i
ii
OLEH :
ii
iii
Tim Penguji
Ketua : Sutomo S.Kep.,Ns. M. Kep (…………………..)
Anggota : 1. Lutfiah Nur Aini, S.Kep. Ns., M.Kep (…………………..)
2. Nur Chasanah,S.Kp.,M.Kes (…………………..)
Mengesahkan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada
Nur Chasanah,S.Kp.,M.Kes
NPP : 10.02.184
iii
iv
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan penguji pada tgl 17 Juni 2021
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
iv
v
SURAT PERNYATAAN
v
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan dewan penguji dan diterima
sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan penelitian.
Mengesahkan,
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
vi
vii
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, serta izin-Nya Saya
dapat menyelesaikan tugas proposal skripsi dengan judul “Hubungan Ketuban Pecah
Dini Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit
Umum Kartini Mojosari Kabupaten Mojokerto”. Penulisan proposal skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana Keperawatan. Penyusunan proposal skripsi ini dapat terlaksana atas bantuan,
bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
Saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
Akhir kata, Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa akan membalas kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga proposal skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu keperawatan.
Penulis
DAFTAR ISI
vii
viii
Halaman
...........................................................................................................................i
...........................................................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 12
2.1 Konsep Neonatus ............................................................................... 12
2.2 Konsep Ketuban Pecah Dini (KPD) ..................................................... 21
2.3 Konsep Asfiksia Neonatorum .............................................................. 26
2.4 Kerangka Konseptual ........................................................................... 28
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 12
3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 43
3.2 Kerangka Kerja..................................................................................... 44
3.3 Sampling Desain................................................................................... 47
3.4 Identifikasi Variabel.............................................................................. 48
3.5 Definisi Operasional ............................................................................ 52
3.6 Pengumpulan Data .............................................................................. 54
3.7 Analisa Data ........................................................................................ 60
3.8 Etika Penelitian ................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
ix
DAFTAR TABEL
ix
x
DAFTAR GAMBAR
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal,
kematian ibu dan jumlah kematian bayi merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat dan kesejahteraan suatu bangsa (I.
Johan & Sunarsih, 2017). Kesehatan prenatal, perinatal, dan postnatal menjadi
sangat penting karena pada masa ini dianggap sebagai masa yang rawan terjadinya
gangguan atau kecacatan, seperti berat bayi lahir rendah, kematian neonatal,
kelainan kongenital, dan asfiksia neonatorum (Ibnu & Marliany, 2017). Salah satu
Fenomena di lapangan bahwa beberapa ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah
dini berdampak pada kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir.
Ketuban pecah dini terjadi pada semua kelahiran sekitar 5-10% dan
pecah dini akan menyebabkan janin mengalami gangguan pada pemenuhan O2. Hal
tersebut akan mempengaruhi nilai apgar skor dari janin yang akan mempengaruhi
kesejahteraan pada bayi yang baru dilahirkan (Wulandari, Arifianto, & Senjani,
morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa beberapa dampak pada periode
1
2
neonatal baik di negara berkembang maupun Negara maju (Nasrawati & Elisa
dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian
meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir adalah bayi berat lahir rendah
(29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan
tahun 2019 kurang lebih 146.000 bayi usia 0-1 tahun dan 86.000 bayi baru lahir (0-
per 1000 kelahiran hidup (Nilasari, Kharisma, & Puti, 2019). Berdasarkan kematian
neonatus di Indonesia, 85% neonatus meninggal terjadi saat awal kelahiran. Dari
85% neonatus tersebut, 33% meninggal dalam 24 jam, 25% meninggal dalam 24-48
jam dan 9% meninggal dalam 48-72 jam. Data Riskesdas 2018 menunjukkan
bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada usia 0-6 hari. Komplikasi yang
menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan
infeksi (Riskesdas, 2018). Adapun 30% kasus KPD merupakan penyebab kelahiran
kematian neonatal dan 10,5% kematian perinatal (Lestariningsih, 2017). Data RSU
Kartini Mojosari pada tiga bulan terakhir terkait kejadian asfiksia sebanyak 72
kasus dan kejadian KPD 95 kasus (Data RSU Kartini, 2021). Berdasarkan studi
pendahuluan pada tanggal 13 April 2021 secara observasi didapatkan enam ibu
bersalin mengalamidengan ketuban pecah dini, empat dari enam ibu yang
ibu, faktor keadaan bayi, faktor plasenta dan faktor persalinan (Gerungan, Adam, &
Losu, 2018). Faktor keadaan ibu meliputi hipertensi pada kehamilan (preeklampsia
dan Kekurangan Energi Kronis (KEK), infeksi berat, dan kehamilan postdate (I.
