Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PADA KELOMPOK, KELUARGA, MASYARAKAT

Dosen Pembimbing : Bapak Agus Mulyadi, S.Kep, Ns., MM

Disusun oleh kelompok :


1.Siti Muzdalifah
2. Meyana Safitri
3.Hafidhotun Khofifah
4.Sindhu Bayu Aji
5.Salsabila Ayu Wulandari
6.Hanifah Rindiani
7.Saskia Aulia Putri
8.Fitri Salmah
9.Khilatul Auliya
10.Ade Fitra Mutiara Caesar
11.Lina Vionita
12.Jesicha Mayang Agesti
13.Lifia Rosmerita

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D II KEPERAWATAN TEGAL
Jalan Dewi Sartika No.01 Rt.01, Rw.01, Debong Kulon, Kota Tegal
2019/2020
2.1 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keluarga, kelompok, dan masyarakat?
2. Apa ciri-ciri keluarga, kelompok, dan masyarakat?
3. Bagaimana bentuk komunikasi terapeutik pada keluarga, kelompok, dan
masyarakat?
4. Bagaimana langkah-langkah perawatan kesehatan keluarga, kelompok, dan
masyarakat?

3.1 Tujuan
1. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui pengertian keluarga, kelompok,
masyarakat.
2. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri keluarga, kelompok, dan
masyarakat
` 3. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui bentuk komunikasi terapeutik pada
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui Bagaimana langkah-langkah perawatan
kesehatan keluarga, kelompok, dan masyarakat.

4.1 Manfaat
Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk dijadikan sebagai bahan referensi
dan acuan mengenai komunikasi terapeutik terhadap keluarga, kelompok, dan masyarakat.
PENDAHULUAN

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian

dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar,

angka-angka dan lain-lain. (Barelson dan Steiner, 1964).

Komunikasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Komunikasi dibuat

untuk menyebarluaskan pesan kepada publik, mempengaruhi khalayak dan

menggambarkan kebudayaan pada masyarakat. Hal ini membuat media menjadi

bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan

berinteraksi yang bersifat antarpribadi, dipenuhi melalui kegiatan komunikasi

interpersonal atau antarpribadi. Sedangkan kebutuhan untuk berkomunikasi secara

publik dengan orang banyak, dipenuhi melalui aktivitas komunikasi massa.

Dengan demikian komunikasi menjadi unsur penting dalam berlangsungnya

kehidupan suatu masyarakat. Selain merupakan kebutuhan, aktivitas komunikasi

sekaligus merupakan unsur pembentuk suatu masyarakat. Sebab tidak mungkin

manusia hidup di suatu lingkungan tanpa berkomunikasi satu sama lain.

Sebagai salah satu komponen yang penting dalam keperawatan adalah

keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil setelah individu yang menjadi klien

dalam keperawatan (sebagai penerima asuhan keperawatan). Salah satu aspek

terpenting dari keperawatan keluargaadalah pemberian asuhan pada unit keluarga.

Keluarga besama dengan individu, kelompok, dan komunitas adalah klien

keperawatan. Menurut Burgess (1963) bahwa (1) keluarga terdiri dari orang-orang yang
disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, dan ikatan adopsi, (2) para anggota sebuah

keluarga biasanya hidup bersama dalam satu rumah tangga atau jika hidup secara
terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka, (3)

anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya dalam

peran social. Keluarga seperti suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak

perempuan, saudara dan saudari, (4) keluarga sama-sama menggunakan kultur yang

sama, yaitu kultur diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

Dalam kehidupan bersosial, kita sebagai manusia tidak dapat untuk tidak

berkomunikasi. Komunikasi seakan menjadi pengaruh dalam jasad sebuah kelompok.

Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi sukses atau gagalnya suatu

kelompok/komunitas bergantung pada komunikasinya. Seberapa intens dan efektif

suatu komunikasi dapat dibangun. Dalam komunikasi kelompok sering kali ada

kegiatan penting yang sangat menunjang keberhasilan kelompok tersebut.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang

berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama

lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy

Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi,

kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk

mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan

komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi

berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa

orang dalam suatu kelompok kecil masyarakat seperti dalam rapat, pertemuan,

konferensi, dan sebagainya. Definisi lain mengenai komunikasi kelompok adalah

suatu iteraksi dengan bertatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang

telah diketahui, seperti berbagi infomasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang
mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota

yang lain secara tepat. Ada pula komunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan
permasyarakatan

terutama pada bidang kesehatan sangat diperlukan untuk kegiatan seperti saat

melakukan penyuluhan pada masyarakat.

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah system semi tertutup,
dimana sebagian besar interaksi adalah antara individuindividu yang berada dalam kelompok
tersebut. Komunikasi masyarakat adalah proses penyampaian informasi kepada khalayak
massa dengan menggunakan saluran-saluran media massa. Jadi komunikasi masyarakat tidak
sama dengan media massa. Media massa hanyalah salah satu faktor yang membentuk proses
komunikasi masyarakat tersebut, yaitu sebagai alat atau saluran.

Kata kunci: komunikasi, keluarga, kelompok, masyarakat.


PEMBAHASAN

Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang berlangsung antar anggota

keluarga, suami dan istri, ayah dan anak, ibu dan anak, serta anak dan anak.

Dalam keluarga ada pula dibagi menjadi beberapa bentuk. Bentuk keluarga

menggambarkan perbedaan social, tingkah laku dan kultur, serta gaya hidup. Dalam

asuhan keperawatan, bentuk keluarga inti perlu diperhatikan, terutama dalam hal

pelaksanaan asuhan keperawatan.

Sussman et al menguraikan keluarga menjadi 7 bentuk:

1. Keluarga inti. Terdiri dari suami (pencari nafkah), seorang istri (ibu rumah

tangga), dan anak-anak.

2. Keluarga besar tradisional, adalah bentuk keluarga yang pasangan suami istri

sama-sama melakukan pengaturan dan belanja rumah tangga dengan orang

tua, sanak saudara, dan kerabat dalam keluarga tersebut

3. Keluarga dengan orang tua tunggal. Keluarga ini hanya memiliki satu kepala

rumah tangga, ayah atau ibu (duda/janda/belum menikah). Jumlah ibu remaja

yang tidak menikah akhir-akhir in cendrung meningkat karena berbagai

alasan antara lain kemiskinan dan pergaulan bebas (melahirkan di luas

pernikahan).

4. Individu dewasa yang hidup sendiri. Bentuk ini banyak terdapat di

masyarakat. Mereka hidup berkelompok, seperti dip anti wreda, tetapi ada

juga yang menyendiri. Mereka ini membutuhkan layanan kesehatan

professional karena tidak mempunyai sistem pendukung.

5. Keluarga dengan orang tua tiri. Menurut McCubbin dan Dahl (1985) orang
tua menghadapi 3 masalah yang paling menonjol, yaitu pendisiplinan anak,

penyesuaian diri dengan kepribadian anak, dan kebiasaan serta penerimaan

terhadap pemikatan hati.

6. Keluarga binuclear, merujk pada pada bentuk keluarga setelah cerai sehingga

anak menjadi anggota dari suatu system keluarga yang terdiri dari dua rumah

tangga inti. Ibu dan ayah dengan berbagai macam perbadaan diantara

keduanya, serta keterbatasan waktu yang digunakan dalam setiap sitem rumah

tangga.

7. Bentuk variasi keluarga nontradisional, meliputi bentuk keluarga yang sangat

berbeda satu sama lain, baik dalam struktur maupun dinamikanya.

Keluarga juga memiliki perannya tersendiri. Peran dalah seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan

satuan tertentu. Setiap anggota keluarga mempunya peran masing-masing. Ayah

sebagai pemimpin keluaga, pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, dan

pemberi rasa aman kepada anggota keluarga. Selain itu anggota

masyarakat/kelompok social tertentu. Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh,

pendidik anak-anak, pelindung keluarga, dan juga sebagai pencari nafkah tambahan

keluarga. Selain itu, sebagai anggota masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku

psikososial sesuai dengan perkembangan fisik mental, social, dan spiritual.

Selain peran, keluarga memiliki beberapa fungsi. Menurut Friedman dan

Undang-Undang No.10 tahun 1992, membagi fungsi keluarga menjadi 5, yaitu:

1. Fungsi efektif, berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan

dasar kekuatan keluarga. Fungsi efektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial. Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif,


peran dijalankan dengan baiak, dan penuh rasa kasih sayang.

2. Fungsi sosialisai. Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu

menghasilkan interaksi social, dan individu tersebut melaksanakan perannya

dalam lingkungan social. Keluarga merupakan tempet individu melaksanakan

sosialisai dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma budaya, dan

perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan

di dalam masyarakat.

3. Fungsi reproduksi. Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.

4. Fungsi ekonomi. Fungsi unruk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti

makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.

5. Fungsi perawatan keluarga. Keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan.

Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dan memberikan

asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah:

1. Keluaga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

2. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai

tujuan utama.

3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai

peningkatan kesehatan keluarga.

4. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, perawat

melibatkan peran sertaaktif seluaruh keluargadalam merumuskan masalah dan

kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.

5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif


dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.

6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan

sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan

keluarga.

7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara

keseluruhan.

8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan peawatan

kesehatan keluarga adalah pendekatan pemcahan masalah dengan

menggunakan proses keperawatan.

9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga

adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/

perawatan di rumah.

10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk risiko tinggi.

Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga ada beberapa

langkah yang harus dilakukan oleh perawat, sebagai berikut:

1. Membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga, dengan cara;

a. Mengadakan kontak dengan keluarga.

b. Menyampaikan maksud dan tujuan serta mint untuk membantu

keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan mereka.

c. Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhankebutuhan kesehatan yang


dirasakan keluarga.

d. Membina komunikasi du arah dengan lembaga.

2. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan

keluarga.
3. Menganalisa data keluarga ntuk menentukan masalah-masalah kesehatan dan

perawatan keluarga.

4. Menggolongkan masalah kesehatan keluarga, berdasarkan sifat masalah

kesehatan keluarga;

a. Ancaman kesehatan.

b. Keadaan sakit atau kurang sehat.

5. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk

melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.

6. Menentukan/menyusun skala proiritas masalah kesehatan dan keperawatan

keluarga, dengan mempertimbangkan;

a. Sifat masalah.

b. Kemungkinan masalah untuk diubah.

c. Potensi menghindari masalah.

d. Persepsi keluarga terhadap masalah.

7. Menyusun rencana asuhan keperawatan kesehatan.

8. Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan rencana

yang disusun.

9. Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan.

10. Meninjau kembali maslah keperawatan dan kesehatan yang belum dapat

teratasi dan merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan yang baru.

Selain pada keluarga tentunya komunikasi juga diterapkan pada suatu

kelompok. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara

beberapa orang dalam suatu kelompok kecil masyarakat seperti dalam rapat,

pertemuan, konferensi, dan sebagainya. Definisi lain mengenai komunikasi kelompok


adalah suatu iteraksi dengan bertatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan

tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi infomasi, menjaga diri, pemecahan

masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi

anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas

mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan

rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.

Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:

1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka.

2. Kelompok memiliki partisipan.

3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin.

4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama.

5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

Efektivitas kelompok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor situasional

atau karateristik kelompok dan faktor personal atau karateristik para anggota

kelompok. Faktor situasional meliputi: ukuran kelompok, jaringan komunikasi,

kohesi kelompok, dan kepemimpinan. Sedangkan faktor personal meliputi:

kebutuhan interpersonal, tindak komunikasi, dan peranan.

Ada 4 faktor situasional yang mempengaruhi efektifitas komunikasi

kelompok sebagai berikut:

1. Ukuran kelompok

Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok atau

performance bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh

kelompok. Sehubungan dengan hal tersebut, ada dua tugas kelompok, yaitu

tugas koaktif dan tugas interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing


anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada

tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara terorganisasi

untuk menghasilkan produk, atau keputusan.

2. Jaringan Komunikasi

Pada jaringan komunikasi model roda, seseorang (biasanya pemimpin)

menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota

kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan

pemimpinnya

3. Kohesi kelompok

Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi,

hubungan interpersonal yang akrab, kestiakawanan, dan perasaan “kita”

yang dalam. Kohesi kelompok merupakan kekuatan yang mendorong

anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya

meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok dapat diukur dari: keterikatan

anggota secara interpersonal antara satu sama lain, ketertarikan anggota

pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan sejauh mana anggota tertarik pada

kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya.

4. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi

kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah

faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok. Ada tiga

gaya kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan laissez faire.

Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan

sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi
kelompok.

Kelompok Primer dan Sekunder

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994)

mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggotaanggotanya


berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan

kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggotaanggotanya


berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

Kelompok Keanggotaan Dan Kelompok Rujukan

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan

(membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok

keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan

fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok

yang digunakan sebagai alat ukur (standar) untuk menilai diri sendiri atau untuk

membentuk sikap.

Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif,

fungsi normatif, dan fungsi perspektif.

Kelompok Deskriptif Dan Kelompok Preskriptif

John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi

dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok

dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran,

dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok

tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan

memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye


politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka

sebagai acara pokok.

Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh

anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright

mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar,

simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

Tidak hanya pada keluarga dan kelompok, penting untuk melakukan

komunikasi dengan masyarakat. Komunikasi kesehatan masyarakat adalah sebuah

pendekatan berbagai segi dan disiplin untuk menjangkau pendengar yang berbeda

dan membagi informasi kesehatan dengan tujuan mempengaruhi, melibatkan, dan

mendukung individu, komunitas, tenaga kesehatan, kelompok khusus, pembuat

kebijakan dan masyarakat untuk memperjuangkan, memperkenalkan, melakukan,

atau mempertahankan menjadi kebiasaan, praktis, atau kebijakan yang pada

akhirnya akan berdampak pada peningkatan hasil-hasil kesehatan.

Komunikasi tentu tidak dilakukan bukan tanpa tujuan. Selain menyampaikan

pesan, kegiatan komunikasi masyarakat memiliki tujuan lainnya, yakni sebagai

berikut:

1. Relay information – meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber

kepada pihak lain secara berangkai (hunting).

2. Enable informed decision making – memberi informasi akurat untuk

memungkinkan pengambilan keputusan.

3. Promote Healthy behavior – informasi untuk memperkenalkan hidup sehat.

4. Promote peer information exchange and emotional support – mendukung

pertukaran informasi pertama dan mendukung secara emosional pertukaran


informasi kesehatan.

5. Promote self care – memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri.

6. Manage demand for health service – memenuhi permintaan layanan

kesehatan.
KESIMPULAN

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian

dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar,

angka-angka dan lain-lain. (Barelson dan Steiner, 1964). Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal
di suatu tempat di

bawah satu atap dalam kadaan saling tergantung. Tujuan dari komunikasi terapeutik yaitu
supaya setiap anggota keluarga menjalankan peran dan fungsinya secara mandiri ataupun
bersama dengan anggota keluarga yang lain secara maksimal. Komunikasi kelompok adalah
komunikasi yang berlangsung antara

beberapa orang dalam suatu kelompok kecil masyarakat seperti dalam rapat,

pertemuan, konferensi, dan sebagainya. Dalam komunikasi kelompok ada prinsip

dasar, yang terdiri dari empat elemen yaitu elemen pertama interaksi dalam

komunikasi kelompok merupakan hal yang sangat penting, elemen yang kedua

adalah waktu, elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam

komunikasi kelompok, elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian

bahwa keanggotaan akan membantu individu dalam anggota kelompok dapat

mewujudkan satu atau lebih tujuannya.Pengaruh kelompok pada komunikasi yaitu

konformitas, fasilitasi sosial, polarisasi. Faktor yang mempengaruhi efektivitas

komunikasi kelompok yaitu ukuran kelompok, jaringan komunikasi, kohesi

kelompok, kepemimpinan. Bentuk-bentuk komunikasi kelompok yaitu kelompok

primer dan sekunder, kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan, kelompok

deskriptif dan kelompok presikriptif.

Komunikasi pada masyarakat dalam kesehatan hendaknya selalu mengalami


perubahan seiring perubahan lingkungan dan disesuaikan dengan keadaan

masyarakat dan pelaku atau komunikator hendaknya lebih variatif dan inovatif

dalam penyampaian pesan informasi kesehatan.

1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELUARGA

LANGKAH-LANGKAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM KELUARGA TENTANG


PERTOLONGAN PERTAMA PADA KLIEN DENGAN
PENYAKIT MAAG

1. PRA INTERAKSI
a. Mempersiapkan
- Topik : Pertolongan pada klien dengan penyakit maag
- Subtopik : Pertolongan pertama pada klien dengan penyakit maag
- Tujuan jangka panjang :
Setelah melakukan komunikasi terapeutik diharapkan keluarga klien dapat
melakukan pertolongan pertama pada anggota keluarganya yang terkena
penyakit maag.
- Tujuan jangka pendek :
1. Dapat menyebutkan definisi maag dengan benar
2. Dapat menyebutkan penyebab maag dengan benar
3. Dapat menyebutkan 4 cara pencegahan penyakit maag dengan benar
4. Mengetahui cara pencegahan penyakit maag dengan benar
5. Dapat membuat resep pengobatan penyakit maag dengan benar
- Sasaran : Keluarga pasien yang anggota keluarganya menderita
penyakit maag
- Tempat : Ruang Cempaka RSUD dr. Haryoto
- Waktu : 20 menit

