Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK DENGAN TUMBUH KEMBANG, APLIKASI


PERAWATAN, SERTA TERAPI BERMAIN YANG SESUAI DENGAN ANAK

Disusun oleh :

Ade Candra
Devi Anggarini
Vera Siska Rahmita

STIKES WIDYA HUSADA


TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul KEPERAWATAN ANAK DENGAN TUMBUH
KEMBANG, APLIKASI PERAWATAN, SERTA TERAPI BERMAIN YANG SESUAI DENGAN
ANAK.

Ini dengan penuh tanggung jawab. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada Dosen bidang studi Keperawatan anak karena atas bimbingan yang telah
beliau berikan, makalah ini dapat diselesaikan. Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih
kepada teman - teman yang sudah memberikan dorongan dan semangat kepada kami.
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini belum sempurna, tetapi kami benar - benar
mengharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembacanya oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang benar - benar
menginginkan peningkatan yang lebih baik bagi makalah ini.

Daftar Isi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
2

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3


BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 4
12 Rumusan masalah...................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 5

BAB II : TINJAUAN TEORI


1.4. Definisi tumbuh dan kembang anak usia pra sekolah..................................... 6
1.5. Menjelaskan ciri-ciri tumbuh kembang.......................................................... 6

1.6. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak usia pra sekolah.......... 7
1.7. Menjelaskan aplikasi konsep tumbuh kembang dalam keperawatan........... 7
1.8. Menjelaskan perawatan kesehatan usia pra sekolah..................................... 15
1.9. Terapi bermain untuk anak usia pra sekolah................................................ 18
BAB III : PENUTUP
Kesimpulan dan saran.................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
3

1.1

Latar Belakang
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi
sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak
bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan usianya. 7 Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa
balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan
sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi
antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial
diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan.4 Pada
usia Toddler dan prasekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan.
Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Pada anak usia
toddler, seorang anak dapat sangat senang, sibuk, bahkan gusar. Psikososialnya
berkembang pesat, sedangkan pertumbuhan fisiknya melambat. Anak usia pra sekolah
merupakan periode ajaib mendapatkan pengalaman dari aktivitas dan rasa ingin tahu,
sehingga membutuhkan perhatian orang tua yang besar.8,13 Pada referat ini, akan
dibahas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak sejak usia 1 tahun sampai 5
tahun atau usia Toddler dan anak usia prasekolah. Referat ini dibuat bertujuan supaya
para pembaca mengetahui, mengenali dan memahami tumbuh kembang anak yang
normal sejak usia 1 tahun sampai 5 tahun yang dapat diaplikasikan dalam praktek
sehari-hari.

1.2

Rumusan Masalah
Permasalahan yang kami angakt dalam makalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada pielonefritis.

1.3

Tujuan Penulisan
4

1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk memberi informasi tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak usia pra sekolah. Dari mulai tumbuh kembang seperti pada usia
balita karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan yang
menentukkan perkembangan anak selanjutnya, pada massa ini pula kita dapat
mengetahui perkembangan berbahasa, kreativitas, kesadarn social, maupun kesadaran
emosional.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dibuatnya makalah ini agar mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
1. Definisi pertumbuhan dan perkembang anak usia pra sekolah
2. Menjelaskan ciri-ciri tumbuh kembang
3. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak usia pra sekolah
4. Menjelaskan perkembangan Fisik
5. Menjelaskan perkembangan Kognitif
6. Menjelaskan perkembangan emosi dan sosial
7. Menjelaskan aplikasi konsep tumbuh kembang dalam keperawatan
8. Menjelaskan perawatan kesehatan usia pra sekolah
9. Terapi bermain untuk anak usia pra sekolah

BAB II
TINJAUAN TEORI

1.4

Pengertian
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda,
tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan
perkembangan per definisi adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun induvidu, yang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter).
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
pematangan. Menyangkut perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya.
Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda, namun
keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara bersamaan. Pertambahan ukuran
fisik akan disertai dengan pertambahan kemampuan anak.
a.Masa Pra sekolah akhir (3-5 tahun)
Pada masa ini, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Pertumbuhan fisik relatif
pelan, naik turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri. Demikian pula halnya dengan
berdiri satu kaki secara bergantian atau melompat. Anak mulai berkembang superegonya
(suara hati), yaitu merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru.
Menurut teori Erikson, pada usia tersebut anak berada pada fase inisiatif dan rasa
bersalah. Pada masa ini, anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya
imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya
yang tidak diketahuinya. Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada
fase phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan lakilaki. Anak juga mengidentifikasikan figus atau perilaku orang tua sehingga mempunyai
kecenderungan meniru tingkah laku orang dewasa di sekitarnya. Anak juga mulai
mengenal cita-cita, belajar menggambar, menulis mengenal angka serta bentuk/warna
benda.

