Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PENCANGKOKAN ORGAN TUBUH MANUSIA


(TRANSPLANTASI)

Disusun Oleh :
YULIANI PRIMA PUTRI
NIM. 160101030

Dosen Pembimbing :
VIRGO VICNORI, M.Ag

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES PIALA SAKTI
PARIAMAN
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT.atas rahmat dan


karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu
Keperawatan Dasar I dalam bentuk makalah ini dengan lancar. Makalah yang
berjudul Transpalantasi Organ Tubuh ini membahas mengenai pengertian dan
bagian-bagian dari transplantasi organ tubuh.
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak.Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.
Kami sadar, bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal
itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami.Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca juga kami para
penulis.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan.

Pariaman,

Januari 2017

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul...
Kata Pengantar...
Daftar Isi........
BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang...

1.2.
1.3.

Tujuan
Manfaat..

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1.
Sejarah Transplantasi Organ..
2.2.
PengertianTransplantasi Organ..
2.3.
Tujuan Transplantasi Organ...
2.4.
Klasifikasi Transplantasi Organ.....
2.5.
Metode Transplantasi Organ..
2.6.
Kategori Transplantasi Organ....
2.7.
Masalah Etik dan Moral Dalam Transplantasi Organ....
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Pandangan Agama Dalam Transplantasi Organ.....
3.2. Transplantasi Organ dari Segi Etika Keperawatan........
3.3. Peraturan Perundang-Undangan dan Etika Transplantasi Organ...
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan..........
4.2. Saran.
DAFTAR PUSTAKA.......

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Perkembangan dan kemajuan zaman yang sangat pesat saat ini memberikan
dampak secara global diberbagai bidang, salah satunya adalah kemajuan

di

bidang kedokteran dan kesehatan yaitu teknik transplantasi organ.


Transplantasi organadalah tindakan medis berupa pendonoran atau
pemindahan seluruh maupun sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain,
atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh yang sama. Transplantasi
ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak berfungsi pada
penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat
berasal dariseseorang yang masih hidup ataupun telah meninggal.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor
kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1950 di Chicago, perkembangan di bidang
transplantasi maju pesat. Permintaan untuk transplantasi organ terus mengalami
peningkatan melebihi ketersediaan donor yang ada. Sebagai contoh di China, pada
tahun 1999 tercatat hanya 24 transplantasi hati, namun tahun 2000 jumlahnya
mencapai 78 angka. Sedangkan tahun 2003 angkanya bertambah 356.Jumlah
tersebut semakin meningkat pada tahun 2004 yaitu 507 kali transplantasi.Tidak
hanya hati, jumlah transplantasi keseluruhan organ di China memang meningkat
drastis.Setidaknya telah terjadi 3 kali lipat melebihi Amerika Serikat.
Ketidakseimbangan antara jumlah pemberi organ dengan penerima organ hampir
terjadi di seluruh dunia.
Ketika tingkat keberhasilan tranplantasi organ semakin meningkat maka
permintaan atas organ dan jaringan tubuh manusia yang dijadikan donor juga akan

meningkat. Pada awal mula perkembangan teknologi tranplantasi jaringan tubuh


manusia, sumber donor berasal dari pihak keluarga semata namun seiring dengan
perkembangannya berkembang ke lingkar yang lebih luas.Badan Kesehatan Dunia
(WHO) mencatat, setiap tahun terjadi 21.000 pencangkokan hati.Padahal,
berdasarkan pakar medis, jumlah permintaan sebenarnya paling sedikit 90.000.
Selain itu, permintaan akan ginjal juga melebihi persediaan yang ada. Hasilnya,
harga organ tubuh melonjak tajam.Ini menjadi salah satu faktor pendukung
maraknya perdagangan organ tubuh manusia di pasar gelap. Di Mesir, sebuah
ginjal berharga USD5.300, sementara di Istanbul,Turki harganya bisa mencapai
USD30.700. Di China, harga liver bahkan menembus USD34.380.
Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU
No. 23 tahun 1992

Tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannya

diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat
Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh
Manusia.
Pada makalah ini akan dibicarakan lebih lanjut mengenai tranplantasi organ
dan berbagai macam klasifikasinya serta peninjauan mengenai etika moral dari
segi hukum maupun agama.

1.2. TUJUAN
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I
b. Untuk memberikan informasi dan membuka wawasan pembaca mengenai
transplantasi organ.
1.3. MANFAAT

Memberikan

informasi

dan

wawasan

kepada

pembaca

mengenai

transplantasi organ dan klasifikasinya,serta tinjauan dari segi hukum, etika moral
dan agama, khususnya bagi para calon tenaga kesehatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1.

SEJARAH TRANPLANTASI ORGAN


Transplantasi organ mulai dipikirkan oleh dunia sejak 4000 tahun silam

menurut manuscrip yang ditemukan di Mesir yang memuat uraian mengenai


eksperimen transplantasi jaringan yang pertama kali dilakukan di Mesirsekitar
2000 tahun sebelum diutusnya Nabi Isa as. Sedangkan di India, beberapa puluh
tahun sebelum lahirnya Nabi Isa as. seorang ahli bedah bangsa Hindu telah
berhasil memperbaiki hidung seorang tahanan yang cacat akibat siksaan, dengan
cara mentransplantasikan sebagian kulit dan jaringan lemak yang diambil dari
lengannya. Pengalaman inilah yang merangsang Gaspare Tagliacosi, seorang ahli
bedah Italia, pada tahun 1597M untuk mencoba memperbaiki cacat hidung
seseorang dengan menggunakan kulit milik kawannya.
Pada ujung abad ke-19 M para ahli bedah, baru berhasil mentransplantasikan
jaringan, namun sejak penemuan John Murphy pada tahun 1897 yang berhasil
menyambung pembuluh darah pada binatang percobaan, barulah terbuka pintu
percobaan mentransplantasikan organ dari manusia ke manusia lain. Percobaan
yang telah dilakukan terhadap binatang akhirnya berhasil, meskipun ia
menghabiskan waktu cukup lama yaitu satu setengah abad. Pada tahun 1954 M
Dr. J.E. Murrayberhasil mentransplantasikan ginjal kepada seorang anak yang
berasal dari saudara kembarnya yang membawa perkembangan pesat dan lebih
maju dalam bidang transplantasi.
Tatkala Islam muncul pada abad ke-7 Masehi, ilmu bedah sudah dikenal di
berbagai negara dunia, khususnya negara-negara maju saat itu, seperti dua negara
adidaya Romawi dan Persia. Namun pencangkokan jaringan belum mengalami

perkembangan yang berarti, meskipun sudah ditempuh berbagai upaya untuk


mengembangkannya. Selama ribuan tahun setelah melewati bantuk eksperimen
barulah berhasil pada akhir abad ke-19 M, untuk pencangkokan jaringan, dan pada
pertengahan abad ke-20 M untuk pencangkokan organ manusia.
Di masa Nabi Muhammad SAW. negara Islam telah memperhatikan masalah
kesehatan rakyat, bahkan senantiasa berupaya menjamin kesehatan dan
pengobatan bagi seluruh rakyatnya secara cuma-cuma. Ada beberapa dokter ahli
bedah di masa Beliau yang cukup terkenal seperti al Harth bin Kildah dan Abu
Ramtah Rafa'ah, juga Rufaidah Al Aslamiyah dari kaum wanita.
Meskipun pencangkokan organ tubuh belum dikenal oleh dunia saat itu,
namun operasi plastik yang menggunakan organ buatan atau palsu sudah dikenal
di masa Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Abu Daud
dan Tirmidzi dari Abdurrahman bin Tharfah (Sunan Abu Dawud, hadits. no.4232)
"bahwa kakeknya 'Arfajah bin As'ad pernah terpotong hidungnya pada perang
Kulab, lalu ia memasang hidung (palsu) dari logam perak, namun hidung tersebut
mulai membau (membusuk), maka Nabi Muhammad SAW. menyuruhnya untuk
memasang hidung (palsu) dari logam emas". Imam Ibnu Sa'ad dalam Thabaqatnya
(III/58) juga telah meriwayatkan dari Waqid bin Abi Yaser bahwa 'Utsman (bin
'Affan) pernah memasang mahkota gigi dari emas, supaya giginya lebih kuat
(tahan lama).

2.2. PENGERTIAN TRANSPLANTASI ORGAN


Transplantasi Organ adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan
organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau
tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan
tubuh yang tidak berfungsi dengan baik (pasal 1 butir 5 UUK). Transplantasi

organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini
adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk
menolong pasien dengan kegagalan organnya,karena hasilnya lebih memuaskan
dibandingkan dengan yang lain dan hingga saat ini terus berkembang dalam dunia
kedokteran. Namun tindakan medis ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena
masih harus dipertimbangkan dari segi non medis, yaitu dari segi agama, hukum,
budaya, etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam
menetapkan terapi transplatasi,adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (Living
Related Donor / LRD) dan donasi organ jenazah, karena itu diperlukan kerjasama
yang saling mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi,
pemuka agama).
Transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai life saving sedangkan
transplantasi jaringan dikategorikan sebagai life enhancing.Dalam pelaksanaan
transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang terkait dengannya, yaitu orang yang
anggota tubuhnya dipindahkan disebut donor (pen-donor), sedang yang menerima
disebut resipien dan para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak
donor kepada resipien.
2.3. TUJUAN TRANSPLANTASI ORGAN
Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian
tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak
dapat berfungsi lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama
(autotransplantasi), pada orang yang berbeda (homotransplantasi) ataupun antar
spesies yang berbeda (xeno-transplantasi). Transplantasi organ biasanya dilakukan
pada stadium terminal suatu penyakit, dimana organ yang ada tidak dapat lagi

menanggung beban karena fungsinya yang nyaris hilang karena suatu


penyakit.Pasal 33 UU No 23/1992 menyatakan bahwa transplantasi merupakan
salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan kemanusiaan
dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33 ayat 2 UU 23/
1992).Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa organ atau jaringan tubuh
merupakan anugerah Tuhan YME sehingga dilarang untuk dijadikan obyek untuk
mencari keuntungan atau komersial.
2.4. KLASIFIKASI TRANSPLANTASI ORGAN
a. Autotransplantasi
Pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh
orang itu sendiri.
b. Homotransplantasi
Pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke
tubuh orang lain.
c. Heterotransplantasi
Pemindahan organ atau jaringan dari satu spesies ke spesies lain.
d. Autograft
Transplantasi jaringan untuk orang yang sama. Kadang-kadang hal
ini dilakukan dengan jaringan surplus, atau jaringan yang dapat
memperbarui, atau jaringan lebih sangat dibutuhkan di tempat lain (contoh
termasuk kulit grafts, ekstraksi vena untuk CABG, dll) Kadang-kadang
autograft

dilakukan

untuk

mengangkat

jaringan

dan

kemudian

mengobatinya atau orang, sebelum mengembalikannya (contoh termasuk


batang autograft sel dan penyimpanan darah sebelum operasi ).
e. Allograft
Allograft adalah suatu transplantasi organ atau jaringan antara dua
non-identik anggota genetis yang samaspesies. Sebagian besar jaringan
manusia dan organ transplantasi yang allografts. Karena perbedaan genetik

antara organ dan penerima, penerima sistem kekebalan tubuh akan


mengidentifikasi organ sebagai benda asing dan berusaha untuk
menghancurkannya, menyebabkan penolakan transplantasi.
f. Isograft
Sebuah subset dari allografts di mana organ atau jaringan yang di
transplantasikan dari donor ke penerima yang identik secara genetik
(seperti kembar identik ). Isografts dibedakan dari jenis lain transplantasi
karena sementara mereka secara anatomi identik dengan allografts, mereka
tidak memicu respon kekebalan.
g. Xenograft dan xenotransplantation
Transplantasi organ atau jaringan dari satu spesies yang lain.
Sebuah contoh adalah transplantasi katup jantung babi, yang cukup umum
dan sukses. Contoh lain adalah mencoba-primata (ikan primata non
manusia)-transplantasi Piscine dari pulau kecil (yaitu pankreas atau
jaringan).
h. Transplantasi Split
Kadang-kadang organ almarhum donor, biasanya hati, dapat dibagi
antara dua penerima, terutama orang dewasa dan seorang anak.Ini bukan
biasanya sebuah pilihan yang diinginkan karena transplantasi organ secara
keseluruhan lebih berhasil.
i. Transplantasi Domino
Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan fibrosis kistik
karena kedua paru-paru perlu diganti dan itu adalah operasi lebih mudah
secara teknis untuk menggantikan jantung dan paru-paru pada waktu yang
sama. Sebagai jantung asli penerima biasanya sehat, dapat dipindahkan ke
orang lain yang membutuhkan transplantasi jantung. (parsudi,2007).

Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu:

1. Eksplantasi : Usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup


atau yang sudah meninggal
2. Implantasi : Usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut
kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.

Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan
transplantasi, yaitu :
1.

Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri


orang hidup yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara
biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan jaringan atau
organ. (anonim,2006)
Adaptasi resipien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima

2.

jaringan atau organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima


atau menolak jaringan atau organ tersebut, untuk berfungsi baik,
mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari
donor yang masih hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal dimana
meninggal sendiri didefinisikan kematian batang otak. Organ-organ yang diambil
dari donor hidup seperti : kulit, ginjal, sumsum tulang dan darah (tranfusi darah).
Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah jantung, hati, ginjal, kornea,
pankreas, paru-paru dan sel otak.
2.5. METODE TRANSPLANTASI ORGAN
Semakin berkembangnya ilmu tranplantasi modern, ditemukan metodemetode pencangkokan, seperti :
1.

