Disusun Oleh :
YULIANI PRIMA PUTRI
NIM. 160101030
Dosen Pembimbing :
VIRGO VICNORI, M.Ag
KATA PENGANTAR
Pariaman,
Januari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul...
Kata Pengantar...
Daftar Isi........
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang...
1.2.
1.3.
Tujuan
Manfaat..
BAB I
PENDAHULUAN
di
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat
Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh
Manusia.
Pada makalah ini akan dibicarakan lebih lanjut mengenai tranplantasi organ
dan berbagai macam klasifikasinya serta peninjauan mengenai etika moral dari
segi hukum maupun agama.
1.2. TUJUAN
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I
b. Untuk memberikan informasi dan membuka wawasan pembaca mengenai
transplantasi organ.
1.3. MANFAAT
Memberikan
informasi
dan
wawasan
kepada
pembaca
mengenai
transplantasi organ dan klasifikasinya,serta tinjauan dari segi hukum, etika moral
dan agama, khususnya bagi para calon tenaga kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.
organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini
adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk
menolong pasien dengan kegagalan organnya,karena hasilnya lebih memuaskan
dibandingkan dengan yang lain dan hingga saat ini terus berkembang dalam dunia
kedokteran. Namun tindakan medis ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena
masih harus dipertimbangkan dari segi non medis, yaitu dari segi agama, hukum,
budaya, etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam
menetapkan terapi transplatasi,adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (Living
Related Donor / LRD) dan donasi organ jenazah, karena itu diperlukan kerjasama
yang saling mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi,
pemuka agama).
Transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai life saving sedangkan
transplantasi jaringan dikategorikan sebagai life enhancing.Dalam pelaksanaan
transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang terkait dengannya, yaitu orang yang
anggota tubuhnya dipindahkan disebut donor (pen-donor), sedang yang menerima
disebut resipien dan para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak
donor kepada resipien.
2.3. TUJUAN TRANSPLANTASI ORGAN
Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian
tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak
dapat berfungsi lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama
(autotransplantasi), pada orang yang berbeda (homotransplantasi) ataupun antar
spesies yang berbeda (xeno-transplantasi). Transplantasi organ biasanya dilakukan
pada stadium terminal suatu penyakit, dimana organ yang ada tidak dapat lagi
dilakukan
untuk
mengangkat
jaringan
dan
kemudian
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan
transplantasi, yaitu :
1.
2.
2.
3.
Donor dalam keadaan hidup sehat. Dalam tipe ini diperlakukan seleksi
yang cermat dan harus diadakan general check up (pemeriksaan kesehatan
yang lengkap dan menyeluruh) baik terhadap donor, maupun terhadap
resipien. Hal ini dilakukan demi untuk menghindari kegagalan
transplantasi.
2.
3.
b.
c.
Dalam hal pengambilan organ dari jenazah dikenal ada 2 sistem yang
diberlakukan secara nasional, yaitu :
1) Sistem izin (toestemming system) : Sistem ini menyatakan bahwa
transplantasi baru dapat dilakukan jika ada persetujuan dari donor
sebelum pengambilan organ. Indonesia menganut sistem ini.
2) Sistem tidak berkeberatan (geen bezwaar system) : dalam sistem ini
transplantasi organ dapat dilakukan sejauh tidak ada penolakan dari
pihak donor. Tidak adanya penolakan dari donor, dalam sistem ini,
ditafsirkan sebagai donor tidak keberatan dilakukan pengambilan
organ.
2.7.
ORGAN
Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah donor
hidup, jenazah dan donor mati, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan
pelaksana lain, serta masyarakat. Hubungan pihak-pihak tersebut dengan masalah
etik dan moral dalam transplantasi akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini.
1)
Donor Hidup
Adalah orang yang memberikan jaringan atau organnya kepada
orang lain (resipien). Sebelum memutuskan untuk menjadi donor,
seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko yang akan dihadapi,
baik resiko di bidang medis, pembedahan, maupun resiko untuk
kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan atau organ yang
telah dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, sesorang tidak
boleh mengalami tekanan psikologis.Hubungan psikis dan emosi harus
3)
keluarga
resipien
sebenarnya
hanya
dituntut
suatu
Resipien
Adalah orang yang menerima jaringan atau organ dari orang
lain. Pada dasarnya, seorang penderita mempunyai hak untuk
mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang hidup atau
hendaknya
tidak
dipengaruhi
oleh
pertimbangan-
6)
Masyarakat
Secara
tidak
langsung
masyarakat
turut
menentukan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. PANDANGAN AGAMA TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN
Menurut Prof. Dr. Masjfruk zuhdi boleh tidaknya suatu transplantasi
dilakukan tergantung pada kondisi donor. Pada donor hidup dan donor dalam
keadaan hampir meninggal, transplantasi tidak diperbolehkan dengan asumsi
bahwa hal tersebur akan membahayakan donor, sementara kaidah ushul fiqh
menyatakan menghindari kerusakan didahulukan atas menarik kemaslahatan
dan bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lain.
Menurut Drs. Asymuni Abdur Rachman tidak mendasarkan pada kondisi
donor, tapi pada kaidah ushul bahwa kemadlaratan yang lebih berat dihilangkan
dengan kemadlaratan yang lebih ringan.
Islam memerintahkan agar setiap penyakit diobati.Membiarkan penyakit
bersarang dalam tubuh dapat berakibat fatal, yaitu kematian. Membiarkan diri
terjerumus pada kematian adalah perbuatan terlarang, "... dan janganlah kamu
membunuh dirimu !Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu." (QS. AnNisa 4: 29). Maksudnya, apabila sakit, berobatlah secara optimal sesuai dengan
kemampuan karena setiap penyakit sudah ditentukan obatnya.
