Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Di indonesia perkembangan kebidanan tidak begitu pesat, hal ini dapat dilihat
dari sejak dimulainya pelayanan kebidanan pada tahun 1853 sampai saat ini perkembangan
pelayanan belum dapat mencapai tingkat yang profesional. Pelayanan kebidanan yang
diberikan lebih banyak ditujukan pada kesehatan ibu dan anak, baik kesehatan fisik maupun
psikologisnya. Ibu dan anak ini berada di dalam suatu keluarga yang ada di dalam suatu
masyarakat. Bidan sebagai pelaksana utama yang memberikan pelayanan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat. Bidan juga tinggal di dalam suatu masyarakat dikomunitas
tertentu oleh karena itu memberikan pelayanan tidak hanya memandang ibu dan anak
sebagai individu tetapi juga mempertimbangkan faktor lingkungan dimana ibu tinggal.
Lingkungan ini dapat berupa sosial, politik, dan keadaan ekonomi. Asuhan kebidanan yang
diberikan berfokus pada making pregnancy safer.pelayanan yang diberikan di upayakan
memenuhi standar.kebidanan komunitas diperkukan agar bidan dapat mengenal kehiduoan
sosial ibu dan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatannya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manajerial Asuhan Kebidanan Di Komunitas dengan Fokus


Making Pregnancy Safer
A. Asuhan Antenatal di Komunitas
Pengertian : Pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan
janin yang dilakukan secara berkala diikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan.
Tujuan : memeliharan dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin sesuai dengan
kebutuhan sehingga kehamilan dapat berjalan secara normal dan bayi dapat lahir sehat.
Standar Minimal Antenatal :
Standar minimal mencakup 7T, yaitu sebagai berikut ;
1. Timbang Berat Badan
2. Ukur Tekanan Darah
3. Ukut Tinggi Fundus Uteri
4. Pemberian imunisasi TT lengkap
5. Pemberian Tablet Tambah Darah minimum 90 tablet selama kehamilan
6. Tes terhadap penyakit menular seksual
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Standar pelayanan Antenatal (6 standar)
Standar 3 Identifikasi Ibu hamil
Standar 4 Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Standar 5 Palpasi Abdomen
Standar 6 Pengelolaan Anemia pada kehamilan
Standar 7 Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Standar 8 Persiapan Persalinan
Standar alat dalam Antenatal
Peralatan tidak steril, seperti ; Timbangan, Pengukur TB, Tensi,
Stestoskop,Funduskop,Termometer, Senter, Reflek hammer, Pita LILA, Metline dll
Peralatan Steril, seperti ; Bak Instrumen, Spatel lidah, handscoon, spuit, jarum
Bahan habis pakai, seperti ; Kassa bersih, kapas, alkohol, larutan klorin, dll

2
Formulir Antenatal seperti ; Buku KIA, Buku register, Kartu Penapisan dini, alat tulis
dll
Obat-obatan, seperti ; Vitamin B, Vit C, Tablet Zat Bezi, Vaksin TT, dll
Manajemen Asuhan Antenatal
Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama antenatal care
B. Satu kali kunjungan selama TM I
C. Satu kali kunjungan selama TM II
D. Dua kali kunjungan selama TM III
Kunjungan Ideal selama kehamilan
 Pemeriksaan pertama dilakukan sedini mungkin ketika terlambat haid
 Satu kali setiap bulan sampai UK 7 bulan
 Dua kali setiap bulan sampai UK 8 bulan
 Satu kali setiap minggu sampai UK 9 bulan
 Pemeriksaan khusus apbila ada keluhan-keluhan
Pelaksanaan Antenatal care di rumah
 Bidan harus punya data ibu hamil diwilayah kerjanya
 Bidan melakukan identifikasi ibu hamil untuk pemeriksaan kehamilan yang
teratur
 Bidan melakukan ANC apabila bumil tidak memeriksakan kehamilannya
 Sebelum melakukan kunjungan rumah, lakukan kontrak waktu dengan ibu
hamil
 Pada saat melakukan kunjungan rumah lakukan pemeriksaan sesuai dengan
standar
Pemilihan tempat persalinan
Tempat persalinan harus direncakan dengan baik untuk menghindari adanya
keadaan yang tidak diinginkan dan rujukan secara estafet. Bidan harus melakukan
skreening pada semua ibu hamil atau penapisan dini pada ibu hamil yang berpotensi
mempunyai masalah atau faktor resiko. Skreening antental dilakukan dengan
menggunakan prinsip 4T yaitu Temu Muka, Temu Wicara, Temu Faktor Resiko,
dan Temu Keluarga.
Penapisan dini pada ibu hamil untuk menentukan tempat persalinan salah satunya
dapat dilakukan dengan menggunakan SKOR POEDJI ROCHJATI atau KPPS
(Kartu Prakiraan Persalinan Soedarto) (lampiran).

3
B. Asuhan Intranatal di Komunitas
Tujuan : 1. Memastikan persalinan yang telah direncanakan
2. Memastikan persalinan yg bersih dan aman
3. Mempersiapkan transportasi serta biaya rujukan apabila diperlukan
Agar tujuan diatas tercapai maka perlu 5 hal penting yang harus didiskusikan dengan
ibu dan keluarga, yaitu ;
 Membuat perencanaan persalinan antara lain ; tempat persalinan, tenaga
penolong, cara menjangkau tempat persalinan, pendamping persalinan,
biaya, siapa yg menurus keluarga yg lain saat ibu brsalin, rencana
kontrasepsi yang akan digunakan
 Membuat rencana pengambilan keputusan pada keadaan gawat darurat ,
apabila pengambil keputusan 1utama tidak berada ditempat
 Mengatur sistem transportasi kegawatdaruratan
 Membuat rencana tabulin
 Mempersiapkan peralatan untukmelahirkan
Standar pelayanan Intranatal
 Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
 Standar 10 : Persalinan Kala II yg aman
 Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Kala III
 Standar 12 : Kala II dgn gawat janin melalui episiotomi
Syarat persalinan dirumah
 Adanya bidan terlatih dalam melakukan pertolongan persalinan
 Bidan harus memberikan penjelasan tentang seluruh proses persalinan dan
kemungkinan komplikasi
 Bidan dipanggil bilamana ibu mulai merasakan kontraksi atau ketuban pecah
 Tersedianya ruangan yang hangat, bersih, sehat, penerangan yang bagus, ada
air mengalir.
 Ibu mempunyai Buku KIA dan KMS Ibu hamil
 Adanya kesepakatan / informconsent antara bidan dengan ibu/keluarga
 Tersedia alat transportasi untuk merujuk
 Tersedia peralatan yang lengkap dan berfungsi baik dari peralatan bidan atau
peralatan yang harus disiapkan oleh ibu/keluarga

4
Manajemen Asuhan Intranatal Di Komunitas
Manajemen Asuhan Intranatal merupakan langkah ilmiah dan sistematis sehingga
dalam pelaksanaannya bidan harus memahami alur pikir manajemen asuhan
intranatal di rumah (7 langkah varney)
Asuhan Persalinan Kala I
Bidan perlu mengingat tentang konsep sayang ibu, rujuk apabila partograf melewati
garis waspada atau ada keadaan-keadaan penting lain serta lakukan observasi ketat
apabila didapatkan penyimpangan dalam partograf
Asuhan Persalinan Kala II
Manajemen asuhan kala II bertujuan untuk memastikan proses persalinan yang
aman baik untuk ibu atau bayi sehingga membutuhkan seorang penolong persalinan
yang sudah terlatih dan terampil
Asuhan Persalinan Kala IIII
Bidan sebagai penolong persalinan harus bidan yang terlatih dalam melakukan
MAK III, pencegahan infeksi, tersedianya obat-obatan, adanya sistem rujukan untuk
kegawardaruratan yang efektif
Asuhan Persalinan Kala IV
Merupakan asuhan yang mencakup pada pengawasan 1 s/d 2 jam setelah plasenta
lahir. Hal – hal yang harus diperhatikan ;
Kontraksi uterus, perdarahan, kantong kemih, adanya luka, kelangkapan keadaan
plasenta dan selaputnya, TTV, Keadaan bayi.

C. Asuhan Postpartum di Komunitas


Jadwal kunjungan rumah ibu nifas :
1. Kunjungan pertama (6-8 jam setelah ibu melahirkan)
 Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain apabila ada perdarahan berlanjut
segera lakukan rujukan
 Memberikan konseling pada ibu dan keluarga cara mencegah perdarahan
karena atonia uteri
 Inisiasi dini pemberian ASI
 Menjaga kehangatan bayi dan mencegah hipotermi

5
2. Kunjungan kedua ( 6 hari setelah ibu melahirkan)
 Memastikan involusi uterus berjalan normal
 Menilai adanya tanda-tanda infeksi dan perdarahan abnormal
 Memastikan ibu mendapat cukup makanan,minuman dan istirahat
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda penyulit
 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi
3. Kunjungan ketiga (2 minggu setelah ibu melahirkan)
 Mengevaluasi perjalanan masa nifas dan kesejahteraan ibu
 Mengevaluasi kesejahteraan bayi
 Mengevaluasi kemajuan dan kenyamanan dalam merawat bayi dan
penerimaan peran sebagai orangtua
 Mengeksplorasi pengalaman persalinan ibu
 Memudahkan akses dalam menerima pertanyaan dan masalah
 Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling yang dibutuhkan
4. Kunjungan keempat ( 6 minggu setelah ibu melahirkan)
 Mengevaluasi normalitas dan akhir puerperium
 Mengidentifikasi kebutuhan ibu, termasuk kebutuhan kontrasepsi

Format pengkajian ibu nifas di Komunitas


Pemeriksaan KI K II K III K IV
Tgl Hasil Tgl Hasil Tgl Hasil Tgl Hasil
Anamnesis
TD
N
R
S
Payudara
Kandung kemih
TFU
Kontraksi
Abdomen
Perdarahan
Luka Perineum
Lokea
BAB
BAK
Tanda Homan
6
Vit A + FE
Nasihat
Keterangan
Post Partum Group :
• Suatu bentuk kelompok ibu-ibu nifas yang bertujuan untuk mendeteksi, mencegah,
dan mengatasi permasalahan yang timbul pada masa nifas
• Para ibu nifas saling bertukar pengalaman dalam masa nifas, cara mengurus bayi,
cara mengatasi postpartum blues
• Tahap-tahap dalam Postpartum Group :
1) Kenali program-program untuk ibu nifas
2) Kumpulkan data
3) Mangatur strategi
4) Buat Perencanaan
5) Pelaksanaan
6) Evaluasi

D. Asuhan Neonatus di Komunitas


Kunjungan Neonatus (dilakukan bersamaan dengan kunjungan nifas) :
1. KN I ( usia 1 – 7 hari)
• Wawancara tentang riwayat antenatal,riwayat kelahiran dan perawatan
neonatus segera setelah lahir
• Observasi orangtua dan lakukan wawancara tentang penyesuaian keluarga
• Kaji riwayat interval BBL : nutrisi (ASI) , BAB, BAK, dan masalah yang
lain
• Berikan penyuluhan dan pedoman antisipasi
• Jadwalkan kunjungan dalam 6-8 minggu untuk imunisasi dan kontrol ulang
• Lakukan pemeriksaan fisik neonatus
2. KN II ( usia 8 – 28 hari )
• Menjelaskan rangkaian imunisasi
• Mengukur BB dan PB
• Menilai kesehatan bayi

7
Pemeriksaan KN I KN II
tgl Hasil tgl hasil
Pernafasan
Suhu
Kulit
BAK
BAB
Tali Pusat
Nutrisi

 Pelayanan kesehatan untuk bayi dan balita ;


Pemantauan , deteksi dini tumbuh kembang bayi, balita dan anak pra sekolah :
Umur Jenis Deteksi Tumbuh Kembang yang harus dilakukan
Anak Deteksi Dini Deteksi Dini Penyimpangan Deteksi Dini Penyimpangan
Penyimpangan Perkembangan Mental Emosional
Pertumbuhan
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT* GPPH*
0 bulan V V V V
3 bulan V V V V
6 bulan V V V V
9 bulan V V V V
12 bulan V V V
15 bulan V V V
18 bulan V V V V
21 bulan V V V V

8
24 bulan V V V V
30 bulan V V V V
36 bulan V V V V V V V V
42 bulan V V V V V V
48 bulan V V V V V V V
54 bulan V V V V V V
60 bulan V V V V V V V
66 bulan V V V V V V
72 bulan V V V V V V V

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan :


 Dengan tabel BB/PB:
1. UKUR tinggi/panjang badan dan timbang berat badan anak
2. lihat kolom tinggi/panjang badan untuk laki-laki(kiri) atau perempuan
(kanan) sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang
terdekat dengan berat badan anak
3. dari kolom berat badan tersebut lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui standar deviasi(SD) untuk menentukan kategori status gizi
bayi/balita
 Pengukuran lingkar kepala
1. Bila ukuran lingkar kepala anak berada didalam jalur hijau maka
lingkar kepala anak normal
2. Bila ukuran lingkar kepala anak berada di luar jalur hijau maka tidak
normal, jika dibawah jalur hijau maka anak mengalami mikrosefal,
jika diatas jalur hijau maka anak mengalami makrosefal
3. Bila ditemukan keadaan yang tidak normal segera dirujuk ke rumah
sakit
Deteksi dini penyimpangan perkembangan:
 KPSP (Kuesioner Pra Skreening Perkembangan) contoh kuesioner terlampir
1. Kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan yang harus dijawab oleh ibu/pengasuh
yang perlu dijawab ”ya” atau ”tidak”
2. jika jumlah jawaban ”ya” 9/10 perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangan (S)

9
3. jika jumlah jawaban ”ya” 7/8 perkembangan anak meragukan (M)  lakukan
koseling pada ibu mengenai perkembangan anak
4. jika jumlah jawaban ”ya” 6 kebawah kemungkinan ada penyimpangan
perkembangan (P)  Rujuk kerumah sakit.
 TDL (Test Daya Lihat)
Untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan
tindakan lanjutan
Alat : Ruangan, 2 buah kursi, poster ”E” yang digantung dan kartu ’E” untuk
dipegang anak, alat penunjuk

Cara : 1. Gantung poster E setinggi mata anak pada posisi duduk


2. letakkan kursi sejauh 3 meter dari poster E , menghadap ke poster E
3. minta anak untuk mengikuti arah kartu E menghadap atas, bawah, kiri dan
kanan sesuai dengan yg ditunjukkan oleh poster E
4. minta anak menutup satu matanya
5. minta anak untuk melihat pada poster E satu persatu mulai baris 1 smp
baris 4
6. catat hasilnya untuk mata kiri dn kanan
Penilaian
Pada umunya anak masih dapat melihat pada poster E sampai baris ketiga, jika anak
hanya dapat melihat sampai pada baris kedua saja kemungkinan ada masalah dalam
penglihatan anak
 TDD (Test Daya Dengar)
Untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan daya dengar agar segera dapat
dilakukan tindakan lanjutan
Alat : gambar mainan, gambar binatang, boneka, kubus,bola,sendok, cangkir
Cara :
1. pada anak dengan umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan harus dijawab
oleh ibu/pengasuh
2. pada anak dengan umur lebih dari 24 bulan pertanyaan berupa perintah yang
harud dibacakan dengan keras, jelas dan lambat
3. Bila ada satu atau lebih jawaban ”tidak” atau anak tidak melakukan perintah
kemungkinan ada gangguan pendengaran

10
Deteksi Dini Penyimpangan Mental/Emosional/Autis/Hiperaktif
 KMME (Kuesioner masalah mental emosional)
Cara :
1. kuesioner terdiri atas 12 pertanyaan
2. tanyakan pertanyaan dengan jelas,lambat dan kersa kepada
ibu/pengasuh
3. catat jawaban ”ya” dan ”tidak” kemudian hitung jumlah
jawaban ”ya”
Penilaian :
Bila ada jawaban ”ya” kemungkinan ada penyimpangan mental & emosional
Jika jawaban ”ya” hanya 1  lakukan konseling pada orangtua
Jika jawaban ”ya” lebih dari 2  rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan
jiwa

 CHAT
Cara :
1. Instrumen CHAT terdiri dari 2 jenis : 9 pertanyaan dan 5 perintah bagi anak
2. ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan keras kepada ibu/pengasuh
3. lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan perintah dalam CHAT
4. Catat jawaban orangtua/pengasuh dan kesimpulan dari tugas perintah
Penilaian :
 Resiko tinggi menderita AUTIS bila jawaban ’’tidak“ pada pertanyaan
A5,A7,B2,B3 dan B4
 Resiko rendah menderita AUTIS bila jawaban “tidak“ pada pertanyaan
A5 dan B4
 Kemungkinan gangguan perkembangan lain bila jawaban ’’tidak“
jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4,A6,A8,A9,B1, dan B5
 Normal jika tidak termasuk dalam kategori 1,2 dan 3

 GPPH(Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif)


Cara :
1. Kuesioner terdiri atas 10 pertanyaan yang ditanyak pada orangtua/pengasuh

11
2. ajukan pertanyaan dengan jelas,keras dan lambat
3. lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan GPPH
4. Keadaan yang diamati/ditanyakan adalah keadaan dimanapun anak berada misal
dirumah,disekolah,dipasar,ditoko dll)
5. catat jawaban dan lakukan penilaian
nilai 0 = tidak ditemukan pada anak
nilai 1 = kadang-kadang ditemukan pada anak
nilai 2 = sering ditemukan pada anak
nilai 3 = selalu ada pada anak
Penilaian :
Bila nilai total lebh dari 13 anak kemungkinan ada Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktif dan perlu segera dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas kesehatan jiwa.
2.2 PENGEMBANGAN WAHANA FORUM PERAN SERTA MASYARAKAT
A. POSYANDU
 Pengertian : adalah Forum komunikasi, alih teknologi, dan pelayanan kesehatan
dari,oleh dan untuk masyarakat yg mempunyai nilai strategis dlm mengembangkan
SDM sejak dini.
 Tujuan Posyandu :
o Menurunkan AKI dan AKB
o Meningkatkan kemamapuan masyarakat
o Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan
o Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat.
 Pembentukan Posyandu :
Dibentuk dari pos-pos yg telah ada à pos KB, pos Imunisasi, Pos penimbangan dll
Syarat :
• dalam 1 RW paling sedikit 100 orang balita
• Terdiri dari paling sedikit 120 KK
• jarak antara kelompok rumah tidak terlalu jauh
• Lokasi posyandumudah dijangkau masyarakat
 Sasaran pokok :
Bayi < 1 tahun
Balita
Bumil, Busui,Bufas

12
WUS/PUS
 Pengelola Posyandu :
1. Penanggung jawab umum : Kades/Lurah
2. Penggungjawab operasional : Tokoh Masyarakat
3. Ketua Pelaksana : Ketua Tim Penggerak PKK
4. Sekretaris : Ketua POKJA IV Kelurahan/desa
5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes (Puskesmas).
 Kegiatan Posyandu :
Lima (5) kegiatan posyandu (panca krida posyandu)
1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2) Keluarga Berencana (KB)
3) Imunisasi
4) Peningkatan Gizi
5) Penanggulangan Diare.
Tujuh (7) kegiatan posyandu (sapta krida posyandu)
1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2) Keluarga Berencana (KB)
3) Imunisasi
4) Peningkatan Gizi
5) Penanggulangan Diare
6) Sanitasi Dasar
7) Penyediaan Obat Essensial

 Sistem informasi di posyandu (sistem lima meja)


Meja I
Layanan meja I merupakan layanan pendaftaran, kader melakukan pendaftaran pada
ibu dan balita yang datang ke Posyandu. Alur pelayanan posyandu menjadi terarah
dan jelas dengan adanya petunjuk di meja pelayanan. Petunjuk ini memudahkan ibu
dan balita saat datang, sehingga antrian tidak terlalu panjang atau menumpuk di satu
meja.
Meja II
Layanan meja II merupakan layanan penimbangan
Meja III

13
Kader melakukan pencatatan pada buku KIA setelah ibu dan balita mendaftar dan di
timbang. Pencatatan dengan mengisikan berat badan balita ke dalam skala yang di
sesuaikan dengan umur balita. Di atas meja terdapat tulisan yang menunjukan
pelayanan
yang di berikan.
Meja IV
Diketahuinya berat badan anak yang naik atau yang tidak naik, ibu hamil dengan
resiko tinggi, pasangan usia subur yang belum mengikuti KB, penyuluhan kesehatan,
pelayanan PMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan, kondom.
Meja V
Pemberian imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan, dan
pengobatan pelayanan kontrasepsi suntikan.
 Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos Penimbangan Balita menggunakan
indiktor-indikator SKDN dimana :
1) S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu
2) K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang mempunyai
KMS
3) D adalah Jumlah Balita yang datang di posyandu dan menimbang berat badannya
4) N adalah jumlah balita yang ditimbang bebrat badannya mengalami peningkatan
berat badan dibanding bulannya sebelumnya.
 Strata Posyandu
Posyandu Pratama (merah)
o Belum mantap
o Frekuensi penimbangan < 8x pertahun
o Kader aktif < 5
o pencapaian cakupan < 50%
o tidak ada program tambahan
o belum ada dana sehat
Posyandu Madya (kuning)
o Frekuensi penimbangan > 8x pertahun
o Kader aktif 5 org atau lebih
o pencapaian cakupan > 50%
o belum ada program tambahan

14
o belum ada dana sehat
Posyandu Purnama (hijau)
o Frekuensi penimbangan > 8x pertahun
o Kader aktif 5 org atau lebih
o pencapaian cakupan > 50%
o sudah ada program tambahan
o ada dana sehat tp < dari 50% KK
Posyandu Mandiri (Biru)
o Frekuensi penimbangan > 8x pertahun
o Kader aktif 5 org atau lebih
o pencapaian cakupan > 50%
o sudah ada program tambahan
o ada dana sehat > dari 50% KK

B. POLINDES (Pondok Bersalin Desa)


Pengertian polindes
Merupakan salah satu bentuk UKBM (Usaha Kesehatan Bagi Masyarakat) yang didirikan
masyarakat oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai kelengkapan dari
pembangunan masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan KIA-KB serta pelayanan
kesehatan lainnya sesuai dengan kemampuan Bidan
Kegiatan Polindes
o Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada bumil dan
mendeteksi dini resiko tinggi kehamilan.
o Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang.
o Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
o Memberikan pelayanan kesehatan neonatal, bayi, anak balita dan anak pra sekolah,
serta imunisasi dasar pada bayi.
o Memberikan pelayanan KB.
o Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan
yang beresiko tinggi baik ibu maupun bayinya.
o Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader (posyandu, dasa wisma).
o Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.

15
o Melatih dan membina dukun bayi maupun kader (posyandu, dasa wisma).
o Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta
peningkatan penggunaan ASI dan KB.
o Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas
setempat
Pendirian Polindes :
o Didirikan dari, untuk dan oleh masyarakat
o Didirikan melalui musyawarah
o Didirikan atas dasar kelengkapan pembangunan kesehatan masyarakat desa
o Dikelola oleh bidan desa
o Dibawah pengawasan dokter puskesmas

Strata Polindes :
Polindes Pratama
o Fisik : belum ada bangunan tetap, belum memenuhi syarat.
o Tempat tinggal bidan : tidak tinggal di desa yang bersangkutan.
o Pengelolaan polindes : tidak ada kesepakatan.
o Cakupan persalinan di polindes : <10 %.
o Sarana air bersih : tersedia air bersih, tapi belum dilengkapi sumber air dan MCK.
o Cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi : <25 %.
o Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : <6 kali.
o Dana sehat/JPKM : <50 %.
Polindes Madya
o Fisik : belum ada bangunan tetap, memenuhi syarat.
o Tempat tinggal bidan : > 3 km.
o Pengelolaan polindes : ada, tidak tertulis.
o Cakupan persalinan di polindes : 10 – 15 %.
o Sarana air bersih : tersedia air bersih, belum ada sumber air, tapi ada MCK.
o Cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi : 25 – 49 %.
o Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : 6 – 8 kali.
o Dana sehat/JPKM : < 50 %.