Pencangkokan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas


koroner oleh Dr. George E. Green.

2.

Pencangkokan jantung, dari jantung ke kepada manusia oleh Dr.


Christian Bernhard, walaupun resipiennya kemudian meninggal

3.

dalam waktu 18 hari.


Pencangkokan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke
penderita Parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.

2.6. KATEGORI TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH


Transplantasi dapat dikategorikan menjadi tiga tipe, yaitu :
a.

Donor dalam keadaan hidup sehat. Dalam tipe ini diperlakukan seleksi
yang cermat dan harus diadakan general check up (pemeriksaan kesehatan
yang lengkap dan menyeluruh) baik terhadap donor, maupun terhadap
resipien. Hal ini dilakukan demi untuk menghindari kegagalan
transplantasi.

Transplantasi organ dari donor hidup wajib memenuhi 3 persyaratan:


1.

Resiko yang dihadapi oleh donor harus proporsional dengan manfaat

2.

yang didatangkan oleh tindakan tersebut atas diri penerima.


Pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius

3.

kesehatan donor atau fungsi tubuhnya.


Donor wajib memutuskan dengan penuh kesadaran dan bebas, dengan

b.

mengetahui resiko yang mungkin terjadi


Donor dalam keadaan koma. Apabila donor dalam keadaan koma,atau
diduga kuat akan meninggal segera, maka dalam pengambilan organ tubuh
donor memerlukan alat kontrol dan penunjang kehidupan, misalnya

c.

bantuan alat pernafasan khusus.


Donor dalam keadaan meninggal. Dalam tipe ini, organ tubuh yang akan
dicangkokkan diambil ketika donor sudah meninggal berdasarkan
ketentuan medis dan yuridis.

Dalam hal pengambilan organ dari jenazah dikenal ada 2 sistem yang
diberlakukan secara nasional, yaitu :
1) Sistem izin (toestemming system) : Sistem ini menyatakan bahwa
transplantasi baru dapat dilakukan jika ada persetujuan dari donor
sebelum pengambilan organ. Indonesia menganut sistem ini.
2) Sistem tidak berkeberatan (geen bezwaar system) : dalam sistem ini
transplantasi organ dapat dilakukan sejauh tidak ada penolakan dari
pihak donor. Tidak adanya penolakan dari donor, dalam sistem ini,
ditafsirkan sebagai donor tidak keberatan dilakukan pengambilan
organ.
2.7.

MASALAH ETIK DAN MORAL DALAM TRANSPLANTASI

ORGAN
Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah donor
hidup, jenazah dan donor mati, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan
pelaksana lain, serta masyarakat. Hubungan pihak-pihak tersebut dengan masalah
etik dan moral dalam transplantasi akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini.
1)

Donor Hidup
Adalah orang yang memberikan jaringan atau organnya kepada
orang lain (resipien). Sebelum memutuskan untuk menjadi donor,
seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko yang akan dihadapi,
baik resiko di bidang medis, pembedahan, maupun resiko untuk
kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan atau organ yang
telah dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, sesorang tidak
boleh mengalami tekanan psikologis.Hubungan psikis dan emosi harus

sudah dipikirkan oleh donor hidup tersebut untuk mencegah timbulnya


masalah.
2)

Jenazah atau donor mati


Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau
berniat dengan sungguh-sungguh untuk memberikan jaringan atau
organ tubuhnya kepada yang memerlukan apabila ia telah meninggal
kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara wajar, dan
apabila sebelum meninggal, donor itu sakit, sudah sejauh mana
pertolongan dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk mencegah
adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain bahwa tim
pelaksana transplantasi telah melakukan upaya mempercepat kematian
seseorang hanya untuk mengejar organ yang akan ditransplantasikan.

