PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Masalah
Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul "Konsep Komunikasi Terapeutik pada
Keadaan Pre dan Post Operasi yaitu:
1. Mengetahui pengertian komunikasi
C. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984) dan. Tappen
(1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang
dimanifestasikan secara terapeutik.
B. Komunikasi Terapeutik
a) Kejujuran (Trustworthy)
Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan komunikasi yang
bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat membina hubungan saling
percaya. Klien hanya akan terbuka dan jujur pula dalam memberikan
informasi yang benar hanya bila yakin bahwa perawat dapat dipercaya.
c) Bersikap Positif
Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian
dan penghargaan terhadap klien. Roger menyatakan inti dari hubungan
terapeutik adalah kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati dan sikap
positif.
2 Fase Orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat
pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan
dengan klien. dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling
percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi
lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan serta membantu klien dalam
mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-tugas perawat pada tahap ini
antara lain:
a) Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan
komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus
bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji,
dan menghargai klien.
b) Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga
kelangsungan sebuah interaksi. Kontrak yang harus disetujui bersama dengan
klien yaitu tempat. waktu dan topik pertemuan..
c) Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk
mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka teknik yang digunakan
adalah pertanyaan terbuka.
d) Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klient
teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada
keseluruhan interaksi (Stuart.G.W,1998 dikutip dari Suryani, 2005). Hal yang
perlu diperhatikan pada fase ini antara lain:
Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan. tangan.
Memperkenalkan diri perawat.
Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk
berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.
Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi
penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada
perawat.
Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau
kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga
digunakan untuk mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian
dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Pada
pertemuan lanjutan evaluasi atau validasi digunakan untuk mengetahui
kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya.
Menyepakati masalah. Dengan teknik memfokuskan perawat bersama klien
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.
Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi.
Tujuan orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah
dibuat dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan
sebelumnya.
3. Fase Kerja
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. Tahap ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi
klien. Perawat dan klien mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan
kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.
Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.
Teknik komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat antara lain
mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi,
memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard, D, 1996, dikutip dari Suryani,
2005).
4. Fase Terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan
saling percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien
keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat
mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan
klien bersama sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan
pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik,
perawat menggunakan konsep kehilangan.
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:
a) Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan;
b) Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan
secara menyeluruh.
3) Kontertransferens
Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien.
Kontertransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat
terhadap klien. yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik
atau ketidaktepatan. dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah
satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau
membenci dan reaksi sangat cemas. sering kali digunakan sebagai respon
terhadap resisten klien. Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik,
perawat harus siap untuk mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat
dalam konteks hubungan perawat klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus
mempunyai pengetahuan tentang hambatan komunikasi terapeutik dan
mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Latar
belakang perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung jawab terhadap
hambatan terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik.
2. Penyebab Kecemasan
1) Faktor Predisposisi
a) Teori Psikoanalitik
Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen yaitu id,
ego, dan super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls
primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma norma budaya seseorang, sedangkan ego
digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego.
Kecemasan merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang
berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu
diatasi.
b) Teori Interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan
interpersonal, hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa
pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan
seseorang menjadi tidak berhahaya. Individu yang mempunyai harga
diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan.
c) Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan para ahli perilaku. menganggap kecemasan merupakan suatu
dorongan yang dipelajari berdasarkan. dorongan, keinginan untuk
menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang
pada awal kehidupanya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan
akan menunjukkan kemungkinan kecemasan yang berat pada
kehidupan yang berat dan pada kehidupan masa dewasanya.
d) Teori Biologis
Dari penyelidikan penyelidikan telah dibuktikan bahwa
kemampuan untuk mengalami suatu emosi tidak hanya tergantung dari
kadar adrenalin yang meningkat tetapi jenis emosi yang dialami dan
diperhatikan tergantung dari faktor-faktor dan stimulus dalam
lingkungan.
2) Faktor Presipitasi
a) Ancaman Integritas Diri
Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap
kebutuhan dasar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternal meliputi infeksi virus dan bakteri, polusi lingkungan,
sampah, rumah dan makanan juga pakaian dan trauma fisik. Faktor
internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologi seperti sistem
kekebalan, pengaturan suhu dan jantung, serta perubahan biologis.
b) Ancaman Sistem Diri
Meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan
hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran.
Faktor eksternal yang mempengaruhi harga diri adalah kehilangan,
dilematik, tekanan dalam kelompok sosial maupun budaya.
b) Kecemasan Sedang
- Fisik : Sering nafas pendek, nadi ekstra sistole, tekanan darah
meningkat, mulut kering, anoreksia, diare atau kontipasi, dan gelisah.
- Kognitif Lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima
rangsang lagi, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
- Perilaku dan emosi Gerakan tersentaksentak, meremas tangan, bicara
lebih banyak dan cepat, susah tidur dan perasaan tidak aman.
c) Kecemasan Berat
- Fisik Nafas pendek nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan
sakit kepala, penglihatan kabur dan ketegangan.
- Kognitif Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
- Perilaku dan emosi Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat..
d) Panik
- Fisik Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi sakit dada, pucat,
hipotensi, koordinasi motorik rendah.
- Kognitif: Lapang persepsi sangat menyempit tidak dapat berpikir
logis.
- Perilaku dan emosi: Agitasi, mengamuk, marah ketakutan, berteriak,
blocking, kehilangan kontrol diri, persepsi datar.
d. Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus
pembedahan rekturn, anus dan vagina. Penyebabnya adalah adanya
spasme spinkter kandung kemih. Intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan adalah pemasangan kateter untuk membantu
mengeluarkan urine dari kandung kemih.
f. Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana
kuman berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian
karena dapat menyebabkan kegagalan multi organ.
g. Embolisme Pulmonal
Embolsime dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah,
udara dan lemak) yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di
sepanjang aliran darah. Embolus ini bisa menyumbat arteri
pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan sesak nafas, cemas dan sianosis. Intercvensi
keperawatan seperti ambulatori pasca operatif dini dapat
mengurangi resiko embolus pulmonal. Komplikasi Gastrointestinal.
h. Komplikasi
Pada gastrointestinal sering terjadi pada pasien yang
mengalami pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasinya
meliputi obstruksi intestinal, nyeri dan distensi abdomen.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan klien (Depkes R1, 1997). Dalam pengertian lain mengatakan
bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat
memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan pada klien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat
dengan klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya rasa
saling membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke
dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat membantu dan
klien menerima bantuan.
B. Saran
http://nengyulisetiani.blogspot.com/2012/05/makalah-komunikasi-terapeutik-
pre- dan.html
http://putriatkinson.blogspot.com/2013/10/komunikasi-terapeutik-pasien-post-
dan.html http://rosalinameisuri.blogspot.com/2011/08/konsep-dasar-
keperawatan-
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Nya, Penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Selawat beriringan salam semoga terurah kepada nabi Muhammad Saw.
Sebagai uswatun hasanah dari dunia sampai ke akhirat. Penulisan makalah ini dapat
terlepas dari segala karunia dan nikmat tuhan yang senantiasa diberikan kepada
penulis sehingga penulisan makalah ini terencanakan dengan baik.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah komplementer.
Makalah ini berjudul “Komunikasi Terapeutik Pada pasien Diruangan Bedah ”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dari dosen
pengampu Mata kuliah. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibuk Meria Kontesa S,kp.M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi
Terapeutik atas arahan, bimbingan, dan dorongannya kepada penulis sehingga
makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan masalah...................................................................................................
C. Tujuan penulisan.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi...........................................................................................
B. Komunikasi Terapeutik..........................................................................................
a. Komponen Komunikasi Terapeutik...................................................................
C. Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik................................................................
D. Sikap Komunikasi Terapeutik................................................................................
E. Teknik Komunikasi Terapeutik..............................................................................
F. Hambatan Dalam Komunikasi................................................................................
G. Tolak Ukur Keberhasilan Komunikasi..................................................................
H. Tinjauan Tentang Kecemasan ...............................................................................
a. Pengertian ........................................................................................................
b. Penyebab kecemasa..........................................................................................
b. Landasan Teoritis Keperawatan Perioperatif ........................................
a. Definisi.............................................................................................................
b. Etiologi.............................................................................................................
c. Tahap Dalam Keperawatan Perioperatif............................................................
d. Klasifikasi Keperawatan Perioperatif................................................................
e. Komplikasi Post Operatif dan penatalsaksanaannya.........................................