Johan & Sunarsih, 2017). Faktor keadaan bayi meliputi prematuritas, BBLR,
Rakhmawatie, 2018). Faktor plasenta meliputi, lilitan tali pusat, tali pusat pendek,
simpul tali pusat, prolapsus tali pusat. Faktor neonatus meliputi depresi pernafasan
karena obat-obat anestesi atau analgetika yang diberikan pada ibu, dan trauma
persalinan (Nasrawati & Elisa Erma Wati, 2017). Faktor persalinan meliputi partus
lama atau macet, persalinan dengan penyulit (letak sungsang, kembar, distosia
bahu, vakum ekstraksi, forsep), dan ketuban pecah dini (KPD) (Wulandari et al.,
2018).
dan aliran darah yang membawa oksigen ibu ke bayi terhambat sehingga
antara gawat janin dengan derajat oligohidramnion, apabila air ketuban semakin
sedikit maka janin akan semakin gawat, hal ini ditemukan baik dilapangan maupun
yang akan mengalami disfungsi akibat asfiksia perinatal adalah otak, paru, hati,
ginjal, saluran cerna dan sistem darah. Dampak jangka panjang bayi yang
dan edema paru, penyakit membran hialin HMD sekunder dan aspirasi mekonium
(Mundari, 2017).
komplikasi pada bayi, memperbaiki asupan nutrisi pada ibu hamil, kontrol antenatal
secara teratur, tenaga kesehatan memberikan penanganan yang lebih cepat dengan
identifikasi faktor risiko yang tepat, mencegah efek yang diakibatkan oleh BBLR
dan asfiksia neonatorum (Mundari, 2017). Berdasarkan uraian latar belakang, maka
peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Ketuban Pecah Dini
Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit
neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Kartini Mojosari
Kabupaten Mojokerto
dengan kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit
neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Kartini Mojosari
Kabupaten Mojokerto
penelitian tentang faktor yang mempengaruhi kejadian asfiksia pada bayi baru
lahir.
3. Bagi Responden
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Dewi
& Lia, 2016). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama
normal memiliki berat 2.700 sampai 4.000 gram, panjang 48-53 cm, lingkar
48- 53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Neonatus memiliki
tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan
lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (Dewi &
Lia, 2016).
pertama kehidupan (Khoirunnisa, 2017). Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir
yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran, pengelolaan
lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat antenatal,
pencegahan terhadap sudden infant death syndrome (SIDS) (Nasrawati & Elisa
Erma Wati, 2017). Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah
Sulisnadewi, Nurhaeni, & Gayatri, 2012). Asuhan bayi baru lahir meliputi:
penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan:
harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi,
mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali
pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi. Perawatan tali pusat adalah
dengan tidak membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun
pada tali pusat. Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan
sebelum memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus (Dewi & Lia,
2016).
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi
tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan
10
proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan
mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam
waktu 60-90 menit, menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke-
45-60 dan berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu
payudara (Baskoro, 2018). Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam
waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak
kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum
5. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit
mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%,
oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata harus
tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif
jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (I. Johan & Sunarsih, 2017).
paha kiri
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian
11
proteksi yang kurang pasti pada bayi. Vitamin K dapat diberikan dalam waktu
kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap
BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut
(KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan
mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu (Ayu, Febrianti,
& Octaviani, 2019). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum
setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya. Dalam keadaan
normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD. Jadi ketuban
2.2.2 Etiologi
2. Hidramnion
5. Kehamilan ganda
penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian KPD
mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan < 37
vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna
pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai
kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,
1. Usia
reprosuksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di
bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan
2. Sosial ekonomi
sesuai kebutuhan.
3. Paritas
Paritas merupakan banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak
yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia kehamilan 28
minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalalmi
minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Sari &
Munir, 2020). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah
terlampau dekat diyakini lebih berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan
berikutnya.
15
struktur serviks pada persalinan sebelumnya. KPD lebih sering terjadi pada
vaskularisasi dan servik yang sudah membuka satu cm akibat persalinan yang
4. Anemia
zat besi. Jika persendian zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang
mata berkunang-kunang.
pada trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia pada janin
lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
5. Perilaku merokok
tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok menggandung lebih
aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat
dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi (Ayu et al., 2019).
6. Riwayat KPD
ketuban pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap ibu jika menghadapi
ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah
terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang
kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah
otototot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin
b. Gemelli: Kehamilan kembar dalah suatu kehamilan dua janin atau lebih.
ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir (Indrayani & Dajmi, 2016).
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
memulai dan melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi
baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi
mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir (asfiksia skunder) (Sukarni &
Sudarti, 2017).
APGAR:
berikut:
1. Vigorous baby skor APGAR 7-10, bayi sehat kadang tidak memerlukan
tindakan istimewa
1. Bayi normal atau tidak asfiksia: Skor APGAR 8-10. Bayi normal tidak
2. Asfiksia ringan: Skor APGAR 5-7. Bayi dianggap sehat, dan tidak
tindakan resusitasi.
3. Asfiksia sedang: Skor APGAR 3-4. Pada Pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100 kali/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
4. Asfiksia berat: Skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi segera secara aktif
dan pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis, maka perlu
diberikan natrikus dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan, dan
cairan glukosa 40% 1- 2 ml/kg berat badan, diberikan lewat vena umbilikus.
kali/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, refleks
persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat
maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia (Maryunani & Sari,
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
a. Kekurangan O2:
4) Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul
5) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya
Menurut Nilasari, Kharisma, & Puti (2019). Beberapa faktor yang dapat
tali pusat seperti: lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat,
ketuban pecah dini, kehamilan lewat waktu, pengaruh obat, karena narkoba
saat persalinan.
21
Lia (2016), beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi
berikut ini:
1. Faktor ibu
d. Demam selama persalinan karena infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
3. Faktor Bayi
2.3.4 Patofisiologi
dapat dijelaskan dalam dua tahap yaitu dengan mengetahui cara bayi
memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir, dan dengan mengetahui reaksi
bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal, yang dijelaskan sebagai
berikut:
a. Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau
2) Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru
b. Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber
utama oksigen
1) Cairan yang mengisi alveoli akan diserap kedalam jaringan paru, dan
jaringan tubuh.
pertama dan tarikan nafas yang dalam akan mendorong cairan dari jalan
nafasnya.
a. Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara kedalam
terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi
cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen (Gilang
et al., 2018).
b. Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi kontriksi arteriol pada
organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke
organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan bayi yang membahayakan akan
1) Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ
kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan
terjadi asfiksia yang berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan
bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai
suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia
berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada pada periode
apnu kedua. Pada tingkat ini terjadi brakikardi dan penurunan tekanan darah
(Tunny et al., 2019). Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan
hanya terjadi asidosis respiratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat
26
jantung.
jantung.
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
5. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
(Muslihatun, 2016).
27
Resiko Infeksi
Janin kekurangan O2 Paru-paru terisi cairan
Dan kadar CO2 meningkat
Nafas cepat
Ketidak
efektifan
pola nafas
Apneu suplai O2 ↓ suplai O2 ↓
Ke paru dlm darah
Resiko
Intoleransi ketidakefektifan
Aktifitas perfusi jaringan otak
Gangguan
Pertukaran gas
Menurut Sukarni & Sudarti (2017), Asfiksia yang terjadi pada bayi
tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:
1. Denyut jantung janin: frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan
diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
terbuka. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah.
Apabila pH itu turun sampai bawah 7,2 hal ini dianggap sebagai tanda
bahaya.
e. BBLR
b. PaCO2 > 55 mm H2
c. pH < 7,30
2.3.8 Komplikasi
1. Pada keadaan hipoksia akut akan terjadi redistribusi aliran darah sehingga
organ vital seperti otak, jantung, dan kelenjar adrenal akan mendapatkan
aliran yang lebih banyak dibandingkan organ lain. Perubahan dan redistribusi
aliran terjadi karena penurunan resistensi vascular pembuluh darah otak dan
2. Faktor lain yang dianggap turut pula mengatur redistribusi vascular antara
vasopressin.
30
berbagai organ:
5. Hematologi: dic
2.3.9 Penatalaksanaan
1. Tindakan umum
a. Bersihkan jalan nafas: kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lendir
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
spontan tidak timbul lakukan massage jantung dengan ibu jari yang
b. Asfiksia sedang/ringan
60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (frog breathing) 1-2 menit
dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke
variabel-variabel yang akan diteliti atau diamati melalui kegiatan penelitian yang
H1 : Ada hubungan ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia neonatorum pada
bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Kartini Mojosari Kabupaten
Mojokerto.
34
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
merupakan salah satu desain penelitian atau bisa pula dilihat sebagai salah satu
metodologi penelitian sosial dengan melibatkan lebih dari satu kasus dalam sekali
olah dan juga melibatkan beberapa variabel untuk melihat pola hubungannya
pecah dini dengan kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah
Sampling
Teknik pengambilan sampling menggunakan accidental sampling
Sampel
Sebagian ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Kartini Mojosari
Pengumpulan Data
Lembar observasi
Pengolaan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating
Analisa Data
Chi square
Desiminasi Akhir
Hubungan ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia neonatorum
pada bayi baru lahir di rumah sakit umum kartini mojosari kabupaten
mojokerto
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Kartini
Mojosari Kabupaten Mojokerto
36
3.3.1 Populasi
tertentu atau terdiri dari sekelompok unit penelitian yang disesuaikan pada
situasi masalah yang hendak diteliti (Lapau, 2013; Sastroasmoro & Ismael,
2014). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin
responden.
3.3.2 Sampel
diteliti dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasi (Sabri &
Hastono, 2014; Sastroasmoro & Ismael, 2014). Sampel dalam penelitian ini
kebetulan, sehingga peneliti bisa mengambil sempel pada siapa saja yang
atau prediktor, dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.
37
2016). Variabel bebas dari penelitian ini adalah ketuban pecah dini.
dipengaruhi atau yang menjadi akibat (Sugiyono, 2016). Variabel terikat pada
Variabel Independen
Ketuban pecah Pecahnya ketuban Keluarnya cairan Observasi Nominal 1. Tidak KPD
dini (KPD) sebelum terdapat ketuban merembes 2. KPD < 37
tanda mulai melalui vagina, minggu
persalinan aroma air ketuban 3. KPD > 37
berbau manis dan minggu
tidak seperti bau
amoniak, berwarna
pucat
Variabel Dependen
penelitian, data yang telah terkumpul akan digunakan sebagai bahan alalisis
(Nursalam, 2015).
Mojosari.
APGAR skor.
penelitian ini berupa observasi ketuban pecah dini (KPD) dan observasi kejadian
1. Editing
39
2. Coding
editing, yakni dengan cara mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
a. Pendidikan ibu
Tidak sekolah :1
SD :2
SMP :3
SMA :4
Perguruan Tinggi :5
b. Pekerjaan ibu
Bekerja :1
Tidak bekerja :2
c. Sumber informasi
Tenaga kesehatan :1
Keluarga/teman :2
Media (TV/koran, internet, poster, dll) : 3
Tidak mendapatkan informasi :4
d. Ketuban Pecah Dini
Ya :1
Tidak :2
e. Kondisi ibu
40
Preeklamsi :1
Partus lama :2
Post date :3
f. Kondisi tali pusat
Lilitan tali pusat :1
Tali pusat pendek :2
Simpul tali pusat :3
g. Kondisi bayi
Prematur :1
Sungsang :2
Bayi kembar :3
Air ketuban bercampur meconium :4
3. Scoring
Tidak KPD :0
Normal : 8-10
Ringan : 5-7
Sedang : 3-4
Berat : 0-2
4. Tabulating
41
pemberian kode. Dalam tahap ini data disusun dalam bentuk tabel agar lebih
Tabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel frekuensi yang
penelitian memiliki makna, arti dan nilai ilmiah (Siyoto & Sodik, 2015).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square yang
Sampel pada penelitian ini adalah manusia yang memiliki hak-hak untuk
dilindungi dan dijaga. Penelitian yang dilakukan termasuk dalam bidang kesehatan
tetap memperhatkan aspek etis dalam melakukannya. Prinsip etik penelitian yang
Inform consent adalah suatu izin atau pernyataan sampel yang diberikan secara
termasuk nama, alamat, dan hal yang akan disampaikan. Hal ini membuat
sampel atau responden tidak diketahui oleh orang lain mengenai identitasnya.
menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan memastikan bahwa klien dapat
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, F., & Elvina. (2019). Hubungan paritas dan berat bayi lahir dengan kejadian
asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir. Jurnal Muara Sains, Teknologi,
Kedokteran, Dan Ilmu Kesehatan, 3(1), 183–192.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Ayu, I., Febrianti, M., & Octaviani, A. (2019). Faktor yang Berhubungan Terhadap
Kejadian Ketuban Pecah Dini ( KPD ) di RSIA Sitti Khadijah I Makassar Tahun
2019. Jurnal Kesehatan Delima, 3(1).
Azisyah, A., Wahyuni, S., & Distinarista, H. (2019). Hubungan antara Kejadian
Ketuban Pecah Dini ( KPD ) dengan Tingkat Kecemasan pada Ibu Hamil di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. In Seminar Nasional Mahasiswa (pp.
1–8). Retrieved from
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/kimukes/article/download/7941/3602
Baskoro. (2018). ASI Panduan Praktis Ibu Menyususi. Yogyakarta: Banyu Media.
Dewi, & Lia, V. N. (2016). Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Dewi, V. (2018). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: EGC.
Frelestanty, E., & Haryanti, Y. (2019). Analisis Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah
Dini Pada Ibu Bersalin. Jurnal Kebidanan, 9(2), 59–63.
https://doi.org/10.33486/jk.v9i2.87
Gerungan, J. C., Adam, S., & Losu, F. N. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum. Jurnal Ilmiah Bidan, 2(1), 66–72.
Gilang, Notoatmodjo, H., & Rakhmawatie, M. D. (2018). Faktor-faktor yang
Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum (Studi Di RSUD Tugurejo
Semarang). Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, 9(2), 11–19.
I. Johan, & Sunarsih. (2017). Hubungan Antara Preeklampsia Dengan Kejadian BBLR
Dan Asfiksia Neonatorum Di VK IRD RSUD Dr Soetomo Surabaya. Kesehatan.
Universitas Airlangga.
Ibnu, A. R., & Marliany, L. (2017). Hubungan antara kunjungan perawatan antenatal
dengan kejadian asfiksia neonatorum. Universitas Trisakti.
44
Indah, S. N., & Apriliana, E. (2016). Hubungan antara Preeklamsia dalam Kehamilan
dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Majority, 5(5), 55–60. Retrieved
from http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/924
Indrayani, & Dajmi, M. (2016). Asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta: CV
Trans Info Media.
Khoirunnisa, E. (2017). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Lapau, B. (2013). Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi (Kedua). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Lestariningsih, Y. Y. (2017). Hubungan Ketuban Pecah dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum di RSUD Kabupaten Kediri Tahun 2016. Jurnal Kebidanan
Midwiferia, 3(2), 19. https://doi.org/10.21070/mid.v3i2.1467
Luh, N., Sulisnadewi, K., Nurhaeni, N., & Gayatri, D. (2012). Pendidikan Kesehatan
Keluarga Efektif Meningkatkan Kemampuan Ibu Dalam Merawat Anak Diare.
Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(3), 165–170.
Marni, S. (2016). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Pernapasan.
Yogyakarta: Gosyen Publising.
Maryunani, A., & Sari, E. P. (2017). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Trans Info media.
Mundari, R. (2017). Hubungan Kejadian Preeklampsia dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum di RSUD Wates Kulon Progo. Jurnal Kesehatan Akbid Wira Buana,
2(1), 17–24. Retrieved from http://jurnal.akbid-
wirabuana.ac.id/index.php/jukes/article/download/18/10/
Muslihatun, W. N. (2016). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Nany, V. (2017). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita (Cetakan II). Jakarta: Salemba
Medika.
Nasrawati, & Elisa Erma Wati. (2017). Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika. In
(Proceedings of the National Seminar on Publication of Research and Community
Service Results) Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (pp. 261–265). Retrieved from jurnal.unimus.ac.id
Nilasari, N., Kharisma, B., & Puti, A. (2019). Analisis Faktor Penyebab Kejadian
Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Ners Dan Kebidanan, 6(2), 251–262.
https://doi.org/10.26699/jnk.v6i1.ART.p251
Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan (Revisi Cet). Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Novi Puspitasari, R. (2019). Korelasi Karakteristik dengan Penyebab Ketuban Pecah
Dini pada Ibu Bersalin di RSUD Denisa Gresik. Indonesian Journal for Health
Sciences, 3(1), 24. https://doi.org/10.24269/ijhs.v3i1.1609
Nursalam. (2015). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
(S. Medika, Ed.). Jakarta.
