Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PROMOSI DAN EDUKASI


DALAM BIDANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan


Pada Remaja dan Premenopause
(Dosen Pengampu: Nur Sitiyaroh, M.Kes)

Kelompok III:

1. Maemunah 230608328 8. Ririn Pajriyani 230608350


2. Melda Nurajizah Sa’diah 230608333 9. Tohiriah 230608368
3. Andriani Utami 230608301 10. Popi Sri Wahyuni 230608341
4. Riki Andila Safitri 230608346 11. Syerani 230608364
5. Tati Hartati 230608365 12. Mutia Nazla Purba 230608337
6. Siti Nurasia 230608452 13. Alvi Noviandini 230608300
7. Iis Sugiarti 230608378 14. Ilmi Muslihat 230608321

STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA


Jalan Swadaya Kubah Putih Rt 01/014 No.07
Jati Bening Pondok Gede Bekasi
Tahun 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktu nya. Shalawat beserta
salam kita hadiahkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umat nya dari
zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan pada saat
sekarang ini.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Remaja dan Perimenopause
tentang Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja bagi mahasiswa Prodi Sarjana Kebidanan
STIKES Abdi Nusantara Jakarta Tahun ajaran 2023-2024.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan
pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.

Jakarta, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................................... 3
A. PROMOSI KESEHATAN............................................................................................... 3
1. Pengertian Promosi Kesehatan .................................................................................... 3
2. Tujuan Promosi Kesehatan.......................................................................................... 3
3. Sasaran Promosi Kesehatan Secara Spesifik ............................................................... 4
4. Visi dan Misi Promosi Kesehatan ............................................................................... 5
5. Strategi Promosi Kesehatan Terhadap Kesehatan Reproduksi ................................... 6
6. Prinsip-Prinsip Dasar Promosi Kesehatan terhadap Kesehatan Reproduksi ............... 7
B. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA ...................................................................... 9
1. Definisi Kesehatan Reproduksi ................................................................................... 9
2. Permasalahan Pada Remaja ......................................................................................... 9
3. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja ................................................................... 10
4. Triad KRR ................................................................................................................. 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan individu dalam kondisi sehat fisik,
mental dan sosial secara utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan,
dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta
proses-prosesnya. Sedangkan kesehatan reproduksi remaja adalah suatu keadaan atau
kondisi yang sehat mengenai fungsi, sistem dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja.
Menjaga kesehatan reproduksi sangat dianjurkan untuk kelangsungan hidup yang
lebih baik, terutama remaja perlu adanya pengetahuan yang lebih mengenai kesehatan
reproduksi agar para remaja terhindar dari berbagai penyakit menular dan penyimpangan
seksual.
Secara etimiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja
(adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10
sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda
(youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara, itu menurut The Health
Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja
adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja
menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan
dalam terminology kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun.
Gunarsa (1978, dalam Kusmiran, 2013: 4-5) mengungkapkan bahwa masa remaja
adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja
merupakan masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini
penting karena menjadi jembatan antara masa kanak- kanak yang bebas menuju masa
dewasa yang menuntut tanggung jawab, selain itu remaja mempunyai sifat yang unik,
salah satunya adalah sifat ingin meniru sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan, serta
lingkungan di sekitarnya. Di samping itu, remaja mempunyai kebutuhan akan keadaan
seksual, di mana pemenuhan kebutuhan kesehatan seksual tersebut sangat bervariasi.
Seksualitas dan kesehatan reproduksi merupakan bagian dari personalitas individu
dan penting dalam menentukan status kesehatan secara umum (overall health) dan kualitas
hidup (quality of life) individu. Bahkan tepatnya sejak abad ke-21, keterbukaan publik

