Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Terapeutik

1. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara

sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada

dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional yang

mengarah pada tujuan penyembuhan pasien (Wijaya, dkk., 2006).

2. Fungsi Komunikasi Terapeutik

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong kerja sama

melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkapkan

perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan

yang dilakukan dalam perawatan (Wijaya, dkk., 2006).

3. Tujuan Komunikasi Terapeutik

a. Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri.

b. Kemampuan membina hubungan intrapersonal dan saling bergantung

dengan orang lain.

c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta

mencapai tujuan yang realistis.

d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri (Suryani,

2006).

6
7

4. Ciri-Ciri Komunikasi Terapeutik

Ada 3 hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai

berikut:

a. Ikhlas (Genuiness)

Petugas kesehatan mampu menyatakan apa yang dia inginkan untuk

membantu memulihkan kondisi pasien dengan cara yang tidak mengecam,

pada saat itu pula kapasias yang dimiliki untuk mencapai hubungan yang

saling menguntungkan akan meningkat secara bermakna

b. Empati (emphaty)

Petugas kesehatan harus berusaha keras untuk mengetahui secara pasti yang

dipikirkan dan dialami pasien

c. Hangat (Warmth)

Kehangatan juga dapat dikomunikasikan secara non verbal. Penampilan

yang tenang, suara yang meyakinkan, dan penanganan tangan yang halus

menunjukkan rasa belas kasihan atau kasih sayang petugas kesehatan

terhadap pasien (Nillajafrady, 2007).

5. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Ada beberapa hal prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun

dan mempertahankan hubungan yang terapeutik menurut Carl Rogers (1896,

Cit Wijaya dkk, 2006):

a. Perawat harus mengenal dirinya serta nilai yang dianut.

b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya

dan saling menghargai.


8

c. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.

d. Perawat harus menyadari pentingnya keutuhan pasien baik fisik maupun

mental.

e. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas

berkembang tanpa rasa takut.

f. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien

memiliki motivasi.

g. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri.

h. Mampu menentukan batas waktu.

i. Memahami betul arti empati.

j. Kejujuran dan komunikasi terbuka.

k. Mampu berperan sebagai role mode agar dapat meyakinkan menunjukan

dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan.

l. Dirasakan untuk mengekspresikan perasaan.

m. Altruisme mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara

manusiawi.

n. Berpegang pada etika.

o. Bertanggung jawab pada dua dimensi (Wijaya dkk, 2006).

6. Tahap Interaksi Komunikasi Terapeutik

a. Pra Interaksi

Tahap pra interaksi adalah masa persiapan sebelum mengevaluasi dan

berkomunikasi dengan pasien. Pada masa ini perawat perlu membuat


9

rencana interaksi dengan pasien yaitu : melakukan evaluasi diri, menetapkan

tahapan hubungan/ interaksi, merencanakan interaksi.

b. Perkenalan

Tahap perkenalan adalah kegiatan yang dilakukan saat pertama kali

bertemu. Hal yang perlu dilakukan perawat adalah: memberi salam;

memperkenalkan diri; menanyakan nama pasien; menyepakati pertemuan

(kontrak); melengkapi kontrak; menyepakati masalah pasien; mengakhiri

perkenalan.

c. Orientasi

Fase ini dilakukan pada awal setiap pertemuan kedua dst.

d. Fase kerja

Merupakan inti hubungan perawat yang terikat dengan pelaksanaan rencana

tindakan perawat yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai.

e. Fase terminasi

Merupakan akhir dari setiap petemuan perawat dengan pasien. Klasifikasi

terminasi:

1). Terminasi sementara: akhir dari tiap pertemuan perawat dengan pasien.

2). Terminasi akhir : terjadi jika pasien akan pulang dari rumah sakit atau

puskesmas (Suryani, 2006).