45
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2010). Essentials of Nursing Research Appraising Evidence
for Nursing Practice (Seventh Ed). China: Library of Congress Cataloging in
Publication Data.
Prasetyono, S. (2017). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press (Anggota
IKAPI).
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 - Kementerian Kesehatan [Basic
Health Research 2018 - Ministry of Health]. Retrieved from
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-
2018.pdf
Sabri, L., & Hastono, S. P. (2014). Statistik Kesehatan (ke-8). Jakarta: Rajawali Pers.
Sari, Y. M., & Munir, R. (2020). Hubungan antara Jarak Kehamilan dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin. Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia, 9(04),
175–179. https://doi.org/10.33221/jiki.v9i04.419
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2014). Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis (Ke-
5). Jakarta: Sagung Seto.
Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. (Ayup, Ed.) (Cetakan-).
Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
Subandra, Y., Zuhairini, Y., & Djais, J. (2018). Hubungan pemberian ASI Eksklusif dan
Makanan Pendamping ASI terhadap Balita Pendek Usia 2 sampai 5 tahun di
Kecamatan Jatinangor. Jurnal Sistem Kesehatan, 3(3), 142–148.
https://doi.org/10.24198/jsk.v3i3.16990
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (ke-23).
Bandung: Alfabeta.
Sukarni, I., & Sudarti. (2017). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Neonatus
Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. (M. Bendatu, Ed.) (Edisi
Revi). Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Syarwani, T. I., Tendean, H. M. M., & Wantania, J. J. E. (2020). Gambaran Kejadian
Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Tahun 2018.
Medical Scope Journal, 1(2), 24–29. https://doi.org/10.35790/msj.1.2.2020.27462
Tunny, R., Bachtiar, N., & Marinda, N. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian asfiksia neonatorum di Ruangan Perinatologi RSUD dr. H. Ishak
Umarella. Jurnal Elektronik, 7(9), 81–86.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. (P. E. Karyuni & M.
Ester, Eds.) (Cetakan I). Jakarta: EGC.
Wulandari, P., Arifianto, & Senjani, F. P. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di Ruang Melati RSUD Dr. H. Soewondo
Kendal. Jurnal Ilmiah Bidan, 3(2), 11–18.
46
PENJELASAN PENELITIAN
Judul : Hubungan ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia neonatorum pada
bayi baru lahir di rumah sakit umum kartini mojosari kabupaten
mojokerto
Peneliti : Ika Aprilia Subiyanto
Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Dian Husada
Mojokerto. Ibu berhak untuk memutuskan ikut berpartisipasi atau menolak pada
penelitian ini kapan pun yang diinginkan, karna partisipasi Ibu bersifat sukarela.
Sebelum mengambil keputusan Saya akan menjelaskan beberapa hal tentang
penelitian ini, sebagai bahan pertimbangan untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian :
1. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan ketuban pecah dini dengan
kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di rumah sakit umum kartini
mojosari kabupaten mojokerto.
2. Manfaat penelitian ini adalah untuk penanganan kejadian asfiksia neonatorum
yang memperhatikan faktor penyabab di Rumah Sakit Umum Kartini Mojosari.
3. Setelah Ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan
observasi pada ibu beserta janin ibu.
4. Peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas Ibu.
5. Laporan penelitian akan diberikan kepada institusi (STIKes Dian Husada
Mojokerto) dan tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Kartini Mojosari.
6. Jika Ibu telah memahami tujuan penelitian dan memutuskan untuk ikut
berpatisipasi dalam penelitian, Ibu diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan.
Saya mengharapkan kesediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Atas
perhatian dan partisipasinya Saya ucapkan terima kasih.
Mojokerto, 2021
Peneliti,
……………………………….
47
(INFORMED CONSENT)
Umur : .....................................................................................................
Alamat : .....................................................................................................
Mojokerto, 2021
Yang membuat pernyataan,
(.................................)
48
LEMBAR KUESIONER
1. Nama :
2. Usia ibu : Tahun
3. Nama suami :
4. Usia suami :
5. Pekerjaan suami :
Bekerja
Tidak bekerja
6. Pendidikan suami :
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Peguruan tinggi
7. Pendidikan ibu :
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
8. Pekerjaan ibu :
Bekerja
49
Tidak bekerja
9. Riwayat Kehamilan :
Tunggal
Gemelli
LEMBAR OBSERVASI