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa seorang Arab Badui mendatangi
Rasulullah saw. seraya bertanya, Apakah kita harus berobat? Rasulullah
menjawab, Ya hamba Allah, berobatlah kamu, sesungguhnya Allah tidak
menurunkan penyakit melainkan juga (menentukan) obatnya, kecuali untuk satu
penyakit. Para sahabat bertanya, Penyakit apa itu ya Rasulullah? Beliau
menjawab, Penyakit tua. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Transplantasi termasuk salah satu jenis pengobatan.
Persoalannnya, bagaimana hukum mendonorkan organ tubuh untuk
ditransplantasi?Islam memerintahkan untuk saling menolong dalam kebaikan dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respect terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri.Praktik profesional merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.Jika dikaitkan dengan kasus transplantasi organ maka hal
yang menjadi pertimbangan adalah seseorang melakukan transplantasi
tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan tentu saja pasien
diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang telah
b.
c.
d.
e.
seseorang
untuk
mempertahankan
komitmen
yang
yang matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak pendonor
maupun resipien, tidak merugikan pihak manapun serta berorientasi pada
kemanusiaan.
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar
nilai-nilai dalam praktek perawat professional.Sebagai contoh nilai tersebut
adalah, keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang
perawat menjunjung tinggi nilai tersebut dalam praktiknya, niscaya seorang
perawat tidak akan mudah membantu melaksanakan praktek transplantasi organ
hanya dengan motivasi komersiil.
3.3.
PERATURAN
PERUNDANG
UNDANGAN
DAN
ETIKA
TRANPLANTASI ORGAN
a. Aspek Hukum Transplantasi Organ
Dari segi hukum, transplantasi organ, jaringan dan sel tubuh
dipandang sebagai suatu hal yang mulia dalam upaya menyehatkan dan
mensejahterakan manusia, walaupun ini adalah suatu perbuatan yang
melawan hukum pidana yaitu tindak pidana penganiayaan, tetapi mendapat
pengecualian hukuman, maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam pidana,
dan dapat dibenarkan.
Peraturan transplantasi organ termuat dalam :
a)
1.
Pasal 33 dan 34 UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Pasal 33
1) Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat
dilakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, transfusi darah ,
implant obat dan atau alat kesehatan, serta bedah pastik dan
rekonstruksi.
kesehatan
donor
yang
bersangkutan
dan
ada
Pasal 1 :
a) Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang
dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal
(fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.
b) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal
(fungsi) yang sama dan tertentu.
c) Transplantasi adalah rangkaian
tindakan
kedokteran
untuk
pemindahan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari
tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat
dan atau jaringan tubuh ynag tidak berfungsi dengan baik.
transplantasi,
ini
erat
kaitannya
dengan
keberhasilan
dilakukan
dengan
pemeriksaan
elektroensefalografi
dan
dinyatakan meninggal jika terdapat kematian batang otak dan sudah pasti
tidak terjadi pernafasan dan denyut jantung secara spontan. Pemeriksaan
dilakukan oleh para dokter lain bukan dokter transplantasi agar hasilnya
lebih objektif.
c. Tenaga Kesehatan Yang Berwenang
Di Indonesia transplantasi hanya boleh dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kewenangan, yang melakukannya atas dasar
adanya persetujuan dari donor maupun ahli warisnya (pasal 34 ayat 1 UU
No. 23/1992).Karena transplantasi organ merupakan tindakan medis, maka
yang berwenang melakukannya adalah dokter. Dalam UU ini sama sekali
tidak dijelaskan kualifikasi dokter apa saja yang berwenang. Dengan
demikian, penentuan siapa saja yang berwenang agaknya diserahkan kepada
profesi medis sendiri untuk menentukannya.
Secara logika, transplantasi organ dalam pelaksanaannya akan
melibatkan banyak dokter dari berbagai bidang kedokteran seperti bedah,
anestesi, penyakit dalam, dll sesuai dengan jenis transplantasi organ yang
akan dilakukan. Dokter yang melakukan transplantasi adalah dokter yang
bekerja di RS yang ditunjuk oleh Menkes (pasal 11 ayat 1 PP
18/1981).Untuk menghindari adanya konflik kepentingan, maka dokter yang
Keamanan
Tindakan operasi harus aman bagi donor maupun penerima
organ.Secara umum keamanan tergantung dari keahlian tenaga
kesehatan, kelengkapan sarana dan alat kesehatan.
2)
Voluntarisme
Transplantasi dari donor hidup maupun mati hanya bisa
dilakukan jika telah ada persetujuan dari donor dan ahli waris atau
keluarganya (pasal 34 ayat 2 UU No. 23/1992).Sebelum meminta
persetujuan dari donor dan ahli waris atau keluarganya, dokter wajib
memberitahu resiko tindakan transplantasi tersebut kepada donor (pasal
15 PP 18/1981).
1.
2.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Kemajuan teknologi
dibidang
kedokteran
memungkinkan
terjadinya
tetapi,
tidak
dapat
dipungkiri
banyaknya masalah yang muncul akibat kemajuan teknologi ini seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.Transplantasi boleh saja dilakukan dengan melaksanakan
ketentuan-ketentuan berupa hukum kesehatan dan etika kedokteran yang berlaku
di Indonesia.Tenaga kesehatan berperan penting dalam masalah ini. Oleh sebab
itu, setiap pihak yang memiliki kewenangan tersebut hendaknya memperhatikan
tujuan dari transplantasi organ dengan pertimbangan yang matang dan bukan
karena kepentingan material semata.
4.2. SARAN
Saran bagi Pendonor
DAFTAR PUSTAKA
N.
Menengok
Transplantasi
Organ
di
China.Accessed: