperang fi
sabilillah. Bahkan bahwa organ-organ di dalam tubuh orang kafir itu
adalah muslim (tunduk dan menyerah kepada Allah), selalu bertasbih dan

21

bersujud kepada Allah SWT, sesuai dengan pemahaman yang ditangkap


dari Al-Qur'an bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi itu
bersujud menyucikan Allah Ta'ala, hanya saja kita tidak mengerti cara
mereka bertasbih.
3.2. TRANSPLANTASI ORGAN DARI SEGI ETIKA KEPERAWATAN
Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi
suatu hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik
keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat
dengan teman sejawat. Pokok etik tersebut berbunyi Perawat bertindak
melindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal. Seorang perawat dalam
menjalankan profesinya juga diwajibkan untuk tetap mengingat tentang prinsipprinsip etik, antara lain :
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respect terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri.Praktik profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.Jika dikaitkan dengan kasus transplantasi organ maka hal yang
menjadi pertimbangan adalah seseorang melakukan transplantasi tersebut
tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan tentu saja pasien diyakinkan
bahwa

keputusan

yang

diambilnya

dipertimbangkan secara matang.


b. Berbuat baik (Beneficience)

adalah

keputusan

yang

telah

22

Beneficience berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,


memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Adil terhadap orang lain dan menjunjung prinsip-prinsip moral, legal
dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus
diupayakan semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak
menimbulkan bahaya/cidera fisik dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif, dan
objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,
dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argumen yang menyatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa doctors knows best
sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam
f.

membangun hubungan saling percaya.


Menepati janji (Fidelity)

23

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan


komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban

seseorang

untuk

mempertahankan

komitmen

yang

dibuatnya.Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik


yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar bahwa
dalam memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai
pertimbangan yang matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil
bagi pihak pendonor maupun resipien, tidak merugikan pihak manapun serta
berorientasi pada kemanusiaan.
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar
nilai-nilai dalam praktek perawat professional.Sebagai contoh nilai tersebut
adalah, keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika
seorang perawat menjunjung tinggi nilai tersebut dalam praktiknya, niscaya
seorang perawat tidak akan

mudah membantu melaksanakan praktek

transplantasi organ hanya dengan motivasi komersiil.


3.3. PERATURAN

PERUNDANG

UNDANGAN

DAN

ETIKA

TRANPLANTASI ORGAN
a. Aspek Hukum Transplantasi Organ
Dari segi hukum, transplantasi organ, jaringan dan sel tubuh dipandang
sebagai

suatu

hal

yang

mulia

dalam

upaya

menyehatkan

dan

mensejahterakan manusia, walaupun ini adalah suatu perbuatan yang


melawan hukum pidana yaitu tindak pidana penganiayaan, tetapi mendapat
pengecualian hukuman, maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam pidana,
dan dapat dibenarkan.
Peraturan transplantasi organ termuat dalam :
1. Pasal 33 dan 34 UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
a) Pasal 33

24

1)

Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat


dilakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, transfusi
darah , implant obat dan atau alat kesehatan, serta bedah pastik dan

rekonstruksi.
2) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan
kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial.
b) Pasal 34
1) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
2)

untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.


Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor
harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada

3)

persetujuan ahli waris atau keluarganya.


Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan
transplantasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

3. PP No. 18 Tahun 1981


Dalam PP No.18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah mayat
anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia tercantum
pasal tentang transplantasi sebagai berikut:
Pasal 1 :
a) Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang
dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal
b)

(fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.


Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal

c)

(fungsi) yang sama dan tertentu.


Transplantasi adalah rangkaian

tindakan

kedokteran

untuk

pemindahan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari
tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat
dan atau jaringan tubuh ynag tidak berfungsi dengan baik.

25

d)

Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan

e)

tubuhnya kepada orang lain untuk keperluan kesehatan.


Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli
kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan, dan atau
denyut jantung seseorang telah berhenti. Ayat yang mengenai definisi
meninggal dunia kurang jelas, maka IDI dalam seminar nasionalnya
mencetuskan fatwa tentang masalah mati yaitu bahwa seseorang
dikatakan mati bila fungsi spontan pernafasan dan jantung telah
berhenti secara pasti atau irreversible,atau terbukti telah terjadi
kematian batang otak.
Tujuan pengaturan :
Melarang transplantasi untuk tujuan komersial
Transplantasi bukanlah suatu obyek yang dapat diperjualbelikan

dalam mencari keuntungan.