1.5

Faktor-faktor yang mempengaruhi


pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Soetjiningsih (1995) dan Suryanah (1996)
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain:

1) Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Anak dapat mewarisi sifat tertentu.
2). Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan.
Faktor lingkungan dibagi menjadi 2:
2) Faktor pranatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan.
Misalnya: gizi ibu pada waktu hamil, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, dan
stres.
3) Faktor post-natal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir. Secara
umum dapat digolongkan menjadi:
1. Lingkungan biologis, antara lain: Ras/suku bangsa, Jenis kelamin, umur, gizi,
perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi metabolisme dan hormon.
2. Faktor fisik, antara lain: cuaca/musim, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi.
3. Faktor psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, kelompok sebaya, kasih
sayang dan kualitas interaksi anak-orang tua.
4. Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: pekerjaaan, pendidikan, jumlah saudara,
adat istiadat, norma dan agama.
1.6

Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak Usia Pra Sekolah


Snowman dalam Patmonodewo (1995) menemukan ciri-ciri anak
prasekolah atau TK, diantaranya:
1.Ciri-ciri fisik
Anak prasekolah mempergunakan ketrampilan gerak dasar (berlari, berjalan, memanjat,
melompat, dan sebagainya) sebagai bagian dari permainan mereka. Mereka masih sangat
aktif, tetapi lebih bertujuan dan tidak terlalu mementingkan untuk bisa beraktivitas
sendiri.
2.Ciri sosial
Pada umumnya anak dalam tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini
cepat berganti. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu teroganisir
secara baik, tetapi mereka mampu berkomunikasi lebih baik dengan anak lain. Anak
lebih menikmati permainan situasi kehidupan nyata, dan dapat bermain bersama dengan
saling memberi serta menerima arahan. Perasaan empati dan simpati terhadap teman
7

juga berkembang, mampu berbagi dan bergiliran dengan inisiatif mereka sendiri, anak
menjadi lebih sosialis.
3.Ciri emosional
Anak terdorong mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah
sering diperlihatkan dan iri hati pada anak prasekolah sering terjadi. Mereka seringkali
memperebutkan perhatian guru dan berebutan makanan atau mainannya.
4.Ciri kognitif
Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian besar dari mereka
senang berbicara dan sebagian lagi menjadi pendengar yang baik. Kompetensi anak
perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, 16 kesempatan, mengagumi dan kasih
sayang. Anak mampu menangani secara lebih efektif dengan ide-idenya melalui bahasa,
dan mulai mampu mendeskripsikan konsep-konsep yang lebih abstrak. Mereka
menyesuaikan dan mengubah konsep secara konstan. Contoh, konsep mereka mengenai
waktu menjadi semakin luas. Mereka bisa memahami hari, minggu, bahkan bulan (Seri
Ayahbunda, 2001). Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah, jadi
berarti bukan atau belum merupakan pendidikan sekolah itu sendiri.
Berdasarkan ulasan para ahli tentang perkembangan anak yang sangat pesat pada usia
sebelum memasuki sekolah dasar dan pernyataan tentang pentingnya lingkungan bagi
perkembangan otak anak, maka kita harus mulai memikirkan secara serius untuk
menyelamatkan generasi yang akan datang dengan memberikan pelayanan pendidikan
sebaik-baiknya bagi anak sebelum masuk sekolah dasar. Taman kanak-kanak (TK)
adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan
dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar, hal ini sesuai dengan
peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah. Menurut
Patmonodewo
(1995) Program prasekolah di Indonesia dibedakan menjadi beberapa kelompok,
diantaranya program tempat penitipan anak (3 tahun-5 tahun), kelompok bermain (usia 3
tahun) dan pada usia 4 sampai 6 tahun biasanya mengikuti program Taman KanakKanak (TK). Bimbingan di Taman Kanak-Kanak bukanlah memecahkan melainkan
mendorong murid-murid agar dapat melindungi dirinya sendiri dari masalah-masalah
anak, menghadapi dan memecahkan masalahnya sendiri atas bantuan guru (Kartono,
1985).
C.Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah (TK)
1.Pengertian kemampuan sosialisasi anak prasekolah
8