3)

Keluarga donor dan ahli waris


Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan
untuk menciptakan saling pengertian dan menghindari konflik
semaksimal mungkin ataupun tekanan psikis dan emosi di kemudian
hari.Dari

keluarga

resipien

sebenarnya

hanya

dituntut

suatu

penghargaan kepada donor dan keluarganya dengan tulus.Alangkah


baiknya apabila dibuat suatu ketentuan untuk mencegah timbulnya rasa
tidak puas kedua belah pihak.
4)

Resipien
Adalah orang yang menerima jaringan atau organ dari orang
lain. Pada dasarnya, seorang penderita mempunyai hak untuk
mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang hidup atau

meringankan penderitaannya. Seorang resipien harus benar-benar


mengerti semua hal yang dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi.
Melalui tindakan transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang
besar bagi kehidupan resipien. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa
hasil transplantasi terbatas dan ada kemungkinan gagal.
5)

Dokter dan tenaga pelaksana lain


Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus
mendapat parsetujuan dari donor, resepien, maupun keluarga kedua
belah pihak. Iawajib menerangkan hal-hal yang munAgkin akan terjadi
setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan emosi
di kemudian hari dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim pelaksana
adalah menolong pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk
umat manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim
pelaksana

hendaknya

tidak

dipengaruhi

oleh

pertimbangan-

pertimbangan kepentingan pribadi.

6)

Masyarakat
Secara

tidak

langsung

masyarakat

turut

menentukan

perkembangan transplantasi. Kerjasama tim pelaksana dengan para


cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama diperlukan
untuk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan
luhur usaha transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan
penyediaan organ yang segera diperlukan, atas tujuan luhur, akan dapat
diperoleh.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. PANDANGAN AGAMA TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN
Menurut Prof. Dr. Masjfruk zuhdi boleh tidaknya suatu transplantasi
dilakukan tergantung pada kondisi donor. Pada donor hidup dan donor dalam
keadaan hampir meninggal, transplantasi tidak diperbolehkan dengan asumsi
bahwa hal tersebur akan membahayakan donor, sementara kaidah ushul fiqh
menyatakan menghindari kerusakan didahulukan atas menarik kemaslahatan
dan bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lain.
Menurut Drs. Asymuni Abdur Rachman tidak mendasarkan pada kondisi
donor, tapi pada kaidah ushul bahwa kemadlaratan yang lebih berat dihilangkan
dengan kemadlaratan yang lebih ringan.
Islam memerintahkan agar setiap penyakit diobati.Membiarkan penyakit
bersarang dalam tubuh dapat berakibat fatal, yaitu kematian. Membiarkan diri
terjerumus pada kematian adalah perbuatan terlarang, "... dan janganlah kamu
membunuh dirimu !Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu." (QS. AnNisa 4: 29). Maksudnya, apabila sakit, berobatlah secara optimal sesuai dengan
kemampuan karena setiap penyakit sudah ditentukan obatnya.
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa seorang Arab Badui mendatangi
Rasulullah saw. seraya bertanya, Apakah kita harus berobat? Rasulullah
menjawab, Ya hamba Allah, berobatlah kamu, sesungguhnya Allah tidak
menurunkan penyakit melainkan juga (menentukan) obatnya, kecuali untuk satu
penyakit. Para sahabat bertanya, Penyakit apa itu ya Rasulullah? Beliau
menjawab, Penyakit tua. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Transplantasi termasuk salah satu jenis pengobatan.
Persoalannnya, bagaimana hukum mendonorkan organ tubuh untuk
ditransplantasi?Islam memerintahkan untuk saling menolong dalam kebaikan dan

mengharamkannya dalam dosa dan pelanggaran."Dan tolong menolonglah kamu


dalam berbuat kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran." (QS. Al-Maidah 5 : 2). Menolong orang lain adalah
perbuatan mulia. Namun tetap harus memperhatikan kondisi pribadi. Artinya,
tidak dibenarkan menolong orang lain yang berakibat membinasakan diri sendiri,
sebagaimana firman-Nya, dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu sendiri
ke dalam kebinasaan. (QS. Al-Baqarah 2: 195). Jadi, jika menurut perhitungan
medis menyumbangkan organ tubuh itu tidak membahayakan pendonor atau
penyumbang, hukumnya boleh, bahkan dikategorikan ibadah kalau dilakukan
secara ikhlas.Namun, bila mencelakakannya, hukumnya haram.
Dari tinjauan terhadap medis dan tinjauan dari agama, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa transplantasi dengan donor hidup diperbolehkan dengan
prosedur medis dan hukum yang jelas.
3.2. TRANSPLANTASI ORGAN DARI SEGI ETIKA KEPERAWATAN
Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi
suatu hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik
keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat
dengan teman sejawat.Pokok etik tersebut berbunyi Perawat bertindak
melindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal. Seorang perawat dalam
menjalankan profesinya juga diwajibkan untuk tetap mengingat tentang prinsipprinsip etik, antara lain :
a.
Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan

memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respect terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri.Praktik profesional merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.Jika dikaitkan dengan kasus transplantasi organ maka hal
yang menjadi pertimbangan adalah seseorang melakukan transplantasi
tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan tentu saja pasien
diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang telah
b.

dipertimbangkan secara matang.


Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip

c.

ini dengan otonomi.


Keadilan (Justice)
Adil terhadap orang lain dan menjunjung prinsip-prinsip moral, legal
dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan

d.

keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.


Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus
diupayakan semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak

e.

menimbulkan bahaya/cidera fisik dan psikologis pada klien.


Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai ini diperlukan


oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif, dan
objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,
dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
Walaupun demikian, terdapat beberapa argumen yang menyatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis
klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa doctors
knows best sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk
mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan
f.

dasar dalam membangun hubungan saling percaya.


Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien.Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban

seseorang

untuk

mempertahankan

komitmen

yang

dibuatnya.Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik


yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar bahwa dalam
memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai pertimbangan

yang matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak pendonor
maupun resipien, tidak merugikan pihak manapun serta berorientasi pada
kemanusiaan.
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar
nilai-nilai dalam praktek perawat professional.Sebagai contoh nilai tersebut
adalah, keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang
perawat menjunjung tinggi nilai tersebut dalam praktiknya, niscaya seorang
perawat tidak akan mudah membantu melaksanakan praktek transplantasi organ
hanya dengan motivasi komersiil.

3.3.

PERATURAN

PERUNDANG

UNDANGAN

DAN

ETIKA

TRANPLANTASI ORGAN
a. Aspek Hukum Transplantasi Organ
Dari segi hukum, transplantasi organ, jaringan dan sel tubuh
dipandang sebagai suatu hal yang mulia dalam upaya menyehatkan dan
mensejahterakan manusia, walaupun ini adalah suatu perbuatan yang
melawan hukum pidana yaitu tindak pidana penganiayaan, tetapi mendapat
pengecualian hukuman, maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam pidana,
dan dapat dibenarkan.
Peraturan transplantasi organ termuat dalam :
a)

1.
Pasal 33 dan 34 UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Pasal 33
1) Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat
dilakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, transfusi darah ,
implant obat dan atau alat kesehatan, serta bedah pastik dan
rekonstruksi.

2) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan
b)

kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial.


Pasal 34
1) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
2) Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan

kesehatan

donor

yang

bersangkutan

dan

ada

persetujuan ahli waris atau keluarganya.


3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
2.

PP No. 18 Tahun 1981


Dalam PP No.18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah
mayat anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia
tercantum pasal tentang transplantasi sebagai berikut:

Pasal 1 :
a) Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang
dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal
(fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.
b) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal
(fungsi) yang sama dan tertentu.
c) Transplantasi adalah rangkaian

tindakan

kedokteran

untuk

pemindahan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari
tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat
dan atau jaringan tubuh ynag tidak berfungsi dengan baik.

d) Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan


tubuhnya kepada orang lain untuk keperluan kesehatan.
e) Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli
kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan, dan atau
denyut jantung seseorang telah berhenti. Ayat yang mengenai definisi
meninggal dunia kurang jelas, maka IDI dalam seminar nasionalnya
mencetuskan fatwa tentang masalah mati yaitu bahwa seseorang
dikatakan mati bila fungsi spontan pernafasan dan jantung telah
berhenti secara pasti atau irreversible,atau terbukti telah terjadi
kematian batang otak.
Tujuan pengaturan :

Melarang transplantasi untuk tujuan komersial


Transplantasi bukanlah suatu obyek yang dapat diperjualbelikan

dalam mencari keuntungan.


Tindakan transplantasi adalah suatu usaha mulia yang bertujuan
menolong sesama manusia untuk mengurangi penderitaannya.

b. Aspek Etis Transplantasi Organ


Pasal - pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981, pada
hakekatnya telah mencakup aspek etik, mengenai larangan memperjual
belikan alat atau jaringan tubuh untuk tujuan transplantasi atau meminta
kompensasi material.
Yang perlu diperhatikan dalam tindakan transplantasi adalah
penentuan saat mati seseorang akan diambil organnya, yang dilakukan oleh
dua orang doter yang tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang
melakukan

transplantasi,

ini

erat

kaitannya

dengan

keberhasilan

transplantasi, karena bertambah segar organ tersebut bertambah baik


hasilnya tetapi jangan sampai terjadi penyimpangan karena pasien yang
akan diambil organnya harus benar-benar meninggal dan penentuan saat
meninggal