Memahami buku sumber : materi terlampir


b. Karakteristik Klien
- Nama : Ny. Devy
- Umur : 30 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Riwayat penyakit : Klien adalah Istri dari Tn. Devy dan sebelumnya pernah
dirawat di Rumah Sakit dengan penyakit yang sama dan sekarang harus dirawat
lagi di RSUD dr. Haryoto
- Keadaan umum : Klien masuk RSUD dr. Haryoto dengan keadaan
penyakit maag dengan ditemukan tanda-tanda (nafas cepat, muka pucat, keadaan
menurun).

2. ORIENTASI

Perawat 1 : Selamat sore pak, perkenalkan saya perawat Arif. saya adalah perawat
yang jaga sore ini dari jam 3 sampai jam 8 malam, apakah bapak
suami dari ibu yang di rawat ini ?
Keluarga klien : Benar, saya suaminya mas.
Perawat 1 : Nama bapak siapa ?
Keluarga Klien : Bapak Khoirul Anam.
Perawat 1 : Bapak suka di panggil, dengan panggilan apa ?
Keluarga Klien : Panggil saja saya pak Anam.
Perawat 1 : Baik pak, oh ya sudah berapa kali istri bapak masuk RS dengan
penyakit seperti ini ?
Keluarga klien : Istri saya ini masuk RS dengan kasus penyakit maag adalah yang
ke-2 kalinya mas.
Perawat 1 : Begini saya ingin mengajak bapak untuk berdiskusi tentang
cara pertolongan pada orang menderita maag. Lama waktunya
kurang lebih 20 menit. Apakah bapak bersedia ?
Keluarga klien : Ya, saya bersedia mas.
Perawat 1 : Apakah bisa kita mulai sekarang ?
Keluarga klien : Ya, silahkan.
3. TAHAP KERJA

Perawat 1 : Bapak tahukah penyakit maag, kalau tahu apakah bapak bisa jelaskan
penyakit maag itu apa ?
Keluarga klien : Setahu saya penyakit maag adalah penyakit pada lambung
yang disebabkan karena telat makan.
Perawat 1 : Bapak benar, tapi ada yang perlu saya tambahkan bahwa
penyakit maag adalah rusaknya lapisan dinding lambung yang
disebabkan oleh sekresi asam lambung yang berlebihan oleh
sesuatu hal dengan gejala yang dapat sembuh sendiri.
Keluarga klien : Oh begitu.
Perawat 1 : Apakah bapak tahu penyebab dari maag?
Keluarga klien : Setahu saya penyebab maag karena telat makan bukan begitu mas ?
Perawat 1 : Ya, pak !
Penyebab maag adalah :
o 1. Waktu makan yang tidak teratur
o 2. Kalau makan tidak dikunyah dengan lembut
o 3. Bekerja terlalu keras dan kurang istirahat
o Pikiran yang terlalu tegang atau stres psikologis
Keluarga klien : Oh, begitu. Lalu bagaimana cara menghindari penyakit maag itu. ?
Perawat 1 o: Biasakan untuk makan secara teratur

 Jangan terlalu berlebihan mengkonsumsi makanan yang terlalu pedas


 dan asam. Hindari segala faktor yang dapat mengakibatkan stres
 dan tekanan batin.

Keluarga klien : Baru saya mengerti sekarang.


Perawat 1 : Pada waktu istri bapak menderita maag apa yang bapak lakukan ?
Keluarga klien : Memberi obat maag mas.
Perawat 1 : Sebenarnya tindakan bapak itu benar, tetapi bukan itu saja dan
perlu diperhatikan karena dalam memberi obat maag bila kurang
tepat dosis obat ataupun jenis obat yang sesuai dengan
penyebab maag bukannya akan menghentikan atau mengobati maag
tetapi bisa menyebabkan penyakitnya bertambah parah, sehingga
jika belum mengerti betul jangan coba-coba mengobati sendiri
sebaiknya dibawa berobat ke puskesmas, RS, atau dokter praktek.
Untuk tahap pertolongan pertama yang bisa ibu lakukan selain
memberikan obat anti maag agar penyakitnya tidak semakin parah
sambil menunggu di bawa ke puskesmas atau rumah sakit
berikan obat terlebih dahulu. Apakah bapak tahu apa obat yang
perlu diberikan pada penderita maag ?
Keluarga klien : Setahu saya obat anti maag mas.
Perawat 1 : Bapak memang benar tetapi ada resep yang lebih bisa mengobati
penyakit maag agar rasa nyerinya berkurang.
Perawat 1 : Apakah bapak tau apa resep itu ?
Keluarga Klien : Saya tidak pernah denger tentang resep penyakit maag.
: Bagaimana cara membuat itu mas ?
Perawat 1 : Jadi cara membuat dan memberikan resep pada pengobatan penyakit
maag adalah

