OLEH KELOMPOK 2 :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan. Makalah ini berisikan tentang DOKUMENTASI KOMPONEN PROSES
KEPERAWATAN “INTERVENSI, IMPLEMENTASI, EVALUASI”, diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang saya hadapi. Namun berkat
bimbingan dari Dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses keperawatan adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan secara
sistematis, teratur dan berkelanjutan untuk membantu klien/pasien mengatasi masalah keperawatan
yang dihadapinya melalui serangkaian intervensi berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Proses
tersebut meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan dan evaluasi.
Pendokumentasian proses keperawatan sangatlah penting dalam menjaga kualitas dan kontinuitas
pelayanan keperawatan. Untuk itu dokumentasi dalam setiap tahapan proses keperawatan yang terdiri
dari pengkajian, penentuan diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi perlu dipelajari dengan
baik, agar pencatatan asuhan perawatan dapat terjamin.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah yang di maksud dengan Dokumentasi Komponen Proses Keperawatan, Intervensi,
Implementasi, dan Evaluasi ?
C. TUJUAN
Mengetahui apa yang di maksud dengan Dokumentasi Komponen Proses Keperawatan, Intervensi,
Implementasi, dan Evaluasi, dan dapat melakukan dokumentasi keperawatan dengan baik dan benar.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Dokumentasi dalam pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam pelayanan keperawatan yang komprehensif. Kualitas pelayanan tim keperawatan dapat
diukur melalui kelengkapan dokumen perawatan yang ada. Mengingat pentingnya
dokumentasi keperawatan dalam menjamin terselenggaranya pelayanan keperawatan yang
komprehensif, maka pada kegiatan belajar ini akan Anda pelajari beberapa model
dokumentasi, yang dalam pelaksanaannya penggunaan model ini didasarkan pada
karakteristik tatanan pelayanan yang diharapkan. Model pendokumentasian adalah merupakan
cara menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses asuhan. Dalam Topik ini akan
dibahas 5 (Lima) model dokumentasi yang dapat digunakan di dalam sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia yaitu SOR (Source-Oriented Record), POR (Problem-Oriented
Record), CBE (Charting By Exception),PIE (Problems Interventionand Evaluation) dan
Focus.
Rangkaian kegiatan proses keperawatan yang sangat penting dan tidak boleh ditinggalkan
adalah penulisan dokumentasi sebagai pertanggungjawaban perawat terhadap kinerja profesional yang
dilaksanakan. Dalam proses penyusunan standar dokumentasi harus memperhatikan tiga komponen
penting sebagai pedoman. Komponen yang digunakan mencakup tiga aspek yaitu:
1. Komunikasi.
2. Proses keperawatan.
3. Standar keperawatan.
A. Komponen Dokumentasi
1. Komunikasi
Data klien meliputi data subyektif dan data obyektif pada saat klien masuk rumah Sakit atau
kontak dengan pelayanan keperawatan.
d. Penulisan catatan menggambarkan suatu kreatifitas.
Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi
yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar
dokumentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas
dokumentasi keperawatan. Fakta tentang kemampuan perawat dalam pendokumentasian
ditunjukan pada ketrampilan menuliskan sesuai dengan standar dokumentasi yang
konsisten, pola yang efektif, lengkap, dan akurat.
Dokumentasi yang didokumentasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk :
a. Membantu koordinasi asuhan keperwatanyang diberikan oleh tim kesehatan.
b. Mencegah informasi yang berulang terhadap klien atau anggota tim kesehatan atau
mencegah tumpang tindih bahkan sama sekali tidak di lakukan untuk mengurangi kesalahan
dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.
c. Membantu tum perawat dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.
Sebagai upaya untuk melindungi klien terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang
diterima dan perlindungan keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat
diharuskan mencatat segala hal yang dilakukan terhadap klien. Hal ini penting berkaitan dengan
langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan klien terhadap pelayanan yang diberikan dan
kaitannya dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat
digunkan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pelayana yang diterima secara hukum.
Data statistik dari dokumentasi keperawatan dapat membantu merencanakan kebutuhan dimasa
mendatang, baik SDM, sarana, prasarana teknis.
Dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu
para siswa keperawatan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk
mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktek lapangan.