Tindakan transplantasi adalah suatu usaha mulia yang bertujuan

menolong sesama manusia untuk mengurangi penderitaannya.


f. Aspek Etis Transplantasi Organ
Pasal - pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981, pada
hakekatnya telah mencakup aspek etik, mengenai larangan memperjual
belikan alat atau jaringan tubuh untuk tujuan transplantasi atau meminta
kompensasi material.
Yang perlu diperhatikan dalam tindakan transplantasi adalah penentuan
saat mati seseorang akan diambil organnya, yang dilakukan oleh dua
orang doter yang tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang
melakukan transplantasi, ini erat kaitannya dengan keberhasilan
transplantasi, karena bertambah segar organ tersebut bertambah baik
hasilnya tetapi jangan sampai terjadi penyimpangan karena pasien yang
akan diambil organnya harus benar-benar meninggal dan penentuan saat
meninggal dilakukan dengan pemeriksaan elektroensefalografi dan
dinyatakan meninggal jika terdapat kematian batang otak dan sudah pasti

26

tidak terjadi pernafasan dan denyut jantung secara spontan. Pemeriksaan


dilakukan oleh para dokter lain bukan dokter transplantasi agar hasilnya
lebih objektif.
g. Tenaga Kesehatan Yang Berwenang
Di Indonesia transplantasi hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kewenangan, yang melakukannya atas dasar adanya
persetujuan dari donor maupun ahli warisnya (pasal 34 ayat 1 UU No.
23/1992). Karena transplantasi organ merupakan tindakan medis, maka
yang berwenang melakukannya adalah dokter. Dalam UU ini sama sekali
tidak dijelaskan kualifikasi dokter apa saja yang berwenang. Dengan
demikian, penentuan siapa saja yang berwenang agaknya diserahkan
kepada profesi medis sendiri untuk menentukannya.
Secara logika, transplantasi organ dalam pelaksanaannya akan
melibatkan banyak dokter dari berbagai bidang kedokteran seperti bedah,
anestesi, penyakit dalam, dll sesuai dengan jenis transplantasi organ yang
akan dilakukan. Dokter yang melakukan transplantasi adalah dokter yang
bekerja di RS yang ditunjuk oleh Menkes (pasal 11 ayat 1 PP
18/1981).Untuk menghindari adanya konflik kepentingan, maka dokter
yang melakukan transplantasi tidak boleh dokter yang mengobati pasien
(pasal 11 ayat 2 PP 18/1981)
h. Syarat Pelaksanaan Transplantasi
Pada transplantasi organ yang melibatkan donor organ hidup,
pengambilan organ dari donor harus memperhatikan kesehatan donor yang
bersangkutan. Pengambilan organ baru dapat dilakukan jika donor telah
diberitahu tentang resiko operasi, dan atas dasar pemahaman yang benar
tadi donor dan ahli waris atau keluarganya secara sukarela menyatakan
persetujuannya (pasal 32 ayat 2 UU No. 23/1992)
Syarat dilaksanakannya transplantasi adalah:
2) Keamanan

27

Tindakan operasi harus aman bagi donor maupun penerima


organ.Secara umum keamanan tergantung dari keahlian tenaga
kesehatan, kelengkapan sarana dan alat kesehatan.
3) Voluntarisme
Transplantasi dari donor hidup maupun mati hanya bisa
dilakukan jika telah ada persetujuan dari donor dan ahli waris atau
keluarganya (pasal 34 ayat 2 UU No. 23/1992).Sebelum meminta
persetujuan dari donor dan ahli waris atau keluarganya, dokter wajib
memberitahu resiko tindakan transplantasi tersebut kepada donor
(pasal 15 PP 18/1981).
i. Larangan dan Sanksi Hukum
Pelanggaran terbanyak atas aturan internasional adalah jual beli organ
dalam rangka transplantasi organ. Jual beli organ terjadi akibat tidak
seimbangnya kebutuhan (need) dan penawaran (demand) organ untuk
keperluan transplantasi. Dalam kaitan dengan isu ini, China dianggap sebagai
negara pelanggar terbesar. Sejak beberapa dekade terakhir, transplantasi organ
merupakan penyumbang devisa negara China yang amat besar. Besarnya
suplay organ, yang kebanyakan diperoleh dari narapidana tereksekusi,
menyebabkan banyak orang berbondong-bondong mencari organ di China.
Pencarian organ yang bisa memakan waktu belasan tahun di negara lain, dapat
diperoleh di China hanya dalam waktu beberapa minggu. Banyaknya suplay,
tingginya ketrampilan dokter dan harganya yang relatif terjangkau membuat
China menjadi tujuan pertama pasien-pasien yang memerlukan donor organ.
Ada kecurigaan, sejak tahun 2001 China telah melakukan pelanggaran Hak
Asasi Manusia karena telah mengeksekusi secara sengaja para pengikut Falun
Gong yang dipenjara, untuk diambil organ tubuhnya. Organ-organ ini lalu
dijual kepada pasien yang membutuhkan dengan mengambil keuntungan
besar (laporan David Kilgour dan David Matas, 2007). Dalam beberapa tahun
terakhir transplantasi ginjal di China mencapai 41.500 kasus.
Dalam hukum di Indonesia, pada prinsipnya ada beberapa larangan :
1. Larangan komersialisasi organ atau jaringan tubuh