a. Bahan-bahannya :
b. Beberapa buah bengkuang dan Seujung sendok teh garam.

b. Proses pembuatannya :
Buah bengkuang dikupas terlebih dahulu kemudian diparut dan
di peras usahakan sampai menghasilkan satu gelas ukuran 240cc-
250 cc, selanjutnya tambahkan garam kemudian aduk sampai rata
c. Dosis : dua kali satu gelas (pagi dan sore) sesudah makan.
Keluarga klien : Oh, begitu cara membuat dan memberikannya.?
Perawat 1 : Benar, bapak sudah mengerti atau ada yang perlu ditanyakan lagi
tentang pengobatan penyakit maag ini ?
Keluarga klien : Saya sudah mengerti dan untuk saat ini tidak ada lagi pertanyaan.
Perawat 1 : Karena bapak sudah mengerti cara pertolongan pada penderita maag
dan tidak ada lagi yang ditanyakan serta saya harus mengerjakan
tugas yang lain, maka diskusi kita akhiri sampai disini.
Keluarga klien : Terima kasih mas, jika lain waktu saya ada masalah yang belum
dimengerti tentang perawatan suami saya apakah boleh kita berdiskusi
lagi ?
Perawat 1 : Oh tentu, saya dengan senang hati akan membantu bapak,
selamat sore pak !. (tersenyum). Baik pak nanti kalau perlu bantuan
bisa cari atau hubungi saya atau perawat lain di ruang perawat.
Ya sudah pak trima kasih saya doakan supaya cepat sembuh istri bapak.

2. KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELOMPOK

A. Tujuan

Tujuan dari komunikasi kelompok adalah:

1. Membantu anggota kelompok berinteraksi dengan orang lain.


2. Membantu anggota kelompok merubah perilaku
Penggunaan komunikasi pada kelompok adalah pada saat perawat memberikan
pendidikan kesehatan pada sekelompok pasien/keluarga pasien ataupun pada kelompok
pendukung (support groups).

B. Contoh percakapan pada kelompok

Seorang perawat Puskesmas sedang melakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan pada

sekelompok pasien yang mengalami masalah halusinasi (kelompok pasien yang sudah

mengenal halusinasi dan sudah belajar cara mengontrol halusinasi). Tujuan pertemuan

kelompok berbagi pengalaman tentang penerapan cara mengontrol halusinasi.

a. Tahap pra interaksi

Sebelum bertemu dengan pasien saudara perlu mengevaluasi diri tentang

kemampuan yang saudara miliki. Jika saudara merasa tidak siap maka saudara

perlu membaca kembali, diskusi dengan teman sekelompok atau dengan tutor.

Jika saudara telah siap, maka saudara membuat rencana interaksi. Ada beberapa

hal yang perlu dilakukan pada tahap ini yaitu: evaluasi diri, penetapan perkembangan

interaksi dan rencana interaksi.


1) Evaluasi diri

Beberapa pertanyaan yang dapat membantu saudara mengevaluasi diri:

Apa pengetahuan yang saya miliki ?

Apa yang saya ketahui tentang latar belakang sosial budaya klien?

Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?

Bagaimana respons saya selanjutnya jika pasien diam, menolak, marah, atau

inkoheren?

Bagaimana pengalaman interaksi saya dengan klien?

Apakah ada kegagalan saya berinteraksi dengan pasien?

Bagaimana tingkat kecemasan saya?

Jika cemas ringan, laksanakan interaksi.

2) Penetapan perkembangan interaksi dengan klien.

Beberapa pertanyaan berikut dapat digunakan untuk menetapkan tahap perkembangan

interaksi dengan pasien.

- Apakah saat ini pertemuan/kontak pertama?

