Anda di halaman 1dari 19

SENGGAMA TERPUTUS DAN KALENDER

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Keperawatan Maternitas

II” Dosen Pengampu : Ns. Siti Kholifah, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Yudha restu P. 1911011081


Bagaskara A. 19011011082
Nanda Luri S. 201101107

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

November 2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan pụji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas
rahmat dan karunianya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan baik walaupun jauh dari kata kesempurnaan.
Dimana tugas ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah
“Keperawatan Maternitas 2”.

Dengan terselesaikannya makalah ini saya sebagai penulis mengucapkan


terimakasih kepada Ns. Siti Kholifah, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing
matakuliah “Keperawatan Maternitas II” yang telah membimbing kami dalam
proses pembelajaran dan Kepada beberapa ebook, buku, jurnal penelitian yang
telah memberikan bantuan dalam proses pengumpulan bahan materi untuk
pembuatan makalah yang telah disebutkan pada bagian sumber referensi.

Mungkin hanya ini yang dapat kami sampaikan.Apabila ada kritik dan
saran dari pembaca, kami bersedia menerima semua kritik dan saran tersebut.
Semoga makalah ini bermanfaat serta dapa tmenambah wawasan dan pengetahuan
bagi pihak yang membutuhkannya.

Jember, 20 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Sejarah...........................................................................................................3
B. Landasan Hukum/Kebijakan dalam Agama..................................................3
C. Pengertian......................................................................................................4
D. Tujuan...........................................................................................................4
E. Syarat.............................................................................................................5
F. Sasaran..........................................................................................................5
G. Cara Kerja.....................................................................................................5
H. Waktu Pemberian..........................................................................................7
I. Faktor-faktor dalam Pemilihan (riwayat)......................................................7
J. Keuntungan/Kelebihan..................................................................................8
K. Kerugian/Kelemahan.....................................................................................8
L. Kontraindikasi...............................................................................................8
M. Komplikasi.................................................................................................9
N. Jurnal Internasional tentang Kontrasepsi Senggama Terputus...................10
BAB III...................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kenaikan laju pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena angka
kelahiran yang masih tinggi. Upaya pemerintah untuk menurunkan angka
kelahiran yang masih tinggi tersebut melalui Program Keluarga Berencana
Nasional. Salah satu faktor yang mempengaruhi meningkatnya angka
kelahiran yaitu masih kurangnya penggunaan metode
kontrasepsi(Mulyanti and Lestari, 2021).
Peserta Keluarga Berencana Baru secara nasional di Indonesia
pada tahun 2013 sebanyak 5.547.543 peserta, meliputi 348.134 (7,85%)
peserta IUD (intra uterin device), 85.137 (1,53%) peserta MOW (Metode
Operasi Wanita), 475.463 (8,57%) peserta Implant, 2.748.777 (49,55%)
peserta Suntikan, 1.458.464 peserta Pil 26,29%, 9.375(0,025%) peserta
MOP (Metode Operasi Pria), dan 330.303 (5,95% ) peserta
Kondom(Mulyanti and Lestari, 2021).
Menurut Purwasari (2019) terdapat berbagai macam metode
kontrasepsi yang sering digunakan oleh masyarakat seperti Metode
Operatif Pria (MOP), Metode Operatif Wanita (MOW), Intra Uterine
Device (IUD), Implant, Suntik, Pil, dan Kondom. Tetapi sampai saat ini
masyarakat masih banyak juga yang menggunakan Metode Kontrasepsi
yang paling sederhana yaitu Senggama terputus atau coitus interuptus.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode
kontrasepsi antara lain faktor pasangan, faktor kesehatan dari Pasangan
Usia Subur (PUS) itu sendiri, dan faktor metode kontrasepsi yang ingin
digunakan. Program KB di Indonesia sebelum dan sesudah ICPD-1994
mengalami perubahan yang nyata pada kurun 70- an sampai 90-an awal.
Pelayanan Keluarga Berencana sangat menekankan pada aspek
Demografis, yaitu pengendalian angka kelahiran(Mulyanti and Lestari,
2021).
.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka didapatkan
sebuah rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu “bagaimana konsep
kontrasepsi senggama terputus dan kalender?”