28

Pasal 16 PP 18/1981 menyatakan bahwa donor dilarang menerima

imbalan material dalam bentuk apapun.


Pasal 80 ayat 3 UU No 23/1992 menyatakan bahwa barangsiapa
dengan sengaja melakukan perbuatan dengan tujuan komersial
dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh atau jaringan tubuh
atau tranfusi darah dipidana dengan pidana penjara paling lama 15

tahun dan pidana denda paling banyak 300 juta rupiah.


2. Larangan pengiriman dan penerimaan organ jaringan dari dan keluar
negeri (pasal 19 PP No. 18/1981).

BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Kemajuan teknologi dibidang kedokteran memungkinkan terjadinya
transplantasi organ tubuh manusia. Transplantasi organ merupakan suatu proses
pemindahan atau pencangkokan sel, jaringan maupun organ tubuh dari seseorang
yang sehat ke orang yang sakit dengan tujuan untuk memperbaiki jaringan atau
organ tubuh yang mengalami gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Hal ini
sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia karena dengan transplantasi
organ-organ tubuh manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi lagi dengan
normal dapat digantikan dengan organ yang masih berfungsi dengan baik. Orang
yang bisa melakukan transplantasi organ bisa dari orang yang telah meninggal
dunia ke orang yang masih hidup serta dari orang yang hidup ke orang lain.
Sebelum melakukan transplantasi organ harus ada persetujuan dari keluarga orang
tersebut atau pribadi orang tersebut.

Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri

banyaknya masalah yang muncul akibat kemajuan teknologi ini seperti yang telah

29

dijelaskan sebelumnya.Transplantasi boleh saja dilakukan dengan melaksanakan


ketentuan-ketentuan berupa hukum kesehatan dan etika kedokteran yang berlaku
di Indonesia.Tenaga kesehatan berperan penting dalam masalah ini. Oleh sebab
itu, setiap pihak yang memiliki kewenangan tersebut hendaknya memperhatikan
tujuan dari transplantasi organ dengan pertimbangan yang matang dan bukan
karena kepentingan material semata. Dengan memperhatikan hukum kesehatan
dan etika yang berlaku maka usaha mulia untuk menolong pasien yang memiliki
masalah dengan salah satu organ tubuhnya dapat terlaksana.

4.2. SARAN
Saran bagi Pendonor
1) Orang-orang yang ingin menyumbangkan salah satu organ tubuhnya adalah
orang yang dalam keadaan sehat atau aman dan bukan karena desakan
komersiil semata.
2) Harus ada persetujuan dari keluarga pasien.
3) Selain itu, para penjual organ juga harus menyadari kalau menjual organ
tubuh

kita

sendiri

dapat

membahayakan

kesehatan

bahkan

dapat

menyebabkan kematian
Saran bagi Tenaga Kesehatan
1) Sebelum melakukan tindakan, perawat wajib menjelaskan akibat-akibat,
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan cara operasi.
2) Perawat wajib bersikap tulus, ikhlas dan penuh tanggung jawab.
3) Perawat harus menggunakan segala ilmu dan keterampilan untuk kepentingan
pasien.
4) Sebaiknya para dokter dan juga paramedis tidak menyalahgunakan dan wajib
berhati hati dalam mengaplikasikan keahliannya dalam transplantasi organ
terutama untuk tujuan - tujuan komersial semata, seperti jual-beli organ
illegal.

30

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Organ Transplant.Accessed. Available at :
http://www.en.wikipedia.com
Keperawatan

Religon

transplantasi

organ.

2009.

Available

at

http://keperawatanreligionmira.wordpress.com/2013/05/09.html
Potter and Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Suprapti, S.R. 2009. Etika Kedokteran Indonesia.Transplantasi. Edisi 2. Jakarta : Bina
Pustaka
Teresa,L.2012. Nilai Etika Transplantasi Organ. Accessed. Available at :
http://www.maranatha.com.transplantasi
Triana, N. Menengok Transplantasi Organ di China.Accessed. Available at :
http://www.jurnalnasional.com

Anda mungkin juga menyukai