16
Polindes Purnama
o Fisik : ada bangunan tetap, belum memenuhi syarat.
o Tempat tinggal bidan : 1 – 3 km.
o Pengelolaan polindes : ada dan tertulis.
o Cakupan persalinan di polindes : 20 – 29 %.
o Sarana air bersih : tersedia air bersih, sumber air dan MCK.
o Cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi : 50 – 74 %
o Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : 9 – 12 kali.
o Dana sehat/JPKM : < 50 %.
Polindes Mandiri
o Fisik : ada bangunan tetap, memenuhi syarat.
o Tempat tinggal bidan : < 1 km.
o Pengelolaan polindes : ada dan tertulis.
o Cakupan persalinan di polindes : > 30 %.
o Sarana air bersih : tersedia air bersih, sumber air, MCK dilengkapi SPAL.
o Cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi : > 75 %.
o Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : < 12 kali.
o Dana sehat/JPKM : ≥ 50 %.

C. KB-KIA
Adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak yang anggotanya meliputi ibu
hamil dan menyusui
Tujuan KB-KIA :
Agar ibu hamil dan menyusui tahu cara yang baik untuk menjaga kesehatan sendiri dan
anaknya, tahu pentingnya pemeriksaan ke puskesmas dan posyandu atau tenaga
kesehatan lain pada masa hamil dan menyusui serta adanya keinginan untuk ikut
menggunakan kontrasepsi yang efektif dan tepat.
Kebijakan
o Kegiatan harus disesuaikan dengan kesehatan ibu dan masalah yang ada.
o Pelaksanaannya dilakukan setiap minggu dengan materi dasar yang harus di
review terus.

17
o Metode yang digunakan adalah demonstrasi dengan materi dan pembicara
berganti – ganti
o Tenaga pelatih atau pengajar adalah orang yang ahli di bidangnya.
o Tempat pertemuan adalah di ruang tunggu puskesmas, kelurahan atau tempat lain
yang dikenal masyarakat.
o Lamanya pelatihan tiap hari tidak lebih dari 1 jam.
o Beri teori 20 menit, selebihnya adalah demontrasi
Tugas Bidan Sebagai Pengelola Pelayanan KIA/KB.
o Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan kebidanan
untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat diwilayah kerjanya
dengan melibatkan keluarga dan masyarakat.
o Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan program
sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi,
kader kesehatan, dan tenaga kesehatan lain yang berada diwilayah kerjanya.

Tugas Kader dalam KB – KIA


o Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader
bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan
kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik
menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.

D. Dasawisma
o Pengorganisasian setiap 10 kk ( kepala keluarga) untuk mempermudah jalannya
suatu program
o Kelompok ibu yang berasal dari 10 rumahtangga
o Kelompok persepuluhan yang merupakan salah satu pembinaan wahana peran
serta masyarakat secara swadaya ditingkat keluarga
o Dibentuk oleh bidan melalui PKK atau peran serta masyarakat
o Kegiatannya diarahkan pada peningkatan kesehatan keluarga
o Bidan atau tenaga kesehatan lainnya juga dapat memberikan upaya kesehatan
melalui penyuluhan dalam rangka mningkatkan kesehatan keluarga

18
o Kelompok dasawisma juga dapat mengembangkan dana sehat yang berasal dari
uang yang dikumpulkan secara gotongroyong untuk kepentingan kesehatan
keluarga sehingga dapat digunakan untuk PMT, pengobatan ringan, membangun
sarana sampah dan kotoran

E. TABULIN (Tabungan Ibu Bersalin)


Adalah uang yang dikumpulkan oleh ibu hamil dan disimpan sendiri dirumah, dibank,
atau dibidan yang akan digunakan untuk biaya persalinan.
Selain berbentuk uang tabulin juga dapat berbentuk barang/hewan/perhiasan yang ketika
waktunya melahirkan siap untuk dijual dan hasilnya untuk biaya persalinan
DASOLIN : adalah dana sosial ibu bersalin, dana sosial yg dipersiapkan oleh masyarakat
untuk membantu ibu bersalin

F. Donor Darah Berjalan


Adalah Para donor aktif yang kapan saja bisa dipanggil saat ada kegawatdaruratan yang
memerlukan donor darah
Tahapan dalam menemukan Donor darah berjalan
1.      Fasilitasi warga untuk menyepakati pentingnya mengetahui golongan darah.
2.      Jika warga belum mengetahui golongan darahnya, maka perlu dilakukan
pemeriksaan golongan darah bagi seluruh warga yang memenuhi syarat untuk
menjadi donor darah.
3.     Hubungi pihak Puskesmas untuk menyelenggarakan pemeriksaan darah. Jika
Puskesmas tidak mempunyai layanan pemeriksaan darah, maka mintalah Puskesmas
melakukan rujukan. Jika diperlukan hubungi unit tranfusi darah PMI terdekat.
4.     Buatlah daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir, kumpulkan
nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu hamil. Catat
nama dan alamat mereka ataupun cara menghubungi yang tercepat dari semua
warga yang bergolongan darah sama dengan ibu hamil.
5.     usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang sesuai dengan
golongan darahnya.
6.      Buatlah kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap 24 jam,
sewaktu-waktu ibu hamil memerlukan tranfusi.

19
7.      Buat kesepakatan dengan Unit Tranfusi darah, agar para warga yang telah bersedia
menjadi pendonor darah diprioritaskan untuk diambil darahnya, terutama tranfusi
bagi ibu bersalin yang membutuhkannya.
8.      Kader berperan memotivasi serta mencari sukarelawan apabila ada salah seorang
warganya yang membutuhkan darah.
Syarat Menjadi donor darah :
1. Tidak mempunyai penyakit menular
2. Usia >17 tahun dan < 65 tahun
3. Mempunyai berat badan >45 kg
4. Mempunyai tekanan darah yang normal
5. kadar HB normal (>11 gram%)
6. Untuk wanita tidak sedang menstruasi

G. Ambulance Desa
Adalah transportasi milik warga yang secara sukarela disiagakan untuk membantu ibu
hamil yang telah tiba masa persalinannya atau ibu hamil yang diharuskan untuk
memeriksakan diri ke fasilitas yang lebih memadai.
Adalah transportasi yang berupa mobil, becak, gerobak, andong, perahu motor dan lain
sebagainya yang dapat membawa/mengantar warga yang membutuhkan pertolongan dan
perawatan ditempat pelayanan kesehatan.
Adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling peduli sesama warga desa
dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan kesehatan yang berbentuk alat transportasi
Syarat ambulan desa :
o Transportasi yang bermesin yang sesuai standart ( transportasi yang sehat ).
o Secara sukarela.
o ONLINE (siap pakai 24 jam)

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian
yang utama bagi seorang bidan. Bidan bertanggung jawab memberikan pengawasan, nasehat
serta asuhan bagi wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas. Asuhan kebidanan yang
diberikan termasuk pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di komunitas, baik di
rumah, posyandu maupun polindes.
Sebagai seorang bidan yang nantinya yang akan ditempatkan di desa, dalam
menjalankan tugas ia merupakan komponen dan bagian dari masyarakat desa dimana ia
bertugas. Selain dituntut dapat memberikan asuhan bermutu tinggi dan komprehensif,
seorang bidan harus dapat mengenal masyarakat sesuai budaya setempat dengan sebaik-
baiknya, mengadakan pendekatan dan bekerjasama dalam memberikan pelayanan, sehingga
masyarakat dapat menyadari masalah kesehatan yang dihadapi serta ikut secara aktif dalam
menaggulangi masalah kesehatan baik untuk individu mereka sendiri maupun keluarga dan

masyarakat sekitarnya .

21
Daftar Pustaka :
Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta..
Karwati, SST, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. CV Trans Info Medika. Jakarta
Niken Meilani, SsiT, dkk.2009.Kebidanan Komunitas.CV Fitramaya.Yogyakarta
Permenkes RI Nomor 161/MENKES/PER/I/2010
Rita Yulifah, dkk. 2009.Asuhan Kebidanan Komunitas.Salemba Medika.Jakarta
Runjati, M.Mid.2011.Asuhan Kebidanan Komunitas.ECG.Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai