Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEGAWATDARURATAN KOMUNITAS

KONSEP KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DI KOMUNITAS DAN


RUJUKAN

KELOMPOK 1

1.AYU MARESA
2.NITA ANGGRAINY
3.TIARA MAYANG SARI
4.YULIANI LESTARI

DOSEN MATA KULIAH :


SATRA YUNOLA, SST.,M.Keb

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


UNIVERSITAS KADER BANGSA
TAHUN AJARAN 2020-2021
Pengertian Kegawatdaruratan Obstetri

Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi


kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi
dalam kehamilan atau selama dan sesudah
persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian
banyak penyakit dan gangguan dalam
kehamilan yang mengancam keselamatan ibu
dan bayinya
Perdarahan yang mengancam nyawa selama
kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi
perdarahan yang terjadi pada minggu awal
kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista
vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan
perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan
mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio
plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per
vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/
plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan,
hematoma, dan koagulopati obstetri.
Perdarahan Pasca Persalinan
Pendarahan pasca persalinan (post partum)
adalah pendarahan pervaginam 500 ml atau
lebih sesudah anak lahir

Penyebab gangguan ini adalah kelainan


pelepasan dan kontraksi, rupture serviks dan
vagina (lebih jarang laserasi perineum), retensio
sisa plasenta, dan koagulopati
Klasifikasi Klinis

1. Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum


Haemorrhage, atau Perdarahan Postpartum Primer,
atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera).
Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam
24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca
persalinan primer adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan
inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau
Perdarahan Persalinan Sekunder atau
Perdarahan Pasca Persalinan Lambat, atau
Late PPH). Perdarahan pascapersalinan
sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.
Perdarahan pasca persalinan sekunder sering
diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim
yang tidak baik, atau sisa plasenta yang
tertinggal
Gejala Klinis
Gejala klinis berupa pendarahan pervaginam yang
terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak
darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu
penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi
cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain.
Penderita tanpa disadari dapat kehilangan banyak
darah sebelum ia tampak pucat bila pendarahan
tersebut sedikit dalam waktu yang lama.
Diagnosis

Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir


tetapi plasenta belum lahir biasanya disebabkan oleh
robekan jalan lahir. Perdarahan setelah plasenta lahir,
biasanya disebabkan oleh atonia uteri Sisa plasenta
yang tertinggal dalam kavum uteri dapat diketahui
dengan memeriksa plasenta yang lahir apakah
lengkap atau tidak
 Faktor-faktor yang mempengaruhi perdarahan pascapersalinan

• Perdarahan pascapersalinan dan usia ibu


• Perdarahan pascapersalinan dan gravida
• Perdarahan pascapersalinan dan Antenatal
Care
• Perdarahan pascapersalinan dan kadar
hemoglobin
Penanganan perdarahan pascapersalinan
Hentikan perdarahan, cegah/atasi syok, ganti darah yang
hilang dengan diberi infus cairan kalau perlu oksigen.

Pada perdarahan sekunder atonik:


1)        Beri Syntocinon (oksitosin) 5-10 unit IV, tetes
oksitosin dengan dosis 20 unit atau  lebih dalam
larutan glukosa 500 ml.
2)        Pegang dari luar dan gerakkan uterus ke arah atas.
3)        Kompresi uterus bimanual.
4)        Kompresi aorta abdominalis.
5)        Lakukan hiserektomi sebagai tindakan akhir.
Penilaian Awal Kasus Kegawatdaruratan Obstetri

• Periksa Pandang
• Periksa Raba
• Tanda vital
Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan

1.      Prinsip Dasar
tindakan pertolongannya harus dilakukan
dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik,
walaupun suasana keluarga pasien ataupun
pengantarnya mungkin dalam kepanikan.
prinsip komunikasi dan hubungan antara
dokter-pasien dalam menerima dan
menangani pasien harus tetap diperhatikan
2.      Menghormati hak pasien

Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa


hormat, tanpa memandang status sosial dan
ekonominya. Dalam hal ini petugas harus memahami
dan peka bahwa dalam situasi dan kondisi
gawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan
keprihatinan adalah wajar bagi setiap manusia dan
kelurga yang mengalaminya.
3.      Gentleness

Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan


pengobatan setiap langkah harus dilakukan dengan
penuh kelembutan, termasuk menjelaskan kepada
pasien bahwa rasa sakit atau kurang enak tidak dapat
dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau
memerikan pengobatan, tetapo prosedur akan
dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan
kurang enak itu diupayakan sesedikit mungkin
4.      Komunikatif

berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan


kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan
memperhatikan nilai norma kultur setempat. Dalam
melakukan pemeriksaan, petugas kesehatan harus
menjelaskan kepada pasien apa yang akan
diperikssssa dan apa yang diharapkan. Apabila hasil
pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah
stabil,upaya untuk memastikan hal itu harus
dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya
kepada pasien sangatlah penting.
5.      Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti
penjelasan informed consent,  hak pasien
untuk menolak pengobatan yang akan
diberikan dan kerahasiaan status medik
pasien.
6.      Dukungan Keluarga (Family Support)

memberikan penjelasan kepada keluarga


pasien tentang kondisi pasien, peka akan
masalah kelurga yang berkaitan dengan
keterbatasan keuangan, keterbatasan
transportasi, dan sebagainya. apa bila pasien
dalam keadaan syok, maka mungkin untuk
meminta informed consent kepada keluarga
pasien.
7.      Penilaian Awal

Penilaian awal adalah langkah untuk menentukan


dengan cepat kasus obstetri yang dicurigai dalam
keadaan kegawatdarurat dan membutuhkan
pertolongan segera dengan mengidentifikasi
penyulit yang dihadapi. Dalam penilaian awal ini,
anamnesis lengkap belum dilakukan. Anamnesa
awal dilakukan bersama-sama periksa pandang,
periksa raba, dan penilaian tanda vital dan hanya
untuk mendapatkan informasi yang sangat penting
berkaitan dengan kasus.
Prinsip Umum Penanganan Kasus
Kegawatdaruratan

1.      Pastikan Jalan Napas Bebas


2.      Pemberian Oksigen
3.      Pemberian Cairan Intravena
4.      Pemberian Tranfusi Darah
5.      Pasang Kateter Kandung Kemih
6.      Pemberian Antibiotika
7.      Obat Pengurang Rasa Nyeri
8.      Penanganan Masalah Utama
9.      Rujukan        
Rujukan
System rujukan merupakan suatu system
penyelenggaraan pelayanan dengan pelaksanaan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik pada kasus
penyakit atau masalah kegawatdaruratan obstetric
secara vertical dalam arti dalam unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang
berkemampuan lebih secara horizontal antar unit-
unit yang setingkat kemampuannya
Prosedur system rujukan kasus kegawatdaruratan
obstetric teridiri dari :

(1) Komunikasi antara perujukdengan tempat yang


dirujuk via telpon
(2) Persiapan rujukan yang memadai (identifikasi
data/bersalin/nifas ijin rujukan atau
tindakan lain yang dilakukan, transportasi rujukan)
(3) Penerangan kepada keluarga pasien mengenai
kasus yang diduga atau ditemukan
(4) Stabilisasi keadaan pasien (pemberian O2, cairan
infus, serta obat-obatan).
Langkah-Langkah Rujukan dalam Pelayanan
Kebidanan

1.      Menentukan kegawatdaruratan penderita


2.      Menentukan tempat
3.      Memberikan informasi
4.      Mengirimkan informasi
5.      Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
6.      Pengiriman Penderita
7.      Tindak lanjut penderita
Jalur Rujukan Kasus Kegawatdaruratan           

 Dari Kader Dapat langsung merujuk ke

Puskesmas Pondok Puskesmas / Rumah sakit


pembantu bersalin / bidan puskesmas pemerintah /
desa rawat inap swasta
Dari Posyandu Dapat langsung merujuk ke :

Pondok Puskesmas / Rumah sakit


Puskesmas
bersalin / puskesmas pemerintah /
pembantu
bidan desa rawat inap swasta
Dari Puskesmas
Pembantu/pondok bersalin
(bidan desa)

rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit


swasta
KESIMPULAN
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi
kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi
dalam kehamilan atau selama dan sesudah
persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian
banyak penyakit dan gangguan dalam
kehamilan yang mengancam keselamatan ibu
dan bayinya
SARAN
1.   Bagi Tenaga Kesehatan: Tenaga penolong
persalinan dilatih agar mampu untuk mencegah
atau deteksi dini komplikasi yang mungkin
terjadi, merupakan asuhan persalinan secara
tepat guna dan waktu, baik sebelum atau saat
masalah terjadi dan segera melakukan rujukan
saat kondisi masih optimal, maka para ibu akan
terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian
2.   Bagi Pelayanan Kesehatan: Dengan adanya
sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan yang lebih bermutu
karena tindakan rujukan ditujukan pada kasus
yang tergolong beresiko tinggi. Bidan sebagai
tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk
merujuk ibu dengan keluhan ginekologi ke
fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan
tepat waktu jika menghadapi penyulit
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai