SKRIPSI
i
ii
SKRIPSI
ii
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan Judul
“Hubungan kejadian ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia Neonatorum Pada
Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Kartini Mojosari Kabupaten Mojokerto”
Oleh:
Ika Aprilia Subiyanto
NIM: 119014B
Telah Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi / Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada
Mojokerto dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Tanggal………..
Tim Penguji
Ketua : Edy Siswantoro, S.Kep,.Ns,.M.Kep (……………………..)
Anggota : 1. Luthfiah Nur Aini,S.Kep.,Ns,.M,Kep (……………………..)
2. Nur Chasanah, S.Kp.,M.Kes (……………………..)
Mengesahkan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada
iii
iv
PERSETUJUAN SKRIPSI
Dengan Judul
Hubungan antara katuban pecah dini dengan kejadian asfiksia neonatorum pada bayi
baru lahir di Rumah Sakit Umum Kartini Mojosari
Oleh :
Ika Aprilia Subiyanto
NIM : 110914B
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan penguji pada tanggal 28 September 2021
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Nur Chasanah,S.Kp.,M.kes
NPP : 10.02.184
iv
v
SURAT PERNYATAAN
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, serta izin-Nya Saya
dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul “Hubungan kejadian ketuban pecah dini
dengan kejadian asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum
Kartini Mojosari Kabupaten Mojokerto”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Keperawatan.
Penyusunan skripsi ini dapat terlaksana atas bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Saya menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada:
1. Ibu Luthfiah Nur aini, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Nur Chasanah,S.Kp.,M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Nasrul Nasrul Hadi,S.Kep.Ns.,M.Kes selaku ketua Sekolah Ilmu Tinggi
Kesehatan Dian Husada
4. Seluruh pihak yang tidak dapat Saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan dan bantuan moral dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa akan membalas kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu keperawatan.
Penulis
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
...........................................................................................................................i
...........................................................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7
2.1 Konsep Ketuban Pecah Dini (KPD) ..................................................... 7
2.2 Konsep Asfiksia Neonatorum .............................................................. 13
2.3 Kerangka Konseptual ........................................................................... 27
2.4 Hipotesis ............................................................................................... 28
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 29
3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 29
3.2 Kerangka Kerja..................................................................................... 30
3.3 Sampling Desain................................................................................... 31
3.4 Identifikasi Variabel.............................................................................. 31
3.5 Definisi Operasional ............................................................................ 32
3.6 Pengumpulan Data .............................................................................. 32
3.7 Analisa Data ........................................................................................ 33
3.8 Etika Penelitian ................................................................................... 36
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 38
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 38
4.2 Pembahasan........................................................................................... 42
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 48
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 48
5.2 Saran ..................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 50
LAMPIRAN .................................................................................................... 53
vii
viii
DAFTAR TABEL
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
1
BAB 1
PENDAHULUAN
perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal,
kematian ibu dan jumlah kematian bayi merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat dan kesejahteraan suatu bangsa (I.
Johan & Sunarsih, 2017). Kesehatan prenatal, perinatal, dan postnatal menjadi
sangat penting karena pada masa ini dianggap sebagai masa yang rawan terjadinya
gangguan atau kecacatan, seperti berat bayi lahir rendah, kematian neonatal,
kelainan kongenital, dan asfiksia neonatorum (Ibnu & Marliany, 2017). Salah satu
Fenomena di lapangan bahwa beberapa ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah
dini berdampak pada kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir.
dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian
meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir adalah bayi berat lahir rendah
(29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan
tahun 2019 kurang lebih 146.000 bayi usia 0-1 tahun dan 86.000 bayi baru lahir (0-
per 1000 kelahiran hidup (Nilasari, Kharisma, & Puti, 2019). Berdasarkan kematian
1
2
neonatus di Indonesia, 85% neonatus meninggal terjadi saat awal kelahiran. Dari
85% neonatus tersebut, 33% meninggal dalam 24 jam, 25% meninggal dalam 24-48
jam dan 9% meninggal dalam 48-72 jam. Data Riskesdas 2018 menunjukkan
bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada usia 0-6 hari. Komplikasi yang
menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan
infeksi (Riskesdas, 2018). Adapun 30% kasus KPD merupakan penyebab kelahiran
kematian neonatal dan 10,5% kematian perinatal (Lestariningsih, 2017). Data RSU
Kartini Mojosari pada tiga bulan terakhir terkait kejadian asfiksia sebanyak 72
kasus dan kejadian KPD 95 kasus (Data RSU Kartini, 2021). Berdasarkan studi
pendahuluan pada tanggal 13 April 2021 secara observasi didapatkan enam ibu
bersalin mengalami ketuban pecah dini, empat dari enam ibu yang melahirkan
Ketuban pecah dini terjadi pada semua kelahiran sekitar 5-10% dan
pecah dini akan menyebabkan janin mengalami gangguan pada pemenuhan O2.
oligohidramnion yang menekan tali pusat yang mengalami penyempitan dan aliran
asfiksia neonatorum atau hipoksia pada janin. Terdapat hubungan antara gawat
janin dengan derajat oligohidramnion, apabila air ketuban semakin sedikit maka
janin akan semakin gawat, hal ini ditemukan baik dilapangan maupun di rumah
salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa
Hal tersebut akan mempengaruhi nilai apgar skor dari janin yang akan
& Senjani, 2018). Faktor yang menyebabkan asfiksia neonatorum antara lain faktor
keadaan ibu, faktor keadaan bayi, faktor plasenta dan faktor persalinan (Gerungan,
Adam, & Losu, 2018). Faktor keadaan ibu meliputi hipertensi pada kehamilan
plasenta), anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK), infeksi berat, dan
kehamilan postdate (I. Johan & Sunarsih, 2017). Faktor keadaan bayi meliputi
Notoatmodjo, & Rakhmawatie, 2018). Faktor plasenta meliputi, lilitan tali pusat,
tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat. Faktor neonatus meliputi
depresi pernafasan karena obat-obat anestesi atau analgetika yang diberikan pada
ibu, dan trauma persalinan (Nasrawati & Elisa Erma Wati, 2017). Faktor persalinan
meliputi partus lama atau macet, persalinan dengan penyulit (letak sungsang,
kembar, distosia bahu, vakum ekstraksi, forsep), dan ketuban pecah dini (KPD)
(Wulandari et al., 2018). Beberapa organ tubuh yang akan mengalami disfungsi
akibat asfiksia perinatal adalah otak, paru, hati, ginjal, saluran cerna dan sistem
darah. Dampak jangka panjang bayi yang mengalami asfiksia berat antara lain
ketuban pecah dini (KPD) dengan cara meminimalkan risiko yang terjadi karena
pada bayi, kebiasaan hidup sehat, memperbaiki asupan nutrisi pada ibu hamil,
penanganan yang lebih cepat dengan identifikasi faktor risiko yang tepat, mencegah
efek yang diakibatkan oleh BBLR dan asfiksia neonatorum (Mundari, 2017).
dengan judul “Hubungan kejadian ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia
Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Kartini Mojosari
Kabupaten Mojokerto”.
Apakah ada hubungan kejadian ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia
neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Kartini Mojosari
Kabupaten Mojokerto
pecah dini dengan kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah
asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Kartini
penelitian tentang faktor yang mempengaruhi kejadian asfiksia pada bayi baru
lahir.
3. Bagi Responden
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu (Ayu, Febrianti,
& Octaviani, 2019). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum
setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya. Dalam keadaan
normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD. Jadi ketuban
2.1.2 Etiologi
2. Hidramnion
5. Kehamilan ganda
penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian KPD
mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan < 37
vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna
pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai
kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,
1. KPD preterm
dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+) atau IGFBP-1 (+) pada
2. KPD aterm
dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+) atau IGFBP-1 (+) pada
1. Usia
reprosuksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di
bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan
2. Sosial ekonomi
sesuai kebutuhan.