dilakukan

dengan

pemeriksaan

elektroensefalografi

dan

dinyatakan meninggal jika terdapat kematian batang otak dan sudah pasti
tidak terjadi pernafasan dan denyut jantung secara spontan. Pemeriksaan
dilakukan oleh para dokter lain bukan dokter transplantasi agar hasilnya
lebih objektif.
c. Tenaga Kesehatan Yang Berwenang
Di Indonesia transplantasi hanya boleh dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kewenangan, yang melakukannya atas dasar
adanya persetujuan dari donor maupun ahli warisnya (pasal 34 ayat 1 UU
No. 23/1992).Karena transplantasi organ merupakan tindakan medis, maka
yang berwenang melakukannya adalah dokter. Dalam UU ini sama sekali
tidak dijelaskan kualifikasi dokter apa saja yang berwenang. Dengan
demikian, penentuan siapa saja yang berwenang agaknya diserahkan kepada
profesi medis sendiri untuk menentukannya.
Secara logika, transplantasi organ dalam pelaksanaannya akan
melibatkan banyak dokter dari berbagai bidang kedokteran seperti bedah,
anestesi, penyakit dalam, dll sesuai dengan jenis transplantasi organ yang
akan dilakukan. Dokter yang melakukan transplantasi adalah dokter yang
bekerja di RS yang ditunjuk oleh Menkes (pasal 11 ayat 1 PP
18/1981).Untuk menghindari adanya konflik kepentingan, maka dokter yang

melakukan transplantasi tidak boleh dokter yang mengobati pasien (pasal 11


ayat 2 PP 18/1981)
d. Syarat Pelaksanaan Transplantasi
Pada transplantasi organ yang melibatkan donor organ hidup,
pengambilan organ dari donor harus memperhatikan kesehatan donor yang
bersangkutan. Pengambilan organ baru dapat dilakukan jika donor telah
diberitahu tentang resiko operasi, dan atas dasar pemahaman yang benar tadi
donor dan ahli waris atau keluarganya secara sukarela menyatakan
persetujuannya (pasal 32 ayat 2 UU No. 23/1992)
Syarat dilaksanakannya transplantasi adalah:
1)

Keamanan
Tindakan operasi harus aman bagi donor maupun penerima
organ.Secara umum keamanan tergantung dari keahlian tenaga
kesehatan, kelengkapan sarana dan alat kesehatan.

2)

Voluntarisme
Transplantasi dari donor hidup maupun mati hanya bisa
dilakukan jika telah ada persetujuan dari donor dan ahli waris atau
keluarganya (pasal 34 ayat 2 UU No. 23/1992).Sebelum meminta
persetujuan dari donor dan ahli waris atau keluarganya, dokter wajib
memberitahu resiko tindakan transplantasi tersebut kepada donor (pasal
15 PP 18/1981).

e. Larangan dan Sanksi Hukum


Pelanggaran terbanyak atas aturan internasional adalah jual beli
organ dalam rangka transplantasi organ.Jual beli organ terjadi akibat tidak

seimbangnya kebutuhan (need) dan penawaran (demand) organ untuk


keperluan transplantasi.Dalam kaitan dengan isu ini, China dianggap
sebagai negara pelanggar terbesar. Sejak beberapa dekade terakhir,
transplantasi organ merupakan penyumbang devisa negara China yang amat
besar. Besarnya suplay organ, yang kebanyakan diperoleh dari narapidana
tereksekusi, menyebabkan banyak orang berbondong-bondong mencari
organ di China. Pencarian organ yang bisa memakan waktu belasan tahun di
negara lain, dapat diperoleh di China hanya dalam waktu beberapa minggu.
Banyaknya suplay, tingginya ketrampilan dokter dan harganya yang relatif
terjangkau membuat China menjadi tujuan pertama pasien-pasien yang
memerlukan donor organ. Ada kecurigaan, sejak tahun 2001 China telah
melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia karena telah mengeksekusi
secara sengaja para pengikut Falun Gong yang dipenjara, untuk diambil
organ tubuhnya. Organ-organ ini lalu dijual kepada pasien yang
membutuhkan dengan mengambil keuntungan besar (laporan David Kilgour
dan David Matas, 2007).Dalam beberapa tahun terakhir transplantasi ginjal
di China mencapai 41.500 kasus.
Berkaitan dengan hal ini, maka pada Istambul Summit yang
diadakan pada pertengahan tahun 2008, dan dihadiri oleh 150 orang
perwakilan pakar ilmiah dan dokter dari 78 negara, pegawai pemerintah,
ilmuwan sosial dan pakar etika, semua menyatakan ikrar untuk menentang
organ trafficking (penjualan organ manusia), komersialisasi transplantasi
(pengobatan organ sebagai komoditas) dan transplant tourisme (turisme
dalam rangka penyediaan organ untuk pasien dari negara lain).
Dalam hukum di Indonesia, pada prinsipnya ada beberapa larangan :

1.