C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui penyakit
endometriosis dan dengan pembuatan makalah ini melatih mahasiswa
untuk kreatif dan inovatif membuat karya tulis ilmiah dan melatih
untuk mampu menyusun tulisan ilmiah yang benar sesuai standar
prosedur yang telah ditetapkan.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yaitu mengetahui konsep tentang senggama terputus
dan kalender.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah
1. Sejarang kontrasepsi senggama terputus
Pada awal abad kedua, di Yunani, telah diletakkan dasar pemikiran
kontrasepsi. Pada abad pertengahan, para dokter Islam seperti Ibnu Sina
(Avicena) telah mengatakan bahwa kontrasepsi merupakan bagian yang sah
dan legal dari praktek kedokteran yang terdiri dari beberapa barier vagina,
salep dan senggama yang terputus.
Hingga akhir abad ke-9 hingga awal abad ke-10, dokter Persia Muhammad
ibn Zakariya al-Razi menyarankan senggama terputus untuk pengendalian
kelahiran.
2. Sejarah kontrasepsi kalender
Menurut Ceorge Drysdale (pelopor gerakan KB di Amerika Serikat), masa
tidak subur adalah antara dua tiga hari sebelum haid hingga delapan hari
setelah haid. Kemudian pada tahun 1930 diadakan penelitian oleh Kyusaku
Ogino di Jepang dan Herman Knauss di Austria. Menurut Ogino ovulasi
terjadi antara 12 sampai dengan 16 hari sebelum haid, sedangkan menurut
Knauss ovulasi terjadi 15 hari sebelum haid. Metode ini terkenal hingga
sekarang dengan metode Ogino Knauss. Atas ide dua peneliti tersebut
lahirlah kontrasepsi pantang berkala atau sestem kalender.

B. Landasan Hukum/Kebijakan dalam Agama


Imam Hanafi mengizinkan melakukan `azl (senggama terputus) dengan
syarat adanya persetujuan dari istri. Imam Hanafi membolehkan `azl tampa
perlu persetujuan istri bila dalam kondisi dalam perjalanan perang, atau
bepergian jauh yang bisa mengakibatkan khawatir akan anak jika istri
melahirkan(Djawas, Misran and Ujong, 2020).
Pendapat Imam Syafi‟i juga memperbolehkan dilakukannya `azl
(senggama terputus) tampa harus adanya persetujuan dari istri. Karena imam
Syafi`i berpandangan bahwa istri mempunyai hak dalam hubungan intim,
namun tidak berhak akan ejakulasi meskipun banyak fuqaha tidak setuju dan

3
menentang pandangan beliau, fuqaha berpendapat tetap harus adanya
persetujuan sang istri apabila hendak melakukan senggama terputus dalam
berhubungan intim(Djawas, Misran and Ujong, 2020).

C. Pengertian
Al-`Azl menurut bahasa artinya melepaskan, memisahkan. Al-„azl kini di
kenal dengan sebutan coitus interruptus,yaitu melakukan ejakulasi di luar
vagina sehingga sperma tidak bertemu sel telur istri, sehingga mani yang di
keluarkan oleh suami terpencar keluar vagina istri. Senggama terputus disebut
pula dengan inzal dan coitus interuptus artinya menarik zakar (kemaluan laki-
laki) sebelum terjadinya pancaran sperma, berarti senggama tidak lengkap
atau terputus(L, 2015).
Senggama terputus atau coitus interruptus yang ialah penarikan penis dari
vagina sebelum terjadinya ejakulasi, hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa
akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar laki-laki,
dan setelah itu masih ada waktu kira-kira “detik” sebelum ejakulasi terjadi.
Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari
vagina.
Kontrasepsi kalender (Ogino‐Knaus) atau pantang berkala (Rhythm
Method) adalah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri. Metode
ini merupakan salah satu cara kontrasepsi alamiah yang dapat dikerjakan
sendiri oleh pasangan suami-isteri tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu,
caranya dengan memperhatikan masa subur isteri melalui perhitungan haid.
(Dina Raidanti, S.SiT., Wahidin.S.Sos., SKM., MKM. and Dr. S.Rahayu,
S.Si.T., 2021)

D. Tujuan
1. Tujuan kontrasepsi senggama tereputus
Tujuan dari penggunaan kontrasepsi terputus yaitu untuk mencegah
kehamilan dengan penarikan penis sebelum ejakulasi agar sperma tidak
membuahi sel telur.
2. Tujuan kontrasepsi kalender

4
Metode KB kalender dapat digunakan sebagai cara untuk mencegah
kehamilan atau kontrasepsi alami. Dengan membantu menentukan hari
terbaik untuk menghindari hubungan intim tanpa kondom.

E. Syarat
1. Syarat kontrasepsi senggama terputus
a. Adanya komunikasi dari pasangan untuk menggunakan kontrasepsi
tersebut
b. Personal Hygine
2. Syarat kontrasepsi kalender
a. Menghitung masa subur
Perhitungan masa subur yang meleset sehari saja bisa berpotensi
menyebabkan kehamilan.
b. Bagi yang haidnya tidak tertur dapat diamati dengan cara mencatat
lamanya haid.
c. Membutuhkan kedisiplinan dan pengendalian diri
Keinginan untuk berhubungan seksual bisa datang kapan saja. Jika
hanya mengandalkan pantang berhubungan seksual pada masa subur,
maka baik suami maupun istri harus mampu menahan hasrat seksual
jika igin berhubungan saat istri sedang subur.

F. Sasaran
Sasaran dari pengguna kontrasepsi senggama terputus dan kalender, meliputi
sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi senggama
terputus dan kalender(Astutik and Daramitha, 2022).

G. Cara Kerja
1. Cara kerja senggama terputus
Menarik penis keluar dari vagina sebelum berejakulasi sehingga air mani
yang mengandung sperma tidak akan membuahi sel telur wanita. Hal ini
berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari
sebelumnya oleh sebagian besar laki-laki, dan setelah itu masih ada waktu

5
kira-kira “detik” sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat
digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina
2. Cara kerja kontrasepsi kalender
Prinsip kerja metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan bahwa
wanita dalam siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya satu kali
dalam sebulan, dan biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah
hari ke-14 dari haid yang akan datang. Sel telur dapat hidup selama 6-24
jam, sedangkan sel sperma selama 48-72 jam. Hal ini perlu diperhatikan
pada siklus menstruasi wanita sehat, ada tiga tahapan :
a. Pre Ovulatory Infertility Phase (masa tidak subur sebelum ovulasi)
b. Fertility Phase (masa subur)
c. Post Ovulasi Invertility Phase (masa tidak subur setelah ovulasi)

Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suamu istri harus


mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidaklah sama.
Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut cara
dan menghitung masa subur.

a. Bila sikus haid teratur (28 hari)


- Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1
- Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 siklus haid
b. Bila siklus haid tidak tertur
- Catat jumlah hari dalam siklus haid selama 6 bulan (6 siklus
menstruasi). Untuk mengetahui siklus haid terpanjang dan
terpendek.
- Masukan dalam rumus: jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus
haid dikurang 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa
subur. Rumus: Hari pertama masa subur = jumlah hari terpendek–
18.
- Masukan dalam rumus: jumlah hari terpanjang dalam 6 kali siklus
haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa
subur. Rumus : Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang–
11.

6
H. Waktu Pemberian
Waktu untuk menggunakan kontrasepsi senggama terputus yaitu itu pada saat
suami sebelum mengalami ejakulasi dengan menarik penis dari vagina.
Waktu penggunakan konrasepsi kalender yaitu pada saat wanita tidak
memsuki masa subur atau masa ovulasi.

I. Faktor-faktor dalam Pemilihan (riwayat)


a. Faktor pengetahuan
Pengetahuan kurang tentang kontrasepsi senggama teputus karena
pasangan tersebut tidak pernah diberi pendidikan kesehatan tentang
kontrasepsi senggama terputus dan belum pernah mendapat informasi dari
media massa(Mulyanti and Lestari, 2021).
b. Faktor frekuensi senggama
Frekuensi senggama adalah senggama atau hubungan suami istri yang
dilakukan dalam besaran waktu misalnya frekuensi senggama dalam 1
minggu. Dalam hal ini rata-rata suami mendukung istri untuk
menggunakan kontrasepsi senggama terputus(Lia Mulyanti1, 2016).
c. Usia
Menurut Kusumaningrum (2009) usia tersebut adalah umur matang dalam
reproduksi wanita, umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan juga dapat mempengaruhi faktor dalam memilih
metode kontrasepsi., hal ini didasari pada pengalaman hidup dan
banyaknya informasi yang didapat.
d. Pendidikan
menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pendidikan ditujukan untung
mengubah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi
dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakatnya. Pendidikan juga
memberikan pengertian-pengertian tentang tradisi yang ada dimasyarakat,
kepercayaan masyarakat baik yang merugiakan maupun yang
menguntungkan masyarakat. Dalam hal ini menunjukkan bahwa sebagian
responden memiliki pendidikan yang cukup, tapi karena pendidikan

7
kesehatan yang didapat oleh responden kurang sehingga hal tersebut
berdampak pada informasi dan pengetahuan yang baik mengenai KB.

J. Keuntungan/Kelebihan
1. Kelebihan senggama terputus
Kelebihannya yaitu tanpa biaya, tidak perlu menggunakan alat/obat
kontrasepsi, tidak perlu pemeriksaan medis terlebih dahulu, tidak
berbahaya bagi fisik, mudah diterima, merupakan cara yang dapat
dirahasiakan pasangan suami-isteri dan tidak perlu meminta nasihat pada
orang lain.
2. Kelebihan kontrasepsi kalender
Kelebihannya adalah dapat mencegah kehamilan atau untuk merencanakan
ingin punya anak tanpa biaya, tanpa memerlukan pemeriksaan medis, dapat
diterima oleh pasangan suami-isteri yang menolak atau putus asa terhadap
metode KB lain, tidak mempengaruhi ASI dan tidak ada efek samping
hormonal, melibatkan partisipasi suami dalam KB.

K. Kerugian/Kelemahan
1. Kerugian senggama terputus
Keterbatasan dari metode ini adalah metode ini memerlukan kesiapan
mental pasangan suami isteri, kemungkinan ada sedikit cairan mengandung
sperma tertumpah dari alat kelamin pria dan masuk ke dalam vagina
sehingga dapat terjadi kehamilan, tidak melindungi pasangan dari penyakit
menular seksual termasuk HIV/AIDS.
2. Kerugian kontrasepsi kalender
Keterbatasan masa berpantang untuk senggama sangat lama sehingga
menimbulkan rasa kecewa dan kadang-kadang berakibat pasangan tersebut
tidak mentaati, tidak tepat untuk ibu-ibu yang mempunyai siklus haid yang
tidak teratur, memerlukan waktu 6 sampai 12 kali siklus haid untuk
menentukan masa subur sebenarnya, tidak melindungi pasangan dari
penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS(Dina Raidanti, S.SiT.,
Wahidin.S.Sos., SKM., MKM. and Dr. S.Rahayu, S.Si.T., 2021).

L. Kontraindikasi

8
1. Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
2. Pria yang mengalami kelainan fisik dan psikologis
3. Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit untuk diajak
bekarjasama
4. Pasangan yang kurang berkomunikasi dengan baik.

M. Komplikasi
Komplikasi penggunaan kontrasepsi senggama terputus dan kalender untuk
mencegah kehamilan sebenarnya tidak menimbulkan risiko langsung. Tetapi,
kontrasepsi tersebut tidak menawarkan perlindungan dari infeksi menular
seksual. Di samping itu ada beberapa pasangan juga merasa bahwa
kontrasepsi tersebut dapat mengganggu kenikmatan seksual.

9
Jurnal Internasional tentang Kontrasepsi Senggama Terputus

Judul : DAMPAK INTERVENSI MODEL PENURUNAN Unmet Need KB dan


PENINGKATAN KB PRIA TERHADAP PENCAPAIAN SASARAN PROGRAM
DHS-I PADA PROGRAM KB DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Penulis : Kadir Tiya
Tanggal telaan : 24 november 2022
Abstrak : Studi dalam penelitian ini adalah Cross Sectional dengan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif untuk memperoleh data PUS dan kesertaan KB
pria yang diperoleh dari data sekunder laporan pencapaian PA. Sedang pendekatan
kualitatif untuk menggali informasi tentang mekanisme operasional intervensi.
Kesimpulan yang dapat dikemukakan, antara lain : PUS Unmet Need memberikan
dampak yang cukup signifikan terhadap user/penggunanya, terlihat dari tingginya
kesadaran bagi pengelola program dalam memberikan pelayanan maupun peserta KB,
sehingga berdampak pada menurunnya angka PUS Unmet Need secara bertahap.
Disamping itu, dukungan yang diberikan oleh stakeholder, cukup memberikan andil
dalam mengadvokasi program PUS Unmet Need terhadap publik. Alat kontrasepsi pria
memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap user, inipun terlihat dari tingginya
kesadaran bagi pengelola program dalam memberikan layanan terhadap user. Dengan
kondisi ini tentunya memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada tingginya angka
penggunaan alat kontrasepsi pria, khususnya vasektomi dan kondom. Juga dukungan
yang diberikan oleh stakeholder dan media massa secara bertahap cukup antusias dalam
mengadvokasi program KB pria. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari kedua
program pada tahap evaluasi program, memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
menurunkan angka PUS Unmet Need maupun peningkatan penggunaan KB Pria. Dengan
demikian maka, program tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan melalui proyek DHS. Rekomendasi yang dapat dikemukakan
berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, yaitu : Frekuensi penyuluhan kepada publik
akan PUS Unmet Need dan penggunaan alat kontrasepsi pria masih perlu ditingkatkan.
Alat kontrasepsi seyogyanya diberikan secara gratis kepada masyarakat luas, pengelola
program diberikan bimbingan/pelatihan secara kontinu, agar pemberian pelayanan kepada
masyarakat lebih optimal,

10
Telaah jurnal :
a) vability
Metode : Desain Studi Studi dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah untuk memperoleh
data PUS dan kesertaan KB pria yang diperoleh dari data sekunder laporan pencapaian
PA. Sedang pendekatan kualitatif untuk menggali informasi tentang mekanisme
operasional intervensi. Data kualitatif diperoleh dari wawancara mendalam kepada
pengelola dan pelaksana program KB (Widodo JP, 1993 : 14). Sasaran Penelitian Adapun
yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah, responden dilokasi tempat pelaksanaan
penelitian pada tahap identifikasi dan tahap intervensi program, dengan harapan untuk
mendapatkan informasi menyangkut dampak dari realisasi pelaksanaan program DHSI
selama 5 (lima) tahun terakhir. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Lokasi yang
dijadikan sebagai area penelitian tersebar di empat kabupaten, yaitu : Kabupaten Konawe,
Konawe Selatan, Kolaka dan Kabupaten Muna di Prov. Sulawesi Tenggara. Sedang
waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Februari s/d Juni 2008. Distribusi
responden menurut wilayah penelitian Operational Research di 4 (empat) Kabupaten
berjumlah 400 responden.
b) Importability
Sebelum diadakan konseling konrtrasepsi Pada umumnya umur responden berada
pada usia produktif, yaitu 31-40 tahun dengan persentase sebesar 46,99 % dan
pada usia tidak produktif sebesar 1,20 %, lebih dari separuhnya atau 57,83 %
jumlah anak responden antara 2-3 orang anak.Sebahagian besar responden
menyatakan bahwa, istri ber KB dengan 71,7 % dan rata-rata lamanya ber KB
pada interval 1-2 tahun sebesar 25,9 % dan di atas 5 tahun sebesar 10,24 %.
Terdapat 98,8 % menyatakan ada petugas PLKB di wilayah yang menjadi sasaran
dalam penelitian dan petugas KB tersebut aktif melakukan penyuluhan di daerah
dimana mereka berdomisili. Hal ini terlihat dari besarnya persentase responden
yang mengikuti penyuluhan, diantaranya 96,39 % mendapatkan informasi dari
petugas KB maupun dari dokter/bidan/perawat kesehatan. Sedang pelaksanaan
penyuluhan masing-masing dilakukan di Balai Desa, Puskesmas/Klinik dan di
Posyandu. Responden yang menyatakan rencana ber KB, bilamana diberikan
pelayanan secara gratis dengan persentase 53,01 % dan setelah mendapatkan
anak. Kemudian responden tidak/belum ber KB, karena masih menginginkan anak
dan tidak mempunyai uang untuk membeli alat kontrasepsi.
11
c) Applicability
Dari hasil temuan di Kabupaten Buton dan Kolaka, diperoleh angka sebanyak
1.766 PUS yang merupakan perwujudan kegiatan intervensi hasil OR peningkatan
pelayanan PUS Unmet Need tahun 2002. Sehingga total di Provinsi Sulawesi
Tenggara yang berhasil diturunkan/dikurangi sebanyak 9.965 PUS (15 %) dari
jumlah PUS Unmet Need tahun 2002 dari total 67.125. Dari kedua hasil penelitian
tersebut baik pada tahap identifikasi maupun pada tahap intervensi, ternyata
belum dapat menekan angka PUS unmet need maupun meningkatkan penggunaan
alkon KB pria. Oleh karena itu, dengan berakhirnya program DHS-I, diharapkan
akan dapat memberikan kontribusi positif bagi lembaga dalam perencanaan
program pada DHS-II dan seterusnya, maupun kepentingan masyarakat dalam arti
luas baik melalui sosialisasi maupun advokasi. Berdasarkan latar belakang di atas,
maka penelitian ini akan melihat sejauhmana dampak Penurunan Unmet Need dan
Peningkatan Peserta KB Pria sebagai variabel yang berkontribusi terhadap
peningkatan Current Users (CU). Program KB yang dikelola oleh berbagai sektor
terkait, ikut memberikan peranan terhadap pencapaian CU. Oleh karena itu, perlu
digali informasi sejauhmana peran pengelola program pelaksana mass media dan
stakeholder dalam peningkatan Current Users (CU)/peserta KB aktif di Provinsi
Sulawesi Tenggara dengan adanya dukungan proyek ADB DHS-I.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum


terjadinya ejakulasi, hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya
ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar laki-laki, dan setelah itu
masih ada waktu kira-kira “detik” sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang
singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina. Yang
ditemukan pertamakali oleh dokter Persia Muhammad ibn Zakariya al-
Razi menyarankan senggama terputus untuk pengendalian kelahiran.
Kelebihan dari senggama terputus yaitu tanpa biaya, tidak perlu
menggunakan alat/obat kontrasepsi, tidak perlu pemeriksaan medis
terlebih dahulu, tidak berbahaya bagi fisik, mudah diterima, merupakan
cara yang dapat dirahasiakan pasangan suami-isteri dan tidak perlu
meminta nasihat pada orang lain. Selain kelebihan, terdapat kelemahan
dalam menggunakan kontrasepsi senggama terputus, yaitu : metode ini
memerlukan kesiapan mental pasangan suami isteri, kemungkinan ada
sedikit cairan mengandung sperma tertumpah dari alat kelamin pria dan
masuk ke dalam vagina, sehingga dapat terjadi kehamilan, tidak
melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.
Kontrasepsi kalender (Ogino‐Knaus) atau pantang berkala (Rhythm
Method) adalah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri.
Metode ini merupakan salah satu cara kontrasepsi alamiah yang dapat
dikerjakan sendiri oleh pasangan suami-isteri tanpa pemeriksaan medis
terlebih dahulu, caranya dengan memperhatikan masa subur isteri melalui
perhitungan haid. Dimana ditemukan pertama kali oleh Kyusaku Ogino di
Jepang dan Herman Knauss di Austria. Kelebihan dari kontrasepsi
kalender adalah dapat mencegah kehamilan atau untuk merencanakan
ingin punya anak tanpa biaya, tanpa memerlukan pemeriksaan medis,
dapat diterima oleh pasangan suami-isteri yang menolak atau putus asa
terhadap metode KB lain, tidak mempengaruhi ASI dan tidak ada efek

13
samping hormonal, melibatkan partisipasi suami dalam KB. Selain
kelebihan, terdapat keterbatasan atau kelemahan dalam penggunaan
kontrasepsi kalender, yaitu : masa berpantang untuk senggama sangat lama
sehingga menimbulkan rasa kecewa dan kadang-kadang berakibat
pasangan tersebut tidak mentaati, tidak tepat untuk ibu-ibu yang
mempunyai siklus haid yang tidak teratur, memerlukan waktu 6 sampai 12
kali siklus haid untuk menentukan masa subur sebenarnya, tidak
melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.

B. Saran

1. Bagi pasangan suami istri : diharapkan supaya lebih mengetahui


tentang penggunaan kontrasepsi senggama terputus dan kalender serta
kelebihan dan kekurangannya.
2. Bagi penulis : diharapkan menggali informasi lebih banyak terkait
tentang kontrasepsi senggama terputus dan kalender.

14
DAFTAR PUSTAKA

Astutik, V. Y. and Daramitha, N. (2022) „HUBUNGAN JENIS KONTRASEPSI,


RIWAYAT PERSALINAN, TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL
HIGYNE DENGAN KONDISI KESEHATAN REPRODUKSI PADA WANITA
USIA SUBUR DI DUSUN JARUMAN DESA WAJAK KABUPATEN
MALANG‟, jurnal ilmiah obstetri Gykonologi dan kesehatan, 10(1), pp. 31–37.

Ati, E. P. et al. (2019) MODUL KADER MATAHARIKU (Informasi Tambahan


KontrasepsiKu), Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta.

Demir, O. et al. (2021) „Evaluation of the frequency of coitus interruptus and the
effect of contraception counselling on this frequency‟, Journal of Obstetrics and
Gynaecology, 41(3), pp. 453–458. doi: 10.1080/01443615.2020.1754370.

Dina Raidanti, S.SiT., M. K., Wahidin.S.Sos., SKM., MKM., M. S. and Dr.


S.Rahayu, S.Si.T., M. (2021) AKSEPTOR PRIA DALAM KELUARGA
BERENCANA. Pertama Me. Edited by Sulaiman Sahabuddin. Jl. Kesatuan 3 No. 9
Kelurahan Maccini Parang Kecamatan Makassar Kota Makassar: Penerbit
Yayasan Barcode.

Djawas, M., Misran, M. and Ujong, C. P. (2020) „„Azl Sebagai Pencegah


Kehamilan (Studi Perbandingan Antara Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi‟i)‟, El-
USRAH: Jurnal Hukum Keluarga, 2(2), p. 234. doi: 10.22373/ujhk.v2i2.7657.

L, S. (2015) „Al-„Azl (Senggama Terputus) dalam Perspektif Hadis (Disyarah


Secara Tahlili)‟, AL-IZZAH, 10(2), pp. 10–17.

Lia Mulyanti1, S. A. . P. F. L. (2016) „HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN


USIA SUBUR DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI
SENGGAMA TERPUTUS DI KELURAHAN METESEH KECAMATAN
TEMBALANG KOTA SEMARANG‟, Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, 21.

Mulyanti, L. and Lestari, S. A. . P. F. (2021) „Tingkat Pengetahuan Pasangan


Usia Subur Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Senggama
Terputus‟,
15
Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(2), pp. 354–358. doi: 10.33024/jkm.v7i2.3418.
Anonim, ( 1993 ), Kontrasepsi Bagi Pasangan Yang Baru Menikah, Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ( BKBN ), Jakarta
Anonim, (2001), Laporan Pelaksanaan Program KB Nasional Provinsi Sulawesi Tenggara,
BKKBN Sulawesi Tenggara.

16

Anda mungkin juga menyukai