Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

PRAKTIK PROFESIONAL BIDAN DENGAN

“PENGEMBANGAN KAPASITAS KETAHANAN DIRI (RECILIENCE)”

DI SUSUN OLEH :

NONIK PRANADANI

PROGRAM STUDI S1-KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES HAMZAR)

LOMBOK TIMUR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat
limpahan rahmat, karunia dan hidayahNya-lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Selain
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Profesional Bidan Dengan
“Pengembangan Kapasitas Ketahanan Diri (Recilience)“ pada semester 1 S1-Kebidanan
STIKES HAMZAR, makalah ini juga disusun dengan maksud agar pembaca dapat
memperluas ilmu pengetahuan.

Dalam penyusunan makalah ini kami dibantu oleh banyak pihak, karena ini pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

A. Nurlathifah N.Yusuf, S.ST, M.Keb sebagai Dosen pembimbing mata kuliah ini
B. Teman-teman yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Lombok Tengah,19 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2

A. Mengenal Resiliensi Dalam Ilmu Psikologi ..............................................................2

B. Definisi Resiliensi ........................................................................................................3

C. Faktor – factor yang dapat meningkatkan Resiliensi ..............................................3

D. Faktor – factor Pembentuk Resiliensi .......................................................................4

E. Aspek – aspek yang membentuk Resiliensi ..............................................................5

F. Ciri - ciri individu yang memiliki Resiliensi.............................................................5

BAB III PENUTUP.................................................................................................................6

A. Kesimpulan..................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menjalani kehidupan adalah sesuatu yang harus dijalani setiap mahluk ciptaan
Allah SWT. Perkembangan zaman yang semakin modern menjadikan hidup semakin
kompleks dan penuh tantangan, diperlukan pribadi ketangguhan, kepribadian tahan
banting agar dalam menghadapi berbagai tantangan, kesulitan hidup baik sebagai pribadi
maupun kelompok tangguh dalam istilah agama, merupakan pribadi yang senantiasa
bersyukur atas segala apapun yang diberikan Allah SWT kepadanya apakah itu nikmat
atau ujian.

Pribadi tangguh dalam istilah agama, merupakan pribadi yang memiliki


kemampuan untuk bersyukur apabila ia mendapatkan sesuatu yang berkaitan dengan
kebahagiaan, kesuksesan, mendapat rezeki, dan lain-lain. Sebaliknya jika ia mendapati
sesuatu yang tidak diharapkan, baik berupa kesedihan, kegagalan, mendapat bencana, dan
lain-lain maka ia memiliki ketahanan untuk selalu bersabar. Pribadi seperti ini
memposisikan setiap kejadian yang menimpanya adalah atas izin dan kehendak Allah
SWT, ia pasrah dan selalu berusaha untuk bangkit dengan cara mengambil pelajaran dari
setiap kejadian tersebut. Pribadi pantang menyerah ini bukan saja semata-mata secara
fisik namun yang lebih penting justru adanya sifat positif dalam jiwanya yang begitu
tangguh dan kuat.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas , maka diharapkan seseorang dapat meningkatkan resiliensi
diri mengembangkan potensi diri sehingga seseorang akan berusaha agar dapat
mengetahui kepribadian alami untuk lebih memaksimalkan potensi diri dalam kondisi
sesuai dengan kepribadiannya.

C. Tujuan
1. Apakah Pengertian Pengembangan Kapasitas Diri
2. Apakah Tujuan Pengembangan Kapasitas Diri
3. Apakah Aspek dalam Pengembangan Kapasitas Diri
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengenal Resiliensi Dalam Ilmu Psikologi


Istilah resiliensi  dikenalkan  pertama kali  pada 1950-an oleh Blok dengan nama ego-
resiliency (ER), yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan kemampuan
penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun
eksternal. Awalnya konsep itu diterapkan pada anak-anak dimana ia dikenal sebagai
“invulnerability” atau “stress-resistance“. ER dan resiliensi keduanya diperlakukan
sebagai faktor protektif melawan kesulitan, keduanya berbeda dalam banyak hal (Farkas
& Orosz, 2015).
1. Resiliensi mengandaikan paparan kesulitan substansial dan ditafsirkan sebagai proses
dinamis dari sifat kepribadian.
2. ER dapat dipahami dalam teori kepribadian dan dikombinasikan dengan ego-
control (EC). Kepribadian dikonseptualisasikan sebagai sistem pemrosesan yang
mempengaruhi ego-resiliency (ER) digabungkan dengan ego-control (EC)

