Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Disusun oleh :

Nama : Fina Patriana

NIM : P07120419011

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI SARJANA TERAPAN PROFESI NERS

TA. 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan, maupun isi materi makalah ini masih banyak
kekurangan. Sehingga penulis mengharapkan bagi setiap pembaca untuk menyampaikan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah ke depannya.

Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi siapa saja yang sempat membaca atau
mencermatinya.

Kopang, 30 Maret 2020

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................2

Daftar Isi...............................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan .......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Komunikasi Terapeutik............................................................................5


2. Kegunaan Komunikasi Terapeutik.............................................................................5
3. Tujuan Komunikasi Terapeutik..................................................................................6
4. Sikap Perawat Dalam Berkomunikasi........................................................................6
a. Sikap (kehadiran) secara fisik..............................................................................6
b. Sikap (kehadiran) secara psikologis (Dimensi respon & Dimensi tindakan)......7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................................9
B. Saran...........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan orang lain agar dapat bertahan
hidup. Untuk dapat membina hubungan dengan orangg lain, maka butuh komunikasi
sebagai alat untuk berinteraksi. Komunikasi dapat mempengaruhi perilaku dan sikap
seseorang. Pada proses keperawatan, komunikasi menjadi sangat penting karena
merupakan faktor penentu dalam keberhasilan memberikan asuhan keperawatan
kepada klien. Oleh karena itu, seorang perawat perlu mempelajari konsep dasar
komunikasi sebagai dasar ilmu bagi perawat untuk melakukan pendekatan kepada
klien dalam asuhan keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi terapeutik?
2. Apa saja kegunaan komunikasi terapeutik?
3. Apa saja tujuan komunikasi terapeutik?
4. Bagaimana sikap perawat dalam berkomunikasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui kegunaan komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui tujuan komunikasi terapeutik
4. Untuk mengetahui sikap perawat dalam berkomunikasi

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan
klien. Dalam pengertian lain mengatakan komunikasi terapeutik adalah proses yang
digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien.
Berikut pengertian komunikasi terapeutik dalam keperawatan menurut beberapa ahli,
antara lain :
a) Komunikasi terapeutik adalah kemampuan perawat dalam membantu klien
untuk dapat beradaptasi dengan stres yang dialaminya. Serta mengatasi
gangguan psikologis, dan belajar untuk berhubungan baik dengan orang lain
(Northouse, 1998).
b) Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan
pasiennya. Dimana dalam hubungan ini, perawat dan klien bersama-sama
belajar untuk memperbaiki pengalaman emosional klien (Stuart G.W, 1998).
c) Hubungan terapeutik merupakan sebuah hubungan kerjasama. Hubungan ini
ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman
antara perawat dan pasien untuk membina hubungan intim yang terapeutik
(Sundeen, 1990).
d) Komunikasi terapeutik merupakan pengalaman interaktif antara perawat dan
pasien yang didapatkan secara bersama melalui komunikasi. Komunikasi
disini bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang pasien hadapi (Mahmud
Machfoedz, 2009).
e) Komunikasi terapeutik berfokus pada klien dalam memenuhi kebutuhan klien,
serta memiliki tujuan spesifik, dan batas waktu yang ditetapkan bersama. Dan
merupakan hubungan timbal balik saling berbagi perasaan yang berorientasi
pada masa sekarang (Wahyu Purwaningsih dan Ina Karlina, 2010).

2. Kegunaan atau Fungsi Komunikasi Terapeutik


Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja
sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat
berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Selain itu, fungsi komunikasi terapeutik adalah membantu perawat untuk memperjelas
dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang
efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri
sendiri. Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi
oleh kualitas hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan

5
dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial
biasa.

3. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Berikut rincian tujuan dilakukannya komunikasi terapeutik, yaitu :
 Terjadinya perubahan dalam diri pasien dalam bentuk kesadaran diri serta
penerimaan diri yang diikuti peningkatan akan penghormatan diri, sehingga
pasien terhindar dari rasa stress dan depresi akibat penyakit kronis yang
dideritanya.
 Mendorong dan menganjurkan terjalinnya kerjasama antara perawat dengan
pasien.
 Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik serta diri pasien
sendiri.
 Pasien belajar bagaimana meneriman dan diterima orang lain, sehingga
memiliki kemampuan dalam membina hubungan interpersonal yang tidak
superficial serta saling bergantung.
 Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji
masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.

4. Sikap Perawat dalam Berkomunikasi


Sikap sebagai kehadiran perawat dalam berkomunikasi agar terapeutik untuk klien
mempunyai peran yang penting untuk tercapainya tujuan komunikasi/dan dimensi
tindakan (Stuart & Laraia, 1998).
Sikap (kehadiran) yang harus ditunjukkan perawat dalam berkomunikasi terapeutik
ada 2 yaitu :
a. Sikap (Kehadiran) secara Fisik
Sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi
komunikasi yang terapeutik yaitu :
1) Berhadapan
Posisi berhadapan berarti bahwa dalam komunikasi perawat harus
menghadap ke klien, tidak boleh membelakangi atau duduk menyamping.
Sikap ini harus dipertahankan pada saat kontak dengan klien. Dengan
posisi ini maka perawat dapat melihat secara jelas apa yang tampak secara
verbal maupun non verbal klien. Arti posisi ini adalah “ saya siap
membantu anda.”
2) Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan
menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3) Membungkuk ke arah klien
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan
sesuatu.

