Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 3

MAKALAH
INFEKSI NOSOKOMIAL DI PEDIATRIC INTENSIVE CARE
UNIT (PICU)
DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN
ANAK II

Disusun oleh :
ADE CHANDRA
SEPTIA LATIFA
ANGEN TYAS LEKSONO

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JALUR TRANSFER
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak Mengenai
Infeksi Nosokomial Di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui Infeksi Nosokomial Di Pediatric
Intensive Care Unit (PICU). Yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dalam rangka
menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan.

Semarang,

November 2015

Penulis

i
2

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang...............................................................................................1
Rumusan Masalah..........................................................................................2
Tujuan Penulisan............................................................................................2
Mafaat............................................................................................................ 3

BAB II
2.1 INFEKSI NOSOKOMIAL
2.1.1 Definisi infeksi nosokomial....................................................................4
2.1.2 Epidemologi infeksi nosokomial.............................................................4
2.1.3 Patogenesis..............................................................................................5
2.1.4 Cara penularan infeksi nosokomial.........................................................6
2.1.5 Sumber infeksi nosokomial.....................................................................7
2.2 PICU (Pediatric Intensive Care Unit)
2.2.1
2.2.2
2.2.3

Definisi PICU..........................................................................................8
Kedaruratan pada infeksi nosokomial di ruangan PICU........................ 8
Penganan serta pencegahan infeksi nosokomial berkaitan di ruangan

2.2.4
2.2.5

PICU...................................................................................................... 8
Fasilitas dan peralatan di PICU...............................................................10
Peran dan tanggung jawab perawat PICU...............................................11

2.2.6

Fase tindakan intensif pada infeksi nososkomial di ruangan PICU........11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Infeksi merupakan penyebab utama dari kesakitan dan kematian pasien termasuk pada
anak. Infeksi melalui aliran darah merupakan penyebab utama infeksi yang didapat pada
pasien di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).
Kepustakaanyang berhubungan dengan infeksi melalui aliran darah umumnya masih
banyak berasal dari penelitian pasien dewasa yang sakit berat. Pasien di PICU merupakan
populasi anak yang berbeda dalam usia, diagnosis dan penyakit yang mendasa rinya, mulai
dari bayi dengan anomali kongenital hingga remaja dengan multipel trauma. Pasien yang
dirawat di PICU bisa berisiko mendapatkan infeksi nosokomial.
Infeksi melalui aliran darah merupakan penyebab utama infeksi yang didapat terutama
pada pasien yang dirawat di PICU. Menurut National Nosocomial Infections Surveilans
(NNIS) 1999 melaporkan infeksi melalui aliran darah dilaporkan sebanyak 28% merupakan
frekuensi terbanyak dari infeksi nosokomial yang ada di PICU, diikuti dengan pneumonia
yang berhubungan dengan ventilator (21%).
Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab lamanya pasien dirawat di Rumah
Sakit. Data kejadian infeksi nosokomial di negara berkembang sangat kurang dan sering
tidak konsisten. Di Malaysia prevalensi kejadian infeksi nosokomial sebesar 12,7o/ott).
Angka insiden sebesar 13,8 oA di Taiwan dan 7,5 yo di Nigeriar6). Angka infeksi Rumah
Sakit di Indonesia belum terdeteksi secara jelas. Angka yang ada hanya muncul dari
beberapa penelitian yang sporadik di beberapa bagian . Rumah Sakit seperti bagian Anak,
ICU, Bedah, dan Penyakit Dalam. Prevalensi infeksi nosokomial di Indonesia yang tertinggi
di Rumah Sakit Pendidikan, yaitu 9,8 o/o dengan rentang 6,lYorcok.t) Studi ini juga
menunjukkan bahwa angka kejadian infeksi nosokomial pada pelayanan bedah l!,2 oht3l.
Data yang didapatkan sebanyak 52 ruang dwi 22 Rumah Sakit dilaporkan angka infeksi
nosokomial untuk luka bedah mencapai 2,3yo-18,3 %21). Di RSUD Kota Semarang data
tentang infeksi nosokomial belum terekam secara jelas walaupun Panitia/Tim Pengendalian
Infeksi Nosokomial sudah dibentuk. Pasien dikatakan mendapat infeksi nosokomial apabila:
a) pada saat masuk Rumah 'Sakit tidak ada tanda atau gejala atau sedang dalam masa
inkubasi infeksi tersebut; b) muncul gejala klinis infeksi yang terjadi 3x24 jam setelah

pasien dirawat di Rumah Sakit; c) infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab berbeda atau lokasi berbeda.d) infeksi tersebut bukan merupakan
sisa (lanjutan) infeksi sebelumnyalo). Media penularan utama dari sebagian besar bakteri
dan virus penyebab infeksi nosokomial adalah tangan-tangan personil medik yang
terkontaminasi. Cuci
tangan sebelum dan sesudah merawat setiap penderita sangat penting untuk
mengurangi penyebaran infeksi Rumah Sakit. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
infeksi nosokomial terutama pada pasien pasca operasi melibatkan peran peralatan bedah
yang terkontaminasi. Pasien yang sangat potensial terkena infeksi nosokomial adalah pasien
pasca operasi, karena sangat rentan dengan berbagai infeksi sehubungan dengan ada luka
operasi pembedahan, ketidak disiplinan dalam melakukan tindakan aseptik dan antiseptik).
Mengingat masih terbatasnya informasi tentang infeksi nosokomial.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang, dapat dikemukakan permasalahannya adalah:
1. Apa pengertian dari infeksi nosokomial ?
2. Bagaimana cara penyebaran infeksi nosokomial ?
3. Organisme apa saja yang menjadi penyebab infeksi ini ?
4. Menjelaskan definisi PICU?
5. Jelaskan kedaruratan pada infeksi nososkomial di ruangan PICU?
6. Jelaskan penanganan serta pencegahan infeksi nososkomial di PICU?
7. Mengetahui fasilitas dan peralatan di PICU?
8. Mengetahui peran dan tanggung jawab perawat PICU?
9. Jelaskan Fase tindakan intensif PICU pada infeksi nososkomial?
1.3. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dan kejadian infeksi nosokomial di ruangan Pediatric
Intensive Care (PICU).
C. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui infeksi nosokomial.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penyebaran infeksi nosokomial.
3. Untuk mengetahui organisme apa saja yang menjadi penyebab infeksi ini.
4. Mengetahui apa definisi PICU.

5. Untuk mengetahui kedaruratan pada infeksi nososkomial di ruangan PICU.


6. Untuk mengetahui penanganan serta pencegahan infeksi nososokomial di PICU.
7. Mengetahui fasilitas dan peralatan di PICU?
8. Mengetahui peran dan tanggung jawab perawat PICU?
9. Untuk mengetahui Fase tindakan intensif PICU pada infeksi nososkomial.
1.4. MANFAAT
1. Manfaat dari makalah atau ringkasan materi ini adalah sebagai bahan pembelajaran bagi
mahasiswa keperawatan dan juga memberikan informasi yang sangat penting tentang
proses penyebaran infeksi nosokomial di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU).
2. Serta dampak yang ditimbulkan dari penggunaan alat kesehatan sebab alat kesehatan
sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran infeksi nosokomial dan juga faktor
sanitasi dan kebersihan rumah sakit yang juga menjadi faktor penyebab penyebaran
infeksi ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infeksi Nosokomial


2.1.1 Infeksi Nosokomial
Infeksi adalah Adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik.Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut di rawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat disebut infeksi nosokomial.
Infeksi Nosokomial,berasal dari kata yunani yang berartidi Rumah Sakitjadi
infeksi nosokomial ialah infeksi yang di peroleh selama dalam perawatan di rumah
sakit.Infeksi nosokomial biasanya timbul ketika,pasien di rawat 3 x 24 jam di rumah
sakit dan infeksi ini sangat sulit di atasi karna di timbulkan oleh mikroorganisme dan
bakteri.
2.1.2 Epidemologi Infeksi Nosokomial
Epidemologi adalah telaah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
dan penyebaran penyakit pada sekelompok seseorang.infeksi nosokomial banyak terjadi
di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di Negara termiskin dan Negara yang
sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi masih menjadi masalah utama
yang masih sulit untuk di atasi.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7 %
dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa,Timur-Tengah,Asia
Tenggara dan Pasifik masih menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan yang
terbanyak terjadi di Asia Tenggara dengan Prosentase 10 %.Tiga faktor yang
menyebabkan terjadinya infeksi (termasuk infeksi yang di peroleh dari Rumah Sakit
yakni Infeksi Nosokomial) :
1. Sumber Mikroorganisme yang dapat menmbulkan infeksi.
2. Rute penyebaran mikroorganisme tersebut.
3. Inang yang rentan terhadap infeksi oleh mikroorganisme tersebut.

2.1.3

Patogenesis
Interaksi antara pejamu (pasien, perawat, dokter, dll), agen (mikroorganisme pathogen)
dan lingkungan (lingkungan rumah sakit, prosedur pengobatan, dll) menentukan
seseorang dapat terinfeksi atau tidak.
Pejamu

Lingku
ngan

Agen

Untuk bakteri, virus, dan agen infeksi lainya agar bertahan hidup dan menyebabkan
penyakit tergantung dari factor-faktor kondisi tertentu harus ada:
AGEN
PEJAMU YANG
RENTAN

WADUK

Orang yang dapat terinfeksi

Tempat hidup agen

TEMPAT

TEMPAT
MASUK

KELUAR
Agen memasuki pejamu

Agen meninggalkan pejamu

CARA
PENGELUARAN

Bagaimana agen berpindah dari tempat lain


Sebagaimana tampak pada gambar ini, suatu penyakit memerlukan keadaan tertentu
untuk dapat menyebar ke orang lain:
Harus ada agen
Harus ada waduk / pejamu : manusia, binatang, tumbuhan-tumbuhan, tanah, udara,
dan air.
Harus ada lingkungan yang cocok di luar pejamu untuk dapat hidup.
8

Harus ada orang untuk dapat terjangkit. Untuk dapat terjangkit penyakit infeksi harus
rentan terhadap penyakit itu.
Agen harus punya jalan untuk dapat berpindah dari pejamunya untuk menulasi
pejamu berikutnya, terutama melalui: udara, darah atau cairan tubuh, kontak, fektaloral, makanan, binatang atau serangga.
Mikroorganisme menjadi penyebab infeksi nosokomial tergantung dari factor dalam
agen:

Kemampuan menempel pada permukaan sel pejamu

Dosis yang tidak efektif

Kemampuan untuk invasi dan reproduksi

Kemampuan memproduksi toksin

Kemampuan menekan system imun pejamu


Sedangkan factor dalam pejamu yang mempengaruhi timbulnya infeksi nosokomial
adalah:
Usia
Penyakit dasar
System imun
Dan factor lingkungan:
Factor fisik : suhu, kelembaban, lokasi (ICU, ruang rawat jangka panjang, sarana air).
Factor biologik : serangga perantara
Factor social : status ekonomi, perilaku, makanan dan cara penyajian.

2.1.4 Cara Penularan Infeksi Nosokomial


1. Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan
droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan
penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi virus hepatitis A secara
fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek
perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah
terkontaminasi

oleh

infeksi,

misalnya

mikroorganisme.

kontaminasi

peralatan

medis

oleh

2. Penularan melalui Common Vehicle


Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan
dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis
common vehicle adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan
sebagainya.
3. Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat
kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui
saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang
terlepas (staphylococcus) dan tuberculosis.
4. Penularan dengan perantara vector
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut
penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari
mikroorganisme yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan
salmonella oleh lalat. Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk ke
dalam tubuh vektor dan dapat terjadi perubahan secara biologis, misalnya parasit
malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologis, misalnya yersenia
pestis pada ginjal (flea).
2.1.5 Sumber infeksi Nosokomial
Sumber yang paling vital dan sebagai penyebab utama dari infeksi nosokomial
adalah mikroorganisme.Bermacam-macam mikroorganisme yang bisa menyebabkan
infeksi ini yang biasanya terjadi di rumah sakitdan sebagian banyak terdapat dalam
tubuh

inang

manusia

yang

sehat,seperti,

Escherichia

Coli,Klebsiella

pneumonia,Candica albicans,Staphylococus aureus,Serratia marcescens,Proteus


mirabilis,Dan

beberapa

Actinomyces

spp.Mikroorganisme

penyebab

infeksi

disebabkan oleh perubahan resistensi inang dan modifikasi mikrobiota inang,bila


ketahanan tubuh pasien rendah akibat luka berat, operasi, maka pathogen dapat
berkembang biak dan menyebabkan sakit.

10

2.2 Definisi PICU (Pediatric Intensive Care Unit)


2.2.1 Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Suatu unit pelayanan intensif yang
memberikan penanganan dan perawatan terhadap kasus-kasus dengan sakit kritis yang
memerlukan pemantauan, tindakan dan terapi yang intensif pada balita dan anak.
PICU adalah suatu unit perawatan yang merawat klien anak (29 hari 14 tahun)
dengan keadaan gawat atau berat yang sewaktu-waktu dapat meninggal, dan
mempunyai harapan untuk sembuh apabila dirawat secara intensif. Tujuannya adalah
untuk memberikan pelayanan perawatan yang optimal untuk bayi dimana keadaannya
sewaktu-waktu dapat meninggal (Maryree, 2010). .
2.2.2 Kedaruratan Pada Infeksi Nosokomial Di Ruangan PICU
Kegawat daruratan adalah dimana terjadi suatu kondisi yang mendesak yang
membutuhkan penanganan dengan segera. Seperti dalam suatu rumah sakit di ruangan
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) yang terdapat khusus perawatan pada bayi/balita
dan anak-anak yang rentan terhadap berbagai penyankit seperti pada kasus infeksi
nosokomial yang bisa menularkan/menyebarkan berbagai mikroganisme seperti kuman,
bakteri, virus dan jamur tentunya bisa membayakan bagi pasien diruangan tersebut, ini
tentunya perlu segera mendapatkan tindakan/penanganan keperawatan intensive.
2.2.3 Penanganan Serta Pencegahan Infeksi Nosokomial Berkaitan Dengan Di Ruangan
PICU
a. Infeksi saluran kemih
Infeksi nosokomial misalnya terjadi pada pasien anak dengan kasus saluran
kemih merupakan infeksi yang paling sering terjadi hampir sekitar 35% dari total
kejadian infeksi nosokomial. Infeksi saluran kemih biasanya disebabkan oleh
patogen yang menyebar secara langsung ke area periuretral dari perineum pasien
atau saluran cerna, cara penyebaran ini merupakan cara yang paling sering terjadi
pada wanita dan juga dikarenakan oleh kontaminasi kateter urin.
Untuk mencegahnya yaitu dengan cara melakukan pemasangan kateter urien
harus sesuai dengan indikasi pasti seperti inkontinensia urien dan segera dilepas
setelah memungkinkan dan sambungan ke urien bag harus rapat dan kuat agar tidak
terjadinya perembesan urien ke lantai.

11

b. Infeksi lukan operasi


Infeksi luka operasi mencakup kurang lebih 20% dari angka kejadian infeksi
nososkomial, dan menyebabkan kerugian materi yang cukup tinggi yaitu 57%.
Resiko terjadinya infeksi luka operasi dipengaruhi oleh keterampilan dokter bedah,
penyakit yang diderita pasien atau usia anak-anak, serta waktu pemberian antibiotik.
Untuk pencegahannya yaitu dengan penggunaan antibiotik profilaksis diberikan
dengan indikasi yang tepat, baik single dose maupun kontinyu dan juga harus
mengikuti peraturan dan tata tertib yang berlaku.
c. Pneumonia
Pneumonia akibat infeksi nosokomial biasanya terjadi setelah perawatan lebih
dari 48 jam di rumah sakit dan pasien memperhatikan tanda tanda klinis
pneumonia yang tidak didapatkan saat awal perawatan.selain Hospital Acquidret
Pneumonia (HAP), terdapat bentuk lainnya yang lebih spesifik dan sering ditemui di
ICU, yaitu Ventilator-associated Pneumonia (VAP). Hampir semua kasus disebabkan
oleh aspirasi dari mikroorganisme di orofaring yang endogenus atau didapat dari
rumah sakit. Faktor resiko mencakup hal-hal yang memicu terjadinya kolonalisasi
babkteri dimana dikarenakan oleh penggunaan antibiotik sebelumya, kontaminasi
dari ventilator. Pneumonia merupakan infeksi nosokomial yang menyebabkan
kematian di rumah sakit senbanyak 15%.
Untuk mencegahnya yaitu dengan pemberian antibiotik sesuai dengan hasil
kultur, kedaan dan prosedur yang dapat meningkatkan resiko aspirasi harus
diperhatikan, misalnya pasien tidak sadar, dan juga sirkut ventilator diganti setiap
24-48 jam.
Upaya dimana untuk mengendalikan infeksi nosokomial di PICU, antara lain:
a) Membuat

Tata-tertib/Panduan

(guidance)

untuk

penanggulangan

(BUKU

PEDOMAN)
b) Tata-tertib cuci tangan dan kebersihan lingkungan RS (pelaksanaan harus diawasi
ketat)
c) Tata-tertib pemasangan alat : infus / transfusi, kateterisasi urin, luka operasi, isolasi
pasien dengan penyakit menular.
d) Pembuangan sampah seperti jarum suntik, alat alat tajam, sampah laboratorium,
produk darah dll.
e) Handwashing / Cuci Tangan
Akan mengurangi jumlah dan penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien
lainnya. Tangan harus digosok dengan sabun sekurang kurangnya selama 10 detik
dan dibilas dengan air mengalir.Harus dilakukan sebelum dan sesudah merawat
12

pasien atau neonatus, sebelum dan sesudah merawat luka dan sebelum melakukan
prosedur penyuntikan dan pemasangan infuse harus sesuai prosedur peyuntikan baik
seperti tranfusi darah. Bila berkontak dengan darah, cairan darah, secret luka, pus,
atau material yg mungkin infeksius, maka tangan harus dicuci untuk 2-3 menit
dengan desinfektan. Surgerical scrub adalah hal yang rutin dilakukan dan dengan
urutan yang bisa bervariasi, akan tetapi tangan dan lengan harus disikat dengan
sabun kira kira 10 menit, lalu dibilas dengan air mengalir dan dengan cairan
antiseptik.
f) Sabun dan kekurangannya
Sabun yg non antimikrobiologis (plain soap) : Sabun ini ternyata gagal untuk
meniadakan bakteri patogen dari tangan, malahan ternyata menambah bacterial
count. Sabun ini bisa terkontaminasi dan menyebabkan tangan petugas kesehatan
mengalami kolonisasi oleh bakteri batang Gram negative.
g) Sanitasi lingkungan Ruangan Di PICU
Penggunaan bahan disinfektansia dengan konsentrasi yang adekuat Pembersihan
lantai dan permukaan serta menggunakan air dan detergen (mengurangi kontaminasi
MO) Pemeriksaan mikrobiologis untuk mengetahui populasi mikroorganisme dari
ruangan di RS (Hospital Strain) dan pola resistensi kuman.
2.2.4 Fasilitas Dan Peralatan di Picu
1. Fasilitas tempat tidur
2. Letak ruang picu dekat ruang resusitasi, emergensi, dan ok (kamar operasi)
3. Suhu kamar diatur oleh ac 220 c
4. Ruang picu harus bersih dan clean zone
5. Sebaiknya dilengkapi fasilitas khusus laboratorium
6. Peralatan :
a. Ventilator servo 900 c, 300 c
b. Monitor ekg, nadi, rr, td, suhu badan
c. Infusion pump, syiring pump
d. Foto portable
e. Cvp set dan alat vena sekdi
f. Emergency trolley, ambubag
2.2.5 Peran dan tanggung jawab perawat PICU
1. Merencanakan perawat fisik secara komprehensif pada pasien yang terkena infeksi
nosokomial
2. Memberikan dukungan emosional pada anak dengan penyakit akut
3. Memberikan dukungan emosional pada anak dengan bersifat empati pada orang tua
dan keluarga
4. Bertindak sebagai pembela anak dalam mempertahankan hak asasinya
13

5. Memberikan pelayanan kepelayanan yang bersifat konsultasi bila anak akan


dilakukan tindakan keperawatan khusus ketika ia dirawat di picu
6. Memberikan pelayanan sebagai bagian dari rumah sakit secara keseluruhan.
7. Memberikan pengajaran tentang prinsif-prinsif picu sesuai dengan usia klien.
2.2.6

Fase Tindakan Intensif Pada Infeksi Nososkomial Di Ruangan PICU .


Berdasarkan prinsip tindakan intensif segera di ruangan PICU setelah dilakukan
berbagai observasi, tritmen, diagnosa, dan hasil evaluasi pada pasien di ruangan PICU
seperti pada pasien bayi/balita dan anak terdapat kasus luka bakar, operasi, infeksi
saluran kemih dll, maka perlu mendapatkan penanganan segera dan termasuk
kedaruratan bagi pasien. Penanganan daruratan dibagi dalam fase intensif I (24 jam
pertama), fase intensif II (24-72 jam pertama), dan fase intensif III (72 jam-10 hari).
1. Fase intensif I
Fase intensif 1 adalah fase 24 jam pertama pada pasien anak dirawat dengan
observasi, diagnosa, tritmen dan evaluasi yang ketat. Berdasarkan hasil evaluasi
pasien maka pasien memiliki tiga kemungkinan yaitu dipulangkan, dilanjutkan ke
fase intensif II, atau dirujuk kerumah sakit yang lebih sesuai standar internasional .
2. Fase intensif II
Fase intensif II perawatan pasien dengan observasi kurang ketat sampai dengan 72
jam. Berdasarkan hasil evaluasi maka pasien pada fase ini memiliki empat
kemungkinan yaitu dipulangkan, dipindahkan ke ruang fase intensif III, atau kembali
ke ruang fase intensif I.
3. Fase intensif III
Fase intensif III pasien di kondisikan sudah mulai stabil, sehingga observasi menjadi
lebih berkurang dan tindakan-tindakan keperawatan lebih diarahkan kepada tindakan
rehabilitasi. Fase ini berlangsung sampai dengan maksimal 10 hari. Merujuk kepada
hasil evaluasi maka pasien pada fase ini dapat dipulangkan, dirujuk ke rumah sakit
lain atau unit psikiatri di rumah sakit umum, ataupun kembali ke ruang fase intensif
I atau II.

14

15

BAB III
PENUTUP

A.

KESIMPULAN
Infeksi nosokomial merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit, yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pelayanan rumah sakit secara
keseluruhan
Upaya untuk mencegah kejadian infeksi nosokomial khususnya di ruangan
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah suatu unit pelayanan intensive yang
memberikan perawatan khusus kepada pasien-pasien bayi/balita dan anak yang berada
dalam kondisi membutuhkan pengawasan ketat atau keadaan gawat/kedaruratan yang
sewaktu-waktu

dapat

meninggal.

Kedaruratan

dapat

terjadi

dimanapun

dan

membutuhkan penanganan segera. Kecepatan menangani kondisi kedaruratan pada


pasien

di

ruangan

PICU

akan

meminimalkan

gejala

sisa,

pencegahan,

mengurangi/memutuskan penyebaran maupun kecacatan akibat infeksi nosokomial, yang


penting juga adalah penerapan standar precaution baik bagi pasien, petugas, lingkungan
dan alat kesehatan, dengan tujuan untuk memutuskan rantai penularanya, disamping itu
fasilitas ruangan yang memadai juga dibutuhkan untuk dapat memberikan pelayanan
kesehatan dan keperawatan yang terbaik khususnyan di ruangan Pediatric Intensive Care
Unit (PICU).
Pendidikan bagi tenaga kesehatan sangat mendukung dalam upaya pengendalian
infeksi, untuk itu pendidikan infeksi harus diberikan secara terus menerus.
B. SARAN
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan kita semua dapat mengetahui konsep
infeksi nosokomial di ruangan Psychiatric Intensive Care Unit (PICU).

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Tietjen, L.,dkk (terj. Saifuddin, AB,dkk): Panduan Pencegahan Infeksi : Untuk
Fasilitas Pelayanan Kesehatan PICU dengan Sumber Daya Terbatas
2. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi di ICU, Dep.Kes.RI, Jakarta 2004
3. Kumpulan Makalah Kursus Dasar : Pengendalian Infeksi Nosokomial, PERDALIN
JAYA, Jakarta, Februari 2005
4. Panduan Bagi Pengendalian Infeksi, www.ansellhealthcare.com, Ansell, 2002
5. Australian Dendal Association, Systemic Operating Procedures, ADA,2003
6. Larson, Elaine L,. RN, Phd, FAAN, CIC,. APIC Guidline for Handwashing and Hend
Antiseptic in Healt Care Setting, Washington, 1995.
7. Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Persahabatan, Jakarta. H. Thamrin Hasbullah.
1993.www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf
8. Parhusip. Factor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial serta
Pengendaliannya di BHG UPF Paru RS. Dr. Pirngadi?Lab. Penyakit Paru FKUSU. 1993.www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf

17

Anda mungkin juga menyukai