10

7. Teknik komunikasi terapeutik

a. Mendengarkan

Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang akan

disampaikan oleh klien dengan penuh empati dan perhatian.

b. Menunjukkan penerimaan

Bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu

atau penolakan.

c. Mengulang pernyataan pasien

Adanya mengulang pertanyaan klien, perawat memberikan umpan balik

sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respon dan berharap

komunikasi dapat berlanjut.

d. Klarifikasi

Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan

untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian.

e. Memfokuskan pembicaraan

Tujuan penerapan metode ini untuk membatasi materi pembicaraan agar

lebih spesifik dan mudah dimengerti.

f. Menyampaikan hasil pengamatan

Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk

mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik.

g. Menawarkan informasi

Penghayatan kondisi klien akan lebih baik apabila mendapat informasi

yang cukup dari perawat.


11

h. Diam

Metode ini memerlukan penerapan keterampilan dan ketepatan waktu

agar tidak menimbulkan perasaan tidak enak.

i. Menunjukkan penghargaan

Menunjukkan penghargaan dapat dinyatakan dengan mengucapkan salam

kepada klien, terlebih disertai menyebutkan namanya.

j. Refleksi

Reaksi yang muncul dalam komunikasi antara perawat dan klien disebut

refleksi (Taufik, 2011).

B. Kepuasan

1. Pengertian kepuasan

Kepuasan adalah reaksi emosional terhadap kualitas pelayanan yang

dirasakan merupakan pendapat menyeluruh atau sikap yang berhubungan

dengan keutamaan pelayanan. Dengan kata lain kepuasan pelanggan adalah

kualitas pelayanan yang dipandang dari kepentingan konsumen dalam hal ini

adalah pasien (Anjaryani, 2009).

Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan yang

dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan

tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaranya sesuai dengan

kode etik dan standar pelayanan profesi yang ada. Kepuasan pelanggan atau

pasien adalah prinsip dasar manajemen mutu kualitas (1998, Cit. Anjaryani,

2009).
12

2. Teori kepuasan pasien

Menurut Haryanti dan Hadi, ada dua teori dalam memahami kepuasan

pada konsumen dalam hal ini terhadap pasien:

a. The Expectancy Disconfirmation Model

Oliver (1959, Cit.Anjaryani,2009) menyampaikan bahwa kepuasan atau

ketidakpuasan konsumen adalah hasil perbandingan antara harapan dan pra

pembelian atau pemilihan.

b. Equity Theory

Equity Theory dikemukakan oleh Stacy Adams (1960, Cit . Anjaryani,

2009) dua komponen yang terpenting dari teori ini, yaitu apa yang di dapat

(inputs) dan apa yang dikeluarkan (outcomes). Prinsip dari teori ini adalah

bahwa orang akan merasa puas tergantung pada apakah orang merasakan

keadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi. Jika input dan outputnya sama

apabila dibandingkan dengan input dan output orang/jasa yang dijadikan

perbandingan maka kondisi itu disebut puas.

3. Aspek kepuasan pada pasien

Bentuk konkrit untuk mengukur kepuasan pasien di puskesmas , ada empat

aspek yang dapat diukur yaitu :

a. Kenyamanan.

b. Hubungan pasien dengan petugas puskesmas.

c. Kompetensi teknis petugas.

d. Biaya (Anjaryani, 2009).


13

C. Caring Perawat

Perawat dalam meningkatkan asuhan keperawatan untuk kebutuhan

rasa aman pasien hendaknya menerapkan penggunaan caring. Caring merupakan

inti atau fokus dalam keperawatan sebagai bentuk praktik keperawatan

profesional. Caring menurut Potter & Perry (1989, Cit Sukesi, 2013) adalah

memberikan perhatian penuh pada klien saat memberikan asuhan keperawatan,

sedangkan menurut Kozier (1988, Cit Sukesi, 2013), caring menekankan pada

keteguhan hati, kemurahan hati, janji , tanggung jawab, yang mempunyai

kekuatan atau motivasi untuk melakukan upaya memberi perlindungan dan

meningkatkan martabat klien (Sukesi, 2013).

Kepuasan pasien merupakan faktor yang sangat penting untuk

mengevaluasi mutu pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat di rumah

sakit dan perilaku caring perawat adalah salah satu aspek yang berhubungan

dengan pelayanan keperawatan, karena caring mencakup hubungan antar manusia

dan berpengaruh terhadap mutu pelayanan dan kepuasan pasien.

Perawat yang mempunyai kepedulian dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien di rumah sakit adalah perawat yang memiliki sikap

caring. Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan Potter dkk., (1997, Cit

Abdul,2009) bahwa caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap

pasien. Kepedulian , empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih

sayang perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat–klien yang

terapeutik. Dengan demikian pasien merasa nyaman, aman dan rasa stress akibat

penyakit yang diderita menjadi berkurang sehingga kepuasan pasien dapat


14

diwujudkan, namun kenyataan dalam praktik masih banyak ditemukan perawat

kurang beperilaku caring terhadap pasien (Abdul dkk, 2014).

D. Perawatan Gigi

1. Konsep kesehatan gigi

a. Pengertian kesehatan

Menurut pernyataan dari organisasi kesehatan sedunia (WHO),

kesehatan adalah keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara

lengkap dan bukan hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan.

(Mutia, 2012).

b. Pengertian kesehatan gigi

Kesehatan gigi adalah kesehatan gigi dan mulut yang bersifat

peningkatan pencegajan umum (Mass Prevention) penyuluhan gigi dan

mulut, pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut perlindungan (tooth

brushing compaign, kumur-kumur flour, flouridasi air minum) (pedoman

kerja puskesmas, jakarta, 1998).

c. Masalah kesehatan gigi yang sering muncul

1). Karies gigi

Gambar.1 Karies Gigi


Sumber: http://klinikjoydental.com//
15

Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak

atau biofilm, dan diet sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi

dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya (Megananda, 2009).

2) Gingivitis

Gambar.2 Gingivitis
Sumber: http://abchomeremedies.com/7-proven-steps-to-recover-gingivitis-at-home/

Gingivitis secara sederhana didefinisikan sebagai inflamasi

gingiva. Definisi lain menyebutkan bahwa gingivitis adalah radang

pada gingiva dimana epitelium fungsional masil utuh melekat pada

gigi pada kondisi awal sehingga perlekatannya belum mengalami

perubahan (Megananda, 2009).

2. Konsep perawatan gigi

a. Pengertian perawatan gigi

Perawatan gigi adalah upaya yang dilakukan agar gigi tetap sehat

dan dapat menjalankan fungsinya. Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih

tanpa adanya lubang, namun tidak hanya itu, gigi yang sehat juga akan

memancarkan energi positif sehingga si pemiliknya menjadi sangat menarik.

b. Jenis pencegahan dan perawatan gigi


16

Kehadiran dokter gigi menawarkan berbagai macam bantuan

perawatan gigi dan mulut untuk mencegah kerusakan dan kehilangan gigi,

dan penyakit gusi. Perawatan gigi pada umumnya meliputi tindakan check-

up (pemeriksaan rutin), scaling dan pembersihan, fisure sealant, tambalan

dan restorasi, ekstraksi gigi, dan pemasangan gigi palsu.

Berikut macam-macam perawatan dalam kesehatan gigi:

1) Pemeriksaan rutin

Gambar.13 Pemeriksaan Rutin


Sumber: http://www.jolantakrysiak.pl/oferta/stomatologia-estetyczna

Dokter gigi akan memeriksa seluruh gigi dengan menggunakan alat

kecil yang dimasukkan ke dalam mulut anda, seperti cermin dan alat-alat

kecil lainnya. dokter gigi akan berusaha menemukan masalah

pembusukan, penyakit gusi dan kondisi lainnya yang mungkin ada (Efran,

2014).

2) Scalling dan pembersihan karang gigi


17

Gambar.14 Skaling Gigi


Sumber: http://www.klinikdoktor.com//

Scalling adalah suatu proses membuang plak dan kalkulus dari

permukaan gigi, baik supragingiva maupun subgingiva (Megananda, 2009).

Gambar.15 Plak
Sumber: http://atesparlar.com//

Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan

gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik

interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya

(Megananda, 2009).

Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang

terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, objek solid lainnya di dalam

mulut, misalnya restorasi dan gigi geligi tiruan (Megananda, 2009).

Jenis kalkulus ada 2 yaitu :

a). Kalkulus supra gingival


18

Gambar.16 kalkulus supragingiva


Sumber: http//doktergigi.web.id//

Kalkulus supra gingival adalah kalkulus yang melekat pada

permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat

dilihat (Megananda, 2009).

b). Kalkulus sub gingival

Gambar.17 Kalkulus Subgingiva


Sumber: http://kesehatangigiku.com//

Kalkulus sub gingival adalah kalkulus yang berada di bawah batas

gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat

pada waktu pemeriksaan (Megananda, 2009).

3) Fisure sealant
19

Gambar.18 Fissure Sealant


Sumber: http://www.myvmc.com/treatments/pit-and-fissure-sealant

Fisure sealant melindungi gigi dari pembusukan. Seluruh gigi yang

memiliki celah yang dalam sebenarnya bisa diobati, namun gigi yang paling

sering diobati adalah geraham dan premolar . sealant adalah cairan plastik

tahan lama yang dilapiskan pada permukaan gigi. Lapisan ini akan menjadi

penghalang fisik yang menghadang penumpukan makanan dan bakteri lain di

celah gigi. Biasanya dianjurkan untuk anak-anak, karena akan mengurangi

risiko kerusakan pada gigi permanen.

4) Penambalan gigi

Kerusakan yang menyebabkan munculnya rongga pada gigi diobati dengan

tambalan gigi. Berikut adalah jenis jenis dari bahan penambalan gigi dan cara

penggunaan perawatannya:

a) Langsung (direct)

Tambalan gigi secara langsung adalah proses menambal gigi

yang bisa langsung dilakukan oleh dokter gigi tanpa proses mencetak gigi

pasien terlebih dahulu, baik untuk inlay maupun onlay. Bahan yang

digunakan untuk tambalan gigi secara langsung adalah bahan komposit.

(1) Komposit
20

Gambar.20 Tambalan Komposit


Sumber: http://www.shinysmiledentalclinic.com//

Komposit juga merupakan salah satu bahan yang digunakan

untuk bahan tambalan gigi. Komposit memiliki komposisi matriks

resin dan partikel pengisi anorganik, komposisi tersebut untuk

ketahanan komposit dalam kondisi apapun di dalam mulut. Komposit

memiliki warna seperti warna natural gigi.

b) Tidak langsung (indirect)

Tambalan gigi tidak langsung adalah tambalan gigi yang dilakukan

melalui proses mencetak gigi pasien kemudian mengirim hasil cetakan

tersebut ke lab gigi, baik inlay ataupun onlay sehingga membutuhkan waktu

yang lebih lama dari pada proses tambalan gigi secara langsung. Setelah inlay

ataupun onlay tersebut jadi, kemudian dilekatkan ke gigi asli pasien dengan

cara di lem. Bahan yang digunakan untuk tambalan gigi yang melalui proses

tidak langsung adalah logam dan porselen.

(1) Logam
21

Gambar.21 Tambalan Logam


Sumber: http://shinysmiledentalclinic.com//

Logam yang digunakan untuk tambalan gigi ada beberapa

macam, seperti chromcobalt, titanium, dan paladium. Logam yang

digunakan tidak mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh, sehingga

aman jika dimasukkan kedalam mulut.

(2)Porselen

Gambar.22 Tambalan Porselen


Sumber: http://shinysmiledentalclinic.com//

Porselen yang digunakan untuk tambalan gigi tersusun atas

kristal, alumina dan silica yang dileburkan secara bersamaan pada

temperatur tinggi, untuk membentuk kekuatan, keseragaman dan materil

yang terlihat seperti kaca. Porselen memiliki komposisi yaitu kaolin,

quartz, feldspar, dan metal oxide (http // shinysmiledentalclinic com//).

8). Ekstraksi gigi


22

Gambar.24 Ekstraksi Gigi


Sumber: http://rplusklinikgigi.com//

Ekstraksi gigi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut

pencabutan gigi dari soketnya pada tulang alveolar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama ekstraksi gigi menurut Gupta (2012) :

a) anestesi;

b) penghilangan tulang;

c) bagian tulang yang terlibat;

d) pengangkatan gigi bersama akarnya;

e) kontrol perdarahan;

f) penutupan soket alveolar;

g) penjahitan flap;

Indikasi ekstraksi gigi :

a) karies yang parah;

b) nekrosis pulpa;

c) penyakit periodontal yang parah;

d) alasan orthodontik;

e) gigi yang mengalami malposisi;

f) gigi yang retak;

g) pra-prostetik ekstraksi;
23

h) gigi impaksi;

i) gigi yang terkait dengan lesi patologis;

j) gigi yang mengalami fraktur rahang;

k) ekonomis; (http // eprints undip ac id//)

Kontra Indikasi

Semua kontra indikasi baik lokal maupun sistemik, bergantung pada kondisi

umum pasien.

