Nama Anggota :
1. Tya Dea Aulia (202002010021)
2. Irmalia Apriyantika (20200201002148)
3. Mei Herlina (202002010063)
KELAS : 2A D3 KEPERAWATAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluaga, atau komunitas,
perawat sangat memerlukan keterampilan dan tanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya
dalam praktik keperawatan, dimana inti dari tangung jawab tersebut adalah berarti keadaan yang
dapat dipercaya dan dipercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional
menampilkan kinerja secara hati – hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien
merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memilki kemampuan, pngetahuan dan
keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya. ( Jurnalmahasiswa.hangtuah.ac.id)
Komunikasi merupakan suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan
pengolahan pesan yang terjadi didalam diri seorang dan atau diantara dua atau lebih dengan
tujuan tertentu. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan atau diranang
untuk terapi. Seorang perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya
melalui terapi komunikasi. (Nunung Nurhasanah. 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dalam komunikasi terapeutik ini Effendy (2002) berpendapat bahwa komunikasi terapeutik
bertujuan untuk :
a. Realisasii diri, maksudnya yaitu melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi
perubahan pada diri klien.
b. Kemmpuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling
bergantung dengan orang orang lain. Melalui komunikasi terapeutik , klien
diharapkan mau menerima dan diterima oleh orang lain.
c. Peningkatan fungsi dan untuk meuaskan kebutuhan serta mencapai kebutuhan yang
realistis. Terkadang klien mendapatkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya.
d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri identitas personal
disini termasuk status, peran, jenis dan jenis kelamin.
3
e. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindkan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
pada hal yang diperlukan
f. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
g. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
2. Tujuan Khusus
Komunikasi terapeutik dilakukan oleh tenaga medis kepada pasien untuk membantu
permasalahan yang dihadapi pasien. Oleh karena itu tenaga medis harus menguasai kecerdasan
linguisti agar pasien merasa nyaman terhadap apa yang dilakukan oleh tenaga medis.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi.
Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya
melalui komunikasi, (Suryani 2005). Menurut Purwanto yang dikutip oleh (Mundakir 2006),
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien, (Siti
Fatmawati 2010).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien, Indrawati, dalam (Siti Fatmawati, (2010).
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang dilakukan seorang perawat dengan teknik-teknik tertentu yang mempunyai efek
penyembuhan. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk membina hubungan
saling percaya terhadap pasien dan pemberian informasi yang akurat kepada pasien, sehingga
diharapkan dapat berdampak pada perubahan yang lebih baik pada pasien dalam menjalanakan
terapi dan membantu pasien dalam rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap
perawatan.
5
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih
positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
Pertama, realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri. Melalui
komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang tadinya tidak
biasa menerima apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan
perawat akan mampu menerima dirinya.
Kedua, kemampuan membina hubungan interpersonal dan saling bergantung dengan orang
lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain.
Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat
meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya.
Ketiga, peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya.
Keempat, rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Identitas personal
disini termasuk status, peran, dan jenis kelamin. Klien yang mengalami gangguan identitas
personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui
komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas
dirinya dan identitas diri yang jelas. Dalam hal ini perawat berusaha menggali semua aspek
kehidupan klien di masa sekarang dan masa lalu. Kemudian perawat membantu meningkatkan
integritas diri klien melalui komunikasinya dengan klien, (Suryani 2005).
6
C. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Menurut (Suryani 2000), ada beberapa prinsip dasar yang harus dipaham dalam membangun
dan mempertahankan hubungan yang terapeutik:
Pertama, hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan. Hubungan ini didasarkan pada prinsip” humanity of nurse and clients”. Kualitas
hubungan perawat-klien ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan dirinya sebagai
manusia. Hubungan perawat dengan klien tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong
dengan kliennya tetapi lebih dari itu, hubungan antar manusia yang bermartabat.
Kedua, perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai karakter yang
berbeda-beda, karena itu perawat perlu memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat
perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan tiap individu.
Ketiga, semua komuikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
Keempat, komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan
masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi
terapeutik.
7
harus memiliki tanggung jawab moral tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih
sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk kesembuhan pasien.
Menurut Addalati, dalam Abdul Nasir (2009) menambahkan bahwa seorang beragama,
perawat tidak dapat bersikap tidak peduli terhadap orang lain dan adalah seorang pendosa
apabila perawat mementingkan dirinya sendiri.
8
F. Elemen pesan yang dapat menentukan keberhasilan komunikasi, juga harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
9
4. Perawat menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan yang khusus untuk memberi
pengertian dan merubah prilaku klien.
5. Perawat harus menghargai keunikan klien.
6. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri.
Komunikasi pada dewasa awal mengalami puncaknya pada kematangan fisik, mental dan
kemampuan social mencapai optimal.Peran dan tanggung jawab serta tuntutan social telah
membentuk orang dewasa.melakukan komunikasi dengan orang lain, baik pada setting
professional ketika mereka bekerja atau pada saat mereka berada di lingkungan keluarga dan
masyarakat umum.
Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa telah mencapai tahap optimal,
baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Kemampuan untuk mengembangkan komunikasi
(sebagai media transfer informasi). Dalam menguasai pesan yang diterima, individu dewasa
tidak hanya melihat isi pesan, tetapi juga mempersiapkan pesan tersebut dengan lebih baik serta
menciptakan hubungan antar pesan yang di terima dengan konteks atau situasi pesan tersebut
disampaikan.Pesan yang diterima individu dewasa kadang kala dipersepsikan bukan hanya dari
10
konteks isi pesan, tetapi lebih kompleks lagi disesuaikan dengan situasi dan keadaan yang
menyertai. Contoh: “sayang…” dari sepenggal kata tersebut ketika diungkapkan dengan nada
datar, akan memberi kesan yang menyesalkan.
KASUS
Seorang pasien wanita berusia 35 tahun dirawat di RSUD Ashari Pemalang dengan diagnosa
medis diabetes mellitus. Pasien sudah melakukan diit dan sudah diberikan tindakan pemberian
obat insulin secara intravena. Saat sore pasien mengatakan badan masih terasa lemas dan kaki
sering kesemutan.
Pembagian peran
Perawat : Mei Herlina
11
Kameramen : Irmalia Apriyantika
Percakapan/ dialog
Tahap persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum berinteraksi dengan
klien. Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangannya. Pada tahap ini perawat juga mencari informasi tentang klien. Tahap ini harus
dilakukan oleh seorang perawat untuk memahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan
meyakinkan dirinya bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien. Tahap ini perawat
melakukan persiapan dan pengecekan alat GDS yang akan digunakan.
Perawat : Assalamu’alaikum, Ibu.
Pasien : Wa’alaikumsalam,,
Perawat :Ibu, perkenalkan Saya perawat Mei Herlina biasa dipanggil suster Mey. Saya
bertugas pada shift siang dari jam 14.00 sampai jam 20.00. Jika ibu butuh bantuan
ibu bisa menghubungi saya. Baik dengan ibu siapa ya ?
Pasien : Ibu Latifa
Perawat : Ibu Latifa... bisa saya lihat gelangnya ya bu.. Ibu umur berapa bu?
Pasien : 35 tahun sus
Perawat : Baik 35 tahun sudah sesuai dengan gelangnya ya bu. Baik ibu kedatangan saya
kemari adalah akan melakukan tindakan pengukuran gula darah pada ibu. Untuk
prosedurnya nanti ibu akan saya ambil sampel darahnya lalu saya letakkan di alat
nanti alat itu akan menghitung berapa kadar gula darah pada ibu. Tujuannya sendiri
agar mengetahui apakah kadar gula darah ibu sudah turun atau belum karena
12
kemarin gula darah ibu tinggi ya bu. Untuk waktunya sendiri kurang lebih butuh
waktu 5 menit. Bagaimana apakah ibu bersedia ?
Pasien : Bersedia sus..
Perawat : Alhamdulillah. Baik ibu, sebelum saya cek kadar gulanya, bagaimana keadaan ibu
hari ini?
Pasien : Sudah agak mendingan sus. Tapi masih lemas dan masih sedikit pusing.
Perawat : baik jika seperti itu saya akan mulai memeriksa gula darah ibu.
Pasien : Iya baik sus.
Perawat : Apakah ibu sudah siap?
Pasien : Sudah sus.
Perawat : Sebelum saya mulai apakah ada pertanyaan ibu?
Pasien : Tidak ada sus.
3. Fase kerja
13
4. Tahap terminasi
14
banyak tapi pada umumnya yang dirasakan penderita diabetes seperti itu.
(Menawarkan informasi) Makanya tadi saya sudah mengatakan kepada ibu agar
menjaga makanan yang ibu makanya tujuannya supaya kadar gula darah ibu stabil.
Pasien : Iya sus, terima kasih ya
Perawat : Iya sama-sama ibu ada yang ingin ditanyakan lagi ibu?
Pasoien : Tidak sus
Perawat : Baik kalau tidak ada yang ingin ditanyakan lagi. Jadi, sudah 5 menit saya
menemani ibu mengecek dan membahas mengenai gula darah ya bu. (Meringkas)
Semoga ibu dapat memahaminya dan dapat melaksanakan saran saya tadi untuk
tetap menjaga pola makan ibu.
Pasien Siap sus, insya Allah akan saya laksanakan saran dari suter Mey saya mohon
pamit. Jika ibu membutuhkan keperluan atau ada yang kurang jelas, ibu bisa
menghubungi saya atau perawat jaga yang lain di ruang keperawatan atau bisa
menekan bel di samping ranjang ibu. Seperti itu...Senang bisa membantu ibu,
semoga lekas sembuh ya ibu. Assalamualaikum ibu
Pasien : Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.
Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif
komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Pada orang dewasa, mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang lama
menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. oleh sebab itu perlu
kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan
efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang mencoba untuk
menerapkan model konsep kornunikasi yang tepat pada klien dewasa.
B. Saran
Diharapkan kepada dosen pengampu agar lebih banyak memberikan materi tentang
komunikasi terapeutik yang akan mempermudah dalam proses pembelajaran. Dan semoga
dengan adanya makalah ini dapat lebih membantu mahasiswa dalam tambahan referensi
mengenai komunikasi terapeutik.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://bigbossehat.blogspot.com/2017/01/role-play-komunikasi-terapeutik-pada.html?m=1
http://ifkanurulatifah.blogspot.com/2015/10/komunikasi-terapeutik-pada-pasien-dewasa.html?m=1
17