1
dalam mengangkat atau membahas topik seksualitas dan kesehatan reproduksi, serta
permasalahannya terutama yang dialami para perempuan semakin sering didiskusikan,
baik dalam forum ilmiah maupun forum masyarakat awam. Sehat reproduksi dan seksual
merupakan hak seorang individu, keluarga, dan masyarakat tanpa memandang status ras,
usia, gender, agama, orientasi seksual, ekonomi, dan sosial.
Kesehatan dan permasalahan reproduksi dan seksual bukan merupakan topik
bahasan tunggal, tetapi merupakan topik multidisiplin yang mengandung berbagai subjek
bahasan, yaitu subjek biologis, psikologis, spiritual, sosial dan subjek lainnya. Pelayanan
kesehatan memiliki kualitas baik jika dapat mengintegrasikan subjek kesehatan reproduksi
dan seksual ke dalam subjek lainnya dan memiliki kepentingan yang disejajarkan sama
pentingnya dengan subjek pelayanan kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual
(Afiyanti dan Anggi, 2017).
Seiring perkembangan jaman dan kemajuan tekhnologi yang juga dapat memberikan
dampak negative terhadap pergaulan anak remaja khususnya, sehingga perlu adanya
perhatian khusus yang diberikan baik di lingkungan keluarga maupun dilingkungan
Masyarakat. Untuk itu sebagai tenaga Kesehatan kita memiliki peranan penting dalam
memberikan promosi/konseling khususnya Kesehatan reproduksi remaja, sebagai bentuk
Upaya pencegahan terhadap hal hal yang akan merusak masa depan remaja.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang konseling Kesehatan reproduksi
pada remaja baik itu tentang kehamilan pada remaja, kehamilan tidak diinginkan,
ketergantungan rokok dan ketergantungan napza.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat di rumuskan
masalah sebagai adalah “Mengapa harus dilakukan konseling tentang Kesehatan
reproduksi pada Remaja?”
C. Tujuan Penulisan
Agar penulis dapat mengetahui dan memahami pentingnya melakukan konseling pada
remaja khusuusnya tentang reproduksi.

D. Manfaat Penulisan
1. Mampu menjelaskan tentang pentingnya melakukan konseling Kesehatan reproduksi
pada remaja
2. Mampu melakukan konseling Kesehatan reproduksi pada remaja
3. Menambah pengetahuan dan informasi tentang Kesehatan reproduksi pada remaja

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PROMOSI KESEHATAN
1. Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (SK Menkes No. 1193/Menkes/SK/X/2014).
Promosi Kesehatan Puskesmas adalah upaya puskesmas melaksanakan
pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan
kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan
mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. (Kepmenkes Nomor
585/Menkes/SK/V/2007).
Promosi kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk memotivasi
mendorong dan membangkitkan kesadaran dakan potensi yang dimiliki masyrakat agar
mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya, istilah dan pengertian
promosi kesehatan ini merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah
dikenal selama ini. Seperti pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan. KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
Menurut Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan dapat diartikan sebagai upaya
yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Promosi kesehatan (Health
Promotion), yang diberi definisi : proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of enabling people to control
over and improve their health). lebih luas dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan.
promosi kesehatan meliputi pendidikan/ penyuluhan kesehatan, dan di pihak lain
penyuluh/pendidikan kesehatan merupakan bagian penting (core) dari promosi
kesehatan.

2. Tujuan Promosi Kesehatan


Menurut (Madolana, Amrin. 2017) dikutip dari buku Modul Pelatihan Pengangkatan
Pertama Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli tahun 2013
menyatakan bahwa tujuan promosi kesehatan adalah sebagai berikut:

3
a Tujuan Umum
Meningkatknya PHBS individu, keluarga dan masyarakat serta berperan aktif
dalam setiap gerakan kesehatan masyarakat melalui upaya promosi kesehatan yang
terintegrasi secara lintas program, lintas sektor, swasta dan masyarakat.
b Tujuan Khusus
1) Meningkatkan komitmen pembangunan berwawasan kesehatan dari para
pengambilan kebijakan dari berbagai pihak.
2) Meningkatkan kerjasama, antar masyarakat, antar kelompok, serta antar
lembaga dalam rangka pembangunan berwawasan kesehatan.
3) Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta sebagai subjek atau
penyelenggaraan upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
4) Meningkatkan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
efektif dengan mempertimbangkan kearifan lokal.
5) Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan upaya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat dengan seluruh program dan sektor terkait, di
pusat, provinsi dan kabupaten/kota dengan mengacu kepada rencana strategis
kementerian kesehatan.

3. Sasaran Promosi Kesehatan Secara Spesifik


a. Sasaran Primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya
pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka
sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan
umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak
sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan
terhadap sasaran primer inisejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat
(empowerment).
b. Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut
sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitamya. Di samping itu dengan
perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang
diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan

4
perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang
ditunjukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan
sosial (So-cial support).
c. Sasaran Tersier (Tertiary Target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun
daerah adalah sasaran tertier pendidikan kesehatan Dengan kebijakan-kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap
perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat
umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran
tersier ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy) kesehatan,maka sasaran ini
dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu
hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah
untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap
sasaran primer ini sejalan dengan strategipemberdayaan masyarakat
(empowerment).

4. Visi dan Misi Promosi Kesehatan


a Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1) Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial.
2) Pendidikan kesehatan semua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun
program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan,
peningkatan kesehatan individu. kelompok, maupun masyarakat.
b Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai
keterkaitan dalam pencapaian suatu visi misi promosi kesehatan yaitu:
1) Advokat (advocate)
Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan.
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada
para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang
spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk
mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat

5
mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu
mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

2) Menjembatani (mediate)
Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait
dengan kesehatan. Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu
adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun
lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin
suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang
memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak
hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga
perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi
kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau
kemitraan ini.
3) Memampukan (enable)
Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara
mandiri. Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan
memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan
dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka
meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan
ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan keluarga akan meningkat.

5. Strategi Promosi Kesehatan Terhadap Kesehatan Reproduksi


a. Advokasi
Mencari dukungan dari para pengambil keputusan untuk melakukan
perubahan tata nilai atau peraturan yang ada untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan reproduksi, sehingga tujuan promosi kesehatan terhadap kesehatan
reproduksi (peningkatan pengetahuan yang diikuti perubahan perilaku) dapat
tercapai. Kelompok sasaran untuk strategi advokasi ini biasa dikenal dengan
istilah kelompok sasaran tersier. Bentuk opersional dari strategi advokasi ini
biasanya berupa pendekatan kepada pimpinan institusi tertinggi setempat
b. Bina suasana
Membuat lingkungan sekitar bersikap positif terhadap tujuan promosi
kesehatan yang ingin dicapai yaitu peningkatan pengetahuan yang diikuti

6
perubahan perilaku. Strategi ini biasanya digunakan untuk kelompok sasaran para
pemimpin masyarakat dan atau orang-orang yang mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran utama. Kelompok sasaran
untuk strategi bina suasana ini biasa dikenal dengan istilah kelompok sasaran
sekunder. Bentuk operasional dari strategi ini biasanya berupa pelatihan,
sosialisasi program, pertemuan pertemuan, yang dapat memanfaatkan metode
komunikasi modern dan formal maupun metode sederhana (tatap muka) dan
informal.
c. Gerakan masyarakat
Membuat pengetahuan kelompok sasaran utama (yaitu mereka yang
memiliki masalah) meningkat yang diikuti dengan perubahan perilaku mereka
sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi. Kelompok sasaran untuk
strategi gerakan masyarakat ini umumnya berupakan serupakan kelompok
sasaran utama atau dikenal dengan istilah kelompok sasaran primer yaitu mereka
yang pengetahuan dan perilakunya hendak diubah. Bentuk operasional dari
strategi ini biasanya berupa tatap muka langsung atau penyuluhan kelompok dan
lebih sering memanfaatkan metode komunikasi yang lebih sederhana dan
informal, misalnya melakukan latihan bagi kader-kader PKK dan kader posyandu
sehingga mereka menjadi tahu tentang kesehatan reproduksi atau pelayanan
kesehatan reproduksi yang tersedia sehingga dapat memberi tahu masyarakat
dilingkungannya untuk memanfaatkan pelayanan tersebut.

6. Prinsip-Prinsip Dasar Promosi Kesehatan terhadap Kesehatan Reproduksi


Tujuh aspek penting yang perlu diperhatikan Petugas dalam melaksanakan setiap
kegiatan promosi Kesehatan Reproduksi, yaitu:
a Keterpaduan
Kegiatan promosi kesehatan dilaksanakan secara terpadu. Keterpaduan
dapat berupa keterpaduan dalam aspek sasaran, lokasi, petugas penyelenggara,
dana,maupun sarana.
b Mutu
Pesan yang bervariasi tidak membosankan, sehingga penerima pesan
tertarik dan senang dengan informasi yang diterima. Maka perlu diolah
sedemikian rupa agar akrab dengan kondisi dan lingkungan kelompok sasaran
melalui pemilihan bahasa, media, jalur dan metode yang sesuai.

7
c Menyenangkan
Perkembangan terakhir dunia komunikasi menunjukkan bahwa kegiatan
KIE paling berhasil jika dilaksanakan dengan cara penyampaian yang kreatif
dan inovatif sehingga membuat kelompok sasaran merasa senang atau terhibur.
d Penyampaian yang kreatif dan inovatif
Dilakukan melalui pendekatan pendidikan yang menghibur” (edu-
tainment) yang merupakan kombinasi dan education (pendidikan) dan
entertainment (hiburan) dimana kelompok sasaran diajak berfikir melalul
rangsangan rasionai sehingga mendapat informasi yang bermanfaat (sebagai
hash kegiatan pendidikan) sekaligus diberi rangsangan emosional berupa
hiburan menarik yang membuat mereka merasa senang
e Berkesinambungan (diikuti tindak lanjut)
Semua kegiatan KIE tidak berhenti pada penyampaian pesan-pesan saja,
akan tetapi harus diikuti dengan tindak lanjut yang berkesinambungan. Artinya
setelah kegiatan KIE dilaksanakan perlu selalu diikuti penilaian atas proses
(apakah telah dilaksanakan sesuai rencana?) dan penilaian atas hasil (apakah
pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran telah berubah?) untuk menyiapkan
kegiatan berikutnya.
Harus diingat bahwa perubahan perilaku bukanlah hal yang mudah, dan setiap
perilaku yang baru perlu didukung secara terus menerus agar dapat bertahan sehingga
akhimya menjadi kebiasaan. Karena itu kegiatan KIE harus dilakukan secara terus
menerus, berulang-ulang dan berkesinambungan sampai perilaku yang baru tersebut
benar-benar mapan dan menjadi kebiasaan kelompok sasaran.

8
B. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
1. Definisi Kesehatan Reproduksi
Kondisi fisik yang sejahtera, emosional, psikis dan sosial berhubungan dengan
reproduksi merupakan defisini dari kesehatan reproduksi (World Health Organization,
2021). Kesehatan reproduksi ini tidak hanya berkaitan dengan penyakit melainkan
berkaitan dengan sistem reproduksi.
Kesehatan reproduksi adalah poin penting bagi individu dan masyarakat karena
berpengaruh terhadap keberlangsungan siklus kehidupan (Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, 2020).
Secara garis besar, kesehatan reproduksi disimpulkan sebagai kondisi yang
sehat dan optimal secara jasmani, psikologis serta lingkungan terkait peran dan organ
sistem genital manusia
2. Permasalahan Pada Remaja
World Health Organization (2021) menyatakan bahwa remaja ialah anggota
keluarga yang berusia 10-19 tahun. Fase dikenal dengan masa perubahan dari kanak-
kanak ke dewasa. Perkembangan psikologis dan fisik untuk mencari dan menentukan
identitas diri terjadi pada masa remaja (Sunarti, 2018).
Saat remaja, seseorang tidak dapat dikatakan dewasa maupun anak-anak.
Kondisi ini disebabkan karena remaja mengalami perkembangan fisik dan psikologis.
Selama masa peralihan, remaja dihadirkan dengan masalah pengendalian diri. Salah
satu bentuk permasalahan kanak-kanak tanpa solusi mengakibatkan timbulnya
kenakalan remaja. Banyak media yang mempublikasikan berita mengenai perkelahian
remaja, pencurian, penggunaan narkotika, dan mengonsumsi minuman keras
(Andrianto, 2017; Een dkk., 2020).
Permasalahan lain yang dialami remaja yaitu melakukan seks bebas, berpacaran
yang tidak sehat hingga meningkatkan kasus kehamilan di kalangan remaja putri
(Kusumawati, 2017).
Kenakalan remaja mampu dilakukan oleh individu ataupun kelompok remaja.
Perubahan yang terjadi dapat membentuk tingkah laku remaja. Tingkah laku remaja
dipicu oleh perbuatan orang lain dan tayangan media elektronik yang negatif.
Permasalah pada remaja seperti ini membentuk perilaku remaja yang tidak searah
dengan adat masyarakat. Tingkah laku ini akan terus meningkat, apabila tidak
diperhatikan (Jasmisari dan Herdiansah, 2022).

9
Permasalahan remaja disebabkan oleh tingkah laku remaja yang bertentangan
dengan nilai sosial. Poha dkk. (2022) menyatakan penyebab kenakalan remaja
dipengaruhi latar belakang diri dan lingkungan.
Andrianto (2017) mengemukakan bahwa penyebab terjadinya kenakalan remaja
adalah minimnya perhatian dan pengaruh teman sebaya serta lingkuangan. Teman
sebaya dan lingkungan sosial budaya semakin pudar sehingga menimbulkan
kenakalan remaja.
Menurut Een dkk. (2020) menyatakan permasalahan remaja juga dipengaruhi
oleh media sosial dan media elektronik. Remaja dapat mengakses dan melihat film
atau video porno yang dapat diikutinya.
3. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Permasalahan kesehatan reproduksi masih cukup tinggi di Indonesia. Teguhnya
nilai masyarakat memandang seksualitas masih awam sehingga mempengaruhi stigma
masyarakat terkait edukasi kesehatan. Faktanya, masalah kesehatan reproduksi saat
ini masih banyak dihadapi oleh remaja. Remaja di Indonesia berpeluang mempunyai
perilaku beresiko tanpa memikirkan akibat yang dihadapinya. Perilaku tersebut
diadopsi dari informasi serta pertemanan yang tidak baik serta pengetahuan yang
masih rendah (Andrianto, 2017).
Hidayangsih (2014) menyampaikan remaja bersedia melakukan kegiatan seks
pranikah karena didasari oleh rasa saling suka, ada rasa ingin tahu untuk mencobanya,
dan sebagai bentuk ungkapan kasih sayang kepada pasangannya. Disamping itu rasa
takut ditinggal oleh pasangannya menjadi alasan utama remaja bersedia melakukan
seks pranikah. Perilaku seksual ini dipicu oleh berbagai faktor, diantaranya adanya
dorongan rasa ingin tahu remaja, pola asuh orang tua, terpapar media pornografi, dan
pengaruh teman sebaya (Ernawati, 2018; Padut dkk., 2021).
Permasalahan kesehatan reproduksi remaja yang marak terjadi di Indonesia,
diantaranya kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman keras, penyalahgunaan
narkoba, pemerkosaan, seks bebas, hamil diluar nikah (KTD), pengguguran secara
paksa, kehamilan usia dini dan penyakit seksual menular (Hidayangsih, 2014; Sri dan
Susanti, 2022). Akhir-akhir ini kasus seksualitas pada remaja masih meningkat.
Hasil survei yang diperoleh United Nations Educational, Scientific and Cultural