1. Kontra Indikasi

a. Lokal

1) periapikal patologi;

2) adanya infeksi oral;

3) perikoronitis akut;

4) penyakit ganas;

5) pencabutan gigi pada rahang yang sebelumnya telah radiasi;

b. Sistemik

1) diabetes tidak terkontrol;

2) penyakit jantung;

3) penyakit addison;

4) demam yang asalnya tidak dapat dijelaskan;

5) nephritis;

6) kehamilan;

7) selama masa menstruasi;

8) penyakit kejiwaan;
24

2. Komplikasi selama ekstraksi gigi

a. Kegagalan pemberian ekstraksi gigi.

b. Kegagalan mencabut gigi dengan tang atau elevator.

c. Perdarahan selama pencabutan.

d. Fraktur.

e. Cedera setelah jaringan lunak.

3. Edukasi untuk pasien sesudah ekstraksi gigi

a. Menggigit kapas atau tampon selama 30 menit sesudah

pencabutan gigi.

b. Jangan minum dan makan apapun selama 2 jam segera setalah ekstraksi

gigi.

c. Lakukan sikat gigi seperti biasa namun sementara menghindari daerah

luka.

d. Tidurlah dengan kepala agak dinaikkan yaitu dengan diganjal satu atau dua

bantal tambahan.

e. Menaati anjuran resep yang diberikan oleh dokter.

f. Jangan mengunyah permen karet dan menghisap daerah bekas pencabutan

gigi.

g. Jangan berkumur selama 24 jam pertama.

h. Jangan memberikan rangsangan panas pada daerah pencabutan.

i. Istirahatlah yang cukup (http// eprints undip ac id //).

9). Pemasangan gigi palsu


25

Gambar.25 Pemasangan Gigi Palsu


Sumber: http//vivo.ufl.edu/display/n466125//

Gigi palsu dapat dilepas dan dipasang kembali oleh pemakainya sendiri.

Satu gigi bisa digunakan sementara, namun perubahan tulang rahang selama

proses penyembuhan dapat menyebabkan gigi tiruan menjadi longgar. Dalam

beberapa bulan, gigi tiruan mungkin perlu ditata kembali untuk menyamakan

penggunanya.

Lalu dibawah ini merupakan beberapa macam gigi palsu yaitu :

a) Gigi tiruan konvensional

Dibuat seletah gigi dicabut dengan kondisi gusi yang telah

mengalami penyembuhan. Jenis ini membutuhkan waktu sekitar empat

sampai enam minggu untuk pemasangannya.

b) Gigi tiruan immediate

Jenis gigi tiruan yang dibuat dengan segera setelah gigi dicabut,

merupakan jenis gigi tiruan yang dibuat sebelumnya sehingga pasien tidak

akan dalam keadaan “ompong” sampai gigi tiruan (gigi asli) permanen

selesai dibuat. Fungsi dari pemakaian gigi tiruan :

a) Mastikasi, fungsi mastikasi adalah sebagai penghancur makanan

dengan melalui pengunyahan mekanik.


26

b) Fonasi, fungsi fonasi adalah untuk mengembalikan pelafalan atau

pengucapan kata-kata atau huruf yang menimbulan adanya perubahan

bunyi akibat gigi yang tanggal.

c) Estetika, fungsi estetika atau keindahan yang berkaitan dengan

penampilan tubuh secara keseluruhan.

d) Kesehatan, kondisi kesehatan jaringan rongga gigi akan selalu terjaga

dengan baik dibandingkan jika rongga gigi dibiarkan ompong.

e) Percaya diri, rasa percaya diri akan tumbuh dan meningkat seiring

dengan dilakukannya perawatan penampilan gigi.

f) Stabilitas, struktur rongga mulut akan tetap dalam kondisi stabil

(http//www kesehatangigiku com//).

Anda mungkin juga menyukai