Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DASAR PENGENDALIAN INFEKSI

1. Pengertian Infeksi dan Penyakit Infeksi


Di dalam Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998) Infeksi adalah
proses saat organisme (bakteri, virus, jamur) yang mampu menyebabkan penyakit masuk
kedalam tubuh atau jaringan dan menyebabkan trauma atau kerusakan. Bakteri, virus,
jamur memiliki berbagai cara untuk masuk ke dalam tubuh. Cara penularan dibagi
menjadi kontak langsung dan tidak langsung. Kontak langsung terdiri atas penyebaran
orang ke orang (misalnya bersin, kontak seksual, atau semacamnya), hewan ke orang
(misalnya dari gigitan atau cakaran binatang, binatang peliharaan), atau dari ibu hamil ke
anaknya yang belum lahir melalui plasenta. Kontak tidak langsung teridiri atas gigitan
serangga yang hanya menjadi pembawa dari mikoorganisme atau vektor (seperti nyamuk,
lalat, kutu) dan kontaminasi melalui air dan makanan.
Setelah masuk ke dalam tubuh mikoorganisme tersebut mengakibatkan beberapa
perubahan. Mikoorganisme tersebut memperbanyak diri dengan caranya masing – masing
dan menyebabkan cedera jaringan dengan berbagai mekanisme yang mereka punya,
seperti mengeluarkan toksin, mengganggu DNA sel normal, dan sebagainya.
Namun di dalam buku Potter & perry Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933
– 942:2005, Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme
gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakit akan
timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal.
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,terutama
yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin,replikasi
intra selular,atau respon antigen-antibodi.
Lalu, Penyakit Infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit
penyakit. Penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain. Orang yang sehat harus
dihindarkan dari orang-orang yang menderita penyakit dari golongan ini. Penyebab utama
infeksi diantaranya adalah bakteri dan jasad hidup (organism). Kuman-kuman ini
menyebar dengan berbagai cara dan vector.

2. Penyebab Penyakit Infeksi


Gejala dari infeksi ini bervariasi, bahkan ada kondisi dimana infeksi tersebut tidak
menimbulkan sub klinis. Gejala yang ditimbulkan terkadang bersifat lokal atau di tempat
masuknya mikoorganisme atau sistematik yg menyebar keseluruh tubuh.

Berikut adalah beberapa gejala yang timbul berdasarkan penyebabnya :

1) Bakteri
Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri bervariasi tergantung bagian tubuh
mana yang diinfeksi. Jika seseorang terkena infeksi bakteri di tenggorokan, maka
ia akan merasakan nyeri tenggorokan, batuk, dan sebagainya. Jika mengalami
infeksi bakteri pada perncernaan, maka ia akan merasakan gangguan pencernaan
seperti diare, konstipasi, mual atau muntah.
Contoh penyakitnya adalah;
a. TBC: ditularkan memalui udara
b. Tetanus : melalui luka yang kotor
c. Mencret : lalat, air dan jari yang kotor
d. Pneumonia : lewat batuk (udara)
e. Gonorrhea dan sifilis : hubungan kelamin
f. Sakit telinga : dengan selesma (masuk angin dan pilek)
2) Virus
Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi tergantung dari tipe virus, bagian tubuh
yang terinfeksi, usia, dan riwayat penyakitnya. Gejala dari infeksi virus dapat
mempengaruhi hampir seluruh bagian tubuh. Gejala yang sering timbul biasanya
flu, gangguan pencernaan, bersin–bersin, hidung berair dan tersumbat,
pembesaran kelenjar getah bening, pembengkakan tonsil, atau bahkan turunya
berat badan.
Contoh penyakitnya adalah;
a. Selesma, influenza, campak, gondok : ditularkan melalui udara, batuk,
ataupun lalat
b. Rabies : melalui gigitan binatangPenyakit kulit : melalui sentuhan
3) Jamur
Kebanyakan jamur menginfeksi kulit, meskipun terdapat bagian tubuh lain yang
dapat terinfeksi seperti paru–paru dan otak. Gejala infeksi yang disebabkan oleh
jamur antara lain gatal, kemerahan, kadang terdapat rasa bakar, dan kulit bersisik.
Contoh penyakitnya adalah;
a. Kurap, kutu air, dan gatal pada lipatan paha : ditularkan melalui sentuhan atau
dari pakaian yang di pakai secara bergantian