Terminologi resiliensi dalam perjalanannya mengalami perluasan dalam hal


pemaknaan. Diawali dengan penelitian  Garmezy (1991) tentang anak-anak yang mampu
bertahan dalam situasi penuh tekanan, disebut sebagai descriptive labels yaitu
menggambarkan anak-anak yang mampu berfungsi secara baik walaupun mereka hidup
dalam lingkungan buruk dan penuh tekanan.  Menurut Ledesma (2014), beberapa
penelitian tentang resiliensi menggunakan istilah yang berbeda tapi pada dasarnya
menggambarkan mekanisme yang sama untuk  adaptasi terhadap stres yaitu:

a. Compensatory
Melihat resiliensi sebagai faktor yang menetralkan resiko, faktor resiko dan faktor
pengganti yang secara independen berkontribusi pada outcome.
b. Challenge
Menggunakan faktor resiko sebagai tantangan, contohnya individu  yang resilien
adalah mampu memecahkan masalah, kecenderungan untuk memahami pengalaman

2
sebagai suatu yang positif bahkan ketika mereka menderita, kemampuan untuk positif
pada orang lain, dan keyakinan untuk mempertahankan pandangan hidup yang positif.
c. Protective factor
Menggunakan faktor resiko untuk beradaptasi contohnya individu yang resilien
adalah yang optimis, memiliki empati, insight,  intellectual  competence,  self-esteem,
serta punya tujuan, tekad dan ketekunan.

B. Definisi Resiliensi
1. Keberhasilan seseorang dalam beradaptasi dengan kondisi yang tidak menyenangkan /
buruk (Garmezy, 1991).
2. Kapasitas universal dari individu atau kelompok untuk mencegah, meminimalisasi,
atau bahkan mengatasi efek yang merusak (Grotberg, 2001),
3. Kemampuan individu dalam mengatasi, melalui, dan kembali pada kondisi semula
setelah mengalami kesulitan (Reivich dan Shatte, 2002).
4. Sebuah pola adaptasi yang bersifat positif dalam menghadapi kesulitan (Riley dan
Masten, 2005).
5. Kemampuan untuk mempertahankan stabilitas psikologis dalam menghadapi stres
(Keye & Pidgeon, 2013)
6. Kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan, frustrasi, dan kemalangan
(Ledesma, 2014).
7. Hasil dari adaptasi yang sukses meskipun terdapat situasi yang menantang atau
mengancam (Wright & Masten, 2015).
8. Sebuah proses dari hasil adaptasi dengan pengalaman hidup yang sulit atau
menantang, terutama melalui mental, emosional dan perilaku yang fleksibilitas, baik
penyesuaian eksternal dan internal (APA Dictionary of Psychology, VandenBos,
2015: hal. 910).

C. Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Resiliensi


Menurut Benard (2004),  meningkatkan resiliensi adalah hal yang penting karena dapat
memberikan pengalaman bagi individu dalam menghadapi permasalahan dan kesulitan di
dalam hidupnya.
Ada tiga hal yang dapat diberikan lingkungan untuk meningkatkan resiliensi seseorang
yaitu :
1. Caring relationship

3
Adalah dukungan cinta yang didasari oleh kepercayaan dan cinta tanpa syarat. Caring
relationship  dikarakteristikkan sebagai dasar penghargaan yang positif. Contohnya
seperti memegang pundak, tersenyum, dan memberi salam
2. High expectation massages
Merupakan harapan yang jelas, positif, dan terpusat kepada seseorang. Harapan yang
jelas merupakan petunjuk dan berfungsi mengatur dimana orang dewasa memberikan
harapan tersebut untuk perkembangan seseorang. Harapan yang positif, dan terpusat
mengomunikasikan kepercayaan yang mendalam dari orang dewasa dalam
membangun resiliensi dan membangun kepercayaan dan memberikan tantangan untuk
membuat seseorang menjadi apa yang mereka inginkan.
3. Opportunities for participation and contribution.
Kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, memiliki tanggung
jawab, dan kesempatan untuk menjadi pemimpin. Di samping itu opportunities juga
memberikan kesempatan untuk melatih kemampuan problem solving  dan
pengambilan keputusan.

D. Faktor-Faktor Pembentuk Resiliensi


Menurut Davis (1999), faktor-faktor pembentuk resiliensi adalah:
1. Faktor resiko: mencakup hal-hal yang dapat menyebabkan dampak buruk atau
menyebabkan individu beresiko untuk mengalami gangguan perkembangan atau
gangguan psikologis.
2. Faktor pelindung: merupakan faktor yang bersifat menunda, meminimalkan, bahkan
menetralisir hasil akhir yang negatif. Ada tiga faktor pelindung yang berhubungan
dengan resiliensi pada individu yaitu :
a. Faktor individual: merupakan faktor-faktor yang bersumber dari dalam individu
itu sendiri, yaitu , sociable, self confident, self-efficacy, harga diri yang tinggi,
memiliki talent (bakat).
b. Faktor keluarga: keluarga yang berhubungan dengan resilensi, yaitu hubungan
yang dekat dengan orangtua yang memiliki kepedulian dan perhatian, pola asuh
yang hangat, teratur dan kondusif bagi perkembangan individu, sosial ekonomi
yang berkecukupan, memiliki hubungan harmonis dengan anggota keluarga lain.