3. Paritas
Paritas merupakan banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak
yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia kehamilan 28
minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalalmi
minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Sari &
Munir, 2020). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah
terlampau dekat diyakini lebih berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan
berikutnya.
struktur serviks pada persalinan sebelumnya. KPD lebih sering terjadi pada
vaskularisasi dan servik yang sudah membuka satu cm akibat persalinan yang
4. Anemia
zat besi. Jika persendian zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang
mata berkunang-kunang.
pada trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia pada janin
lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
5. Perilaku merokok
tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok menggandung lebih
aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat
dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi (Ayu et al., 2019).
6. Riwayat KPD
12
ketuban pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap ibu jika menghadapi
ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah
terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang
kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah
otototot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin
b. Gemelli: Kehamilan kembar dalah suatu kehamilan dua janin atau lebih.
ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir (Indrayani & Dajmi, 2016).
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
memulai dan melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi
baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi
mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir (asfiksia skunder) (Sukarni &
Sudarti, 2017).
APGAR:
14
berikut:
1. Vigorous baby skor APGAR 7-10, bayi sehat kadang tidak memerlukan
tindakan istimewa
1. Bayi normal atau tidak asfiksia: Skor APGAR 8-10. Bayi normal tidak
2. Asfiksia ringan: Skor APGAR 5-7. Bayi dianggap sehat, dan tidak
tindakan resusitasi.
3. Asfiksia sedang: Skor APGAR 3-4. Pada Pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100 kali/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
4. Asfiksia berat: Skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi segera secara aktif
dan pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis, maka perlu
diberikan natrikus dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan, dan
15
cairan glukosa 40% 1- 2 ml/kg berat badan, diberikan lewat vena umbilikus.
kali/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, refleks
persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat
maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia (Maryunani & Sari,
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
a. Kekurangan O2:
4) Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul
5) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya
Menurut Nilasari, Kharisma, & Puti (2019). Beberapa faktor yang dapat
tali pusat seperti: lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat,
ketuban pecah dini, kehamilan lewat waktu, pengaruh obat, karena narkoba
saat persalinan.
Lia (2016), beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi
berikut ini:
1. Faktor ibu
d. Demam selama persalinan karena infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
3. Faktor Bayi
2.2.4 Patofisiologi
dapat dijelaskan dalam dua tahap yaitu dengan mengetahui cara bayi
memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir, dan dengan mengetahui reaksi
18
bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal, yang dijelaskan sebagai
berikut:
a. Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau
2) Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru
b. Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber
utama oksigen
1) Cairan yang mengisi alveoli akan diserap kedalam jaringan paru, dan
jaringan tubuh.
pertama dan tarikan nafas yang dalam akan mendorong cairan dari jalan
nafasnya.
a. Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara kedalam
terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi
cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen (Gilang
et al., 2018).
b. Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi kontriksi arteriol pada
organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke
organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan bayi yang membahayakan akan
1) Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ
kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan
terjadi asfiksia yang berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan
bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai
suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia
berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada pada periode
apnu kedua. Pada tingkat ini terjadi brakikardi dan penurunan tekanan darah
(Tunny et al., 2019). Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan
hanya terjadi asidosis respiratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat
jantung.
jantung.
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
5. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
(Muslihatun, 2016).
Resiko Infeksi
Janin kekurangan O2 Paru-paru terisi cairan
Dan kadar CO2 meningkat
Nafas cepat
Ketidak
efektifan
pola nafas
Apneu suplai O2 ↓ suplai O2 ↓
Ke paru dlm darah
Resiko
Intoleransi ketidakefektifan
Aktifitas perfusi jaringan otak
Gangguan
Pertukaran gas
Menurut Sukarni & Sudarti (2017), Asfiksia yang terjadi pada bayi
tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:
1. Denyut jantung janin: frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan
diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
terbuka. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah.
