Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN


DENGAN GANGGUAN JIWA

Dosen Pengampu:
Tiara Fatma, S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep

Disusun Oleh:

Muhammad Riky Ubaidillah


(202114401006)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN BAHRUL ULUM
TAMBAKBERAS JOMBANG
2022-2023
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan tepat waktu dengan judul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK
DALAM KEPERAWATAN JIWA” guna pemenuhan tugas mata kuliah
Keperawatan jiwa.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini.


Penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahan penulisan baik disengaja
maupun tidak. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
guna penyempurnaan makalah ini.

Jombang, 26 Oktober 2022

Muhammad Riky Ubaidillah

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi adalah hal terpenting dalam berhubungan dengan orang lain.
Tanpa ada komunikasi, sulit bagi manusia untuk berinteraksi. Begitupun dalam
keperawatan jiwa. Komunikasi tetap menjadi salah satu hal yang paling penting dalam
upaya pengobatan dan penyembuhan pasien.
Komunikasi dalam keperawatan sangatlah penting, sebab tanpa komunikasi
pelayanan keperawatan akan sulit diaplikasikan. Dalam proses keperawatan jiwa,
komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku klien guna mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Oleh karena bertujuan untuk terapi, maka komunikasi ini
disebut komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologi dan belajar
bagaimana berhubungan dengan orang lain. Perawat harus memiliki tanggung jawab
moral yang tinggi didasari dari sikap peduli dan kasih sayang, serta ingin membantu
orang lain untuk tumbuh dan berkembang.

1.2. Rumasan Masalah


1. Apakah definisi komunikasi terapeutik?
2. Apakah manfaat komunikasi terapeutik?
3. Apakah tujuan komunikasi terapeutik?
4. Apakah syarat komuniksi terapeutik?
5. Apakah prinsip komunikasi terapeutik?
6. Apakah fase-fase yang ada dalam komunikasi terapeutik?
7. Jelaskan sikap yang ada dalam komunikasi terapeutik?

1.3. Tujuan Pembahasan


1. Mengetahui apa definisi komunikasi terapeutik
2. Mengetahui manfaat dari komunikasi terapeutik
3. Mengetahui tujuan dari komunikasi terapeutik
4. Mengetahui syarat-syarat komunikasi terapeutik

1
5. Mengetahui prinsip-prinsip komunikasi terapeutik
6. Mengetahui fase-fase dalam komunikasi terapeutik
7. Mengetahui bagaimana sikap yang harus ada dalam komunikasi terapeutik

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak
saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan
komunikasi ini adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien,
sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan
pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus
direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan
sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia
dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologi dan
belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Perawat harus memiliki
tanggung jawab moral yang tinggi didasari dari sikap peduli dan kasih sayang, serta
ingin membantuorang lain untuk tumbuh dan berkembang.
2.2. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.
Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi
tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50).
1. Penerimaan diri dan peningkatan terhadap penghormatan diri.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan
saling bergantungndengan orang lain.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang realistis.
4. Rasa integritas personal yang jelas dan meningkatkan integritas diri.

3
2.3. Tujuan Komunikasi Terapeutik
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
2. Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi
oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal
ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan
dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan
sosial biasa.
2.4. Syarat Komunikasi Terapeutik
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih
dahulu sebelum memberikan sarana, informasi maupun masukan
2.5. Prinsip Komunikasi Terapeutik
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami
dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan
saling menghargai.
3. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental.
4. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas
berkembang tanpa rasa takut.
5. Perawat harus mampu menciptakan suasana yang memungkinkan pasien
memiliki motivasi untuk mengubah dirinya.
6. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun frustrasi.
7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai, dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
8. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya
simpati bukan tindakan yang terapeutik.

4
2.6. Fase-Fase Komunikasi Terapeutik
1) Orientasi (Orientation)

Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi
yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien.
2) Fase kerja (Working)

Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi
tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien
untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan.
Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi
dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk
proses perubahan.
3) Fase penyelesaian (Terminasi)

Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian


atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling
menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian
pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).
2.7. Sikap yang Ada Dalam Komunikasi Terapeutik

Sikap dalam komunikasi Ditampilkan melalui perilaku-perilaku berikut:


Gerakan Tubuh sikap tubuh, ekspresi wajah, dan lain-lain. cth: senyum, kontak
mata, sedikit membungkuk saat bicara dsb.
i. Jarak saat berinteraksi pd umumnya terjadi diruang pribadi antara
pasien dgn perawat tdk dibatasi meja.
ii. Sentuhan digunakan dlm komunikasi terapeutik, dilakukan secara
tenang sambil menganalisis kondisi pasien dan respon yg mungkin
akan diberikan oleh pasien. Cth: bersalaman, menepuk pundak,
memegang tangan pasien saat bersedih.
iii. Diam utk memfasilitasi pasien dalm mengekspresikan pikiran &
perasaannya. Cth: pd pasien menarik diri perawt mengajukan
pertanyaan maka prawat diam utk memberi kesempatan pd pasien
berpikir ttg jwbn pertanyaan
iv. Volume dan Nada suara mempengaruhi penyampaian pesan. Contoh
pada pasien Perilaku kekerasan volume dan nada suara rendah tatapi
tetap tegas.
5
Managemen krisis adalah sebuah situasi kegawat daruratan pada klien
penderita gangguan jiwa, rata - rata pasien yang masuk dalam kategori
managemen krisis adalah pasien yang mengalami kondisi labil, terjadi pada
pasien baru, pasien yang mengalami kekambuhan, pasien dengan regimen
terapeutik tidak efektif, pasien amuk, pasien gaduh gelisah, pasien putus obat
dan beberapa penyebab lain.

Tanda dan Gejala


a) Pasien Mondar - mandir

b) Tatapan mata tajam

c) Pasien susah tidur

d) Pasien menggangu pasien lain

e) Pasien berteriak - teriak

f) Pasien memukul benda atau tempat tidur

g) Pasien menimbulkan suasana gaduh

h) Pasien menolak instruksi


Peran Perawat dalam situasi krisis

a) Kolaborasi medis pemberian psikofarmaka

b) Melakukan pemberian psikofarmaka sesuai order

c) Melakukan restrain

d) Managemen krisis

e) Pertimbangan melakukan ECT

f) Managemen lingkungan

g) Beri instruksi pada pasien lain terkait kondisi pasien kritis

h) Monitoring kondisi klien

Beberapa pertimbangan dalam melakukan Managemen krisis


a) Keselamatan pasien lain

6
b) Keselamatan pasien sendiri

c) Keselamatan pasien yang bersangkutan

d) Keselamatan Lingkungan

Managemen krisis dapat terjadi setiap saat dan setiap waktu, sehingga
monitoring pada beberapa pasien - pasien tertentu layak menjadi sebuah
pertimbangan, sebelum akhirnya timbul korban dari situasi labil pada klien
tersebut.

7
BAB III
APLIKASI TEORI

DIALOG KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN PASIEN

Inisial pasien: Ny.S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 49 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir: SMA

Alamat : Jalan Delima 37 Sidoarjo

Penyakit : luka bersih dibagian lutut akibat kecelakaan

Keluhan : nyeri dibagian lutut

Tanggal MRS: 09 Mei 2012

Fase Painteraksi

1.Perawat menyiapkan mental dan rasa percaya diri

2. Perawat telah memahami tentang penyakit luka dan lingkupnya

3.Perawat telah mendapatkan data-data pasien

Pagi hari pukul 07.30..

Perawat : "Selamat pagi ibu.."(tersenyum)

Pasien : ”ia selamat pagi mbak.."(tersenyum)

Perawat :"perkenalkan ibu nama saya Asifatul mubarroh, saya mahasiswa dari Akper
kerta Cendikia,mulai pagi ini saya akan merawat ibu dari pukul 07.00 sampai
14.00 siang. Kalau boleh saya tau nama ibu siapa? Dan senangnya dipanggil
apa ibu ?"
Pasien :”bu siti saja."

Perawat :"ibu siti saya sudah selesai melakukan tindakan perawatan luka, dijaga
kesehatannya ya ibu,semoga cepat sembuh."(tersenyum)

8
Pasien : "iya, terimah kasih mbak."(tersenyum)
Perawat :"sama-sama, selamat siang!."

Setelah melakukan perawatan luka perawat memberskan alat-alat dan mencuci tangannya..

Keesokan harinya, pukul 07.00

Fase Pra interaksi

1.Perawat menyiapkan mental dan rasa percaya diri

2.Perawat telah memahami tentang penyakit luka dan lingkupnya

Fase Orientasi

Perawat :"selamat pagi ibu."(tersenyum)


Pasien :"iya,selamat pagi."(tersenyum)
Perawat :"bagaimana tidurnya semalam bu siti?."
Pasien :"alhamdulillah mbak semalam saya bisa tidur nyenyak, tidak seperti malam-
malamsebelumya."
Perawat : "mm.."(menganggukkan kepala) mungkin sekarang keadaan ibu sudah lebih
membaik dari hari-hari sebelumnya disini, sehingga berdampak baik pula pada
pola tidur ibu semalam, apakah benar begitu ibu siti?."
Pasien : ”(tersenyum) iya mbak,memang sekarang saya sudah merasa lebih baik
sedikit”
Perawat :"terus bagaimana dengan rasa nyeri yang ibu rasakan sebelumnya?, bisakah
ibu sitimenceritakannya?"
Pasien :"alhamdulillah mbak setelah perawatan luka yang telah dilakukan selama 2
hari ini lukasaya sudah sedikit mendingan, sehingga saya bisa tidur nyenyak
tanpa merasakan nyeri dilututsaya."(berusaha menjelaskan)
Perawat :”(tersenyum iya, itu juga karna bantuan ibu siti yang selalu bersemangat untuk
sembuh, dansemoga keadaan ibu sekarang bisa berdampak baik pula pada
kesembuhan luka yang ibu siti alami."
Pasien :"amin."
Perawat :"baik bu siti, bagaimana keadaan ibu sekarang? Apa yang ibu rasakan?"

Pasien : "sejak kecelakaan kemarin luka dibagian lutut saya masih agak sedikit
nyerimbak."(menyentuh lutut dan merenung)

9
Perawat : "mm.." (menganggukkan kepala) iya ibu itu memang efek dari luka yang ibu
alami,karena pada luka ibu terjadi respon peradangan.
Pasien : "apa itu berbahaya mbak?."(sedikit cemas)
Perawat : "tidak ibu, peradangan itu merupakan gejala yang menguntungkan dan
merupakan pertahanan tubuh yang bekerja untuk menetralisir dan
menghancurkan agen pencedera dalam persiapan penyembuhan luka Jadi di ibu
siti tidak usah begitu khawatir."(menjelaskan)
Pasien :"emm.begitu."(sedikit lega)
Perawat : "iya ibu, baiklah saya permisi dulu, silakan ibu siti beristirahat kembali, nanti
saya akan datanglagi sekitar jam 10.00 siang untuk melakukan tindakan
perawatan luka, tidak lama ibu kira-kira 5menit dan kita melakukannya disini
saja, apakah ibu siti bersedia?."
Pasien :"iya mbak."(menganggukkan kepala)
Perawat : "apabila ibu memerlukan bantuan saya silakan ibu panggil saya, selamat
pagi."(tersenyum)
Pasien :"iya, selamat pagi."(tersenyum)
Fase Kerja
Siang hari pukul 10.00...
Perawat :"selamat siang ibu siti?."(tersenyum)
Pasien :"siang mbk."(tersenyum)
Perawat : "ibu, sesuai perjanjian yang telah disepakati tadi sekarang saya akan
melakukan tindakan perawatan luka, apakah ibu bersediah?"
Pasien :"iya.,baiklah saya akan menyiapkan alat-alatnya dahulu."(pergi ke luar
ruangan setelah proses tindakan perawatan luka.)
Perawat : “ohya, apakah ibu sudah mandi pagi ini?."
Pasien :"belum."(menggelengkan kepala)
Perawat :"baiklah, karena pagi ini ibu belum mandi, dan sepertinya keadaan ibu tidak
memungkinkanuntuk mandi sendiri, saya akan memandikan ibu siti pagi ini,
agar ibu merasa lebih segar dan ibu bisa cepat sembuh Kita melakukan disini
saja, tidak lama kira-kira 20 menit.Bagaimana, apakahibu bersediah??."
Pasien :"iya mbak, baiklah saya akan menyiapkan alat-alatnya dahulu."(meninggalkan
ruangan)
Setelah proses memandikan...

10
Perawat :"Bagaimana perasaan ibu setelah dimandikan pagi ini? (tampak segar, rambut,
dan pakaian tampak rapi.) rasanya segar sekali mbak. terasa bersih sekali
badan saya."
Perawat : ”baiklah bu siti, saya sudah selesai memandikan ibu, untuk nanti sore atau
besok pagi apabilaibu ingin mandi ibu bisa melakukannya seperti yang saya
lakukan tadi, dengan minta bantuan kekeluarga ibu, apakah ibu
mengerti?."(dengan wajah menanyakan)
Pasien : "iya mbak."
Perawat : "ibu, setelah ini kemudian saya akan melakukan perawatan luka untuk
membersihkan luka ibukembali.apakah ibu bersedia.?"
Pasien : "iya mbak."
Perawat : "baiklah bu, saya akan menyiapkan alat-alatnya dahulu."(pergi keluar
ruangan pasien dankembali lagi untuk melakukan perawatan luka)
Siang hari pukul 14.00
Fase Terminusi
Perawat :"selamat siang bu siti?."(tersenyum)
Pasien :"iya selamat siang."(tersenyum)
Perawat :"bagaimana keadaan ibu sekarang?." alhamdulillah mbak terasa lebih
baik."(sedikit tersenyum dan mengambil duduk)
Perawat : "iya ibu, karna keadaan ibu sekarang sudah membaik dan luka yang ibu
alami sudah dalam tahap penyembuhan saja, kata dokter hari ini ibu sudah
boleh pulang."(tersenyum)
Pasien :(tersenyum) "iya mbak."
Perawat : "Apakah ada pertanyaan ibu?."
Pasien : "tidak, hanya saya minta bantuan kepada mbak untuk menghubungi keluarga
saya agar menjemput saya sore ini."
Perawat :"baiklah bu siti saya akan melakukannya, apakah ada yang lain bu?."
Pasien :"ohya, terimah kasih ya mbak atas perawatannya selama ini."(tersenyum)
Perawat :"oo.."(sedikit tertawa) sama-sama ibu siti,ini sudah menjadi kewajiban saya
sebagai seorang perawat untuk merawat dan melayani ibu sebaik mungkin."
Pasien : (tersenyum)
Perawat : "baiklah bu siti saya permisi dahulu, semoga dirumah ibu siti bisa kembali
sehat dan dapat kembali beraktivitas selamat siang...(terseyum dan
meninggalkan ruangan pasien)
Pasien :"iya selamat siang."
11
BAB IV
PENUITUP
4.1. Kesimpulan
Jiwa dalam diri manusia merupakan sebuah materi yang sangat diperlukan.
Jiwa yang sehat sulit didefinisikan dengan tepat. Meskipun demikian, ada beberapa
indikator untuk menilai kesehatan jiwa. Setiap ahli memiliki pemikiran yang berbeda
beda. Menurut Karl Menninge, orang yang sehat jiwanya adalah orang yang
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi
dan berinteraksi dengan baik. Karena hal ini sangat diperlukan bantuan tenaga
kesehatan.
Dengan adanya bantuan dari tenaga kesehatan, masyarakat dapat mengetahui
apa yang harus dilakukan. Dan dapat melakukan penanganan lebih dini agar tidak
mengalami penyakit psikologi yang berkelanjutan. Perawat kesehatan jiwa sangat
diperlukan dalam hal ini, perawat harus memberikan komunikasi secara terapeutik
secara benar. Dengan hal ini pasien dapat mempercayai seorang perawat dan dapat
mengeluarkan kegelisahan yang dialami. Dalam keperawatan jiwa seorang pasien
harus memahami karakter setiap pasien, agar komunikasi secara terapeutik berjalan
dengan baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Indrawati. (2003). Komunikasi Untuk Perawat, Jakarta: EGC


Arwani. (2003). Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: EGC

13

Anda mungkin juga menyukai