Larangan komersialisasi organ atau jaringan tubuh


Pasal 16 PP 18/1981 menyatakan bahwa donor dilarang menerima

imbalan material dalam bentuk apapun.


Pasal 80 ayat 3 UU No 23/1992 menyatakan bahwa barangsiapa
dengan sengaja melakukan perbuatan dengan tujuan komersial dalam
pelaksanaan transplantasi organ tubuh atau jaringan tubuh atau
tranfusi darah dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun

2.

dan pidana denda paling banyak 300 juta rupiah.


Larangan pengiriman dan penerimaan organ jaringan dari dan keluar
negeri (pasal 19 PP No. 18/1981).

BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Kemajuan teknologi

dibidang

kedokteran

memungkinkan

terjadinya

transplantasi organ tubuh manusia. Transplantasi organ merupakan suatu proses


pemindahan atau pencangkokan sel, jaringan maupun organ tubuh dari seseorang
yang sehat ke orang yang sakit dengan tujuan untuk memperbaiki jaringan atau
organ tubuh yang mengalami gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Hal ini
sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia karena dengan transplantasi
organ-organ tubuh manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi lagi dengan
normal dapat digantikan dengan organ yang masih berfungsi dengan baik. Orang
yang bisa melakukan transplantasi organ bisa dari orang yang telah meninggal
dunia ke orang yang masih hidup serta dari orang yang hidup ke orang lain.
Sebelum melakukan transplantasi organ harus ada persetujuan dari keluarga orang
tersebut atau pribadi orang tersebut. Akan

tetapi,

tidak

dapat

dipungkiri

banyaknya masalah yang muncul akibat kemajuan teknologi ini seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.Transplantasi boleh saja dilakukan dengan melaksanakan
ketentuan-ketentuan berupa hukum kesehatan dan etika kedokteran yang berlaku
di Indonesia.Tenaga kesehatan berperan penting dalam masalah ini. Oleh sebab
itu, setiap pihak yang memiliki kewenangan tersebut hendaknya memperhatikan
tujuan dari transplantasi organ dengan pertimbangan yang matang dan bukan
karena kepentingan material semata.
4.2. SARAN
Saran bagi Pendonor

1) Orang-orang yang ingin menyumbangkan salah satu organ tubuhnya


adalah orang yang dalam keadaan sehat atau aman dan bukan karena
desakan komersiil semata.
2) Harus ada persetujuan dari keluarga pasien.
3) Selain itu, para penjual organ juga harus menyadari kalau menjual organ
tubuh kita sendiri dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat
menyebabkan kematian
Saran bagi Tenaga Kesehatan
1) Sebelum melakukan tindakan, perawat wajib menjelaskan akibat-akibat,
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan cara operasi.
2) Perawat wajib bersikap tulus, ikhlas dan penuh tanggung jawab.
3) Perawat harus menggunakan segala ilmu dan keterampilan untuk
kepentingan pasien.
4) Sebaiknya para dokter dan juga paramedis tidak menyalahgunakan dan
wajib berhati hati dalam mengaplikasikan keahliannya dalam
transplantasi organ terutama untuk tujuan - tujuan komersial semata,
seperti jual-beli organ illegal.

DAFTAR PUSTAKA

Teresa,L.2012. Nilai Etika Transplantasi Organ. Accessed: September


28, 2013.Available at: http://www.maranatha.com.transplantasi
Anonim.2010. Organ Transplant.Accessed: September 28, 2013. Available
at: http://www.en.wikipedia.com
Suprapti, S.R.2009. Etika Kedokteran Indonesia.Transplantasi.Edisi 2.
Yayasan Jakarta:Bina Pustaka
Triana,

N.

Menengok

Transplantasi

Organ

di

China.Accessed:

September 28, 2013. Available at: http://www.jurnalnasional.com


Potter and Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan ,Jakarta :
EGC
Keperawatan Religon.transplantasi organ.2009.Accessed : November 3,
2013. Available http://keperawatanreligionmira.wordpress.com/2013/05/09.html

Anda mungkin juga menyukai