Anda di halaman 1dari 16

“Analisis Pola Komunikasi Terapeutik yang Terjadi Oleh

Staf dan Pasien di Dalam IGD”

Disusun untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah

Dasar Dasar Komunikasi

Dosen Pengampu :

Safari Hasan, S.IP.,M.M.RS

Disusun oleh :

Damanda Keisya Widyadharma ( 10823012 )

PRODI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN AJARAN 2024


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial (zoon politicon), manusia tidak akan terlepas dari
yang namanya interaksi dengan sesamanya. Salah satu bentuk interaksi sosial
yaitu Komunikasi, dalam interaksi sosial hal ini sangat penting dengan maksud
adanya saling mengungkapkan perilaku entah itu dalam berbicara, sikap bahkan
gesture untuk menyampaikan pesan. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi
memegang peranan yang penting karena dapat membangun hubungan yang
efektif hal ini memungkinkan manusia untuk dapat memahami satu sama lain
dengan lebih baik. Tanpa adanya komunikasi segala sesuatu pasti tidak akan
berjalan baik kemungkinan besar akan terjadi kesalah pahaman dengan
seseorang yang dampaknya cukup besar bagi individu maupun organisasi sendiri
yang akan terjadi adalah ketidakharmonisan maupun ketidakcocokkan.

Di dalam dunia Kesehatan sendiri terdapat beberapa model komunikasi,


salah satunya adalah model komunikasi Terapuetik. Komunikasi Terapuetik
sendiri dirancang dan direncanakan untuk tujuan terapi agar mengetahui
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu pasien dalam
beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain, dan memberikan pengertian antara perawat
dan pasien. Hal ini harus selalu diperhatikan oleh perawat karena dapat
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dalam pelayanan Kesehatan yang
diberikan.

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak


saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Menurut Muhith &
Siyoto (2018) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah hubungan
interpersonal staff dan pasien yang memiliki tujuan terapi dalam mencapai tingkat
kesembuhan pasien yang optimal dan efektif sehingga harapan hari rawat pasien
menjadi singkat atau lebih pendek. Sedangkan menurut Stuart G.W Komunikasi
Terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara staff dan pasien melalui
hubungan ini, staff dan pasien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam

1
rangka memperbaiki pengalaman emosional pasien. Dapat disimpulkan bahwa
komunikasi terapeutik adalah hubungan antara staff dan pasien untuk membantu
mengatasi gangguan psikologis dan memperoleh pengalaman belajar bersama
untuk memperbaiki emosional.

Komunikasi Terapeutik dapat diterapkan pada ruang Instalasi Gawat Darurat.


Dimana komunikasi ini sangat dibutuhkan pada pasien untuk mengurangi rasa
sakit dan stress dalam tindakan penanganan, karena dalam penanganan
pertama seseorang merasakan berbagai macam perasaan yang campur aduk.
Perawat dengan sebisa mungkin memberikan komunikasi terapeutik, seperti
contoh dengan memberikan kata kata seperti semangat dan motivasi. Hal itu
memungkikan untuk pasien mengurangi rasa cemas. Komunikasi terapeutik juga
berguna untuk membantu perawat dan tenaga medis lainnya untuk mengatasi
stres dan kegelisahan, serta membantu mereka beradaptasi dan menyesuaikan
hidup dengan lebih baik. Agar komunikasi antara staff dan pasien berjalan
dengan lancar untuk karena itu keadaan gawat darurat sendiri pasien
membutuhkan tindakan medis segera yang dalam arti pertolongan secara
cermat, tepat, dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan cepat
maka pasien akan terjadi kecacatan bahkan dapat kehilangan nyawanya. Tetapi
di dalam Instalasi Gawat Darurat komunikasi ini kurang efektif dikarenakan
Gawat Darurat lebih fokus terhadap tindakan yang cepat, sehingga pelaksanaan
Komunikasi Terapeutik sangat kurang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola Komunikasi Terapeutik yang baik di dalam IGD ?

2. Apa tujuan dan manfaat dari Komunikasi Terapeutik di IGD ?

3. Apakah Komunikasi Terapeutik sangat efisien jika digunakan ?

4. Tahapan apa saja jika ingin melakukan Komunikasi Terapeutik di IGD ?

1.3 Tujuan Pembahasan

2
1. Mengetahui bagaimana komunikasi terapeutik jika diliat dari segi Instalasi
Gawat Darurat.

2. Mengetahui tahapan tahapan dalam berkomunikasi terapeutik.

3. Mengetahui tujuan dari komunikasi terapeutik.

4. Mengetahui apakah komunikasi terapeutik sangat efektif dalam Instalasi


Gawat Darurat.

5. Mengetahui apa saja pola komunikasi terapeutik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pola Komunikasi Terapeutik yang baik di dalam IGD.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola dapat diartikan sebagai


bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan Komunikasi merupakan proses
pengiriman dan penerima pesan antara dua orang atau lebih dengan cara tepat
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami dan diterima. Konsep
komunikasi sebagai pola yaitu komunikasi yang diartikan sebagai sebuah proses
yang berlangsung berulang-ulang yang berfungsi sebagai alat untuk bertukar
gagasan atau bertukar informasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk
menyampaikan pesan sesuai dengan yang disampaikan. Pola komunikasi adalah
proses komunikasi yang sudah terstruktur yang dirancang untuk menyampaikan
pesan beserta keberlangsungannya untuk memudahkan pemikiran secara
sistematik dan logis. Para ahli berpendapat salah satunya ialah Syaiful Bahri
Djamarah yang meyatakan bahwa “Pola komunikasi dapat dipahami sebagai
pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan
pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksudkan dapat
dipahami”. Sehingga pola komunikasi dapat membantu proses berlangsungnya
komunikasi sebab dengan adanya beraneka macam pola menghasilkan banyak
pola yang bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi sehingga komunikasi bisa
berlangsung dengan lancar.

Pola komunikasi terapeutik yang baik di dalam Instalasi Gawat Darurat


(IGD) merupakan pola komunikasi yang direncanakan secara sadar bertujuan
untuk mengurangi kecemasan atau rasa sakit terhadap pasien pada penanganan
tindakan gawat darurat dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi ini saling membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan kedalam komunikasi pribadi diantara perawat dan pasien, dimana
perawat membantu dan pasien menerima bantuan. Dalam menjalankan

4
komunikasi terdapat beberapa prinsip dasar dalam komunikasi terapeutik antara
lain :

1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri (self-awareness)


- Hal ini harus memiliki kesadaran diri yang jelas untuk membantu
perawat secara profesional dengan berbagai pasien yang sangat
beragam dan mengubah perilaku sesuai kebutuhan. Perawat yang
sadar diri mampu Menilai dengan lebih baik kemampuan seseorang
untuk memberikan perawatan dan menilai kebutuhan pasien ,
Percaya diri dalam situasi sulit, dan Dapat meningkatkan hubungan
interpersonal dan professional kepada pasien.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling
percaya dan saling menghargai
- Saling menerima, dengan maksud pasien harus siap menerima
informasi atau keputusan dari staff dengan baik. Sikap ini juga
dapat memahami dan mempersiapkan diri untuk menerima
informasi yang diberikan. Sebaliknya, perawat juga siap menerima
kekurangan dari pasien.
- Saling percaya, dimana seorang staff dapat membina
kepercayaaan terhadap pasien melalui pendekatan agar pasien
menerima segala tindakan yang akan dilakukan perawat dan ini
diharapkan akan dapat mempercepat kesembuhan.
- Saling menghargai, pasien dan staff harus saling menghargai
satu sama lain dalam hal ini dapat menyadari kemampuan dan
keterampilan masing masing, Hal ini memungkinkan untuk
menghargai orang lain sehingga komunikasi bisa dilakukan lebih
baik dan efektif .
3. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik
maupun mental.
- Perawat harus memperhatikan pentingnya kebutuhan klien ini
untuk memahami masalah yang dihadapinya dan
mengembangkan strategi yang sesuai untuk mengatur pelayanan
yang efektif dan mencapai tujuan.

5
4. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien
bebas berkembang tanpa rasa takut.
- Perawat harus memberikan waktu untuk pasien agar dapat
beradaptasi dan memberikan kata kata seperti semangat dan
motivasi. Hal itu memungkikan untuk pasien dapat berkembang
tanpa adanya rasa takut.
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan
pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah
lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi.
- Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan
pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya karena motivasi
adalah salah satu faktor yang penting dalam proses perubahan.
Jika pasien tidak memiliki motivasi, maka proses perubahan akan
menjadi sulit atau tidak akan berlangsung secara efektif.

(Siregar, 2021). Pada prinsip dalam komunikasi terapeutik yaitu hubungan


terapeutik yang saling diuntungkan, saling menghargai dengan berbagai macam
pasien, saling menjaga harga diri, dan menciptakan hubungan saling percaya

2.2 Tujuan dan Manfaat Komunikasi Terapeutik di IGD

Tujuan komunikasi terapeutik ialah :

1. Membantu pasien untuk mengurangi rasa sakit saat proses penanganan


dengan memberikan kepercayaan dan motivasi.
2. Membantu pasien agar tidak cemas dengan selalu mengajari berpikir
positif, memberikan cara pencegahan agar tidak terjadi kecemasan.
3. Mengurangi beban pikiran kepada pasien. Pasien sering kali
mendapatkan beban pikiran dikarenakan berpikir terlalu keras terhadap
penyakit yang diderita dan mendapatkan sugesti dari pikirannya sendiri,
oleh karena itu perawat harus memberikan informasi yang jelas dan
membantu mereka mengurangi beban pikiran pasien dengan salah
satunya mengunakan metode terapi terapeutik.

6
4. Memberikan informasi dan membantu mereka mengurangi tingkat
kecemasan. Perawat harus memberikan pemahaman dan informasi
mengenai Tindakan yang akan dilakukan dengan menggunakan Bahasa
yang mudah ditangkap. Hal itu akan membuat pasien merasa percaya
kepada perawat dan dapat mengurangi Tingkat kecemasan.
5. Meningkatkan kesejahteraan serta fungsi pasien dan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan dalam mencapai tujuan personal yang realistis.
Tujuan perawat dengan kondisi seperti ini adalah membimbing klien
dalam membuat tujuan yang realistis serta meningkatkan klien memenuhi
kebutuhan dirinya
6. Mempererat interaksi kedua pihak ( antara pasien dan perawat ). Hal ini
akan mempermudah satu sama lain dalam berkomunikasi agar proses
penyembuhan bisa berjalan dengan lancar.

Manfaat komunikasi Terapuetik sendiri ialah:

1. Untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama antara perawat


dengan pasien melalui hubngan perawat dengan pasien.
2. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan, dan mengkaji masalah dan
mengevaluasi Tindakan yang
3. Komunikasi Terapeutik membentuk hubungan saling memberi dan
menerima antara perawat dan pasien dalam pelayanan keperawatan,
sehingga akan mempermudah perawat dalam membantu proses
penyembuhan pasien tersebut.
4. Komunkasi ini efektif untuk membangun rasa saling percaya dan
jikalau tidak diterapkan maka akan berpotensi menganggu hubungan
terapeutik yang berdampak pada ketidakpuasan dari pasien.
5. Memberikan bantuan dalam menyelesaikan permasalahan,
komunikasi terapeutik yang mengarah pada tujuan yaitu
penyembuhan pasien.
6. Dengan adanya komunikasi terapeutik, pasien dapat
mengomunikasikan keinginan, perasaan, dan kekhawatirannya
dengan lebih jujur ketika mereka menggunakan komunikasi
terapeutik. Hal ini penting untuk proses penyembuhan dan pemulihan

7
pasien. Tak jarang dijumpai pasien yang kesulitan dalam
mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran di dalam diri mereka,
khusunya para remaja.
7. Selain bagi pasien, komunikasi terapeutik juga mernafaat bagi
perawat yaitu melalui praktik komunikasi terapeutik. Perawat dapat
meningkatkan keterampilan komunikasi mereka, termasuk
kemampuan mendengarkan aktif, memberikan empati, dan
memahami kebutuhan pasien.
8. Berbagai tahapan komunikasi terapeutik ternyata bermanfaat sebagai
indidikator peningkatan kualitas pelayanan sebuah instalasai
Kesehatan. Melalui komunikasi terapeutik dapat ditingkatkan kualitas
perawatan yang diberikan oleh perawat, karena perawat lebih mampu
memahami dan merespons kebutuhan pasien dengan tepat.

2.3 Apakah Komunikasi Terapuetik Sangat Efisien Digunakan.

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu unit pelayanan di


rumah sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama
masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
merupakan unit yang sangat penting dan paling sibuk di rumah sakit. Sebagai
unit pertama yang menangani pasien dalam keadaan darurat, IGD dituntut
memberikan pelayanan ekstra dibandingkan unit-unit lainya baik dalam hal
ketersediaan tenaga medis maupun ketersediaan peralatan dan obat-obatan.

Komunikasi terapuetik sendiri merupakan proses berkomunikasi yang


mencakup aspek terapeutik yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan
pasien , membantu pasien dalam proses pemulihan, dan mengurangi stres dan
kecemasan . Dalam unit IGD, komunikasi terapuetik digunakan sebagai bagian
dari proses perawatan intensif, yang meliputi pendengaran, pendampingan, dan
komunikasi yang mencakup tempat, waktu, topik, dan tujuan. Perawat di unit IGD
menggunakan teknik komunikasi terapuetik seperti mendengarkan, menjelaskan
apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan setelah tindakan.
Hal ini menunjukkan komunikasi terapuetik efektif dalam mempengaruhi tingkat
kepercayaan keluarga pasien, yang merupakan faktor yang penting dalam

8
proses perawatan dan pemulihan pasien. Keefektifan komunikasi terapeutik
antara perawat dan pasien akan mengoptimalkan tindakan keperawatan yang
akan mempercepat proses penyembuhan fisik dan psikologis pasien.

Teknik yang digunakan dalam komunikasi ini meliputi :

1. Mendengarkan.

Mendengar merupakan dasar utama dalam komunikasi . Hal ini


merupakan hal paling utama dalam komunikasi terapuetik. Dalam hal ini
perawat berusaha mengerti pasien dengan cara mendengarkan apa yang
disampaikan pasien. Seorang perawat harus memberikan kesempatan
kepada pasien untuk berbicara dan perawat memposisikan sebagai
pendengar yang aktif. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan
pasien.

2. Bertanya.

Memberi pasien kesempatan untuk bertanya, beri dukungan untuk


mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Berikan juga kesempatan
memilih pokok pembicaraan yang akan didiskusikan untuk memperoleh
informasi yang diinginkan oleh perawat.

3. Penerimaan.

Dalam situasi ini perawat memberi dukungan dan bersedia


mendengarkan pasien dengan penuh perhatian tanpa memperlihatkan
keraguan terhadap apa yang disampaikan klien. Menunjukkan
penerimaan yang artinya bersedia mendengar dan tidak memperlihatkan
keraguan. Perawat tidak boleh menunjukkan tindakan seperti :

- Gerakan tubuh dan ekspresi wajah yang tidak menunjukkan


kesetujuan, seperti memutar mata, mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala seakan tidak percaya.

4. Mengulangi (Restating)

9
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan pasien dengan
menggunakan ungkapan sehingga menunjukkan bahwa perawat
mengikuti proses komunikasi, memberikan perhatian dan mengharapkan
komunikasi bisa lanjut. Dengan melalui pengulangan kembali kata-kata
pasien, perawat memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan
pasien dan berharap komunikasi dilanjutkan.

5. Klarifikasi (Clarificion)

Klarifikasi adalah menjelaskan kembali ide-ide yang diungkapkan pasien


yang tidak jelas atau meminta pasien untuk menjelaskan arti dari
ungkapannya kepada perawat.

6. Memfokuskan (Focusing)

Bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan topik pembahasan


pasien sehingga memfokuskan komunikasi dengan pasien untuk
mencapai tujuan topik pembahasan sehingga percakapan menjadi lebih
spesifik dan dimengerti.

7. Diam (Silence)

Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan pasien untuk


memikirkan pertanyaan dan jawaban selama proses komunikasi
berlangsung.

8. Memberikan Informasi (Informing)

Memberikan informasi yang dimaksudkan adalah informasi tambahan


kepada pasien yang bertujuan memfasilitasi pasien untuk mengambil
keputusan dalam rangka mengajarkan kesehatan atau pendidikan
tentang aspek-aspek yang relevan dalam rangka penyembuhan pasien.

9. Menyimpulkan (summerizing)

Hasil teknik ini adalah melakukan penyamaan persepsi terhadap ide dan
perasaan pada saat mengakhiri pertemuan.

10
10. Mengubah cara pandang (reframing)

Memberikan pandangan dari pasien untuk tidak melihat aspek


permasalahannya sebagai suatu hal yang negative tetapi juga melihat
persoalan dari aspek lainnya

11. Humor

Humor dalam teknik terapeutik akan mampu mengatasi rasa takut dan
tidak enak untuk berkomunikasi dengan pasien. Karena humor sendiri
dapat menimbulkan pikiran yang sehat dan dapat menoleransi terhadap
rasa sakit.

12. Memberikan pujian (reinforcement)

Dengan memberikan pujian dapat berguna meningkatkan diri dan


menguatkan perilku pasien.

2.4 Tahapan jika ingin melakukan Komunikasi Terapeutik di IGD

Dalam Machfoedz (2009: 107) dijelaskan tahapan komunikasi terapeutik


yaitu pra-interaksi, orientasi, kerja, dan terminasi. Tahapan ini juga merupakan
salah satu tahapan yang dapat diterapkan di dalam Komunikasi Terapeutik yang
akan dilakukan di IGD, berikut penjelasannya.

1. Tahap Pra-interaksi.
Tahap pertama yaitu pra-interkasi. Pada tahapan ini, komunikasi
terapeutik diawali dengan tahap pra interaksi yang Dimana perawat
bertugas mengumpulkan data tentang klien/pasien, mengeksplorasi
perasaan, fantasi, dan ketakutan pada diri klien/pasien, menganalisis
kemampuan dan keterbatasan diri, dan membuat rencana pertemuan
dengan pasien. Tahapan ini menjadi salah satu tahapan yang penting
sebelum menganalisis lebih jauh ataupun lebih banyak tentang pasien.

2. Tahap Orientasi
Pada tahap ini perawat menyapa dan menanyakan nama klien.
Selanjutnya, konfirmasikan pada pertemuan berikutnya, cari tahu

11
mengapa klien mencari bantuan, tunjukkan komunikasi terbuka,
penerimaan, dan kepercayaan. Setelah itu, lakukan hubungan timbal balik
di mana mengeksplorasi ide, perasaan, dan perilaku klien. mendefinisikan
masalah dengan klien, mengidentifikasi masalah yang dihadapi klien,
menjelaskan jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas,
dan menjelaskan kerahasiaan. Pada tahapan ini kita harus mulai
membangun kepercayaan dengan pasien melalui pemecahan masalah.

3. Tahap Kerja
Pada tahap ini, perawat mengizinkan pasien untuk menanyakan masalah
umum serta keluhan mengenai kelancaran pelaksanaan aktivitas, seperti
memulai aktivitas tepat waktu dan melaksanakan aktivitas sesuai dengan
rencana.Pada tahapan ini dilakukan tujuan dari komunikasi terapeutik
yaitu menjaga dan mendorong kerja sama serta hubungan antara pasien
dan perawat yang berguna sebagai sebuah tindakan yang memantik
kepuasan dari sang pasien itu sendiri.

4. Tahap Terminasi
Tahap terakhir yaitu Terminasi, dimana perawat merangkum hasil
kegiatan melalui evaluasi hasil dan prosedur. Kemudian, diskusikan
emosi masing-masing, penolakan, kesedihan, kesedihan, kemarahan,
dan tindakan lainnya. Selanjutnya, berikan dorongan positif, jadwalkan
tindak lanjut dengan pasien, buatlah janji untuk pertemuan berikutnya,
dan akhiri aktivitas dengan sukses. Tahap ini sangat penting untuk
menyelesaikan koneksi dengan sukses dan meninggalkan citra yang
bagus. Terminasi berguna untuk memastikan bahwa hubungan terapeutik
diakhiri dengan baik dan menghormati perasaan dan kebutuhan pasien.

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

12
Komunikasi terapeutik sendiri merupakan proses berkomunikasi yang
mencakup aspek terapeutik yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan
pasien, membantu pasien dalam proses pemulihan, dan mengurangi stres
dan kecemasan. Komunkasi ini efektif untuk membangun rasa saling percaya
dan jikalau tidak diterapkan maka akan berpotensi menganggu hubungan
terapeutik yang berdampak pada ketidakpuasan dari pasien. Terdapat
beberapa teknik yang digunakan dalam komunikasi ini, mulai dari bertanya,
mendengarkan, diam, penerimaan, dll. Tak hanya itu, saat ingin melakukan
komunikasi terapeutik di IGD, dapat dilalui 4 tahapan yaitu mulai dari pra-
interaksi, orientasi, kerja, dan terminasi, dimana setiap tahapan ini berperan
penting dalam keberhasilan komunikasi terapeutik.

3.2 Saran
Komunikasi Terapeutik merupakan salah satu alternatif terbaik dalam
penanganan pasien, harapannya semakin banyak instalasi kesehatan yang
menggunakan metode ini sebagau metode dalam melayani para pasien.
Hubungan perawat dan pasien merupakan kunci penting dalam proses
penyembuhan dan kepercayaan pasien tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

13
Sukarji, G. (2017, November 06). PERAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISAS.
Retrieved from KEMENTERIAN ESDM REPUBLIK INDONESIA:
https://ppsdmaparatur.esdm.go.id/artikel/peran-komunikasi-dalam-
organisasi#:~:text=Komunikasi%20merupakan%20elemen%20penting
%20dalam,besar%20bagi%20individu%20maupun%20organisasi.

Aniharyati. (2011). Komunikasi Terapeutik Sebagai Sarana Efektif Bagi


Terlaksananya Tindakan Keperawatan Yang Optimal. Jurnal Kesehatan
Prima Vol. 5 No. 2, Agustus 2011.

Dhaneswari, A. (2015). Komunikasi antara perawat terhadap pasien di IGD RSU


Jati Husada Karanganyar. Commonline Departemen Komunikasi, 4(2),
425-436.

Djala, F. L. (2021). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap


Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Ruangan Interna Rumah Sakit Umum
Daerah Poso. Journal of islamic Medicine, 5(1), 41-47.

Farhan. (2023). Komunikasi: Arti, Proses, dan Pentingnya dalam Kehidupan


Manusia. Diakses pada 22 April 2024. Diakses melalui:
https://unsia.ac.id/komunikasi-arti-proses-dan-pentingnya-dalam-
kehidupan- manusia/#:~:text=Membangun%20Hubungan%3A
%20Komunikasi%20yang%20efektif,satu%20generasi%20ke
%20generasi%20berikutnya

Ramli, R. (2021). Hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan


kepuasan klien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Jurnal Inovasi
Penelitian, 1(11), 2567-2574.

Rohman, Samsul. (2023). Komunikasi Terapeutik dalam Keadaan Gawat Darurat.


Diakses pada 22 April 2024. Diakses melalui:
https://www.academia.edu/42101963/Komunikasi_Terapeutik_dalam_Kea
daan_Gawat_Darurat

Samsugito, Iwan. (2021). Modul Komunikasi, Komunikasi Terapeutik. Diakses


pada 22 April 2024. Diakses melalui:

14
https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/35905/MODUL
%20komunikasi%20terapeutik.doc?sequence=1&isAllowed=y

Suhaila, E., & Susanto, M. P. K. (2017). Pengaruh komunikasi terapeutik perawat


terhadap kepuasan pasien di instalasi bedah sentral RSUD Kota
Yogyakarta. Proceeding Health Architecture, 1(1), 83-95.

Sukarji, Guus. (2017). PERAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI. Diakses


pada 22 April 2024. Diakses melalui:
https://ppsdmaparatur.esdm.go.id/artikel/peran-komunikasi-dalam-
organisasi#:~:text=Karena%20tanpa%20adanya%20komunikasi
%20segala,besar%20bagi%20individu%20maupun%20organisasi

Tasha Eurich, TedTalk. (2024). Self-Awareness. Diakses pada 22 April 2024.


Diakses melalui: https://www.aacnnursing.org/5b-tool-kit/themes/self-
awareness

15

Anda mungkin juga menyukai