Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Dosen Pengampu :

Aprilya Tunggo Dewi, SST., M.Kes

Disusun Oleh :
Churiyah Illiyuni (05)
Husnul Laili (04)
Nurika Utami (02)
Nur Aini Nazilah Putri (03)
Nur Fitriatus Sholeha (27)
Sonia Romadhona (01)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN AR RAHMA PASURUAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah


memberikan kemudahan dan kesehatan kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan sebuah makalah kelompok untuk mata kuliah Komunikasi dengan
judul “Komunikasi Terapeutik”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami pun mengetahui jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Oleh karna itu, kami
sangat berharap saran dan kritiknya kepada kami agar di kemudian hari kami bisa
membuat makalah yang lebih baik. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Pasuruan, September 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3Tujuan Penelitian ............................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Pengertian komunikasi terapeutik ................................................................. 3
2.2 Tujuan komunikasi terapeutik ....................................................................... 4
2.3 Sikap perawat/bidan dalam komunikasi terapeutik ....................................... 5
2.4 Fase dalam komunikasi terapeutik ............................................................... 8
BAB III ................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12
3.2 Saran ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai tenaga kesehatan yang paling lama dan sering berinteraksi dengan

pasien/klien, tenaga kesehatan diharapkan dapat menjadi “obat” secara psikologis.

Kehadiran dan interaksi yang dilakukan perawat dan bidan hendaknya membawa

kenyamanan dan kerinduan bagi klien.

Tanpa mengetahui keunikan masing-masing kebutuhan klien, perawat atau bidan juga

akan kesulitan memberikan bantuan kepada klien dalam mengatasi masalah klien.

Sehingga perlu dicari metode yang tepat dalam mengakomodasi agar perawat dan bidan

mampu mendapatkan “pengetahuan” yang tepat tentang pasien.

Keterampilan komunikasi yang baik dan benar serta efektif merupakan kemampuan

penting yang harus dimiliki oleh semua tenaga pelayanan kesehatan terutama perawat dan

bidan. Kegiatan komunikasi bagi perawat dan bidan harus dilakukan dengan penuh

kejujuran dan ketulusan disertai dengan komitmen yang kuat untuk memberikan pelayanan

yang terbaik bagi klien.

Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dan bidan dapat menghadapi,

memersepsikan, bereaksi, dan menghargai keunikan pasien/klien. Salah satu faktor yang

menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu

sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian komunikasi terapeutik?

2. Apa saja tujuan komunikasi terapeutik?

3. Bagaimana sikap perawat atau bidan dalam berkomunikasi dengan pasien/klien?

1
4. Bagaimana fase-fase komunikasi terapeutik?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Dapat memahami pengertian komunikasi terapeutik

2. Dapat memahami tujuan komunikasi terapeutik

3. Dapat memahami sikap perawat/bidan dalam berkomunikasi dengan pasien/klien

4. Dapat memahami fase komunikasi terapeutik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian komunikasi terapeutik

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan manusia lain dalam

kehidupan sehari-hari. Untuk melangsungkan kehidupan, manusia akan selalu berhubungan

dan berkomunikasi dengan sesamanya. Komunikasi merupakan aspek terpenting yang harus

dimiliki oleh perawat dan bidan dalam melaksanakan asuhan keperawatan/kebidanan.

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat atau bidan-

klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah

mempengaruhi perilaku orang lain.

Hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik bagi klien maupun perawat atau

bidan yang diidentifikasikan dalam empat tindakan yang harus diambil antara perawat atau

bidan-klien, yaitu :

-Tindakan diawali perawat atau bidan

-Respon reaksi dari klien

-Interaksi dimana perawat atau bidan dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan

-Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai

tujuan hubungan.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan

bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan

komunikasi profesional yang mengarah kepada tujuan untuk penyembuhan pasien

(Heri Purwanto,1994).

3
Komunikasi Terapeutik termasuk komunikasi interpersonal yaitu komunikasi

antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya

menanggap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal dan non verbal.

(Mulyana,2000).

Persoalan mendasar dari komunikasi terapeutik adalah adanya saling kebutuhan

antara perawat/bidan membantu pasien dan pasien menerima bantuan.

2.2 Tujuan komunikasi terapeutik

Kalthner, dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi dengan

tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang profesional dengan

menggunakan pendekatan personal berdasarkan perasaan dan emosi. Di dalam

komunikasi terapeutik ini harus ada unsur kepercayaan.

Komunikasi terapeutik dilaksanakan dengan tujuan :

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan

dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi

yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan.

2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang

efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.

3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam

hal peningkatan derajat kesehatan.

4. Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan trapis (tenaga

kesehatan) secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu

penyelesaian masalah klien.

4
2.3 Sikap perawat/bidan dalam komunikasi terapeutik

Perawat/bidan tidak cukup hanya mengetahui teknik komunikasi

dan isi komunikasi tetapi yang sangat penting adalah sikap atau penampilan

dalam berkomunikasi. Perawat/bidan hadir secara utuh (fisik dan psikologis)

pada waktu berkomunikasi dengan klien, yaitu:

1) Kehadiran diri secara fisik

5 sikap untuk menghadirkan diri secara fisik yang telah di identifikasi

oleh Egan (1975), yaitu :

1. Berhadapan. Arti dari posisi ini adalah “saya siap membantu

mengatasi masalah anda”

2. Mempertahankan kontak mata. Berarti menghargai klien dan

menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.

3. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan

kepedulian dan keinginan perawat/bidan untuk mengatakan

dan mendengar sesuatu yang dialami klien.

4. Mempertahankan sikap terbuka. Tidak melipat kaki atau

tangan, Sikap belajar ini meningkatkan kepercayaan klien

kepada perawat/bidan.

5. Tetap relaks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara

ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon terhadap

klien. Sikap ini sangat bermanfaat bila klien dalam kondisi

stres atau emosi yang labil dalam merespon kondisi sakitnya.

Sikap fisik dapat pula disebut sebagai perilaku non verbal yaitu :

5
1. Gerakan mata

Gerakan mata dapat dipakai untuk memberikan perhatian. Kontak mata

antara ibu dan bayi merupakan cara interaksi dan kontak sosial.

Perawat/bidan juga perlu mengetahui perkembangan kontak mata.

2. Ekspresi muka

Perawat/bidan perlu menyadari dan menjaga tentang perubahan yang

terjadi pada dirinya. Keberadaan perawat/bidan sebagai penolong bagi

klien sehingga selalu dituntut berekspresi yang sejuk dan hangat kepada

klien.

3. Sentuhan

4. Sikap ini merupakan cara interaksi yang mendasar. Sentuhan sangat

penting bagi anak sebagai alat komunikasi dan memperlihatkan

kehangatan yang diharapkan mampu mengembangkan hal yang sama

baginya.

2) Kehadiran diri secara psikologis

Kehadiran diri secara psikologis dibagi dalam 2 dimensi yaitu:

1. Dimensi respon

Merupakan sikap perawat/bidan secara psikologis dalam

berkomunikasi terhadap klien yang meliputi:

a. Keikhlasan

Bersikap terbuka, jujur, tidak berpura pura, tulus,

mengekspresikan perasaan yang sebenarnya dan spontan.

6
b. Menghargai

Bersikap tidak menghakimi, tidak mengkritik, tidak

mengejek, dan menerima klien apa adanya.

c. Empati

Merupakan kemampuan masuk dalam kehidupan klien

agar dapat merasakan pikiran dan perasaannya.

d. Konkrit

Perawat/bidan menggunakan istilah yang khusus dan

jelas untuk menghindari keraguan dan tidak jelasan

selama berkomunikasi.

2. Dimensi tindakan

Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi

respon. Tindakan yang dilaksanakan harus dalam konteks

kehangatan dan pengertian. Dimensi tindakan terdiri dari:

a. Konfrontasi

Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan perawat/bidan

tentang perilaku klien yang tidak sesuai. Konfrontasi

berguna untuk meningkatkan kesadaran klien terhadap

kesesuaian perasaan, sikap, kepercayaan dan perilaku.

b. Kesegeraan

Perawat/bidan sensitif terhadap perasaan klien dan

berkeinginan membantu dengan segera.

7
c. Keterbukaan

Perawat/bidan harus terbuka dalam memberikan

informasi tentang dirinya, ideal diri, perasaan, sikap dan

nilai yang dianutnya.

d. Emotional Chatarsis

Terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang sangat

mengganggunya. Perawat/bidan harus dapat mengkaji

kesiapan klien mendiskusikan masalahnya.

e. Bermain peran

Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi

tertentu untuk meningkatkan kesadaran dalam

berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari

pandangan orang lain.

2.5 Fase komunikasi terapeutik

Stuart G.W. (1998) menjelaskan bahwa dalam prosesnya komunikasi

terapeutik terbagi menjadi empat tahapan, yaitu:

1. Fase persiapan/pra-interaksi

Perawat/bidan mencari informasi tentang klien dan mengenali

pasiennya terlebih dahulu sebagai lawan bicaranya, juga menggali

perasaan dan meneliti dirinya dengan cara mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangannya. Setelah itu perawat/bidan merancang

strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tujuannya adalah

mengurangi rasa cemas yang mungkin dirasakan oleh perawat/bidan

sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.

8
Tugas perawat/bidan dalam fase ini adalah:

a. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan, dan

mengidentifikasi kecemasan.

b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.

c. Mengumpulkan data tentang klien.

d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2. Fase perkenalan/orientasi

Fase perkenalan dilaksanakan tepat pada saat pertemuan pertama

dengan klien. Fase ini adalah saat dimana bidan dan pasien saling

beradaptasi. Tujuan dalam fase ini adalah memvalidasi keakuratan

data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat

ini.

Tugas perawat/bidan dalam fase ini adalah:

a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan,

dan komunikasi terbuka.

b. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan

topik pembicaraan) bersama klien dan menjelaskan

kembali kontrak yang telah disepakati bersama.

c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi

masalah klien.

d. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.

3. Fase kerja

Fase kerja merupakan fase terpanjang dalam komunikasi

terapeutik karena perawat/bidan dituntut untuk membantu dan

mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya

9
kemudian menganalisis pesan yang disampaikan klien.

Perawat/bidan juga mendengarkan secara aktif untuk membantu

klien mendefinisikan masalahnya. Pada bagian akhir, Perawat/bidan

diharapkan mampu menyimpulkan percakapan dengan klien agar

klien merasakan bahwa keseluruhan perasaan yang telah

disampaikan benar-benar dipahami dan diterima dengan baik.

4. Fase terminasi

Fase ini merupakan akhir dari pertemuan perawat/bidan dengan

klien. Fase ini fase yang paling sulit yang harus dihadapi oleh bidan

pasien, Bidan harus melepaskan diri dari pasien, dan pasien harus

melepaskan ketergantungannya terhadap bidan. Fase terminasi

dibagi dua, yaitu:

a. Terminasi sementara

Akhir dari tiap pertemuan perawat/bidan dengan klien,

setelah hal ini klien akan bertemu kembali pada waktu yang

berbeda dengan kontrak waktu yang disepakati.

b. Terminasi akhir

Dilakukan oleh perawat/bidan setelah menyelesaikan

seluruh proses pelayanan/tahapan.

Tugas perawat/bidan dalam tahap ini adalah:

a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah

dilaksanakan. Meminta klien untuk menyimpulkan tentang

apa yang telah didiskusikan merupakan suatu yang sangat

berguna pada tahap ini.

10
b. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan

perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat/bidan.

c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah

dilakukan. Tindak lanjut yang disepakati harus relevan

dengan interaksi yang baru saja dilakukan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa manusia tidak pernah bisa

lepas dari komunikasi meskipun dengan cara yang berbeda-beda. Begitu juga pasien/klien

sangat membutuhkan komunikasi dengan perawat/bidan demi menyelesaikan/mengurangi

beban masalah yang ada dalam diri pasien/klien tersebut. Adanya pendekatan personal

antara perawat/bidan dengan klien inilah yang diharapkan bisa membantu klien untuk

mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal-hal yang diperlukan.

Hubungan terapeutik juga menguntungkan kedua pihak sebagai pengalaman belajar

baik bagi klien maupun perawat/bidan karena adanya saling kebutuhan antara

perawat/bidan membantu pasien dan pasien menerima bantuan.

3.2 Saran

Keterampilan komunikasi yang baik dan benar serta efektif merupakan kemampuan

penting yang harus dimiliki oleh semua tenaga pelayanan kesehatan terutama perawat dan

bidan.

Maka dari itu, Perawat/bidan diharapkan mempunyai kemampuan lebih dalam

berkomunikasi terutama dengan pasien/klien karena kegiatan komunikasi bagi perawat dan

bidan merupakan salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah

perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri juga harus dilakukan dengan penuh kejujuran dan

ketulusan disertai dengan komitmen yang kuat untuk memberikan pelayanan yang terbaik

bagi klien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muhith dan Sandu Siyoto. 2018. Aplikasi komunikasi terapeutik nursing & health,
ANDI (Anggota IKAPI), Yogyakarta. https://g.co./kgs/7gLW9x

Dr. Kinkin Yuliaty Subarsa Putri,S.Sos.,M.Si. 2021. Komunikasi kesehatan, PT Raja Grafindo
Persada,Depok. https://sipeg.unjac.id/repository/upload/buku/ Komunikasi_Kesehatan
.pdf

Dr.Dra.Nina Siti Salmaniah Siregar,MSi. 2021. Komunikasi terapeutik bernuansa islami,


Scopindo Media Pustaka, Surabaya. bakri@uma.ac.idhttps://bakri.uma.id/wp-
content/uploads/2021/06/KOMUNIKASI-TERAPEUTIK-1-1.pdf

Era Revika, S.ST., M.Kes. 2020. Komunikasi dan konseling dalam praktik kebidanan, Pustaka
Baru Press :Yogyakarta.

Melinda Restu Pertiwi, S.Kep., Ns., M.Kep. 2022. Komunikasi terapeutik dalam kesehatan,
Rizmedia Pustaka Indonesia, Yogyakarta/Makassar.
http://repository.uki.ac.id/7877/1/KomunikasiTerapeutik.pdf

Mundakir,S.Kep.,Ns.,M.Kep. 2016. Buku ajar komunikasi pelayanan kesehatan, Indomedia


Pustaka Penerbit, Yogyakarta. https://repository.um-surabaya.ac.id/5434/1/Buku _
Ajar%2C_Komunikasi_Pelayanan_Kesehatan.pdf

Ns. Rika Sarfika, S.Kep., M.Kep. 2018. Buku ajar keperawatan dasar 2 komunikasi terapeutik
dalam keperawatan, Andalas University Press, Padang.
http://repo.unand.ac.id/18537/1/buku%20rika.pdf

13
14
15
16
17
18
❖ Pertanyaan

1) Bagaimana cara membangun komunikasi terapeutik yang efektif antara pasien

dan tenaga kesehatan?

2) Apa contoh tahapan terminasi sementara?

3) Mengapa perawat/bidan harus melakukan komunikasi terapeutik?

4) Mengapa dimensi respon harus dimiliki oleh tenaga kesehatan?

5) Apa saja contoh empati?

6) Apa kesimpulan dari komunikasi terapeutik?

7) Apa yang dimaksud bermain peran?

8) Kenapa seorang bidan harus menceritakan tentang dirinya saat pasien tidak mau

menceritakan sesuatu yang mengganggunya?

9) Misalnya ada pasien yang ingin cepat-cepat melahirkan tapi belum waktunya,

sedangkan bidan harus melakukan kesegeraan, bagaimana tindakan seorang

bidan menanggapi masalah tersebut?

❖ Jawaban

1) Yaitu dengan cara: perkenalan, mendengarkan pasien dengan baik dan penuh

perhatian, menanyakan pertanyaan yang sesuai, mengulang ucapan pasien

dengan kata-kata sendiri, fokus dan lakukan klarifikasi jika ada informasi yang

kurang jelas disampaikan pasien.

2) Seperti kontrol jahitan dan bertemunya seorang pasien dengan bidan sesuai

waktu yang sudah ditetapkan dan sudah dijanjikan.

3) Karena komunikasi menjadi kunci yang penting dalam penerapan kebijakan

keselamatan pasien. Melalui komunikasi efektif, bidan dapat menjelaskan

19
mengenai prosedur proses keperawatan secara jelas kepada pasien maupun

keluarga pasien agar pasien dapat lebih mudah memahami penyampaian

informasi oleh bidan.

4) Karena tenaga medis kesehatan mempunyai kewajiban untuk melayani

klien/pasien, maka dari itu rasa respon yang dimiliki oleh tenaga kesehatan

harus matang dalam melayani keluh kesah seorang klien/pasien.

5) Contoh sifat empati yaitu seperti menjenguk teman yang sakit, menghibur

teman ketika sedih, memahami perasaan orang lain, turut berduka cita bila

mendengar kabar duka dan lain sebagainya.

6) Dapat disimpulkan bahwa manusia tidak bisa lepas dari komunikasi, begitu juga

pasien sangat membutuhkan komunikasi dengan bidan demi menyelesaikan

/mengurangi beban masalah yang ada dalam diri pasien tersebut. Hubungan

terapeutik juga menguntungkan kedua belah pihak sebagai pengalaman belajar.

7) Yaitu bidan mengajak pasien melihat sesuatu dari pandangan orang lain tentang

dirinya, mengajari pasien untuk menjalin relasi antar manusia, melihat situasi

baru agar pasien tidak takut untuk bersosialisasi dengan orang lain.

8) Karena untuk menenangkan pikiran pasien agar tidak terus berpikir tentang

dirinya lah orang yang tidak beruntung di kehidupan ini. Bidan harus bisa

memosisikan dirinya sebagai pasien agar pasien bisa membicarakan apa yang

ia rasakan atau apa yang selama ini mengganggunya.

9) Kesegaraan maksudnya adalah siap mendengar keluh kesah pasien serta

bertindak dengan cepat, menanyakan keluhan, alasan, barulah seorang bidan

memberi solusi.

20

Anda mungkin juga menyukai