Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus
berhubungan dengan klien dan keluarganya sejak kelahiran sampai kematian. Oleh karena
itu, dibutuhkan pembentukan komunikasi terapeutik. Perawat berkomunikasi dengan pasien
yang mengalami tekanan, yaitu klien keluarga dan teman sejawatnya (Potter Perry, 2009).
Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan anggota
tim kesehatan lainnya. Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut
pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang diderita bukan hanya sakit secara fisik
saja, namun psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi. Penyebabnya
bisa dikarenakan oleh proses adaptasi dengan lingkungannya sehari-hari. Misalnya saja
lingkungan di rumah sakit yang sebagian besar serba putih dan berbeda dengan rumah pasien
yang bisa beraneka warna. Keadaan demikian menyebabkan pasien yang baru masuk
terasa asing dan cenderung gelisah atau takut. Efektifitas antara komunikasi terapeutik
terhadap tingkat kepuasan pasien sangat diperlukan solusi-solusi yang dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi perawat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian komunikasi terapeutik?


2. Apa saja Tahapan (Fase) Hubungan dan Komunikasi Terapeutik Perawat-Klien?
3. Apa Pengertian Kelompok?
4. Apa saja Karakteristik kelompok antara lain?
5. Bagaimana Penerapan Strategi Komunikasi Komunikasi Terapeutik pada
Keluarga dan Kelompok?
6. Apa Naskah role play komunikasi pada kelompok ibu-ibu ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian komunikasi terapeutik.


2. Untuk mengetahui Tahapan (Fase) Hubungan dan Komunikasi Terapeutik
Perawat-Klien.
3. Untuk mengetahui Pengertian Kelompok.
4. Untuk mengetahui Karakteristik kelompok antara lain.
5. Untuk mengetahui Penerapan Strategi Komunikasi Komunikasi Terapeutik
pada Keluarga dan Kelompok.
6. Untuk mengetahui Naskah role play komunikasi pada kelompok ibu-ibu.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan


kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994). Sedangkan menurut
Stuart & Sundeen (1995) komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan
yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran
dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.

Komunikasi terapeutik juga dapat dipersepsikan sebagai proses interaksi antara klien dan
perawat yang membantu klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan
orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan
psikologis yang menghalangi realisasi diri (Kozier et.al, 2000).

Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial yaitu pada komunikasi


terapeutik selalu terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk komunikasi. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien dan membina hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien.

2.2 Tahapan (Fase) Hubungan dan Komunikasi Terapeutik Perawat-Klien

a. Fase prainteraksi
Fase ini merupakan fase persiapan yang dapat dilakukan perawat sebelum berinteraksi
dan berkomunikasi dengan klien. Pada fase ini, perawat mengeksplorasi perasaan,
fantasi dan ketakutan sendiri, serta menganalisis kekuatan dan kelemahan profesional
diri. Perawat juga mendapatkan data tentang klien dan jika memungkinkan merencanakan
pertemuan pertama dengan klien. Perawat dapat bertanya kepada dirinya untuk
mengukur kesiapan berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien. Contoh
pertanyaan perawat kepada diri sendiri sebagai berikut.
 Apa yang akan saya tanyakan saat bertemu nanti?
 Bagaimana respons saya selanjutnya?
 Adakah pengalaman interaksi yang tidak menyenangkan?
 Bagaimana tingkat kecemasan saya?

b. Fase orientasi/introduksi
Fase ini adalah fase awal interaksi antara perawat dan klien yang bertujuan untuk
merencanakan apa yang akan dilakukan pada fase selanjutnya. Pada fase ini, perawat dapat
1) memulai hubungan dan membina hubungan saling percaya. Kegiatan ini
mengindikasi kesiapan perawat untuk membantu klien;
2) memperjelas keluhan, masalah, atau kebutuhan klien dengan mengajukan
pertanyaan tentang perasaan klien; serta
3) merencanakan kontrak/kesepakatan yang meliputi lokasi, kapan, dan lama
pertemuan; bahan/materi yang akan diperbincangkan; dan mengakhir hubungan
sementara.

Tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase orientasi ini sebagai berikut.
1) Memberikan salam terapeutik
Contoh: “Assalamualaikum, selamat pagi”, dan sebagainya.
2) Evaluasi dan validasi perasaan klien
Contoh: “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Ibu tampak segar hari ini”.
3) Melakukan kontrak hubungan dengan klien meliputi kontrak tujuan interaksi,
kontrak waktu, dan kontrak tempat.
Contoh: “Tujuan saya datang ke sini adalah membantu Ibu menemukan masalah
yang membuat Ibu selalu merasa tidak nyaman selama ini”, “Menurut Ibu,
berapa lama waktu yang akan kita butuhkan untuk tujuan ini? Bagaimana kalau
15 menit?”, “Untuk tempat di dalam ruang ini saja atau di taman belakang?”

c. Fase kerja
Fase ini adalah fase terpenting karena menyangkut kualitas hubungan perawat- klien
dalam asuhan keperawatan. Selama berlangsungnya fase kerja ini, perawat tidak hanya
mencapai tujuan yang telah diinginkan bersama, tetapi yang lebih bermakna adalah
bertujuan untuk memandirikan klien. Pada fase ini, perawat menggunakan teknik-teknik
komunikasi dalam berkomunikasi dengan klien sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan (sesuai kontrak). Contoh: “Saya akan memasukkan jarum infus ini ke
pembuluh darah di tangan ibu”, “Ibu akan merasakan sakit sedikit dan tidak perlu
khawatir”.

d.Fase terminasi
Pada fase ini, perawat memberi kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan keberhasilan dirinya dalam mencapai tujuan terapi dan ungkapan
perasaannya. Selanjutnya perawat merencanakan tindak lanjut pertemuan dan membuat
kontrak pertemuan selanjutnya bersama klien. Ada tiga kegiatan utama yang harus
dilakukan perawat pada fase terminasi ini, yaitu melakukan evaluasi subjektif dan
objektif; merencanakan tindak lanjut interaksi; dan membuat kontrak dengan klien untuk
melakukan pertemuan selanjutnya. Contoh komunikasi dalam fase terminasi ini sebagai
berikut.

2.3 Pengertian Kelompok

Pengertian kelompok, menurut De Vito (1997), adalah sekumpulan individu yang cukup
kecil untuk berkomunikasi dengan relatif mudah, yaitu para anggota saling berhubungan
satu sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi
atau struktur di antara mereka. Kelompok mengembangkan norma-norma atau peraturan
yang mengidentifikasi apa yang dianggap sebagai perilaku yang diinginkan bagi semua
anggotanya.

2.4 Karakteristik kelompok

a. Terdiri atas dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik.
b. Masing-masing anggota mempunyai pengaruh satu sama
lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompok.
c. Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat
menjaga anggota
d. kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit.
e. Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan atau
minat yang sama.
f. Individu yang tergabung dalam kelompok saling mengenal
satu sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang
bukan anggota kelompoknya

2.5 Penerapan Strategi Komunikasi Komunikasi Terapeutik pada Keluarga


dan Kelompok

Melakukan komunikasi dalam keluarga/kelompok tidaklah mudah. Komunikator harus


mempunyai cara-cara strategis sebagai upaya agar tujuan komunikasi tercapai. Berikut
upaya meningkatkan komunikasi dalam keluarga/kelompok.
a. Saling memahami antaranggota kelompok agar dapat diketahui komunikasi
b. seperti apa yang harus ia lakukan demi lancarnya komunikasi tersebut.
c. Pemimpin kelompok dapat mengatur dengan baik setiap anggota kelompok agar
proses komunikasi antaranggota kelompok dapat berkembang dengan baik.
d. Berkomunikasi yang jelas, sopan, dan sesuai etika yang berlaku agar tidak terjadi
salah paham dan saling menyinggung antara anggota kelompok.
e. Saling menghargai anggota kelompok lain.
f. Jangan menyela pembicaraan orang lain.
g. Selalu memperhatikan orang yang mengajak bicara
h. Berikan respons yang baik, mendukung, dan tidak menyinggung ketika ada yang
mengajak bicara.
NASKAH Role Play

Pemeran :

1. Qurratul A’yuni sebagai Perawat 1


2. Yogi Wahyu Pratama sebagai Perawat 2
3. Ana Satri Dwi Putri sebagai Ibu Rumah Tangga

Skenario :

Pada suatu hari, seorang mahasiswa D3 Keperawatan Unib yang bertempat tinggal di
gang pratu aidit 9 mendengar berita bahwa didaerah tempat tinggalnya sudah banyak warga
yang terkena penyakit muntaber (Gastroenteritis). Jadi, dia mempunyai pemikiran untuk
memberikan pengetahuan untuk ibu-ibu di daerah tersebut.

a. Fase prainteraksi
Fase ini merupakan fase persiapan yang dapat dilakukan perawat sebelum berinteraksi
dan berkomunikasi dengan klien. Pada fase ini, perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi
dan ketakutan sendiri, serta menganalisis kekuatan dan kelemahan profesional diri. Perawat
juga mendapatkan data tentang klien dan jika memungkinkan merencanakan pertemuan
pertama dengan klien.

Perawat Yuyun : assalamualaikum wr.wb. Ada yang ingin saya bicarakan.

Perawat Yogi: waalaikumsalam wr.wb. Mau bicara apa yun ?

Perawat Yuyun: Begini Gik, di daerah tempat tinggal saya banyak warga yang terkena
penyakit muntaber. Jadi saya ingin mengadakan penyuluhan mengenai penyakit muntaber
tersebut gik. Kira-kira kamu bisa bantu nggak soalnya saya takut harus memberikan
penyuluhan itu sendirir?

Perawat Yogi : owh iya bisa kok, kamu jahat takut nanti kita bersama-sama memberikan
penyuluhan tersebut ya. Kira-kira kapan kita mau melakukan penyuluhan tersebut?

Perawat Yuyun : Bagaimana kalau besok sore gik? Kan besok hari sabtu, biasanya ibu-ibu
sering mengobrol pada sore hari.

Perawat Yogi: Oke deh, insyaallah saya bisa.

a. Fase orientasi/introduksi
Fase ini adalah fase awal interaksi antara perawat dan klien yang bertujuan untuk
merencanakan apa yang akan dilakukan pada fase selanjutnya.

Keesokkan harinya akhirnya perawat Yogi dan perawat Yuyun pergi ke tempat yang telah
mereka kesepakati, dan ternyata di suatu rumah tersebut sedang ada ibu-ibu yang mengobrol
membicarakan tentang warga yang terkena muntaber.

Perawat Yogi : Assalamualaikum wr.wb. Ibu- ibu ini lagi bahas apa ya kalo boleh tau?
Kelompok ibu-ibu: Walaikumsalam wr.wb

Ibu Ana: ini mbk, kami lagi bahas tentang Muntaber (Gastroenteritis) dek

Perawat Yuyun: owh jadi lagi membahas itu ya bu, sebelumnya bolehkan bu kalau kami
gabung duduk sama ibu-ibu?

Ibu IIs: oh boleh dek, sini-sini duduk dek

Perawat Yogi : terima kasih bu . Sebelumnya perkenal kan saya yogi wahyu pratama dan ini
teman saya qurratul a’yuni, kami adalah mahasiswa D3 Keperawatan Universitas Bengkulu
bu.

Ibu Ana: owh iya dek. Perkenalkan saya ibu ana, ini ibu iis, ibu linda, ibu elta, dan ibu dea.

Perawat Yuyun: owh iya ibu, nah jadi gini bu kami datang kesini untuk memberikan
penyuluhan tentang penyakit muntaber (Gastroenteritis) karena berdasarkan informasi yang
kami dengar bahwa di daerah ini sudah banyak warga yang terserang penyakit tersebut.

Ibu Ana : iya benar sekali dek, kami juga tidak tahu kenapa bisa di daerah sini banyak warga
yang terkena penyakit muntaber.

Perawat Yogi : owh iya ibu, nanti kami akan memberikan ibu penjelasan mengenai itu ya bu.

a. Fase kerja
Fase ini adalah fase terpenting karena menyangkut kualitas hubungan perawat- klien
dalam asuhan keperawatan. Selama berlangsungnya fase kerja ini, perawat tidak hanya
mencapai tujuan yang telah diinginkan bersama, tetapi yang lebih bermakna adalah
bertujuan untuk memandirikan klien. Pada fase ini, perawat menggunakan teknik-teknik
komunikasi dalam berkomunikasi dengan klien sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan (sesuai kontrak).

Ibu Ana : jadi sebenarnya apa sih dek yang di maksud dengan Muntaber itu? Soalnya kami
hanya mengetahui kalau muntaber itu muntah sambil berak dek.
Ibu Elta: nah iya betul itu dek.
Perawat Yogi : iya ibu betul itu muntaber itu merupakan muntah di sertai dengan keinginan
untuk buang besar atau berak tersebut, namun kami ingin menjelaskan lebih jelas lagi ya
bu agar ibu mengerti ya?
Ibu Linda: iya dek boleh itu biar kami lebih tahu .
Perawat Yuyun : jadi gini bu, muntaber atau Gastroenteritis merupakan penyakit infeksi pada
saluran pencernaan yang ditandai dengan muntah dan/ atau diare. Umumnya penyakit ini tidak
membahayakan dan bisa sembuh dalam 2–3 hari. Masalah yang juga sering ditimbulkan karena
gangguan ini adalah dehidrasi. Biasanya karena frekuensi buang air (diare) dan muntah yang tinggi.
Ibu dea : biasanya disebabkan oleh apa muntaber itu dek ?
Perawat Yogi : Gastroenteritis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, atau konsumsi zat
kimia tertentu. Dari semua penyebab tersebut, penyebab terseringnya adalah infeksi virus. Kuman
penyebab gastroenteritis biasanya masuk ke tubuh manusia dari makanan yang tidak higienis atau
air yang sudah terkontaminasi. Selain itu, tangan yang tidak dicuci bersih juga dapat menjadi media
masuknya bakteri atau virus.
Ibu Iis: owh jadi itu penyebabnya ya dek?
Perawat yogi : iya ibu itu penyebabnya.
Ibu Ana : dek, saya mau nanya. Tadi adek bilang penyebab yang paling sering itu adalah infeksi
viruskan? Nah virus apa tuh dek yang bisa menyebabkan penyakit itu?
Perawat Yuyun : pertanyaan yang sangat bagus ibu. Jadi, Dari berbagai jenis virus yang dapat
menyebabkan gastroenteritis, dua jenis yang paling sering menjadi penyebab adalah:
 Rotavirus. Virus ini sering kali menginfeksi bayi dan anak-anak. Ini terkait dengan
kebiasaan anak-anak yang gemar memasukkan tangan atau benda –yang bisa saja sudah
terkontaminasi– ke dalam mulut.
 Norovirus. Keracunan makanan yang selanjutnya bisa menyebabkan terjadinya
gastroenteritis umumnya disebabkan karena virus yang satu ini.
Ibu Ana : owh gitu ya dek, muntaber itu bisa terjadi sama siapa aja dek ? bayi bisa nggak?
Perawat Yogi : Penyakit ini bisa menyerang siapa saja. Meski pada dasarnya tak
membahayakan, kondisi ini bisa menjadi fatal akibatnya jika menyerang orang-orang
memiliki masalah dengan sistem kekebalan tubuhnya, bayi, dan orang lanjut usia.
Ibu Iis : ya allah, ternyata berbahaya juga ya.
Perawat yogi : Iya ibu, jadi kita itu harus menjaga kebersihan makanan maupun daerah
tempat tinggal kita agar tidak terdapat viru-virus yang menyebabkan muntaber tersebut.
Apa masih ada yang ingin ditanyakan bu?
Ibu Elta : dek, bagaimana cara pencegahannya?
Perawat Yuyun : Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah gastroenteritis,
yaitu:
 Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun setiap kali sebelum makan
 Memilih makanan yang higienis untuk dikonsumsi
 Pada bayi, gastroenteritis akibat rotavirus dapat dicegah dengan imunisasi rotavirus
Ibu Linda : jadi kita harus melihat dengan teliti kalau mau beli makanan diluar ya ibu-ibu?

Kelompok ibu-ibu : iya betul itu

Perawat yogi : iya ibu betul itu, apa masih ada yang ingin ditanyakan atau masih ada yang
kurang jelas?

Ibu Dea: alhamdulillah sudah jelas dek dan tidak ada pertanyaan lagi.

Ibu ana : iya dek kami telah mengerti jadi Muntaber (Gstroenteritis) adalah penyakit infeksi
pencernaan yang di sebabkan oleh virus.virus yang paling banyak menjadi penyebabnya itu
rotavirus sama norovirus. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja kan dek. Lalu
pencegahannya dengan mencuci tangan setiap kali mau makan, memilih makanan yang
higienis, dan pada bayi itu bisa dicegah degan imunisasi rotavirus jika akibat masalahnya
rotavirus.

Perawat yuyun : wah ibu hebatnya sudah dapat mengulas apa yang telah kami jelasin tadi.
Bearti ibu-ibu disini sudah mengerti semua kan bu?

Kelompok ibu-ibu: alhamdulilah sudah dek


b. Fase terminasi
Pada fase ini, perawat memberi kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan keberhasilan dirinya dalam mencapai tujuan terapi dan ungkapan
perasaannya. Selanjutnya perawat merencanakan tindak lanjut pertemuan dan membuat
kontrak pertemuan selanjutnya bersama klien.

Perawat yogi: baiklah ibu kami ingin pamit dulu ya bu, semoga apa yang kami jelasin tdi
dapat bermanfaat buat ibu dan keluarganya.
Perawat Yuyun : dan juga kami ingin mengucapkan terima kasih bu telah menerima kami
untuk memberikan sedikit penyuluhan atau penjelasan mengenai muntaber tersebut.
Mohon maaf jika ada kesalahan saat menyampaikan penyuluhan tadi bu.
Ibu Linda : iya dek sama-sama. Kami juga berterima kasih karena adek telah memberi tahu
kami mengenai penyakit muntaber tersebut sehingga kami lebih mengetahuinya
Perawat Yogi: Iya ibu, kami permisi dulu ya bu. Asslamualikum wr.wb
Kelompok ibu-ibu : iya dek, waalaikumsalam wr.wb

Setelah selesai melakukan berpamitan dengan ibu-ibu tersebut akhirnya mahasiswa


tersebut melajutkan kegiatannya untuk memberikan penyuluhan ke tempai lain .

Anda mungkin juga menyukai