10
Organization (UNESCO) menunjukkan sebesar 5,6% remaja Indonesia memiliki
pengalaman seks bebas (Nurdianti dkk., 2021). Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2017 dimana 2% remaja perempuan serta 8% remaja laki-laki
mengaku berhubungan seks sebelum menikah. Selaras dengan hal tersebut diperoleh
hasil sebesar 11% hamil diluar nikah (Badan Pusat Statistik, 2018).
Hubungan seks oleh remaja dikategorikan ke dalam kenalakan remaja. Perilaku
ini tentunya bertentangan dengan budaya dan norma masyarakat di Indonesia. Akibat
yang disebabkan oleh kenakalan sehingga terjadi hamil diluar nikah memicu
terjadinya aborsi dan timbulnya penyakit seperti Human Immunodeficiency Virus dan
Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) (Demon dkk., 2019).
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Reproduksi Remaja
menunjukkan sebesar 53% remaja di Indonesia telah melakukan tindakan aborsi
(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2020). Hal ini disebabkan
oleh remaja yang belum memiliki persiapan. Perilaku seksual remaja yang beresiko
tentunya dapat menimbulkan penyakit menular seksual. Hal ini dibuktikan dari data
kasus Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) pada remaja di Indonesia tahun 2021 yaitu
remaja berusia 15-19 tahun menderita Human Immunodeficiency Virus dan Acquired
Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) sebesar 2,7% (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020). Salah satu kenakalan remaja yang semakin lama terus
meningkat adalah merokok, mengonsumsi minuman keras dan penggunaan narkoba.
Penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Indonesia tahun 2021 mencapai
16,8% laki-laki dan perempuan sebesar 12,2% (Badan Narkotika Nasional, 2021).
Pemerintah terus berupaya dalam mengurangi kasus kesehatan reproduksi pada
remaja. Pendidikan dilakukan dengan melalui tindakan mencegah dan mengurangi
perilaku seksual. Pencegahan risiko (risk avoidance) Kesehatan reproduksi digunakan
untuk mengatasi hingga menghilangkan perilaku berisiko pada remaja. Berbeda
dengan mengurangi perilaku berisiko (risk reduction) kesehatan reproduksi yaitu
remaja tidak dapat menghilangkan kejadian secara keseluruhan melainkan hanya
mampu mengurangi perilaku berisiko yang terjadi (Naso, 2014; Rahyani dkk., 2018).
Dalam kesehatan masyarakat, Pendidikan pencegahan risiko lebih diutamakan
dalam menangani perilaku berisko. Pendekatan ini memberikan remaja keterampilan
dan pemberdayaan positif untuk membuat keputusan yang lebih sehat dimasa depan
(Naso, 2014).