6
4) Mempertahankan sikap terbuka
Selama berkomunikasi, perawat tidak melipat kaki atau tangan karena
sikap ini menunjukkan keterbukaan perawat dalam berkomunikasi.
5) Tetap relaks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberikan respon pada klien.
6) Berjabat tangan
Menunjukkan perhatian dan memberikan kenyamanan pada pasien serta
penghargaan atas keberadaannya. Berjabat tangan juga dapat memberikan
kesan keakraban dan kedekatan antara perawat dan klien.

Disamping sikap fisik di atas, sikap terapeutik yang dapat teridentifikasi


melalui perilaku non verbal perawat yang mungkin terjadi secara tidak
disadari yaitu :
 Isyarat vokal, misalnya ; tekanan suara, kualitas suara, tertawa, irama,
dan kecepatan bicara.
 Isyarat tindakan, misalnya ; semua gerakan tubuh, termasuk ekspresi
wajah dan sikap tubuh.
 Isyarat objek, misalnya ; pakaian dan benda pribadi lainnya.
 Ruang, misalnya ; kedekatan hubungan antara dua orang yang
tergantung pada norma-norma sosial budaya yang dimiliki.
 Sentuhan.

b. Sikap (kehadiran) secara psikologis (Dimensi respon & Dimensi tindakan)


Selanjutnya dalam berkomunikasi dengan klien, mulai awal sampai akhir
hubungan perawat perlu menunjukkan sikap (kehadiran) secara psikologis
dengan cara mempertahankan dimensi respon dan dimensi tindakan seperti di
bawah ini :
 Sikap dalam Dimensi Respon
1) Ikhlas (Genulness)
Perawat menyatakan dan menunjukkan sikap keterbukaan jujur, tulus
dan berperan aktif dalam berhubungan dengan klien. Perawat berespon
tidak dibuat-buat dan mengekspresikan perasaan yang sesungguhnya
secara spontan.
2) Menghargai
Perawat menerima klien apa adanya. Sikap tidak menghakimi, tidak
mengejek, tidak mengkritik maupun tidak menghina, harus
ditunjukkan oleh perawat melalui misalnya duduk diam menemani
klien ketika klien menangis, bersedia menerima permintaan klien
untuk berdiskusi atau bercerita tenteng pengalaman, bahkan termasuk
minta maaf atas ucapan dan perilaku perawat yang menyinggung
klien.

7
3) Empati (Empathy)
Merupakan kemampuan perawat untuk memasuki pikiran dan
perasaan klien, sehingga dapat merasakan apa yang sedang dirasakan
dan dipikirkan klien. Melalui rasa empati perawat dapat
mengidentifikasi kebutuhan klien dan selanjutnya membantu klien
mengatasi masalahnya.
4) Konkrit
Perawat menggunakan kata-kata yang spesifik, jelas, dan nyata untuk
menghindari keraguan dan ketidakjelasan penyampaian.

 Sikap dalam Dimensi Tindakan


1) Kesegaran
Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan pada dan digunakan
untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya.
Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan
membantu dengan segera.
2) Keterbukaan perawat
Tampak ketika perawat memberikan informasi tentang diri, ide, nilai,
perasaan dan sikapnya sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, proses
belajar, katarsis, atau dukungan klien. Melalui penelitian yang
dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh Stuart dan Sundieen, 1987,
h.134) ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-
klien menurunkan tingkat kecemasan perawat klien.
3) Katarsis emosional
Klien didorong untuk membicarakan hal-hal yang sangat
mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik. Dalam hal ini
perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan
masalahnya. Jika klien mengalami kesulitan mengekspresikan
perasaannya, perawat dapat membantu dengan mengekspresikan
perasaanya jika berada pada situasi klien.
4) Bermain peran
Membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan
klien ke dalam hubungan antara manusia dan memperdalam
kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain ; juga
memperkenankan klien untuk mencobakan situasi yang baru dalam
lingkungan yang aman.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaannya
diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutuk. Hal lain yang cukup penting
diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan faktor penunjung
yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan
terapeutik.

B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya komunikasi
terapeutik dalam proses keperawatan. Khususnya bagi pembaca yang berprofesi
sebagai mahasiswa perawat, seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat
berkomunikasi yang baik sehingga dapat menjalin kerjasama dengan pasien dalam
melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien
serta berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di
lingkungan kerja.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sarfika, Rika dkk. (2018). Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi Terapeutik Dalam
Keperawatan. Padang : Andalas University Press.

Anjaswari, Tri. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Komunikasi Dalam
Keperawatan. Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan.

10

Anda mungkin juga menyukai