4
c. Faktor masyarakat sekitar : memberikan pengaruh terhadap resiliensi pada
individu, yaitu mendapat perhatian dari lingkungan, aktif dalam
organisasikemasyarakatan di lingkungan tempat tinggal.

E. Aspek-aspek yang membentuk resiliensi


Wolin dan Wolin (1993) mengemukakan tujuh aspek utama yang mendukung individu
untuk resiliensi, yaitu:
1. Insight : yaitu proses perkembangan individu dalam merasa, mengetahui, dan
mengerti masa lalunya untuk mempelajari perilaku-perilaku yang lebih tepat.
2. Independence : yaitu kemampuan untuk mengambil jarak secara emosional maupun
fisik dari sumber masalah (lingkungan dan situasi yang bermasalah).
3. Relationships : Individu yang resilien mampu mengembangkan hubungan yang jujur,
saling mendukung dan berkualitas bagi kehidupan, memiliki role model yang baik.
4. Initiative : yaitu keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab terhadap hidupnya.
5. Creativity  : yaitu kemampuan memikirkan berbagai pilihan, konsekuensi, dan
alternatif dalam menghadapi tantangan hidup.
6. Humor  : adalah kemampuan individu untuk mengurangi beban hidup dan menemukan
kebahagiaan dalam situasi apapun.
7. Morality  : adalah kemampuan individu untuk berperilaku atas dasar hati nuraninya.
Individu dapat memberikan kontribusinya dan membantu orang yang membutuhkan.

F. Ciri-ciri Individu yang Memiliki resililiensi


Individu yang memiliki resiliensi yang tinggi akan cenderung easygoing, mudah
bersosialisasi, memiliki keterampilan berpikir yang baik termasuk keterampilan sosial dan
kemampuan menilai sesuatu, memiliki orang di sekitar yang mendukung, memiliki satu
atau lebih bakat, yakin pada diri sendiri dan percaya pada kemampuannya dalam
mengambil keputusan serta memiliki spritualitas dan religiusitas. Kebajikan (virtue) dan
kekuatan (strength) sebagai dasar untuk memiliki resiliensi (Chung, 2008). Menurut
Baumgadner (2010) individu yang resiliensinya tinggi akan menampilkan kemampuan 
dalam dirinya yang meliputi:
 Intelektual yang baik dan kemampuan memecahkan masalah
 Mempunyai temperamen yang easy-going dan kepribadian yang dapat beradaptasi
terhadap perubahan

5
 Mempunyai self image yang positif dan menjadi pribadi yang efektif
 Optimis
 Mempunyai nilai pribadi dan nilai budaya yang baik
 Mempunyai selera humor

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kemampuan daya juang atau ketangguhan merupakan salah satu karakter positif yang
perlu dikembangkan, bahkan karakter ini menjadi lokomotif untuk dapat menarik karakter-
karakter positif yang lain. Ketangguhan ini sekaligus dapat melindungi dan meningkatkan
kesehatan mental seseorang. Melalui pengembangan keaterampilan resilience dalam proses
konseling baik secara individual maupun kelompok, diharapkan karakter tangguhn ini dapat
terbentuk. Dengan karakter ini diharapkan agar seseorang dapat kuat menahan penderitaan,
kesulitan, dan mempunya pikiran dan sikap positif terhadap semua peristiwa yang dialaminya
sehingga tidak mudah terjerumus melakukan hal-hal yang negative baik bagi diri sendiri
maupun orang lain.

Keterampilan resilience ini dapat menciptakan dan memelihara sikap positif untuk
mengeksplorasi diri sehingga sesorang menjadi percaya diri berhubungan dengan orang lain
serta berani mengambil resiko atas tindakannya.

Terakhir melalui melalui kemampuan resilience seseorang akan terbuka dengan


pengalaman baru dan memandang kehidupan dengan positif dan optimis yang selanjutnya
memberikan kontribusi terhadap Kesehatan mental.

6
 

DAFTAR PUSTAKA

Singgih Gunarsa.(2008). Psikologi PerkembanganAnak dan Remaja.Jakarta.Gunung Mulia

Baumgadner, S.R & Crother, M.K. (2010). Positive Psychology. London: Pearson

Bernard, B. (2004). Resiliency: What We Have Learned. San Francisco, CA: WestEd
Regional Educational Laboratory

Keye, M. D., & Pidgeon, A. M. (2013). Investigation of the Relationship between Resilience,
Mindfulness, and Academic Self-Efficacy. Open Journal of Social
Sciences. https://doi.org/10.4236/jss.2013.16001

7
8

Anda mungkin juga menyukai