- Apakah pertemuan lanjutan?

- Apa tujuan pertemuan ini? Pengkajian / observasi / pemantauan / tindakan

keperawatan / terminasi?

- Apa tindakan yang akan saya lakukan? Bagaimana cara melakukannya?

3) Rencana interaksi

Tehnik komunikasi apa yang akan saudara ucapkan, kaitkan dengan tujuan melakukan

interaksi dengan klien. Hal ini berhubungan dengan tahapan interaksi yang akan

dilakukan.

Tehnik observasi apa yang perlu saudara lakukan selama berhubungan


dengan pasien. Apa langkah-langkah tindakan keperawatan yang akan saudara

lakukan sesuaikan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

b. Tahap Orientasi :

“Assalamu’alaikum. Selamat siang saudara-saudara sekalian. Bagaimana perasaaan

saudara-saudara pada hari ini ? Seperti janji kita minggulalu, hari ini kita bertemu untuk

membahas tentang pengalaman saudara menggunakan cara mengontrol suara-suara. Kita

akan bercakap-cakap selama 45 menit disini”.

c. Tahap Kerja :

“Baiklah saudara sekalian, sekarang masing-masing orang diminta untuk menceritakan

pengalaman menggunakan cara-cara mengontrol halusinasi yang telah dipelajari. Siapa

yang mau menyampaikan kegiatannya ?” (Kalau tidak ada pasien yang mau
menyampaikan, dibuat bergiliran). Apa cara yang telah saudara gunakan ? Bagaimana
hasilnya ? Bagus..!”

3. KOMIUNIKASI TERAPEUTIK PADA MASYARAKAT

Role play komunikasi keperawatan pada komunitas (masyarakat)

Tiga orang mahasiswa mengadakan penyuluhan tentang PHBS kepada anak-anak SD .


