Anda di halaman 1dari 21

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KELUARGA

DI INSTALASI PELAYANAN INTENSIF TERPADU RSD SIDOARJO

Karya tulis ilmiah ini diajukan

Untuk Memenuhi Tugas Akhir Keperawatan Dan Memperoleh Gelar Ahli Madya

Keperawatan Dalam Program Studi D- III Keperawatan Kampus Sidoarjo

Poltekkes Kementrian Kesehatan Surabaya

OLEH

ARNANDA AGFARINGGA

NIM : P 27820408002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SERABAYA

PROGRAM STUDI D- III KEPERAWATAN KAMPUS SIDOARJO

2010
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan

pertanyaan permasalahan sebagai berikut:

Adakah pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan

keluarga pasien di IPIT RSD Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat

kecemasan keluarga pasien di IPIT RSD Sidoarjo.

2. Tujuan khusus

1. Mengetahui pelaksanaan komunikasi terapeutik antara perawat

dengan keluarga pasien yang di rawat di IPIT RSD Sidoarjo.


2. Mengidentifikasikan gambaran kecemasan keluarga pasien yang

dirawat di IPIT RSD Sidoarjo.

3. Menganalisa pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat

kecemasan keluarga pasien di IPIT RSD Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

proses keperawatan untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam melaksanakan komunikasi terapeutik kepada pasien

pra operasi. Penelitian lebih lanjut dapat.

1. Bagi peneliti

Menambah ilmu pengetahuan tentang penerapan dan

pentingnya pelaksanaan komunikasi terapeutik untuk

mengurangi kecemasan pada keluarga pasien.

2. Bagi profesi

Sebagai tambahan informasi serta sebagai bahan acuan untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan dan pelayanan

komunikasi terapeutik yang efektif terhadap keluarga pasien

dan untuk meningkatkan perkembangan IPTEK bagi perawat

agar dalam memberikan asuhan keperawatan lebih

komperhensif atau menyeluruh.

3. Bagi institusi
Sebagai bahan masukan dan pembelajaran dan penerapan

komunikasi terapeutik pada keluarga pasien yang dapat

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan sebagai

tambahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

4. Bagi masyarakat

Agar mendapatkan pelayanan yang memuaskan, mengurangi

kecemasan terhadap tindakan tim medis kepada anggota

keluarga yang dirawat serta mengurangi persepsi dan rasa

curiga terhadap tindakan atau pelayanan tim medis dan para

medis Rumah sakit.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan disajikan tentang konsep Pendidikan, konsep Perawat,

konsep Komunikasi Terapeutik, Konsep Pasien di ruang rawat inap.

1.1 Konsep pendidikan

1. Pendidikan

Suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadiandan

kemampuan didalam dan diluar sekolah yang berlangsung seumur

hidup. Semakintinggi pendidikan seseorang semakin banyak ilmu

pengetahuanyang didapat. Pengetahuaan itu sendirimerupakan

kemampuan untuk mengigatfakta, simbul, prosedur, tehnikdan teori

(Notoatmodjo, 1996: 127) dikutipdari Nursalam, 2001.

2.2 Konsep Perawat

2.2.1 Pengetian

Perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan suatu program

pendidikan dasar keperawatan dan diberi wewenang ileh pemerintah serta

memenuhi syarat untuk memberikan pelayanan perawatan bermutu

tanggung jawab. (Depkes RI 1998).


Perawat merupakan pemberi pelayanan kesehatan profesional

yangpaling lama mengadakan hubungan kontak dengan pasien dan

perawat berada dalam posisi membantu tenaga profesional lainnya dengan

memberiokan data tambahan melalui pemantauan dan pelaksanaan

pengobatan yang dipesan dan tidak bisa dilaksanakan oleh klien sendiri.

Perawat merupaka sekelumit kelompok tenaga profesional kesehatan,

terutama dala keikut sertaannya dalam peningkatan kesehatan, perawat

menjadi sengat aktif ikut terlibat dalam pencegahan penyakit dan dan

penyuluhan kepada orang yang beresiko tinggi terkena penyakit (Barbara

C Long) dikutip dari IAPK Pajajaran Bandung 1996.

2.3 Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik

2.3.1 pengertian

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan

secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan

pasien (Heri Purwanto 1994)

Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal dimana

perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama serta

memperbaiki pengalaman emosional (Stuart G.W 1998).

2.3.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik adalah

a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan

pemikiran serta dapat mengambil tidakan untuk mengubah suituasi yang

ada bila pasien percaya pada hal yang perlukan


b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang

efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.

c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

2.3.3 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi terapeutik

1) Berhadapan

Berhadapan langsung dengan orang yang diajak komunikasi mempunyai

arti komunikator siap untuk komunikasi.

2) Mempertahankan kontak

Kontak mata merupakan kegiatan yang menghargai klien dean

mengatakan keinginan untuk tetap komunikasi.

3) Membungkuk ke arah pasien

Sikap ini merupakan posisi yang menunjukkan keinginan untuk

mengatakan atau mendengar sesuatu.

4) Mempertahankan sikap terbuka

Sikap ini ditunjukkan dengan posisi kaki tidak melipat, tangan

menunjukkan keterbukaan untuk komunikasi.

5) Tetap reflek

Merupakan sikap yang menunjukkan adanya keseimbangan antara

ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon pada klien.


Selain sikap tersebut diatas ada sikap perilaku, non verbal yang

masuk dalam kategori dikap diantaranya

1) Gerakan Mata

Gerakan mata ini digunakan perawat dalam memberikan perhatian,

meruapkan cara interaksi yang tepat, mengingat proses pendidikan dan

sosialisasi anak dapat terwujud dengan kontak mata.

2) Ekspresi muka

Sikap ini termasuk bahasa non verbal yang banyak dipengaruhi budaya.

3) Sentuhan

Merupakan cara interaksi yang mendasar karena dengan sentuhan dapat

memperhatikan perasaan menerima dan menghargai. Ikatan kasih sayang

ditentukan oleh pendengaran. Sentuhan merupakan elemen penting

dalampembentukan ego, dan kemandirian ( Kelliat, 1996).

2.3.4 Teknik Komunikasi Terapeutik

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) teknik komunikasi terdiri dari :

1. Mendengarkan (listening)

Mendengarkan merupakan dasar dalam koomunikasi yang akan

mengetahui perasaan pasien. Teknik mendengarkan dengan cara memberi

kesempatan klien untuk bicara banyak dan perawat sebagai pendengar

aktif.
2. Pertanyaan terbuka (broad opening)

Teknik ini memberi kesempatan untuk memilih keinginan atau tindakan

3. Mengulang (restarting)

Merupakan teknik yang dilaksanakan dengan mengulang pokok pemikiran

yang diungkapkan klien. Berguna untuk menguatkan ungkapan klien dan

memberi indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan.

4. Klarifikasi

Klarifikasi merupakan teknik digunalkan bila perawat ragu., tidak jelas,

tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi.

5. Refleksi

Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasikan apa

yang didengar, refleksi perasaan dengan cara memberi respon pda

perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar mengetahui dan menerima

perasaannya.

6. Memfokuskan

Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang telah dipilih dan

menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas

dan berfokus ada realitas.

7. Membagi persepsi
Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta pendapat klien

tentang hal-hal yang dirasakan dan difikirkan.

8. Identifikasi tema

Merupakan teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang

muncul, bertguna untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah

yang penting.

9. Diam

Teknik ini bertujuan memberikan kesan berfikir dan memotivasi klien

untuk bicara. Pada klien yang menarik diri, teknik dan perawat menerima

klien.

10. Informing

Merupakan teknik dengan cara memberi informasi untuk pendidikan

kesehatan.

11. Saran

Teknik yang bertujuan memberi alternatif ide untuk pemecahan massalah.

Teknik ini tepat dipakai fase kerja dan tidak tepat pada fase awal

hubungan (Kelliat, 1992).

2.3.5 Tahapan dalam komunikasi terapeutik

1) Pra interaksi
Pada tahap pra interaksi perawat harus :

a. Mengumpulkan data tentang pasien

b. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakuatan diri

c. Membuat rencana pertemuan dengan klien

2) Perkenalan / Orientasi

Pada tahap ini perawat melakukan kegiatan sebagai berikut :

a. Memberi salam dan senyum npada klien

b. Melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif)

c. Memperkenalkan nama perawat

d. Menanyakan nama panggilan kesukaan klien

e. Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien

f. Menjelaskan peran perawat dan menjelaskan waktu yang

dibutuhkan untuk melakukan kegiatan

g. Menjelaskan kerahasian

3) Kerja

Pada tahap ini yang dilakukan adalah :

a. Memberi kesempatan klien untuk bertanya


b. Menanyakankeluhan utama

c. Memulai kegiatan dengan cara yang baik

d. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana

4) Terminasi

Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang

dilakukan oleh perawat adalah :

a. Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses yang dan

hasil

b. Memberikan reinforcement positif

c. Merencanakan tindak lanjut dengan klien

d. Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik)

e. Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik ( Stuart & Sunden

1995)

2.3.6 Faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik

Faktor yang mempengaruhi dalam ko

munikasi terapeutik terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor internal meliputi komunikasi. Dalam hal ini perawat sebagai

komunikator dalam komunikasi terapeutik dan sebagai komunikan adalah

klien. Faktor komunikasi meliputi :


1) Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima dan makin

bagus pengetahuan yang dimiliki sehinggapenggunaan komunikasi

terapeutiksecara efektif akan dapat dilakukannya.

2) Lama kerja

Makin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman yang

dimilikinya, sehingga akan semakin baik cara berkomunikasinya.

3) Pengetahuan

Merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indera yang

dilakukan seseorang terhadap objek untuk dapat pengetahuan dan

keterampilan.

4) Sikap

Sikap dalam komunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi

berjalan efektif atau tidak. Sikap kurang baik akan menyebabkan

pendengar kurang percaya terhadap komunikator. Sikap yang

diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti terbuka, percaya,

empati, menghargai dan lain-lain. Kesemuanya dapat mendukung

berhasilnya komunikasi terapeutik ( Kariyono, 1984)

5) Kondisi Psikologis

Kecemasan yang dialami sesorang dapat sangat mempengaruhi

interaksinya dengan orang lain ( Ellis, Gates dan Kenworthy,2000).


Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan

apa yang dikatakan klien dengan baik ( Brammer, 1993). Disamping

itu kecemasan peerawat dapat meningkatkan kecemasan klien dan

keluarga.
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

4.1 Kerangka konseptual

Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi komunikasi
terapeutik

Faktor Internal Faktor Eksternal

 Jenis kelamin  Pengalaman

 Umur  Pekerjaan
 Pendidikan  Sosial
ekonomi
 Perilaku
 Lingkungan

Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik Terhadap Pasien

Keterangan: = Diteliti

= Tidak diteliti
BAB 4

METODE PENELITIIAN

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan

masalah menurut keilmuan (Nursalam dan Pariani, 2003). Dalam bab berikut ini

akan diuraikan tentang desain penelitian, kerangka kerja penelitian, populasi,

sampel, dan sampling indentifikasi variabel, teknik pengumpulan dan analisa data,

masalah danketerbatasandalam penelitian.

4.1 Rencana Penelitian

Desain penelitian adalah suatu penelitiandalam mengidentifikasi

permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data. (Nursalam,

2003).Penelitian ini merupakan penelitian analitik, dengan desain Cross

Sectional yaitu survey untuk menggali bagaimana dan mengapa fenomena

kesehatan itu terjadi kemudian melakukan analisis dan observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada saat kolerasi antara fenomena (Soekidjo

Notoatmodjo, 2005).

4.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan suatu desain tentang alur penelitian

sehingga dapat dilihat gambaran tentang proses dan penelitian.


Populasi perawat

Rawat inap

Sampel Perawat

rawat inap Sebanyak 43


orang

Sampling

(Purposive Sampling)

Pengumpulan Data

Analisa Data

Hasil penelitian

Gambar 4.2 : Alur kerja penelitian ”Hubungan tingkat pendidikan dengan

kemampuan komunikasi terapeutik di ruang rawat inap RSD Sidoarjo”

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dan obyek penelitian atau obyek yang

diteliti (Notoadmodjo, 2002) atau suatu obyek memenuhi kriteriayang


telah di tetapkan (Nursalam, 2003) Populasi dalampenelitian ini adalah

perawat rawat inap penyakit dalam yang berjumlah 43 orang.

4.3.2 Sampel

Kriteria sampel pada penelitiian ini adalah sebagai berikut :

a. Perawat yang bersedia untuk diteliti

b. Perawat yang berdinas di rawat inap penyakit dalam

c. Perawat dengan masa kerja lebih dari 1 tahun

4.3.3 Besar sampel

Penentuan jumlah sampel dengan rumus:

n= N
1 + N (a2)

n= 48
1 + 48 (0,052)
= 48
1 + 0,12
= 48
1,12
= 42,85
= 43 orang perawat

Keterangan : N = Besar populasi


n = Besar sampel
a = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan
4.3.4 Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksiporsi dari populasi

untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling yaitu cara pengembalian sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti.

4.4 Klarifikasi variabel

4.4.1 Variabel Independen

Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini variabel

independennya adalah tingkat pendidikan perawat di ruang rawat inap

RSD Sidoarjo.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel Dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2003) variabel dependen dalam penelitian ini

adalah kemampuan komunikasi terapeutik yang diberikan pada pasien

yang dirawat di ruang rawat inap RSD Sidoarjo.


4.4.3 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi operasional

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skore


Operasional

Independen Hasil dari - Pengertian Kuesioner Ordinal Bila


pengetahuan tahu setelah pengetahuan
perawat perawat - Tehnik
melakukan komunikasi
penginderaan
- Tahapan
komunikasi
- Faktor yang
mempengaruhi

Dependen Komunikasi - Perawat Kuesioner Ordinal 1. Tidak


Komunikasi yang memberikan Dilakukan
Terapeutik diberikan informasi pada
secara sadar pasien tentang 2. Dilakukan
untuk kondisinya
Baik 75-100%
mempercepat
penyembuha - Pasien merasa
Cukup 56-75%
n pasien di perhatikan
oleh perawat Kurang <55%
- Perawat
melibatkan
keluarga
dalam proses
penyembuhan

4.5 Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa lembar

kuesioner tertutup yang sudah disediakan jawaban untuk mengetahui

tingkat pengetahuan perawat dan pelaksanaan komunikasi terapeutik

terhadap pasien.
4.6 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti menggunakan lembar

kuesioner terhadap pengeetahuan komunikasi perawat. Kemudian data

yang telah terkumpul diperiksa ulang untuk menetahui kelengkapan isinya.

Setelah data lengkap , data dikelompokkan dan ditabulasi berdasarkan

subvariabel yang telah diteliti kemudian dilakukan analisa data.

4.8 Analisa Data

Data yang terkumpul diperiksa ulang untuk mengetahui

kelengkapannya kemudian dikelompokkan dan ditabulasi berdasarkan

subvariabel yang diteliti kemudian diajukan dalam bentuk deskriptif.

Anda mungkin juga menyukai