11
Program Pendidikan kesehatan melalui kegiatan edukasi di masyarakat yang
dilakukan pada tingkat individu maupun kelompok dapat memberikan perubahan
yang signifikan dalam peningkatan pengetahuan (Tarsikah dkk., 2022). Harapannya
melalui program pendidikan kesehatan ini dapat menambahkan pengetahuan remaja,
sehingga dapat menumbuhkan kesadaran remaja akan pentingnya masalah kesehatan
reproduksi (Isni dkk., 2020).
4. Triad KRR
a. Pengertian
Kesehatan reproduksi merupakan prasyarat untuk kesejahteraan fisik,
mental dan sosial individu secara keseluruhan. Keadaan sehat diartikan bebas dari
penyakit tetapi berkaitan dengan sistem reproduksi (Harwati dan Laksmini,
2022). Permasalahan yang paling rentan dialami oleh remaja adalah kesehatan
reproduksi. Permasalahan ini dikenal dengan Tiga Risiko Ancaman Dasar
Kesehatan Reproduksi Remaja (TRIAD KRR) berhubungan dengan seksual,
HIV/AIDS serta NAPZA (Ashari dkk., 2019; Budhi dan Sari, 2021).
TRIAD KRR menjadi kasus kesehatan bagi remaja sejak sepuluh tahun
terakhir. Remaja di Indonesia berpeluang mengalami masalah kesehatan
reproduksi remaja. Masalah ini diantaranya melakukan hubungan seksual dengan
bebas, mengonsumsi minuman keras hingga kecanduan narkoba dan pada
akhirnya akan berdampak terinfeksi HIV/AIDS (Handayani, 2020; Budhi dan
Sari, 2021).
2. Program Kesehatan Reproduksi Remaja
Upaya pemerintah mengatasi permasalahan pada remaja melalui kerja sama
dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
adalah dengan membuat program mengenai Generasi Berencana (GenRe).
Kegiatan ini bertujuan menyiapkan kehidupan berkeluarga bagi remaja (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2019).
Kegiatan program Generasi Berencana (GenRe) memasukkan TRIAD KRR
sebagai bagian dari materi. Hal ini bertujuan agar para remaja dapat terhindar
TRIAD KRR (Alfajriani, 2017). Generasi Berencana (GenRe) membentuk wadah
guna pendekatan pada remaja. Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) dan
Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN) adalah wadah
pengendalian diri serta layanan informasi (Susanto, 2017; Simorangkir dkk.,
2022).

12
Kegiatan ini dilaksanakan lembaga pendidikan maupun komunitas sosial.
Pembinaan remaja dapat dilakukan melalui pendekatan orang tua (Alfajriani,
2017; Susanto, 2017). Hal ini karena orang tua merupakan lingkungan terdekat
remaja dan sebagai tempat utama dalam pembentukan karakter.
Pendekatan ini dilaksanakan dengan membangun Kelompok Bina Keluarga
Remaja (BKR) (Alfajriani, 2017; Ratnasari, 2017; Aziz, 2021). Melalui program
ini, remaja diinformasikan mengenai kesehatan reproduksi, pelayanan konseling
dan rujukan kesehatan reproduksi remaja. Kegiatan ini bertujuan untuk
membangun Tegar Remaja dalam rangka tercapainya keluarga yang sejahtera
(Yulianti, 2017; Aziz, 2021).
c. Pelaksanaan Program Kesehatan Reproduksi Remaja
Pelaksanaan program Generasi Berencana (GenRe) disebarkan secara
besar-besaran sejak tahun 2013 (Ratnasari, 2017). Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sudah mencetuskan kegiatan Generasi
Remaja (GenRe) sejak tahun 2010 (Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional, 2019).
Saat ini, informasi program belum merata mencakup Bina Keluarga Remaja
(BKR), Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R), Kelompok Siswa Peduli
AIDS dan Narkoba (KSPAN) dan Posyandu Remaja. Hal ini berkaitan dengan
sosialisasi pelaksanaan program yang belum optimal (Pyas, 2017; Rini dan
Tjadikijanto, 2018).
Simorangkir dkk. (2022) mengemukakan setiap pelaksanaan program
Generasi Berencana (GenRe) hanya mengundang seseorang yang telah
mengetahui program Generasi Berencana (GenRe) dan tidak meliputi masyarakat
yang belum mengenal program Generesi Berencana (GenRe).
Pyas (2017) mengatakan bahwa kurangnya pemantauan program Generasi
Berencana (GenRe) menyebabkan program ini mengalami stagnasi. Banyak
diantaranya yang hanya mencantumkan nama tanpa adanya pengurus dan
kegiatan. Hal ini menjadikan salah satu faktor penyebab rendahnya pengetahuan
terkait alat reproduksi yang sehat.
Penelitian Rahyani (2014) bahwa program Generasi Remaja (GenRe) di
lingkungan sekolah kurang diminati oleh siswa. Hal ini karena ekstrakurikuler
PIK-R serta KSPAN kalah bersaing dengan ekstra lainnya. Remaja beranggapan
penyampaian materi terlalu normatif dan membosankan. Sosialisasi pelaksanaan

