Anda di halaman 1dari 19

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

“KOMUNIKASI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN KONSELING”

Dosen Pengampu : Eka Yuli Handayani, M.KES

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 2

1. Lidiya Hasninda : 2300009

2. Husna : 2300004

D-III KEBIDANAN
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukurkami kepada Allah SWT yang mana telah memberikan

rahmat san hidayah nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“KOMUNIKASI TERAPEUTIK” dengan sebaik-baik nya.

Makalah yang berjudul Komunikasi Terapeutik ini berisikan penjelasan tentang

pengertian komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan. Dalam menyususn makalah ini,

kami juga menggunakan beberapa sumber sebagai referensi dari buku dan website.

Kami sebagai penulis makalah ini menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh

karena itu saran dan kritik dari pembaca kami harapkan agar kami dapat memperbaiki kesalah

dan kekurangan kami dikemudian hari.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapatbemanfaat bagi pembaca.

Pekan tebih, 27 September 2023

KELOMPOK

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI..………………………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Komunikasi Terapeutik............................................................................................ 4


2.2 Tujuan dan Manfaat Komunikasi Terapeutik......................................................................... 5
2.3 Saran dan prinsip Komunikasi Terapeutik............................................................................. 6
2.4 Sikap dan karakteristik Komunikasi Terapeutik..................................................................... 7
2.5 Teknik Komunikasi Terapeutik.............................................................................................. 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 9
3.2 Penutup............................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi adalah fitur dan keterampilan social sehari-hari yang dalam arti sempit

adalah transmisi pesan dari pengirim ke penerima. Ini adalah proses interaktif pertukaran

pikiran, emosi dan pesan lainnya yang pasti terjadi setiap kali ada interaksi antara dua

orang atau lebih. Isi keseluruhan pekerjaan dan tindakan tenaga kesehatan dalam

masyarakat dan sistem perawatan kesehatan sangat tergantung pada kinerja komunikasi

antara tenaga kesehatan dan lingkungan social mereka yang dekat dan lebih luas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan komunikasi terapeutik?

2. Apa tujuan dan manfaat dalam komunikasi terapeutik?

3. Apa teknik-teknik dari komunikasi terapeutik?

4. Bagaimana proses komunikasi terapeutik dalam kebidanan?

1.3 Tujuan Makalah

1. Memebkali bidan pada saat akan melakukan tindakan kepada pasien.

2. Agar bidan dan pasien terjalin komunikasi yang baik.

3. Membantu pasien untuk mengurangi beban perasaan dan pikiran agar dapat

menggambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada yang

diperlukan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi didefenisikan sebagai pertukaran informasi, pikiran, dan perasaan di

antara orang-orang dengan menggunakan ucapan atau teknik lainnya. Menurut Virginia

Henderson, komunikasi merupakan salah satu kebutuhan dalam empat belas kegiatan sehari-

hari. Komunikasi terapeutik didefenisikan sebagai proses interaksi tatap muka yang berfokus

pada peningkatan kesaejahteraan fisik dan emosional pasien. Sebagai profesi yang merawat

terlepas dari semua kemajuan teknologi kedokteran yang kompleks dan mesin yang digunakan

di samping tempat tidur pasien, faktanya bahwa tetap bidan/perawat adalah orang pertama

yang biasa nya di hubungi klien dalam keadaan darurat atau rumah sakit. Oleh karena itu,

istilah “caring” merupakan emlsi esensial yang harus dimiliki oleh semua profesi kesehatan

(Zivanovic and Ciric,2017).

Menurut kamus kedokteran Mosby, komunikasi terapeutik adalah suatu proses dimana

perawat secara sadar mempengaruhi klien atau membantu klien untuk pemahaman yang lebih

baik melalui komunikasi verbal atau nonverbal. Komunikasi terapeutik melibatkan penggunaan

strategi khusus yang mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan ide penyampaian

nya memerlukan penerimaan dan rasa hormat.

2
Komunikasi terapeutik merupakan suatu komunikasi yang sangat memperhatikan

kemampuan berbahasa, karena sifatnya yang di tunjukan untuk memberikan terapi kepada

pasien /klien atau dari komunikasi interpersonal dalam dunia kesehatan membutuhkan rasa

percaya/kepercayaan (trust), sikap suportif (supportivennes), dan sikap terbuka (open

mindedness) dari masing-masing pihak. Dalam kajian Afnuhaji (2015), Komunikasi terapeutik

merupakan kkomunikasi yang di lakukan oleh tenaga kesehatan, di rencanakan secara sadar

dengan tujuandan kegiatan di fokuskan untuk menyembuhkan klien. Oleh karena itu, dalam

menyampaikan pesan komunikasi terapeutik dibutuhkan kehati-hatian, karena menyentuh

psikologis seseorang dan harus memahami kondisi lawan bicara atau seseorang yang ingin

diberi terapi (klien/pasien) (Fasya and Supratman,2018).

Komunikasi terapeutik juga adalah proses dimana bidan/perawat secara sadar

mempengaruhi pasien atau membantu mereka dalam pemahaman yang lebih baik melalui

komunikasi verbal dan nonverbal, sambil mendorong pasien untuk mengespresikan perasaan

dan ide mereka, yang merupakan prasyarat penting untuk mewujudkan hubungan saling

menerima dan menghormati.

Tujuan akhir dari komunikasi terapeutik adalah untuk mencapai efek terapeutik tertentu

(membantu melalui komunikasi). Jenis hubungan komunikasi ini mempengaruhi sebagai faktor

terpisah dalam proses perawatan kesehatan dan mungkin memiliki efek terapeutik yang

menguntungkan, proses komunikasi anti-terapeutik atau netral ketika tidak ada pengaruh

terapeutik pada proses perawatan dan pengobatan.

3
Komunikasi terapeutik yang di capai secara efektif adalah salah satu keharusan

profesional keperawatan modern dan perawatan kesehatan, karena membantu meringankan

keadaan emosi negatif pada pasien, memecahkan masalah kesehatan dan membuat rencana

kegiatan yang berkontribusi pada peningkatan kondisi kesehatan.

2.2 Tujuan dan Manfaat Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik telah dipelajari secara luas dan telah terbukti memiliki banyak

manfaat. Baru-baru ini, komunikasi terapeutik telah diadopsi terutama untuk struktur komunikasi

di kedokteran, keperawatan, kebidanan, kesehatan mental, dan interaksi pekerjaan social.

Proses komunikasi terapeutik telah terbukti memiliki manfaat dalam banyak dominan.

Komunikasi terapoutik dapat meningkatkan akurasi diagnosis, mengidentifikasi emosi pasien

dan mentukan tindakan terapeutik terbaik, pengambilan keputusan kolaboratif dengan pasien,

dan meningkatkan identifikasi persepsi dan kekhawatiran pasien seputar diagnosis danpilihan

pengobatan. Kemampuan penyedia komunikasi telah dilaporkan sama pentingnya dengan

kompetensi teknis dalam penilaian oleh pasien. Kepatuhan pengobatan secara langsung

berkolerasi dengan kualitas komunikasi (Sharma and Gupta,2022).

Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran

serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal

yang diperlukan. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif

dan mempertahankan kekuatan egonya. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya

sendiri.

4
Ada pun beberapa Tujuan Komunikasi terapeutik Untuk mengembangkan pribadi klien ke

arah lebih positif/adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien :

1. Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi

terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang tadinya tidak bisa

menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik

dengan perawat akan mampu menerima dirinya.

2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling

bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana

menerima dan diterima orang lain. Komunikasi yang terbuka, jujur, menerima klien apa

adanya, perawat akan meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan

saling percaya ( Hibdon, S., 2000).

3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai

tujuan yang realistis.

4. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur

kemampuannya. Individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri

mempunyai harga diri yang tinggi, sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya

jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri (Taylor, Lilis dan Lemone, 1997).

5. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Klien yang mengalami

gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan

merngalami harga diri rendah.

5
Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman Manfaat Komunikasi

Terapeutik Dengan profesi sebagai perawat, maka menjadi terapeutik adalah suatu hal wajib

dilakukan dan diharapkan akan memberikan kontribusi dalam melakukan pelayanan

kesehatan/keperawatan kepada masyarakat. Menjadi terapeutik berarti menjadikan diri perawat

sebagai sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan dalam hal ini perawat menggunakan

komunikasi terapeutik sebagai sarananya.

2.3 Saran dan Prinsip Komunikasi Terapeutik

Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan

mempertahankan hubungan yang terapeutik :

1. Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,

didasarkan pada prinsip “Humanity of Nursing and Clients”.

2. Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar belakang keluarga,

budaya dan keunikan tiap individu.

3. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik pemberi maupun

penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjga harga dirinya dan harga

diri klien.

4. Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu

sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan masalahnya.

5. Beberapa prinsip komunikasi terapeutik menurut Boyd & Nihart (1998) adalah :

6. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.

7. Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik

8. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.

9. Kerahasiaan klien harus dijaga.

6
10. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah

laku klien dan memberi nasehat.

11. Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secara rasional.

12. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan

subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik

klien.

13. Implementasi intervensi berdasarkan teori.

14. Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan

terapeutik.

2.4 Sikap dan Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Menurut Roger dan Stuart GW (1998) ada beberapa karakteristik seorang perawat yang

dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu :

1. Kejujuran Tanpa kejujuran mustahil akan terbina hubungan saling percaya, sesorang

akan menaruh kepercayaan kepada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respon

yang tidak dibuat-buat, sebaliknya dia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu

halus sehingga sering menyembunyikan isi hati yang sebenarnya dengan kata-kata atau

sikapnya yang tidak jujur. (Rahmat, J, 1996)

2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif Perawat sebaiknya menggunakan kata-kata

yang mudah dimengerti dan dipahami oleh klien dan tidak berbelit-belit.

3. Bersikap positif Sikap yang positif terhadap klien ditunjukkan dengan sikap hangat,

penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien.

7
4. Empati bukan simpati Dengan sikap empati, perawat akan mampu merasakan dan

memikirkan permasalahan dan yang dipikirkan klien. Sikap simpati tidak mampu melihat

permasalahan secara obyektif karena perawat terlibat secara emosional terhadap

permasalahan yang dihadapi klien.

5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien Agar mampu melihat permasalahan

dari sudut pandang klien maka perawat harus menjadi pendengar yang aktif dan sabar

dalam mendengarkan semua ungkapan klien.

6. Menerima klien apa adanya Seorang perawat yang baik akan tidak memandang hina

klien dan keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan pakaian yang kumal dan

kotor

7. Sensitif terhadap perasaan klien Perawat harus sennsitif terhadap perasaan kliennya

agar tidak menyinggung perasaanya.

8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri Seorang

perawat harus mampu melupakan kejadian yang menyakitkan di masa lalu dan

menguatkan koping klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi saat ini.

2.5 Teknik Komunikasi Terapeutik

Dua persyaratan komunikasi yang efektif, yaitu (1) komunikasi ditujukan untuk

menghormati baik perawat maupun pasien dan (2) komunikasi tentang penerimaan atau

pengertian mendahului tiap saran informasi atau informasi yang lebih spesifik.Terdapat

berbagai metode pencacatan komunikasi perawat-pasien. Metode tersebut termasuk rekaman

video, rekaman suara, dan verbatim, gambaran kasar, dan catatan pasca interaksi. Hubungan

terapeutik perawat-pasien merupakan pengalaman belajar timbal balik dan pengalaman

emosional korektif bagi pasien.

8
Dalam hubungan ini, perawat menggunakan diri (self) dan teknik-teknik klinis tertentu dalam

menangani pasien untuk meningkatkan pemahaman dan perubahan perilaku pasien.

Teknik komunikasi terapeutik terdiri dari mendengarkan aktif, diam, fokus, menggunakan

pertanyaan terbuka, klarifikasi, eksplorasi, parafrase, refleksi, menyatakan kembali,

memberikan arahan, meringkas, pengakuan, dan menawarkan diri (Torres et al., 2017; Burke,

2022);

a. Mendengarkan secara aktif adalah bagian penting dari komunikasi.

Mendengarkan dengan penuh perhatian jauh lebih dari sekadar mendengar dan

mendengarkan dengan penuh perhatian jauh lebih dari sekadar berdiam diri

sambil mendengarkan kata-kata. Mendengarkan dengan penuh perhatian secara

aktif bukanlah kegiatan yang pasif; dibutuhkan focus dalam pendengaran,

pengolahan dan tujuan memahami kata-kata klien, serta memproses kata-kata

ini dalam konteks situasi klien dan komunikasi nonverbal yang dikirim oleh klien

karena mereka mengungkapkan beberapa pesan secara verbal kepada perawat.

b. Mirip dengan mendengarkan, hening atau diam adalah proses aktif dimana

pengirim dan penerima pesan memanfaatkan jeda hening singkat untuk

memikirkan dan merenungkan makna penuh dari pesan yang diterima dan untuk

merenungkan bagaimana menanggapi pesan yang dikirim dengan umpan balik.

Diam adalah teknik komunikasi terapeutik yang juga sangat membantu ketika

pertugas kesehatan ingin memberikan waktu yang cukup kepada klien untuk

mendiskusikan perasaan, pendapat, dan keyakinannya secara penuh dan

terbuka, namun, hening atau diam yang berkepanjangan dapat ditafsirkan oleh

klien sebagai kurangnya minat atas komunukasi yang terjadi.

9
Agar tetap terapeutik, hening atau diam harus dalam durasi yang tepat sehingga

tidak berdampak buruk pada klien dan hubungan terapeutik perawat-klien. Fokus

dengan klien adalah teknik komunikasi terapeutik yang digunakan oleh

bidan/perawat, dan anggota tim perawatan kesehatan lainnya, yang

memfasilitasi kemampuan klien untuk fokus dan memperhatikan masalah yang

dihadapi, yang harus mencerminkan prioritas klien. Kadang-kadang, beberapa

klien mungkin menggunakan kehadiran perawat/bidan untuk membicarakan hal-

hal yang bahkan tidak berhubungan dengan perawatan kesehatan mereka.

Misalnya, mereka mungkin ingin mengobrol tentang keluarga besar mereka dan

pencapaian mereka pada saat yang sama ketika perawat harus mendidik klien

tentang rencana perawatan mereka. Berfokus pada subjek yang ada mengurangi

risiko gangguan pada proses komunikasi terapeutik. Misalnya, perawat mungkin

berkata, "Tuan Burke, keluarga Anda sangat menarik dan sukses. Terima kasih

telah berbagi informasi ini dengan saya. Sekarang, mari kita bahas diabetes

Anda dan insulin yang akan Anda konsumsi setelah Anda meninggalkan rumah

sakit".

c. Pertanyaan terbuka. Memunculkan informasi yang lebih banyak dan lebih

lengkap daripada pertanyaan tertutup yang membutuhkan lebih dari sekadar

jawaban ya atau tidak. Teknik komunikasi terapeutik ini sangat berguna ketika

perawat/bidan menginginkan informasi yang lebih lengkap dan lebih dalam dari

klien dan ketika perawat/bidan memfasilitasi klien untuk bebas serta ekspresi

perasaan dan keyakinan mereka sendiri.

10
d. Pertanyaan tertutup juga berguna terutama ketika klien tidak dapat, karena satu

dan lain alasan, merumuskan umpan balik dan komunikasi yang lebih lengkap

Ummi Kaltsum S. Saleh 28 kepada perawat/bidan. Misalnya, pertanyaan tertutup

berguna ketika klien mengalami gangguan kognitif atau mereka menggunakan

ventilasi mekanis dengan intubasi dan tidak dapat berbicara dengan

perawat/bidan dan orang lain.

e. Pesan sering diklarifikasi dan divalidasi dengan klien agar bidan/perawat

memastikan bahwa mereka telah menerima dan menafsirkan pesan yang

lengkap dan benar tanpa kesalahan, tanpa bias dan asumsi yang salah. Teknik

klarifikasi khusus meliputi eksplorasi, parafrase, refleksi, dan pernyataan ulang,

Sebuah pertanyaan yang mungkin bidan/perawat dapat meminta klien untuk

mengklarifikasi pesan seperti: "Apakah saya benar bahwa Anda mengatakan

kepada saya bahwa Anda berencana untuk memiliki perawatan kesehatan di

rumah setelah Anda keluar?" atau "Anda tampak kesal. Apakah Anda ingin

membicarakannya?' ketika klien tampak kesal dengan isyarat wajah nonverbal

mereka.

f. Eksplorasi berbeda dengan penyelidikan invasif dan non terapeutik,

menggunakan teknik yang mendorong klien untuk memberikan lebih banyak

detail dan informasi tentang topik tertentu atau masalah perawatan kesehatan.

11
g. Parafrase; teknik lain yang digunakan untuk mengklarifikasi pesan klien,

digunakan oleh bidan/perawat untuk menyusun ulang komentar atau pertanyaan

klien dengan cara yang serupa dengan apa yang menurut bidan/perawat telah

mereka dengar dan pahami. Misalnya, seorang bidan/perawat dapat

memparafrasekan pernyataan klien seperti "Saya terlalu lelah untuk berpikir"

dengan, "Apakah maksud Anda sekarang Anda terlalu lelah untuk melanjutkan

perawatan ini?

h. Penyajian ulang dilakukan untuk memperjelas pesan klien dengan mengulang

kembali pernyataan yang sama kepada klien. Misalnya, ketika klien berkata,

"Saya siap untuk berjalanjalan" dan bidan/perawat berkata, "Apakah saya

mendengar Anda mengatakan bahwa Anda sekarang siap untuk berjalanjalan?"

i. Refleksi; teknik komunikasi terapeutik mencerminkan apa yang diyakini

bidan/perawat bahwa perasaan klien berada di balik kata-kata sehingga

perasaan klien dapat dieksplorasi lebih lanjut dan diungkapkan oleh pasien.

Misalnya, ketika klien tampak marah dan kesal, bidan/perawat dapat

menyatakan, "Kamu tampak sedikit marah hari ini. Maukah kamu

membicarakannya?"

j. Memberikan petunjuk kepada klien memungkinkan klien untuk terus

mendiskusikan berbagai hal dengan bidan/perawat dan juga memfasilitasi klien

untuk memulai diskusi baru yang terfokus pada hal tertentu. Misalnya,

bidan/perawat mungkin berkata, "Ceritakan tentang kekhawatiran Anda terkait

dengan obat baru Anda". Mudahmudahan, klien akan memulai diskusi tentang

obat baru mereka dan kekhawatiran mereka yang berkaitan dengan mereka

dengan bidan/perawat.

12
k. Meringkas adalah teknik komunikasi terapeutik yang sangat berguna yang

merangkum poin-poin utama dan utama yang dibahas serta kesimpulan dari

diskusi yang diputuskan bersama. Misalnya, seorang bidan/perawat yang

sedang mendidik klien dan anggota keluarga tentang manajemen diabetes dan

interaksi obat diabetes, olahraga, diet dan faktor lainnya, dengan meringkas

diskusi ini dengan pernyataan seperti, "Selama diskusi kita hari ini, kita telah

membahas peran obat diabetes, olahraga, diet, dan faktor lain lain dan

bagaimana menurut anda interaksi ini berdampak pada keberhasilan

pengelolaan diabetes anda.

l. Pengakuan dan penerimaan klien dan pikiran mereka yang disampaikan selama

komunikasi adalah teknik dan strategi komunikasi terapeutik yang memberi

bidan/perawat kesempatan untuk memberi tahu klien bahwa bidan/perawat

tertarik pada mereka dan menghormati mereka dan pikiran mereka.

m. Penawaran Diri; Proses komunikasi terapeutik dan hubungan terapeutik

bidan/perawat-klien harus didasarkan pada kesediaan bidan/perawat dan tanpa

syarat menawarkan diri dan waktu mereka kepada klien dengan baik dan secara

langsung membantu klien memenuhi kebutuhan klien.

Beberapa teknik komunikasi terapeutik menurut Stuart (1998) antara lain:

mendengarkan dengan sepenuh perhatian, menunjukkan penerimaan, menanyakan

pertanyaan yang Ummi Kaltsum S. Saleh 30 berkaitan, menyatakan hasil observasi,

menawarkan informasi, memberikan penghargaan, menawarkan diri, memberikan

kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan, memberikan kesempatan kepada

klien untuk menguraikan persepsinya, refleksi dan humor.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat 7 (tujuh)

utama dalam penelitian yaitu :

1. Membina hubungan terapeutik dengan pasien, bahwa adanya pemahaman tentang

pengertian atau definisi, adanya tujuan, tahapan dan manfaat komunikasi terapeutik

yang dapat dijelaskan oleh perawat itu sendiri.

2. Mengidentifikasi persiapan perawat sebelum berinteraksi dengan pasien bahwa

pada saat perawat melakukan fase prainteraksi maka perawat harus bisa menggali

kemampuan diri yaitu dengan cara menilai kekuatan dan kelemahan perawat serta

menyiapkan diri secara terapeutik.

3. Membina hubungan saling percaya, merupakan fase perkenalan dimana perawat

menyebutkan identitas dan menanyakan identitas pasien, dengan demikian maka

akan terjalin suatu hubungan yang terapeutik.

4. Menilai interaksi dalam berkomunikasi terapeutik dengan pasien yaitu dengan cara

mengevaluasi kontrak atau perjanjian yang sudah dibuat dan merencanakan

tindakan yang akan dilakukan.

5. Melakukan kerja sama dengan cara berkomunikasi dua arah dengan pasien untuk

mengatasi masalah pasien, mengatasi masalahnya, maka perawat perlu melakukan

tindakan keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya.

14
B. PENUTUP

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepan nya penulis

akan lebih focus dan details dalam menjelas kan tentang makalah di atas dengan

sumber referensi yang lebih banyak, yang tentunya dapat di pertanggung jawab.

15
DAFTAR PUSTAKA

Burke, A. 2022. ‘Therapeutic Communication’, Registered Nursing,org. Available at:


https://www.registerednursing.org/nclex/therapeuticcommunication/.

Fasya, H. and Supratman, L. P. 2018. ‘KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT PADA


PASIEN GANGGUAN JIWA’, Jurnal Penelitian Komunikasi, 21(1), pp. 15–28. doi:
10.20422/jpk.v21i1.491.

Helmi. 2018. ‘PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH BIDAN KEPADA IBU HAMIL
DALAM KEGIATAN ANTE NATAL CARE DI PUSKESMAS JELAPAT KECAMATAN
MEKARSARI KABUPATEN BARITO KUALA’, AL – ULUM ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA,
4(April), pp. 97–111.

Hendarwan, H. et al. 2018. ‘Kualitas Pelayanan Pemeriksaan Antenatal oleh Bidan di


Puskesmas’, Buletin Penelitian Kesehatan, 46(2), pp. 97–108.

Megasari, K. and Juliarti, W. 2021. ‘Analysis of Therapeutic Communication of Delima Midwives


in Antenatal Care Services in Pekanbaru City’, science midwifery, 9(2), pp. 232– 236.

Sharma, N. and Gupta, V. 2022. Therapeutic Communication. StatPearls Publishing. Available


at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK567775/#_articl e-127665_s1_.

Torres, G. M. C. et al. 2017. ‘Therapeutic communication in the interaction between health


workers and hypertensive patients in the family health strategy’, Revista Gaucha de
Enfermagem, 38(4), pp. 1–8.

Zivanovic, D. and Ciric, Z. 2017. ‘Therapeutic Communication in Health Care’, SciFed Nursing &
Healthcare Journal, 1(2), pp. 1–7. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/320245946_Th
erapeutic_Communication_in_Health_Care.

Anda mungkin juga menyukai