Sosialisasi menurut Suean Robinson Ambron (Yusuf , 2004) adalah proses belajar yang
membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi
anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Sosialisasi adalah proses yang
digunakan anak untuk mempelajari standar, nilai, perilaku yang diharapkan untuk kultur
atau masyarakat mereka (Mussen, dkk, 1994). Menurut Chaplin (2002) kemampuan
merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil atau praktek.
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia kemampuan berarti kesanggupan,
kecakapan atau kekuatan. Usia anak prasekolah berlangsung antara usia 4 (empat)
sampai 6 (enam) tahun, pada masa ini perkembangan sosial anak sudah tampak jelas
karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Perkembangan
sosial anak dipengaruhi oleh keluarga, teman bermain dan sekolah. Lingkungan pertama
dan utama dikenal sejak lahir yaitu keluarga. Ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya
merupakan lingkungan sosial yang secara langsung berhubungan dengan individu.
Pengaruh sosialisasi
yang berasal dari keluarga besar perannya bagi perkembangan dan pembentukan
kepribadian individu. Kebiasaan yang ditanamkan keluarga baik itu positif maupun
negatif secara tidak langsung akan terbentuk didalam kepribadian anak. Kemampuan
sosialisasi menjadi suatu aspek penting dalam perkembangan anak. Kematangan
penyesuaian sosial anak akan sangat terbantu apabila anak dimasukkan ke Taman
Kanak-Kanak, karena Taman Kanak-Kanak (Prasekolah) sebagai jembatan bergaul
merupakan tempat yang memberikan peluang kepada anak untuk memperluas pergaulan
sosialnya, dan mentaati peraturan (Yusuf, 2004). Masa Taman Kanak-Kanak juga
merupakan masa peralihan dari lingkungan keluarga kedalam lingkungan sekolah.
Dalam lingkungan sekolah, anak tidak hanya memasuki dunia sosialisasi yang lebih luas
melainkan anak juga akan menemukan suasana kehidupan yang berbeda, teman, guru
atau aturan-aturan yang berbeda dengan lingkungan keluarga (Chaplin, 2002). Berdasar
dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sosialisasi adalah proses dimana
anak-anak belajar mengenai standar, nilai dan sikap yang diharapkan kebudayaan atau
lingkungan masyarakat mereka. Sosialisasi merupakan perkembangan individu dalam
pembentukan kepribadian atau proses penyesuaian diri di dalam lingkungan keluarga,
seperti pengenalannilai-nilai atau norma, kebiasaan dan mempelajari keperluankeperluan sosial kultural sehingga dapat berperan dalam masyarakat dan teman
sebayanya. Jadi, kemampuan sosialisasi anak prasekolah dapat diartikan sebagai

proses kesanggupan anak yang berusia 3 (Tiga) sampai 5 (lima) tahun yang terkait
dengan kegiatan-kegiatan untuk mempelajari standar, nilai, perilaku serta tertib sosial
yang diharapkan masyarakat dan lingkungan mereka dan menyelaraskan pola intera
ksi di dalam bermasyarakat untuk memperoleh kepribadian dan membangun
potensipotensi yang ada pada individu.
2.Ciri-ciri perkembangan sosial
Masa peka dalam perkembangan sosial anak usia prasekolah dapat dicirikan melalui
berbagai kegiatan yang ditunjukkan oleh seorang anak kepada anak lainnya, sebagai
berikut: (Bambang, 2005) adanya minat untuk melihat anak yang lain dan berusaha
mengadakan kontak sosial dengan mereka, mulai bermain dengan mereka, mencoba
untuk bergabung dan bekerjasama dengan orang lain, dan lebih menyukai bekerja
dengan 2 atau 3 anak yang dipilihnya sendiri. Secara lebih spesifik akan diberikan
contoh tentang ciri umum perkembangan sosial anak prasekolah: mulai bermain dan
berkomunikasi dengan anak-anak lain, berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang
besar, dan menunjukkan perhatian untuk mengetahui lebih jauh tentang perbedaan jenis
kelamin.
3.Proses sosialisasi
Hurlock (1997) mengemukakan bahwa proses sosialisasi diperoleh dari kemampuan
berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sosialisasi ini memerlukan beberapa
proses, yaitu:
a.Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial
Kelompok sosial mempunyai standar bagi anggotannya untuk dapat diterima, dan harus
menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima pula.
b.Memainkan peran sosial yang dapat diterima
Kelompok mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan oleh para anggotanya dan
dituntut untuk dipatuhi. Sebagai contoh, ada peran yang telah disetujui bersama bagi
orang tua dan anak serta bagi guru dan murid
c.Perkembangan sikap sosial
Bermasyarakat atau bergaul dengan baik anak-anak harus menyukai orang dan aktivitas
sosial. Jika mereka berhasil dalam penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai
anggota kelompok, maka mereka dapat menggabungkan diri. Proses sosial pada
hakekatnya adalah proses belajar sosial dimana proses untuk mempelajari bermacammacam peranan sosial. Proses sosial merupakan fungsi atau tingkah laku yang
diharapkan seseorang oleh
10

kelompoknya. Berkembangnya peranan sosial itu sejalan dengan bertambahnya usia.


Berfungsinya peranan sosial merupakan ungkapan kepribadian seseorang. Orang yang
be
rkepribadian sosial berarti orang yang dapat memainkan peranan-peranan sosialnya
dengan baik dan berhasil.
4.Tahap-tahap anak bersosialisasi
Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar bersosialisasi. Melalui
keluargalah anak belajar merespon terhadap masyarakat dan beradaptasi ditengah
kehidupan masyarakatnya yang lebih luas nantinya. Melalui proses bersosialisasi
didalam keluarga, seorang anak secara bertahap belajar mengembangkan kemampuan
nalar serta imajinasinya (Satiadarma, 2001). Melalui pemahaman nilai-nilai kehidupan
yang ditanamkan oleh anggota keluarga, kemampuan persepsi seorang anak akan
diarahkan secara khusus ke dalam bidang-bidang tertentu. Perhatian terhadap hal-hal di
sekelilingnya banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang mereka anut, keluargalah yang
menanamkan nilainilai tersebut. Setelah anak belajar bersosialisasi di dalam keluarga, kemudian anak
belajar sosialisasi di luar rumah yang diperoleh dari teman sebaya, sekolah, guru dan
lingkungan luar yang lebih luas (Mussen, dkk, 1994). Tahap-tahap anak bersosialisasi
berawal dari lingkungan di dalam keluarga dan selanjutnya anak akan belajar
bersosialisasi di luar lingkungan keluarga.
5.Aspek-aspek yang mempengaruhi kemampuan sosialisasi
Hurlock (1997) mengemukakan bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi kemampuan
sosialisasi anak adalah:
a.Kerjasama
Anak mampu untuk bermain atau bekerja secara bersama-sama dengan anak lain.
Semakin sering melakukan sesuatu secara bersama-sama, maka akan semakin cepat
untuk belajar bekerjasama dengan orang lain.
b.Persaingan
Adanya persaingan merupakan dorongan anak untuk berusaha sebaik-baiknya
memperoleh sosialisasi yang diinginkan mereka. Kadang dari sosialisasi ini
mengakibatkan hal buruk, seperti pertengkaran dan kesombongan.
c.Kemurahan hati

11

Anak bersedia untuk berbagi sesuatu dengan anak lain, tidak mementingkan dirinya
sendiri mulai berkurang maka ia merasa diterima secara sosial oleh lingkungannya
dengan kemurahan hati.
d.Hasrat akan penerimaan sosial
Penyesuaian diri anak terhadap tuntutan sosial akan semakin kuat, sehingga hasrat untuk
diterima oleh orang dewasa akan muncul lebih awal dibandingkan dengan hasrat untuk
diterima oleh orang teman sebaya.
e.Simpati
Anak berusaha menghibur dan menolong seseorang yang sedang bersedih meskipun
kadang susah dilakukan, karena anak dapat berperilaku simpati apabila pernah
mengalami situasi yang sama.
f.Empati
Ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, seperti anak dapat memahami
ekspresi wajah dan maksud pembicaraan orang lain. Ketergantungan Anak selalu
bergantung pada orang lain dalam hal apapun, misalnya bantuan, perhatian, dan kasih
sayang.
g.Sikap ramah
Anak mampu memberikan kasih sayang kepada siapapun melalui kesediaannya
melakukan sesuatu untuk orang lain dengan memperlihatkan sikap ramahnya.
h.Sikap tidak mementingkan diri sendiri
Anak belajar untuk memikirkan dan berbuat untuk orang lain dengan meninggalkan
kepentingan dan milik mereka sendiri. Mereka mau membagi apa yang menjadi
miliknya.
i.Meniru
Meniru seseorang yang dianggap dapat memberikan contoh terhadap kelompok
sosialnya, sehingga anak akan mengembangkan sifat yang sama terhadap apa yang
mereka contoh.
j.Perilaku kelekatan
Perilaku kelekatan ini biasanya diperoleh sejak bayi terutama kepada ibu dan pengganti
ibu. Bertambahnya usia mereka dan mengenal lingkungan yang lebih luas, maka anak
mengalihkannya dengan belajar melakukan persahabatan dengan teman atau orang lain.
Diungkapkan pula oleh Setiawan (2000) bahwa kehidupan sosial anak antara lain:
1) Berteman

12

Anak-anak senang bermain dengan teman-teman yang lain terutama dengan teman
sebayanya, karena segala perkembangan dan kesenangannya sama. Hidup berkelompok
dapat meningkatkan daya sosialnya.
2) Kerja sama
Sifat anak-anak sangat egois, suka bertengkar, jarang mereka bisa bermain bersama.
Tetapi setelah berusia tiga sampai empat tahun, permainan bersama dan aktivitas
kelompok makin ditingkatkan. Melalui latihan, anak-anak dapat belajar bekerja sama
dengan teman yang lain dan suasana permainan makin hari semakin harmonis.
2) Bertengkar
Ketika bertengkar, anak biasanya mengambil barang yang sedang dipegang temannya,
atau merusak barang pekerjaan temannya. Berteriak dengan keras, menangis,
menendang, marah, tetapi hanya dalam waktu yang singkat, pertengkaran itu segera
terlupakan dan tidak menaruh dendam, bahkan sudah berdamai lagi. Pertengkaran anak
memiliki nilai sosial karena anak dapat belajar mengenai hal-hal apa yang tidak dapat
diterima oleh orang lain.
3) Bersaing
Anak usia empat tahun selalu ingin menang. Ia akan berusaha memperlihatkan barang
yang dimilikinya untuk menjadi bahan persaingannya. Hal yang mendapat perhatian dari
orang lain, segera ditonjolkan. Apabila orang tua pilih kasih, maka sikap iri hati dan
keinginan bersaing tidak dapat dihindarkan.
4) Melawan
Sikap melawan terhadap disiplin yang ditetapkan orang tua atau terhadap suatu tekanan,
umumnya dinyatakan dalam perilaku: membantah, memberontak, dan membungkam,
pura-pura tidak mendengar permintaan orang lain, atau pura-pura tidak mengerti.
Sampai usia enam tahun, gerakan untuk melawan berkurang, tetapi lebih banyak
membantah.
5) Jenis kelamin
Sebelum usia empat tahun, baik anak laki-laki maupun anak perempuan, dapat bermain
sangat harmonis dan berteman baik dengan jenis kelamin yang sama atau yang lain.
Tetapi mulai usia empat sampai lima tahun, anak-anak dapat membedakan jenis kelamin
mereka sehingga lambat laun mereka hanya senang bermain dengan teman sejenis,
bahkan menghina lawan jenisnya; anak laki-laki kalau bermain dengan anak perempuan
merasa

13

masih kekanak-kanakan atau masih menyusu sehingga tekanan ini begitu kuat, banyak
anak laki-laki berusaha ingin menjadi laki-laki.
Adapun faktor-faktor yang dapat menghambat perkembangan sosial pada anak
antara lain: (Bambang, 2005).
a.Kurang kesempatan bersosialisasi
Penyebab:
1) Orang tua dan anggota keluarga tidak memiliki cukup waktu untuk memberi stimulasi
atau rangsangan untuk menjadi bagian dari anggota kelompok keluarga dan teman
sebaya.
2) Sikap orang tua yang terlalu protektif dan selalu melarang anak untuk bergabung
dengan teman seusianya karena kekhawatiran mereka yang berlebihan, seperti khawatir
anak menjadi kotor dan dekil.
b.Motivasi diri rendah
Penyebab:
1) Anak adalah korban prasangka (selalu menjadi sasaran, ejekan, gertakan, ancaman
dan lain-lain), sehingga mereka menganggap bahwa lingkugan sosial memusuhi dan
tidak menyukai mereka, sehingga merasa rendah diri.
2) Anak menarik diri dari lingkungan karena merasa tidak mendapatkan kepuasan dan
pengalaman baru ketika bergabung dengan aktivitas kelompok dibandingkan jika mereka
bermain sendiri.
1.7