13
program Generasi Remaja (GenRe) yang belum optimal mengakibatkan masih
timbulnya perilaku buruk pada remaja.
Permasalahan remaja yang sering terjadi di Kota ataupun di Desa,
diantaranya berpacaran yang tidak sehat, kehamilan yang tidak diharapkan,
pernikahan usia dini, penyalahgunaan narkoba serta obat-obatan terlarang yang
makin meningkat (Susanto, 2017; Aziz, 2021).
Terdapat faktor lainnya yang menyebabkan adanya perilaku buruk pada
remaja, selain pelaksanaan sosialisasi program yang belum optimal yaitu
rendahnya kontribusi remaja dalam kegiatan bersosialisasi (Yulianti, 2017). Hal
ini menjadikan remaja sebagai sasaran program belum berperan aktif dan
pelaksanaan program menjadi tidak efektif.
Lingkungan menjadi faktor penghambat pelaksanaan program (Alfajriani,
2017). Rendahnya rasa kepedulian dari orang tua, pergaulan dan lingkungan tidak
baik menyebabkan tidak Terkontrolnya perilaku remaja. Faktor lainnya yaitu
keterbatasan waktu yang dimiliki remaja maupun pengurus program. Hal ini
karena kegiatan yang dimiliki setiap orang berbeda sehingga mengakibatkan
terhambatnya program tersebut (Rini dan Tjadikijanto, 2018; Simorangkir dkk.,
2022)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh,
yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut
pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan
adanya promosi kesehetan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi.
Remaja merupakan generasi penerus bangsa, untuk itu perlu adanya perhatian khusus
terhadap remaja khususnya maslah reproduksi. Untuk itu sebagai tenaga Kesehatan kita
hendaknya ikut andil dalam pelaksanaan pemberian konseling dan edukasi mengenai
reproduksi remaja.

B. Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran
sangat diharapkan untuk pembaca yang bersifat membangun untuk lebih baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.umk.ac.id/14390/2/BAB%20I%20.pdf tentang Kesehatan Reproduksi pada


Remaja diakses pada 15 November 2023

Estiwi D.Meilani N.widyasih H.widyastuty.Konsep Kebidanan yogyakarta :Fitriaman


;2008.h.140.
Hestiantoro .2012.” Kesehatan Reproduksi Dengan Disminore “
(http://www.jogjwlib.com/file/93db85ed909c13838ff95ccfa94cebd9.pdf.2012diakes27februa
ri2016).
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/236.
Kumalasari I.APP.Andhyantotoro I.Kesehatan Reproduksi.jakarta : salembe Medika :
2012.h.12.
Muslihatun W.Mufdlillah.Setiawan N. Dokumentasi Kebidanan . Yogyakarta
:Fitramaya;2009.h.215.
Ns,Sallika.2010.Serba serbi kesehatan perempuan.Jakarta :Bukune.

Madolan, Amrin.2017. Pengertian dan Tujuan Promosi Kesehatan. Mitra Kesmas.


https://www.mitrakesmas.com/2017/12/pengertian-dan-tujuan-promosi-kesehatan.html
diakses pada 16 November 2023

Kurniati, Meti. 2023. Makalah Promosi dan Edukasi dalam bidang Kesehatan Reproduksi
Pada Menopause. https://www.studocu.com/id/document/institut-teknologi-kesehatan-
dan-sains-wiyata-husada-samarinda/materia/promosi-dan-edukasi-dalam-bidang-
kesehatan-reproduksi-pada-menopause/60307669 diakses pada 16 November 2023

Trisnayanti. KA. 2023. Kesehatan reproduksi Remaja. Repository Poltekkes Denpasar.


http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/10578/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf diakses pada 16
November 2023

16

Anda mungkin juga menyukai