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal
ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan keperawatan yang diberikan,
sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan yang aman,
efektif dan etis.
Dengan dokumentasi akan didpatkan data yang aktual dan konsiten mencakup seluruh kegiatan
keperawatan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses keperawatan.
Kegunaan dokumentasi keperawatan
1) SOR
PengertianSistem model pendokumentasian ini berorientasi pada sumber informasi.
Dokumentasi ini memungkinkan setiap anggota tim kesehatan membuat catatannya sendiri
dari hasil observasi. Hasil pengkajian tersebut dikumpulkan menjadi satu. Setiap anggota
dapat melaksanakan aktifitas profesionalnya secara mandiri tanpa tergantung dengan tim
kesehatan lainnya. Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang
mengelola pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, dokter
menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan
penyakit, perawat menggunakan catatan keperawatan, begitu pula disiplin lain mempunyai
catatan masing-masing.2. KomponenCatatan berorientasi pada sumber terdiri dari beberapa
komponen, yaitu:a.lembar penerimaan berisi biodata.b.catatan dokter.c.riwayat
medik/penyakit.d.catatan perawat.e.catatan dan laporan khusus.f.formulir grafik.g.format
pemberian obat.h.format catatan perawat.i.riwayat
penyakit/perawatan/pemeriksaan.j.perkembangan pasien.k.format pemeriksaan laboratorium,
x-Ray, dll.l.Formulir masuk RS.m.Formulir untuk operasi yang ditandatangani oleh
pasien/keluarga.
Contoh format SOR
Tanggal Waktu Sumber Catatan Perkembangan
Tanggal/ Waktu Perawat Meliputi:
bulan/ tindakan (1) pengkajian
tahun
(2) identifikasi masalah,
(3) perlunya rencana tindakan,
(4) rencana segera,
(5) intervensi,
(6) penyelesaian masalah,
(7) evaluasi efektifitas tindakan, dan
(8) hasil.
Tanda tangan perawat.
Dokter Meliputi observasi keadaan pasien,
evaluasi kemajuan, identifikasi masalah
baru dan peneyelesaian lainnya, rencana
tindakan dan pengobatan terbaru.
Tanda tangan dokter.
Fisioteraphy atau Meliputi hal-hal yang perlu
Ahli gizi dilakukan fisioterapi, masalah
pasien, rencana, intervensi dan
hasil.
Tanda tangan fisioterapis
2. Kerugian
a. Risiko data yang terfragmentasi karena pencatatan dibuat tidak berdasarkan
urutan waktu.
b. Data yang terdokumentasi kadang-kadang lebih sulit mencari data sebelumnya,
tanpa harus mengulang pada awal.
c. Dokumentasi bersifat superficial tanpa data yang jelas.
d. Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah
dan tindakan kepada klien.
e. Pelaksanaan asuhan keperawatan memerlukan waktu lebih lama.
f. Perkembangan status kesehatan klien sulit di monitor.
2) POR
Model dokumentasi ini merupakan pengembangan dari dokumentasi model SOR.
Dokumentasi ini merupakan alat yg efektif guna mendokumentasikan sistem pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada klien. Pendokumentasian ini memungkinkan digunakan oleh
multidisplin tenaga kesehatan dengan pendekatan pemecahan masalah. Model
pendokumentasian ini mengarahkan pada ide dan pemikiran anggota tim, sehingga masing-
masing anggota tim bisa saling mengemukakan pandangannya dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada klien. Model ini juga memudahkan dalam perencanaan tindakan
keperawatan dan memungkinkan antar anggota tim kesehatan saling berkomunikasi dengan
baik.
Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun menurut
masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah
yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam
pemberian layanan kepada klien. Penekanannya tidak pada siapa yang memberi pelayanan,
tetapi pada masalah untuk apa asuhan kesehatan klien itu diberikan.
Berikut ini beberapa istilah yang berhubungan dengan sistem pendokumentasian model
ini adalah:
a. PORS : Problem Oriented Record System, biasa dikenal sebagai model dokumentasi
yang berorientasi pada masalah.
b. POR : Problem Oriented Record.
c. POMR : Problem Oriented Medical Record.
d. PONR : Problem Oriented Nursing Record, yaitu metode untuk menyusun data pasien
yang diatur untuk mengidentifikasikan masalah keperawatan dan medik yang
dialami oleh klien.
1. Komponen Model
Komponen model dokumentasi POR terdiri dari 4 (empat) komponen meliputi data
dasar, daftar masalah, daftar awal rencana asuhan dan catatan perkembangan (progress note).
a. Data Dasar
Data dasar merupakan data yang diperoleh dari hasil pengkajian saat pasien pertama
kali masuk rumah sakit. Data dasar pengkajian keperawatan meliputi riwayat
kesehatan/perawatan sebelumnya, pemeriksaan fisik keperawatan, diet dan pemeriksaan
penunjang, seperti foto rontgent, hasil laboratorium. Berdasarkan data yang diperoleh dari
data dasar ini dijadikan dasar untuk menentukan masalah klien.
b. Daftar Masalah
Daftar masalah berisi data yang telah diidentifikasi dari data dasar yang dikategorikan
sebagai masalah. Data masalah di susun secara kronologis sesuai dengan hasil identifikasi
masalah prioritas. Data disusun pertama kali oleh tenaga kesehatan yang pertama kali bertemu
klien atau orang yang diberi tanggung jawab. Pengkategorian data dikelompokkan
berdasarkan masalah fisiologis, psikologis, sosio kultural, spiritual, tumbuh kembang,
ekonomi dan lingkungan. Daftar ini berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah
diberi tanggal, nomor, dirumuskan dan dicantumkan nama orang yang menemukan masalah
tersebut.
Contoh:
Diidentifikasi
Tgl No Masalah Klien Keterangan
oleh
1A Pasien Tn. Andi menderita CVA yang Dr. Doel
berakibat hemiplegia kanan dan lemah
pada sisi kanan tubuh, wajah tidak
simetris.
1B Defisit asuhanmandiri Ns. Rahma
1C (kebersihan tubuh, eliminasi, makan). Ns. Aini Ns.
1D Gangguan mobilitas fisik Inkontinensia Nunuk Dr.
total Disfasia progresif. Basuki Ns.
2 Gangguan penyesuaian sehubungan Titik
dengan stresor kehidupan dan dukungan
sosial yang kurang.
a. Daftar Awal Rencana Asuhan
Rencana asuhan keperawatan disusun berdasarkan daftar prioritas masalah dan di
tuliskan pada rencana asuhan keperawatan. Bilamana terdapat tindakan kolaborasi maka
dokter akan menuliskan instruksinya pada catatan medis, kemudian diterjemahkan oleh
perawat untuk dituliskan pada rencana perawatan.
b. Catatan Perkembangan (Progress Notes)
Catatan perkembangan berisikan tentang kemajuan yang dialami oleh klien pada setiap
masalah kesehatan yang dialaminya. Setiap tim kesehatan yang terlibat merawat klien
memberikan laporannya pada lembar catatan perkembangan yang sama, disusun sesuai
dengan profesionalnya masing-masing. Berikut ini beberapa catatan perkembangan yang
dapat digunakan antara lain:
1) SOAP (subjektif data, objektif data, analisis/assesment dan plan).
2) SOAPIER (SOAP ditambah intervensi, evaluasi dan revisi).
3) PIE (problem-intervensi-evaluasi).
1) Catatan perawat
Catatan perawat harus ditulis oleh perawat setiap shift kerja dalam 24 jam.
Dokumentasi keperawatan berisi informasi tentang:
a) Pengkajian.
b) Intervensi keperawatan mandiri.
c) Intervensi keperawatan kolaboratif/instruksi dokter.
d) Evaluasi keberhasilan tiap tindakan keperawatan.
e) Tindakan yang dilakukan oleh dokter tetapi mempengaruhi tindakan
keperawatan.
f) Kunjungan berbagai team kesehatan misalnya: visite dokter, pekerja sosial dan
lain lain.
09.30 IP # 2, dst
Focus dapat dipergunakan untuk menyusun fungsi DAR sebagai kunci dan
pedoman terhadap kewajiban orientasi proses.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MODEL DOKUMENTASI FOKUS
Independen.
Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh
perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tipe
dari aktivitas yang dilaksanakan perawat secara independent didefinisikan berdasarkan
diagnose keperawatan.
Tindakan tersebut merupakan suatu kondisi dimana perawat mempunyai
kewenangan untuk melakukan tindakan keperawatan secara mandiri berdasarkan
pendidikan dan pengalamanya.
Lingkup tindakan independent perawat meliputi :
a. Mengkaji terhadap klien dan keluarganya melalui riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan pasien.
b. Merumuskan diagnose keperawatan untuk mempertahankan atau memulihkan
kesehatan.
c. Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau
memulihkan kesehatan.
d. Melaksanakan rencana pengukuran untuk memotivasi, menunjukan,
mendukung, dan mengajarkan kepada klien atau keluarga.
e. Merujuk kepada tenaga kesehatan lain jika ada indikasi dan diijinkan oleh
tenaga keperawatan lain.
f. Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan dan medis.
g. Partisipasi dengan consumers atau tenaga kesehatan lain dalam meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan.
Tipe tindakan indepen keperawatan dapat dikategorikan menjadi 4 :
a. Tindakan diagnostic, meliputi :
(1) Wawancara dengan klien untuk mendapatkan data subyektif ,keluhan klien,
persepsi klien tentang penyakitnya, dan riwayat penyakit klien.
(2) Observasi dan pemeriksaan fisik, tindakan untuk mendapatkan data-data
obyektif yang meliputi :observasi tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik, berdasarkan
pendekatan system atau head-to-toe melalui pemeriksaan IPPA.
(3) Melakukan pemeriksaan laboratoriumsederhana (Hb) dan membacahasil dari
pemeriksaan laboratorium, rontgen dan pemeriksaan diagnostic lainnya.
b. Tindakan terapeutik.
Tindakan yang ditujukan mengurangi, mencegah dan mengatasi masalah klien.
Interdependen.
Interdependen tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial,
ahligizi, fisiotherapi dan dokter.
Dependen.
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.Tindakan tersebu
tmenandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.
3. Tahap EVALUASI
Menurut Griffth & Christensen (1986) evaluasi sebagian yang direncanakan dan
perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur
perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat bias menentukan
efektifitas tindakan keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien untuk mencapai tujuan. Hal ini
biasa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan :
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien tidak mencapai tujuan yang
ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan)
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan) (Iyer et al,1996)
Proses evaluasi keperawatan terdiri 2 tahap ;
1. Mengukur pencapaian tujuan klien.
2. Membandingkan data yang terkumpulkan dengan tujuan dan pencapaian tujuan.
Dalam evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan klien, perawat menggunakan
ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan digunakan dalam evaluasi.
Faktor yang dievaluasi mengenai status kesehatan klien,yang terdiri dari beberapa
komponen, meliputi
a. Kognitif pengetahuan
Mengidentifikasipengetahuanspesifiksetelahkliendiajarkantentangtehnik-
tehniktertentu.Lingkupevaluasikognitifmeliputipengetahuanklienterhadappenyakitnya,m
engontrolgejala-gejala,pengobatan,diet,aktifitas,persediaanalat,resikokomplikasi,gejala
yang harusdilaporkan,pencegahan,pengukurandll.
b. Affektif status emosional
Affektif klien cenderung kepenilaian subyektif dan sulit di ukur, bertujuan untuk
mengetahui bagaimana respon klien dan keluarga terhadap stress yang dihadapi. Hasil
respon emosi ditulis dalam bentuk perilaku yang akan memberikan suatu indikasi
terhadap status emosional kli
c. Psikomotor
Dengan melihat apa yang dilakukan klien sesuai dengan yang diharapkan adalah
suatu cara yang terbaik untuk mengevalusi psikomotor klien. Kriteria hasil yang
diharapkan adalah untuk mengidentifikasi apa yang seharusnya bisa dilaksanakan oleh
klien sebagai hasil dari rencana pengajaran.
d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala
Evaluasi gejala yang spesifik digunakan untuk menentukan penurunan atau
peningkatan gejala yang mempengaruhi status kesehatan klien. Kategori ini meliputi
sejumlah manifestasi yang dapat diobservasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
https://apriyanipujihastuti.wordpress.com/2012/07/09/konsep-dasar-asuhan-keperawatan/