24
Apabila pH itu turun sampai bawah 7,2 hal ini dianggap sebagai tanda
bahaya.
e. BBLR
b. PaCO2 > 55 mm H2
c. pH < 7,30
2.2.8 Komplikasi
1. Pada keadaan hipoksia akut akan terjadi redistribusi aliran darah sehingga
organ vital seperti otak, jantung, dan kelenjar adrenal akan mendapatkan
aliran yang lebih banyak dibandingkan organ lain. Perubahan dan redistribusi
aliran terjadi karena penurunan resistensi vascular pembuluh darah otak dan
2. Faktor lain yang dianggap turut pula mengatur redistribusi vascular antara
vasopressin.
berbagai organ:
5. Hematologi: dic
26
2.2.9 Penatalaksanaan
1. Tindakan umum
a. Bersihkan jalan nafas: kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lendir
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
spontan tidak timbul lakukan massage jantung dengan ibu jari yang
b. Asfiksia sedang/ringan
60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (frog breathing) 1-2 menit
dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke
variabel-variabel yang akan diteliti atau diamati melalui kegiatan penelitian yang
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan kejadian ketuban pecah dini dengan
kejadian asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Kartini
Mojosari Kabupaten Mojokerto
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
merupakan salah satu desain penelitian atau bisa pula dilihat sebagai salah satu
metodologi penelitian sosial dengan melibatkan lebih dari satu kasus dalam sekali
olah dan juga melibatkan beberapa variabel untuk melihat pola hubungannya
ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di
29
Populasi
Seluruh ibu bersalin dan bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum
Kartini Mojosari setiap bulan rata-rata sebanyak 35 responden
Sampling
Teknik pengambilan sampling menggunakan accidental sampling
Sampel
Sebagian ibu bersalin dan bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum
Kartini Mojosari sebanyak 26 responden
Pengumpulan Data
Lembar observasi
31
Pengolaan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating
Analisa Data
Chi square
Penyajian Hasil
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Hubungan kejadian ketuban pecah dini dengan kejadian
asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Kartini Mojosari
Kabupaten Mojokerto
3.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin
dan bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Kartini Mojosari setiap bulan rata-
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu bersalin dan bayi baru
kebetulan, sehingga peneliti bisa mengambil sempel pada siapa saja yang
atau prediktor, dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.
2016). Variabel bebas dari penelitian ini adalah kejadian ketuban pecah dini.
dipengaruhi atau yang menjadi akibat (Sugiyono, 2016). Variabel terikat pada
Variabel Independen
Variabel Dependen
penelitian, data yang telah terkumpul akan digunakan sebagai bahan alalisis
(Nursalam, 2015).
Mojosari.
APGAR skor.
penelitian ini berupa observasi ketuban pecah dini (KPD) dan observasi kejadian
1. Editing
2. Coding
editing, yakni dengan cara mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
a. Pendidikan ibu
Tidak sekolah :1
SD :2
SMP :3
SMA :4
Perguruan Tinggi :5
b. Pekerjaan ibu
Bekerja :1
Tidak bekerja :2
c. Sumber informasi
Tenaga kesehatan :1
Keluarga/teman :2
Media (TV/koran, internet, poster, dll) : 3
Tidak mendapatkan informasi :4
35
Tidak KPD :0
Normal : 8-10
Ringan : 5-7
Sedang : 3-4
Berat : 0-2
4. Tabulating
pemberian kode. Dalam tahap ini data disusun dalam bentuk tabel agar lebih
Tabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel frekuensi yang
penelitian memiliki makna, arti dan nilai ilmiah (Siyoto & Sodik, 2015).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square yang
Sampel pada penelitian ini adalah manusia yang memiliki hak-hak untuk
dilindungi dan dijaga. Penelitian yang dilakukan termasuk dalam bidang kesehatan
tetap memperhatkan aspek etis dalam melakukannya. Prinsip etik penelitian yang
Inform consent adalah suatu izin atau pernyataan sampel yang diberikan secara
termasuk nama, alamat, dan hal yang akan disampaikan. Hal ini membuat
sampel atau responden tidak diketahui oleh orang lain mengenai identitasnya.
menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan memastikan bahwa klien dapat
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sumber informasi.
a. Usia
Usia Responden
f %
15-19 tahun 2 7,7
20-30 tahun 11 42,3
31-40 tahun 13 50,0
39
Total 26 100
b. Pendidikan
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
di Ruang Neonatus RSU Kartini Mojosari - Mojokerto,
September 2021
Pendidikan Responden
f %
Tidak sekolah 1 3,8
SD 3 11,6
SMP 5 19,2
SMA 15 57,7
Perguruan Tinggi 2 7,7
Total 26 100
c. Pekerjaan
Pekerjaan Responden
f %
Bekerja 6 23,1
Tidak bekerja 20 76,9
Total 26 100
d. Sumber informasi
40
e. Kondisi ibu
(69,2%).
tidak ada masalah tali pusat pada janin sebanyak 25 responden (96,2%
g. Kondisi bayi
responden (61,5%).
2) Kejadian Asfiksia
Tabel 5.9 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kajadian
Asfiksia Neonatorum di Ruang Neonatus RSU Kartini
Mojosari - Mojokerto, September 2021
neonatorum
43
dan 2 responden.
4.2 Pembahasan
responden (61,5%).
tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu (Ayu,
Febrianti, & Octaviani, 2019). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
Haryanti, 2019).
44
persalinan terjadi.
penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian
KPD mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan <
15%.
pada janin.
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai
yang dilahirkan dari ibu bersalin yang mengalami partus lama mempunyai
dengan bayi yang dilahirkan dari ibu yang tidak mengalami partus lama saat
lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam pada multi (Dewi et al.,
2016).
kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi pendarahan post
partum yang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada partus lama biasanya
dibandingkan dengan ibu bersalin tidak dengan partus lama (Ardyana &
Sari, 2019).
4.2.3 Hubungan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum
semakin gawat, hal ini ditemukan baik dilapangan maupun di rumah sakit
hubungan yang signifikan antara kejadian ketuban pecah dini (KPD) dengan
kejadian asfiksia neonatorum dengan nilai p-value sebesar (0,001 < 0,05).
47
terjadinya asfiksia dari faktor bayi adalah bayi prematur. Bayi prematur,
(100%) yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami persalinan dengan usia
usia kehamilan, semakin imatur pula organ yang terbentuk, salah satunya
yaitu paru-paru. Oleh karena itulah, pada bayi prematur terjadi defisiensi
48
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.1.2 Diketahui bahwa sebagian besar kejadian asfiksia neonatorum adalah ringan
5.1.3 Terdapat hubungan kejadian ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia
5.2 Saran
bayi baru lahir dengan sesegera mungkin dan dapat mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh
kejadian asfiksia.
5.2.2 Responden
Bagi Pasien, disarankan kepada seluruh ibu hamil untuk lebih rutin
membaca dan memahami buku KIA yang diberikan oleh petugas kesehatan
saat pertama kali terdeteksi hamil. Serta menanyakan segala sesuatu yang
kurang dipahami kepada tenaga kesehatan mengenai isi dari buku KIA,
dan bersalin.
lebih banyak lagi dan dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang
kejadian asfiksia pada bayi baru lahir, serta dapat menggunakan desain
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, F., & Elvina. (2019). Hubungan paritas dan berat bayi lahir dengan kejadian
asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir. Jurnal Muara Sains, Teknologi,
Kedokteran, Dan Ilmu Kesehatan, 3(1), 183–192.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Ayu, I., Febrianti, M., & Octaviani, A. (2019). Faktor yang Berhubungan Terhadap
51
Kejadian Ketuban Pecah Dini ( KPD ) di RSIA Sitti Khadijah I Makassar Tahun
2019. Jurnal Kesehatan Delima, 3(1).
Azisyah, A., Wahyuni, S., & Distinarista, H. (2019). Hubungan antara Kejadian
Ketuban Pecah Dini ( KPD ) dengan Tingkat Kecemasan pada Ibu Hamil di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. In Seminar Nasional Mahasiswa (pp.
1–8). Retrieved from
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/kimukes/article/download/7941/3602
Baskoro. (2018). ASI Panduan Praktis Ibu Menyususi. Yogyakarta: Banyu Media.
Dewi, & Lia, V. N. (2016). Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Dewi, V. (2018). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: EGC.
Frelestanty, E., & Haryanti, Y. (2019). Analisis Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah
Dini Pada Ibu Bersalin. Jurnal Kebidanan, 9(2), 59–63.
https://doi.org/10.33486/jk.v9i2.87
Gerungan, J. C., Adam, S., & Losu, F. N. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum. Jurnal Ilmiah Bidan, 2(1), 66–72.
Gilang, Notoatmodjo, H., & Rakhmawatie, M. D. (2018). Faktor-faktor yang
Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum (Studi Di RSUD Tugurejo
Semarang). Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, 9(2), 11–19.
I. Johan, & Sunarsih. (2017). Hubungan Antara Preeklampsia Dengan Kejadian BBLR
Dan Asfiksia Neonatorum Di VK IRD RSUD Dr Soetomo Surabaya. Kesehatan.
Universitas Airlangga.
Ibnu, A. R., & Marliany, L. (2017). Hubungan antara kunjungan perawatan antenatal
dengan kejadian asfiksia neonatorum. Universitas Trisakti.
Indah, S. N., & Apriliana, E. (2016). Hubungan antara Preeklamsia dalam Kehamilan
dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Majority, 5(5), 55–60. Retrieved
from http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/924
Indrayani, & Dajmi, M. (2016). Asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta: CV
Trans Info Media.
Khoirunnisa, E. (2017). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Lapau, B. (2013). Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi (Kedua). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Lestariningsih, Y. Y. (2017). Hubungan Ketuban Pecah dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum di RSUD Kabupaten Kediri Tahun 2016. Jurnal Kebidanan
Midwiferia, 3(2), 19. https://doi.org/10.21070/mid.v3i2.1467
Luh, N., Sulisnadewi, K., Nurhaeni, N., & Gayatri, D. (2012). Pendidikan Kesehatan
Keluarga Efektif Meningkatkan Kemampuan Ibu Dalam Merawat Anak Diare.
Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(3), 165–170.
Marni, S. (2016). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Pernapasan.
Yogyakarta: Gosyen Publising.
52
Subandra, Y., Zuhairini, Y., & Djais, J. (2018). Hubungan pemberian ASI Eksklusif dan
Makanan Pendamping ASI terhadap Balita Pendek Usia 2 sampai 5 tahun di
Kecamatan Jatinangor. Jurnal Sistem Kesehatan, 3(3), 142–148.
https://doi.org/10.24198/jsk.v3i3.16990
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (ke-23).
Bandung: Alfabeta.
Sukarni, I., & Sudarti. (2017). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Neonatus
Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. (M. Bendatu, Ed.) (Edisi
Revi). Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Syarwani, T. I., Tendean, H. M. M., & Wantania, J. J. E. (2020). Gambaran Kejadian
Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Tahun 2018.
Medical Scope Journal, 1(2), 24–29. https://doi.org/10.35790/msj.1.2.2020.27462
Tunny, R., Bachtiar, N., & Marinda, N. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian asfiksia neonatorum di Ruangan Perinatologi RSUD dr. H. Ishak
Umarella. Jurnal Elektronik, 7(9), 81–86.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. (P. E. Karyuni & M.
Ester, Eds.) (Cetakan I). Jakarta: EGC.
Wulandari, P., Arifianto, & Senjani, F. P. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di Ruang Melati RSUD Dr. H. Soewondo
Kendal. Jurnal Ilmiah Bidan, 3(2), 11–18.
PENJELASAN PENELITIAN
Mojokerto, 2021
Peneliti,
(INFORMED CONSENT)
55
Umur : .....................................................................................................
Alamat : .....................................................................................................
Mojokerto, 2021
Yang membuat pernyataan,
(.................................)
LEMBAR KUESIONER
56
LEMBAR OBSERVASI
Tidak
Usia kehamilan < 37 minggu
Usia kehamilan > 37 minggu
2. Kondisi ibu
Normal
Preeklamsi
Partus lama
Post date
Tidak asa masalah
3. Kondisi tali pusat
Tidak ada masalah
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Tidak asa masalah
4. Kondisi bayi
Tidak ada masalah
Prematur
Sungsang
Bayi kembar
Air ketuban bercampur mekonium
Tidak asa masalah
5. Nilai APGAR SKOR usia 1 menit:
Kondisi
No. Sumber Kondisi Tali Kondisi Nilai Kriteria
Resp Usia Pendidikan Pekerjaan Informasi Ibu Pusat Bayi KPD Asfiksia Asfiksia Pendidikan Kondisi Ibu
1 31 5 2 3 5 4 5 1 8 1 1. Tidak sekolah 1. Preeklamsia
2 26 4 2 1 1 4 1 2 6 2 2. SD 2. Plasenta privia
3 31 4 1 1 1 4 1 2 7 2 3. SMP 3. Partus lama
4 38 5 1 1 5 4 5 2 6 2 4. SMA 4. Post date
5 25 4 1 2 1 4 1 2 5 2 5. Perguruan Tinggi 5. Tidak ada masalah
6 28 4 2 4 1 3 1 1 8 1
7 36 4 2 4 5 4 5 1 8 1 Pekerjaan Kondisi Tali Pusat
8 21 4 2 1 5 4 5 2 6 2 1. Bekerja 1. Lilitan tali pusat
9 24 4 2 1 5 4 1 2 7 2 2. Tidak bekerja 2. Tali pusat pendek
10 32 4 2 1 5 4 4 1 8 1 3. Simpul tali pusat
11 21 3 2 4 5 4 4 2 4 3 Sumber Informasi 4. Tidak ada masalah
12 32 4 1 1 5 4 5 1 8 1 1. Tenaga kesehatan
13 34 3 2 4 3 4 1 2 4 3 2. Keluarga/teman Kondisi Bayi
14 29 4 2 1 5 4 5 1 7 2 3. Media 1. Prematur
15 21 4 2 4 5 4 4 2 5 2 4. Tidak pernah 2. Sungsang
16 33 3 2 1 3 4 1 2 4 3 3. Bayi kembar
17 28 4 2 1 1 4 1 2 6 2 KPD 4. Air ketuban bercampur mekonium
18 18 4 2 4 5 4 1 2 5 2 1. Tidak KPD 5. Tidak ada masalah
19 38 1 2 4 5 4 5 2 5 2 2. < 37 minggu
20 27 4 1 3 1 4 5 1 8 1 3. > 37 minggu
21 40 2 2 4 5 4 5 2 4 3
22 38 2 2 4 5 4 5 1 7 2 Kejadian Asfiksia
23 27 4 2 3 5 4 2 1 8 1 1. Normal
24 34 3 2 4 5 4 1 2 4 3 2. Ringan
25 18 2 2 4 5 4 5 1 8 1 3. Sedang
26 35 3 1 3 5 4 5 2 6 2 4. Berat
58
Frequencies
Statistics
Usia
Valid 26
N
Missing 0
Mean 29.42
Std. Deviation 6.420
Minimum 18
Maximum 40
Usia
Frequencies
Statistics
Valid 26 26 26 26 26 26 26 26
N Missin 0 0 0 0 0 0 0 0
g
Frequency Table
Pendidikan
Pekerjaan
Sumber Informasi
Kondisi Ibu
Kondisi Bayi
KPD
Kejadian Asfiksia
Crosstabs
Notes
Cases
Count 8 2 0 10
Chi-Square Tests
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1.92.