Aplikasi konsep tumbuh kembang dalam keperawatan


Teori perkembangan hanya menjelaskan satu aspek - perawat perlu mengaplikasikan
beberapa teori perkembangan untuk memahami tumbuh kembang klien saat melakukan
pengkajian maupun implementasi tindakan keperawatan.
Tiap-tiap individu berbeda dan tidak mudah untuk disamakan antara individu yang satu
dengan yang lain terhadap tugas-tugas perkembangannya.
Teori-teori tumbuh kembang bermanfaat untuk pengkajian, mengetahui tingkatan
perilaku klien, dan memberikan intervensi keperawatan
Konsep pertumbuhan dan perkembangan manusia ini dapat dijadikan sebagai dasar
dalam mempelajari konsep tumbuh kembang pada berbagai usia

1.8

Penyakit Dan Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah

14

Anak usia prasekolah kurang dapat membedakan antara diri sendiri dan orang lain.
Mereka memiliki pemahaman bahasa yang terbatas dan hanya dapat melihat satu aspek
dari suatu objek atau situasi pada satu waktu (Mary E Muscari, 2002 hal 67-69).
Untuk anak prasekolah, hospitalisasi dan penyakit merupakan pengalaman yang penuh
tekanan, utamanya karena perpisahan dengan lingkungan dimana orang lain berarti,
seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan status kesehatan. Tujuan utama yang
penting dari keperawatan adalah membuat suatu pengalaman yang positif (poter dan
perry,2005 hal 665). Dibawah ini merupakan reaksi anak terhadap penyakit dan
hospitalisasi
1. Reaksi terhadap penyakit

Anak usia prasekolah merasa fenomena nyata yang tidak berhubungan sebagai
penyebab penyakit.

Cara berpikir magis menyebabkan anak usia prasekolah memandang penyakit


sebagai suatu hukuman. Selain itu, anak usia prasekolah mengalami konflik psikoseksual
dan takut terhadap mutilasi, menyebabkan anak terutama takut terhadap pengukuran
suhu rektal dan kateterisasi urine.
2. Reaksi terhadap hospitalisasi

Mekanisme pertahanan utama anak usia prasekolah adalah menolak.

Mereka akan bereaksi terhadap perpisahan dengan menolak untuk bekerja sama.

Anak usia prasekolah merasa kehilangan kendali karena mereka mengalami


kehilangan kekuatan mereka sendiri.

Takut terhadap cedera tubuh dan nyeri mengarah kepada rasa takut terhadap
mutilasi dan prosedur menyakitkan.

Keterbatasan pengetahuan mengenai tubuh meningkatkan rasa takut yang khas.


sebagai contoh, takut terhadap kateterisasi (dicetuskan oleh pengukuran suhu rektal, dan

15

kateter) dan takut bahwa kerusakan kulit (misalnya jalur intravena dan prosedur
pengambilan darah) akan menyebabkan dalam tubuhnya menjadi bocor.

Anak usia prasekolah menginterpretasikan hospitalisasi sebagai hukuman dan


perpisahan dengan orang tua sebagai kehilangan kasih sayang.
3. Penatalaksanaan Hospitalisasi

Teknik dalam melakukan intervensi umum :


1) Gunakan boneka tangan atau boneka untuk mendemonstrasikan prosedur.
2) Gunakan istilah yang sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman anak (mis,
menyatakan memperbaiki daripada memotong).
3) Gunakan balutan berperekat setelah memberi injeksi.
4) Anak didampingi orang tua selama prosedur.
5) Hindari melakukan prosedur invasif, bila memungkinkan.
6) Berikan bintang, bet dan bentuk penghargaan lainnya.
7) Bermain dengan pengalaman di rumah sakit (misalnya: improvisasi dengan peralatan
dokter dan perawat).
8) Yakinkan kembali pada anak usia prasekolah bahwa ia tidak bertanggungjawab
terhadap penyakitnya.
9) Tingkatan perawatan diri anak

Teknik melindungi anak dari rasa bersalah


1) Katakan pada anak bahwa tidak ada seorangpun yang disalahkan atas penykit atau
hospitalisasi
2) Jelaskan prosedur dengan bahasa yang dipahaminya

Teknik melindungi anak dari rasa takut


1) Gunakan permainan teraupeutik

16

2) Jangan membicarakan hal-hal yang tidak di mengerti anak


3) Gunakan pakaian yang tidak menbuat anak takut atau trauma

Teknik meningkatkan penggunaan bahasa


1) Anjurkan anak bertanya
2) Berikan anak membuat beberapa keputusan
3) Ajarkan anak kata-kata baru
4) Berikan intervensi emosional dan psikososial

Teknik mendorong kemandrian anak


1) Perbolehkan perawatan diri
2) Biarkan anak membuat beberapa keputusan
3) Beri pujian atas kemampuan anak
4) Hormati pendapat anak

Teknik meningkatkan keamanan anak


5) Jelaskan peraturan untuk keamanan kepada anak dan orang tua
6) Ikuti peraturan di rumah apabila memungkinkan
7) Biarkan aktivitas ritual anak terus dilakukan, asalkan tidak bertentangan dengan
penyakitnya

Teknik meningkatkan identitas seksual


1) Terangkan kembali anak mengenai genitalia
2) Gunakan tangan anak ketika mengkaji genitalia
Hindari prosedur yang menyakitkan.

1.9 Terapi bermain usia 3-5 tahun (prasekolah)

17

Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun tidak
pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui
bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut
Groos (Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih
peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain berguna
untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008), bermain
adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin
mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya,
melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri,
dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008). Bermain adalah cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang
baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar
memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah kegiatan yang
dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan. (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: Kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada
orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan
lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan
meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
A. Fungsi bermain
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
2. Membantu Perkembangan Kognitif
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
4. Meningkatkan Kreatifitas
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
B. Manfaat bermain
Manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ
organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
18

6. Meningkatnya daya kreativitas.


7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
C. Macam-macam bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba,
menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan temantemannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan
sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di
buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain,
yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif
bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.
D. Alat permainan edukatif (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta
berguna untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat
bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
19

2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang


benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV,
dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu
dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat
dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dan lain-lain.
E. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bermain
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
F. Faktor yang mempengaruhi aktifitas bermain
1. Tahap perkembangan
2. Jenis kelamin anak
3. Status kesehatan anak
4. Lingkungan yang tidak mendukung
5. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan ana
G. Krakteristik Bermain
1) Cross motor and fine motors
2) Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
3) Sangat energik dan imaginative
4) Mulai terbentuk perkembangan moral
5) Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok
6) Assosiative play
7) Dramatic play
8) Skill play
9) Laki-laki aktif bermain di luar
10) Perempuan didalam rumah
Alat permainan yang cocok untuk anak usia 3-5 tahun:
1. Peralatan rumah tangga
2. Sepeda roda Tiga
3. Papan tulis/kapur
4. Lilin,boneka,kertas
5. Drum,buku dengan kata simple,kapal terbang,mobil,truk
20

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Makalah yang telah disusun oleh kami merupakan program yang sangat membantu para
mahasiswa

dalam

pembahasan

tentang

Perkembangan

Anak

Usia

PraSekolah.

Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi
psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjangi oleh factor lingkungan dan proses belajar
dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan dari lingkungan yang banyak
berpengruh dalam kehidupan anak menuju dewasa. terdapat dua faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan (ekstrinsik).
Faktor faktor pendukung perkembangan anak menurut Soetjiningsih, (1998), antara lain:
1) Terpenuhi kebutuhan gizi pada anak tersebut,
2) Peran aktif orang tua,
3) Lingkungan yang merangsang semua aspek perkembangan anak ,
4) Peran aktif anak,
5) Pendidikan orang tua.
Ada juga cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan
cara sebagai berikut:
a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.

21

c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam
banyak hal. Dan banyak lagi cara lainnya.
B. Saran
1. Untuk perawat diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada anak.
2. Untuk klien dan keluarga diharapkan dapat mengetahui bagaimana tumbuh kembang
anak usia pra sekolah.
3. Untuk mahasiswa diharapkan lebih memahami tentang keperawatan anak dengan
tumbuh kembang pada anak usia pra sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer arif 2001. kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media aesculapius edisi III
2. Tumbuh kembang. Diakses tanggal 21 April 2009 dari www.kuliahbidan.wordpress.com
3. Pertumbuhan anak. Diakses tanggal 21 April 2009 dari www.nursingbegin.com
4. Prinsip-prinsip perkembangan. Diakses tanggal 20 April 2009 dari www.goecities.com
5. Pertumbuhan dan perkembangan. Diakses tanggal 20 April 2009 dari
www.bintangbangsaku.com
6. Optimalkan tumbuh kembang anak usia dini. Diakses tanggal 22 April 2009 dari
www.scribd.com
Sumber :
http://nennyafrini.blogspot.com/2009/11/makalah-tumbuh-kembang-keperawatananak.html

22

A.Topik

Terapi bermain pada anak usia prasekolah 3-5 tahun menyusun balok diruang Stikes
Widya Husada

B. Tujuan Umum :
Merangsang pertumbuhan dan perkembangan sensoris motorik
Tujuan Khusus :
1.

Merangsang perkembangan intelektual

2.

Merangsang perkembangan sosial

3.

Merangsang perkembangan kreatifitas

4.

Merangsang perkembangan kesadaran diri

5.

Merangsang perkembangan moral dan

6.

Permainan sebagai terapi


23

C. Kriteria Evaluasi :

Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat mainannya


Anak dapat mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah

dari hubungan tersebut


Anak dapat belajar dan mencoba untuk merealiasikan ide idenya
Anak mampu mengatur dalam tingkah lakunya, misalkan jika anak mengambil
mainan teman nya sehingga temannya menangis anak akan belajar mengembangkan

diri bahwa prilakunya menyakiti teman


Anak dapat mmpelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama dari

orang tua dan guru


Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi, anak dapat

mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distruksi dan relaksasi)


Anak dapat berintraksi dengan anak lain dan perawat
Anak dapat mengekspresikan pikiran perasaan melalui permainan yang telah
dilakukan

D. Struktur Terapis
Leader

Co leader & Observer

E. Landasan teori
Bermain sama juga bekerja pada orang dewasa dan merupakan aspekter penting
dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efekif untuk menurunkan
stress pada anak dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional (champbell
danglasser 1995).
Bermain bukan sekedar mengisi waktu tapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan
serta kelemahannya sendiri minatnya, cara menyelesaikan tugas tugasnya dalam bermain
(Soetji ningsing 1995).
F. Kriteria Anggota Kelompok
Kelompok bermain anak pra-sekolah
Anak yang bermain kooperatif
Anak yang bermain dapat dibawa keruangan bermain
Anak tidak menangis
G. Antisipasi Masalah

Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain


Jika anak tidak kooperatif anak akan diajak bermain secara perlahan-lahan
24

H. Alat Bantu

Balok warna

I. Proses Seleksi
Proses seleksi untuk menentukan jenis permainan berdasarkan umur pasien yaitu
pada usia 3-5 tahun (APE).
J. Uraian Struktur Kelompok
a. Topik: Terapi bermain pada anak usia prasekolah (3-5 tahun)
b. Tempat : Ruang Stikes Widya Husada
c. Waktu: Rabu, 24 desember 2014
d. Lama : 27 menit
e. Metode: 1. Ceramah
2. Bermain bersama
f. Media : Puzzle, Balok warna
g. Jumlah anggota: 1 orang
h. Pengorganisasian :dimulaidari leader, co leader, observer.
K.Rencana Jalanannya Kegiatan
Berdasarkan jumlah anggota yang terbentuk yang terdiridari 4 anggota. Masingmasing anggota mempunyai perannya, diantaranya :
Leader

: sebagai pembuka acara, mengontrol jalannya terapi bermain dan sebagai


pembawa acara selama kegiatan terapi bermain

Co leader
Observer

: membantu leader mengarahkan


: memantau dan mengavaluasi hasil selama terapi bermain berlangsung,
dan awal kegiatan sampai proses terapi bermain selesai

L. RencanaPelaksanaan :
No Terapis
1
Persiapan

Waktu
5 menit

Menyiapkan ruangan.
Menyiapkan alat-alat.
Menyiapkan anak dan keluarga
Proses :
Membuka proses terapi bermain 2 menit
25

Subjekterapi
Ruangan, alat,
keluarga siap

Menjawab salam,

anak

dan

dengan

mengucapkan

salam,

Memperkenalkan diri,

memperkenalkan diri.
Menjelaskan

pada

anak

dan 5 menit

Memperhatikan.

keluarga tentang tujuan dan manfaat


bermain,

menjelaskan

cara

permainan.
Mengajak anak bermain .

10 menit

Bermain bersama dengan


antusias.

Mengevaluasi
3

respon

anak

dan 3 menit

keluarga.
Penutup

2 menit

Menyimpulkan, mengucapkansalam

dan mengungkapkan
perasaannya.
Memperhatikan dan menjawab
salam.

M. Proses Evaluasi

Anak terlibat dan aktif dalam terapi bermain


Anak mengikuti terapi bermain sampai selesai
Anak mau berinteraksi dengan perawat
Anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan melalui permainan yang telah
dilakukan

Sumber:

http://bepositivenurse.blogspot.com/2011/10/proposal-terapi-bermain-pada-

anak.html#ixzz3MgcQGirO

26

Anda mungkin juga menyukai