Mereka telah mengantongi izin dari Kepala Sekolah tersebut. Mereka menyiapkan semua
bahan dan peralatan yang akan digunakan kegiatan penyuluhan kesehatan di SD tersebut.
Kemudian mereka melakukan penyuluhan di SD tersebut. Lalu mereka masuk ke ruang kelas,
semua mahasiswa mempersiapkan alat dan bahannya sedangkan semua siswa duduk di
tempatnya masing-masing dengan tertib.
Mahasiswa 1 : Selamat pagi, adik-adik!
Semua Siswa : Selamat pagi, kakak!
Mahasiswa 1 : Bagaimana kabar kalian hari ini?
Semua Siswa : Baik, kak.
Mahasiswa 1 : Saya akan memperkenalkan diri saya dan teman-teman saya di sini.
Saya sendiri kak Debora . Di samping saya kak thari. Dan yang
terakhir kak Astika. Kami disini akan menyampaikan tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat. Baik untuk menyingkat waktu langsung saja
kita mulai. Kepada penyaji kami persilahkan.
Mahasiswa 2 : Saya akan memulai penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan
sehat serta cara mencuci tangan dengan baik dan benar supaya adik
adik tau tentang hal tersebut dan menambah pengetahuan adik-adik.
Di sini kak Astika dan kak thari akan menjelaskan tentang PHBS.
Silahkan kak thari terlebih dahulu menjelaskan.
Mahasiswa 3 : Baik, terima kasih. Adik-adik tau tidak apa itu PHBS?
Siswa : Tidaaaak
Mahasiswa 3 : oke, kami akan mulai menjelaskan PHBS
Materi
I. Pengertian
Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa,
guru, dan masyarakat lingkungan sekola agar tahu , mau , dan mampu mempraktikkan PHBS,
dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
II. Faktor Penyebab Menurunnya Kebersihan
1. Pencemaran lingkungan
Paparan asap yang pencemaran lingkungan dari berbagai proses kegiatan
pembangunan makin meningkat. Seperti makin meluasnya gangguan akibat paparan asap,
emisi gas buang sarana transportasi, kebisingan, limbah industri dan rumah tangga serta
gangguan kesehatan akibat bencana..
2. Perilaku buruk masyarakat
Menurunnya kebersihan perorangan seperti gosok gigi yang tidak baik dan benar,
kebiasaan cuci tangan yang tidak pakai sabundan tidak menggunakan air bersih mengalir,
tidak membuang sampah pada tempatnya.
Perilaku berisiko seperti merokok, perkelahian antar pelajar.
III. Dampak Menurunya Kebersihan
Menurunnya kebersihan lingkungan atau perorangan pada anak dapat mengakibatkan
timbulnya berbagai penyakit infeksi dan penyakit menular . Kasus infeksi seperti demam
berdarah dengue, diare, cacingan, infeksi saluran pernapasan akut,dan lain –lain.
IV. Cara Mengatasi Menurunnya Kebersihan
1. Buang sampah pada tempat nya
2. Mencuci dengan sabun dan air mengalir
3. Menjaga lingkungan di sekitar kita
4. Menjaga kebersihan badan
5. Tidak merokok dan menggunakan NAPZA
6. Tidak meludah sembarangan
7. Buang air kecil dan buang air besar pada jamban sehat
8. Tidak jajan sembarangan
Mahasiswa 2 dan 3 menjelaskan tentang PHBS.
Mahasiswa 3 : Apa ada yang ditanyakan adik-adik?
Semua siswa : Tidak
Mahasiswa 2 : Baik kalau begitu, sekarang kita peragakan cara cuci tangan yang
benar ya
Semua siswa : Iya kak
Mahasiswa 2 : Kita mulai ya. Siap?
Semua siswa : Siap kak
Mahasiswa 2 : Pertama basahi tangan dengan air, kemudian kita ambil sabun lalu
ratakan sabunnya. Gosok-gosok punggung tangan bergantian.
Kemudian bersihkan sela-sel jari tangan seperti ini. Selanjutnya
mengunci seperti ini lalu putar ibu jari. Kemudian kita bersihkan
kuku dan yang terakhir kita gosok pergelangan tangan. Lalu kita bilas
dengan air bersih.
Mahasiswa 3 : Ayo bisa ga adik-adik?
Siswa : Ulangi kak, masih bingung
Mahasiswa 3 : Baik ya kita ulangi sambil adik-adik ikut menirukan ya
Semua siswa ikut menirukan langkah-langkah cuci tangan
Mahasiswa 2 : Gimana? Mudah kan? Ayo siapa yang mau maju untuk memperagakan
seperti kakak-kakak tadi, nanti kita kasih hadiah loh..
Siswa : Aku aku kak
Salah satu siswa memperagakan cuci tangan di depan kelas.
Mahasiswa 2 : Pinter. Ini hadiah buat kamu adik manis
Siswa : Makasih kak
mahasiswa 2 : Sama-sama.
Mahasiswa 1 : Selanjutnya ada yang ingin bertanya?
Siswa : Saya kak saya. Kalo pake handsanitizer boleh ga kak?
Mahasiswa 3 : Iya, boleh. Tetapi mencuci tangan lebih baik yaa kan memakai air
mengalir
Mahasiswa 2 : Sekarang kita sudah tau cara cuci tangan yang baik dan benar. Adik
adik tau gak kapan kita harus mencuci tangan?
Siswa : Sebelum makan, sesudah makan
Mahasiswa 2 : 100 untuk kalian semua. Benar semua jawabannya. Ada lagi yang
tahu?
Mahasiswa 3 : Selain itu masih ada lagi loh seperti habis Buang Air Kecil dan
Buang Air Besar. Apa kalian mencuci tangan setelah BAK & BAB?
Siswa : Iya kakak!
Mahasiswa 3 : Bagus. Kalau begitu, adik-adik sudah mengerti tentang perilaku
hidup bersih dan sehat.
Mahasiswa 1 : Sekarang adik-adik sudah tau cara mencuci tangan yang baik dan
benar. Udah 1 jam kita disini dan mengetahui perilaku hidup bersih
dan sehat. Sekarang kakak-kakak pamit pulang ya. Terima kasih
perhatiannya
Semua siswa : Sama-sama kak.
Semua mahasiswa : Selamat siang adik-adik.
Semua siswa : Selamat siang kak.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. Zaidin (2006). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Effendy, Nasrul (1997). Dasar-Dasar Keperawata Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Djuarsa, sasa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka
Purwanto ,Heri. 1994. Komunikasi untuk Perawat. Jakarta : EGC.

Kariyoso.1994. Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat.Penerbit Buku Kedokteran EGC.

http://arippenky.blogspot.com/2015/04/komunikasi-terapeutik-pada-keluarga.html?m=1

https://dokumen.tips/documents/penerapan-komunikasi-terapeutik-pada-kelompok.html
https://angelachichi.wordpress.com/2015/06/19/komunikasi-pada-komunitas/

Anda mungkin juga menyukai