3. Proses terjadinya Penyakit Infeksi


Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari
tingkat infeksi, patogenisitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses
perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan
penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang
diberikan. Berbagai komponen dari sistem imun memberikan jaringan kompleks
mekanisme yang sangat baik yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap
mikroorganisme asing dan sel-sel ganas. Secara umum proses terjadinya infeksi adalah
sebagai berikut:
1) Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi adalah interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan
munculnya gejala pertama.
2) Tahap Prodromal
Tahap prodromal adalah Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik
(malaise,demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. (selama masa ini,
mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan kien lebih mampu menyebarkan
penyakit ke orang lain).
3) Tahap sakit
Tahap sakit adalah interval saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang
spesifik terhadap, jenis infeksi (misalnya: demam di manifestasikan dengan sakit
tenggorokan, kongesti sinus, rhinitis, dan seperti mumps (gondok) dimanifestasikan
dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar paratiroid dan saliva)
4) Pemulihan
Pemulihan adalah interval saat munculnya gejala akut infeksi (lamanya penyembuhan
bergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien, penyembuhan
bisa berlangsung dalam beberapa hari atau bahkan sampai bulanan.

4. Rantai penularan
1) Sumber
a. Manusia; air dan larutan
b. Obat
c. Peralatan
2) Penyebab infeksi
a. Bakteri
b. Jamur
c. Virus
d. Parasit
3) Tempat masuknya
a. Lapisan mukosa
b. Luka
c. Saluran cerna
d. Urine
e. Nafas
4) Pejamu rentan
a. Kekebalan lemah
b. Pasca bedah
c. Penyakit kronis
5) Tempat keluar
a. Ekskreta
b. Sekreta
c. Tetes
6) Cara penularan
a. Kontak langsung maupun tidak langsung
b. Melalui droplet atau udara
c. Melalui benda

5. Faktor Resiko Health Care Associated Infections


Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam sistem
pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan,
baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lain.

6. Penyebab Infeksi Nosokomial


a. Pasien
b. Petugas kesehatan
c. Pengunjung
d. Sumber lain; alat kesehatan

7. Secara umum faktor yang mempengaruhi terjadinya nosokomial terdiri atas dua bagian
besar yaitu:
a. Faktor endogen, yaitu umur, sex, penyakit penyerta, daya tahan tubuh, dan kondisi-
kondisi lokal).
b. Faktor eksogen, yaitu lama penderita dirawat, kelompok yang merawat, alat medis,
serta lingkungan).

8. Pencegahan dan pengendalian infeksi


Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari
peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara
mikroorganisme dan individu pasien atau petugas kesehatan.Penghalang ini dapat berupa
upaya fisik, mekanik ataupun kimia yang meliputi pencucian tangan, penggunaan sarung
tangan, penggunaan cairan antiseptik, pemprosesan alat bekas pakai, dan pembuangan
sampah.
a. Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan
penyebaran infeksi. Tujuan cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan
debu secara mekanis dari perrmukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme.
b. Penggunaan sarung tangan
Sarung tangan digunakan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak
utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, sarung
tangan, atau sampah yang terkontaminasi (APN, 2007: 17).
c. Penggunaan teknik aseptik
Aseptik meliputi penggunaan perlengkapan perlindungan pribadi, antisepsis,
menjaga tingkat sterilitas atau DTT.Penggunaan perlengkapan perlindungan
pribadiseperti kacamata pelindung, masker wajah, sepatu boot atau sepatu
tertutup, celemek.
Antisepsis adalah pengurangan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput
lendir, atau jaringan tubuh lain dengan menggunakan bahan
antimikroba.Menjaga tingkat sterilitas atau desinfeksi tingkat tinggi Prinsip
menjaga daerah steril harus digunakan untuk prosedur pada area tindakan
dengan kondisi desinfeksi tingkat tinggi.
d. Pemrosesan alat bekas pakai
Menurut (Depkes, 2000: 2), dalam mencegah penularan infeksi, terdapat tiga
langkah pencegahan infeksi yaitu dekontaminasi, pencucian, dan desinfeksi
tingkat tinggi (sterilisasi)
e. Pembuangan sampah
Sampah bisa terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sampah yang tidak
terkontaminasi tidak mengandung risiko bagi petugas yang menanganinya.
Tetapi sebagian besar limbah persalinan dan kelairan bayi adalah sampah
terkontaminasi.Jika tidak dikelola dengan benar, sampah terkontaminasi
berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau
menangani sampah tersebut termasuk angggota masyarakat.Sampah
terkontaminasi termasuk darah, nanah, urin, kotoran manusia dan benda-
benda yang kotor oleh cairan tubuh. Tangani pembuangan sampah dengan
hati-hati.

9. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi


Strategi-strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penularan di tempat layanan
kesehatan meliputi :
1) Menjalankan langkah-langkah pencegahan standar untuk semua pasien
Kewaspadaan standar harus selalu diterapkan di semua fasilitas pelayanan kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi semua pasien dan
mengurangi risiko infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan standar meliputi :
a. Kebersihan tangan dan pernapasan
Kebersihan tangan merupakan cara terbaik untuk mencegah penyebaran kuman di
pelayanan kesehatan dan komunitas. Petugas kesehatan harus menerapkan “5
momen kebersihan tangan”, yaitu: sebelum menyentuh pasien, sebelum
melakukan prosedur kebersihan atau aseptik, setelah berisiko terpajan cairan
tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan setelah bersentuhan dengan
lingkungan pasien, termasuk permukaan atau barang-barang yang tercemar.
Kebersihan tangan mencakup:
a) Mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan antiseptik berbasis
alkohol;
b) Cuci tangan dengan sabun dan air ketika terlihat kotor;
c) Kebersihan tangan juga diperlukan ketika menggunakan dan terutama ketika
melepas APD.
Cara membersihkan tangan :
a. Mencuci tangan menggunakan handrub bias dipilih bila tangan tidak
tampak kotor
b. Lakukan selama 20-30 detik
c. Mencuci tangan menggunakan handwash, yaitu menggunakan sabun
dan air mengalir serta tissue pengering jika tangan tampak kotor dan
terpapar cairan tubuh pasien
d. Lakukan selama 40-60 detik

b. Kebersihan/ Etika Batuk :


Praktek etika batuk yang benar dapat menurunkan penyebaran kuman yang
menyebabkan infeksi pernafasan (influenza dan batuk, termasuk COVID-19)
Cara etika batuk :
a. Palingkan wajah dari orang sekitar ketika batuk atau bersin
b. Tutup hidung dan mulut menggunakan tissue. Bila selesai digunakan
buang tissue ke tempat sampah kemudian lakukan cuci tangan.
c. Gunakan lengan atas bagian dalam untuk menutup mulut dan hidung
d. Memakai masker
Masker dilepas pas tali bagian bawah terlebih dahulu kemudian tali
bagian atas dan dimasukkan ke dalam tempat sampah infeksius.
Orang dengan gejala sakit saluran pernapasan harus disarankan untuk
menerapkan kebersihan/ etika batuk. Selain itu mendorong kebersihan
pernapasan melalui galakkan kebiasaan cuci tangan untuk pasien
dengan gejala pernapasan, pemberian masker kepada pasien dengan
gejala pernapasan, pasien dijauhkan setidaknya 1 meter dari pasien
lain, pertimbangkan penyediaan masker dan tisu untuk pasien di semua
area.

Penggunaan APD sesuai risiko

Penggunaan secara rasional dan konsisten APD, kebersihan tangan akan


membantu mengurangi penyebaran infeksi. Pada perawatan rutin pasien, penggunaan
APD harus berpedoman pada penilaian risiko/ antisipasi kontak dengan darah, cairan
tubuh, sekresi dan kulit yang terluka. APD yang digunakan merujuk pada Pedoman
Teknis Pengendalian Infeksi sesuai dengan kewaspadaan kontak, droplet, dan airborne.

Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi bagi petugas kesehatan yang merawat
pasien ISPA untuk tempat dan prosedur klinis khusus;

1. Kedatangan pasien di tempat penerimaan


a. Pertama-tama dilakukan pencatatan administratif.
b. Rujuk ke petugas klinis untuk pengkajian dan triase
c. Tidak kontak erat dan menjaga jarak minimal 1 meter dari pasien.

Tindakan apa yang tepat untuk mencegah transmisi patogen dari pasien?

a. Lingkungan
- Upayakan agar pasien berada dalam jarak sekurangnya 1 m dari pasien lain dan juga
pengunjung.
- Batasi jumlah petugas di lingkungan pasien seminimal mungkin.
- Pastikan ventilasi ruangan memadai.
b. Pasien
- Instruksikan kepada pasien agar selalu mematuhi peraturan kebersihan pernapasan
dan etika batuk serta kebersihan tangan.
- Bila memungkinkan, pasien harus memakai masker bedah.
- Batasi pergerakan pasien.
c. Petugas kesehatan
- Jika terjadi kontak erat, gunakan masker bedah
2. Triase dan pemeriksaan fisik ]
a. Pengkajian klinis.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pengambilan riwayat penyakit.

Tindakan apa yang tepat untuk mencegah transmisi patogen dari pasien?

a. Lingkungan
- Batasi jumlah petugas di lingkungan pasien seminimal mungkin.
- Pastikan ruangan cukup udara (buka pintu dan jendela).
b. Pasien
- Instruksikan pasien agar selalu mematuhi peraturan kebersihan pernapasan dan
etika batuk dengan memakai tisu/masker bedah dan membersihkan tangan.
- Bila pasien berkenan, selalu gunakan masker bedah.
c. Petugas kesehatan Gunakan masker bedah dan membersihkan tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien.
3. Nebulisasi
a. Pasangkan alat nebulisasi di sekitar wajah dan hidung pasien.
b. Sambungkan ke tabung oksigen.

Tindakan apa yang tepat untuk mencegah transmisi patogen dari pasien?

d. Lingkungan
- Batasi jumlah petugas di lingkungan pasien seminimal mungkin.
- Pastikan ruangan cukup udara (buka pintu dan jendela).
e. Pasien
- Instruksikan pasien agar selalu mematuhi peraturan kebersihan pernapasan dan
etika batuk dengan memakai tisu/masker bedah dan membersihkan tangan.
- Bila pasien berkenan, selalu gunakan masker bedah.
f. Petugas kesehatan Gunakan masker bedah dan membersihkan tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien.
4. Perawatan umum
a. Perawatan umum kecuali tindakan yang menghasilkan aerosol.
b. Kontak berulang dengan pasien, lingkungan perawatan, dan peralatan bekas pakai.
c. Kontak dalam jangkauan 1 meter dari pasien.

Tindakan apa yang tepat untuk mencegah transmisi patogen dari pasien?

a. Lingkungan
- Batasi jumlah petugas di lingkungan pasien seminimal mungkin.
- Pastikan ruangan cukup udara (buka pintu dan jendela)
- Tempatkan pasien di ruangan tersendiri ketika melakukan tindakan resusitasi,
intubasi, dan suction.
b. Pasien
- Instruksikan pasien agar selalu mematuhi peraturan kebersihan pernapasan dan
etika batuk dengan memakai tisu/masker bedah dan membersihkan tangan.
- Bila pasien berkenan, selalu gunakan masker bedah.
c. Petugas kesehatan
- Gunakan masker bedah dan membersihkan tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien.
- Gunakan sarung tangan, gaun pelindung, pelindung mata, dan respirator partikulat
ketika melakukan tindakan resusitasi, intubasi, dan suction.
5. Pengambilan spesimen sputum
a. Fisioterapi dada dan pengambilan spesimen sputum
b. Kontak erat yang berulang dengan pasien.
c. Kontak dalam jarak kurang dari 1 m dari pasien dan sangat dekat dengan saluran
pernapasan dan sekretnya.
Tindakan apa yang tepat untuk mencegah transmisi patogen dari pasien?

a. Lingkungan
- Batasi jumlah petugas di lingkungan pasien seminimal mungkin.
- Pastikan ruangan cukup udara (buka pintu dan jendela).
- Tempatkan pasien di ruangan tersendiri.
b. Petugas kesehatan
- Membersihkan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
- Gunakan sarung tangan, gaun pelindung, pelindung mata, dan respirator partikulat.
6. Resusitasi, intubasi, suction, dan/atau ekstubasi
a. Insersi laringoskopi, ETT, dan/atau kateter suction.
b. Sambungkan ambu-bag.
c. Lakukan lavase dengan larutan garam fisiologi apabila terdapat sekret yang kental dan
atau bercampur darah.
d. Lepaskan ETT dari ventilator.
e. Lepaskan ETT dari pasien.

Tindakan apa yang tepat untuk mencegah transmisi patogen dari pasien?

a. Lingkungan
- Batasi jumlah petugas di lingkungan pasien seminimal mungkin.
- Tempatkan pasien di ruangan tersendiri.
- Pastikan ruangan cukup udara (buka pintu dan jendela) atau gunakan ventilasi
mekanik di ruang operasi pada saat intubasi pra-operatif.
b. Petugas kesehatan
- Membersihkan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
- Gunakan sarung tangan, gaun pelindung, pelindung mata, dan respirator partikulat.
7. Bronkoskopi
a. Insersi dan melepaskan bronkoskopi.
b. Lakukan lavase dengan larutan garam fisiologi apabila terdapat sekret yang kental dan
atau bercampur darah.
c. Kemungkinan pengumpulan spesimen atau biopsi.
d. Kontak erat yang berulang dengan pasien
e. Kontak dalam jarak kurang dari 1 m dari pasien dan sangat dekat dengan saluran
pernapasan dan sekretnya

Tindakan apa yang tepat untuk mencegah transmisi patogen dari pasien?

c. Lingkungan
- Batasi jumlah petugas di lingkungan pasien seminimal mungkin.
- Tempatkan pasien di ruangan tersendiri.
- Pastikan ruangan cukup udara (buka pintu dan jendela) atau gunakan ventilasi
mekanik di ruang operasi pada saat intubasi pra-operatif.
d. Petugas kesehatan
- Membersihkan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
- Gunakan sarung tangan, gaun pelindung, pelindung mata, dan respirator partikulat.

Anda mungkin juga menyukai