DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAJAR :
Ns. Eva Kartika Hasibuan, M.Kep
RUANGAN:
1.2
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Komunikasi
keperawatan I yang berjudul Tingkatan Komunikasi Dan Konsep Komunikasi Terapeutik .
Dalam penulisan makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembimbing dan teman mahasiswa/i.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman- teman
mahasiswa/i Program Studi Ners Fakultas Farmasi & Ilmu Kesehatan yang akan memberikan
masukan kritik & saran. Demikianlah makalah ini kami tulis, semoga dapat bermanfaat, akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
BAB I PENDAHULUAN..
1.2 Tujuan.
3.1 Kesimpulan..
3.2 Saran..
DAFTAR PUSTAKA..
Level-level komunikasi
komunikasi berdasarkan jumlah orang yang terlibat dalam sebuah proses komunikasi.
Sedangkan komunikasi itu sendiri adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba saling pengertian yang mendalam. Sedangkan pengertian level
komunikasi itu sendiri menurut Patidar, level komunikasi ditentukan oleh dasar jumlah orang
yang terlibat dalam sebuah proses komunikasi, juga oleh tujuan komunikasi.
Level-level komunikasi
(communication with self). Tipe komunikasi intrapribadi sama dengan proses pribadi berfikir,
yaitu ketika seseorang secara sadar (sengaja) mengirimkan informasi pada dirinya untuk
menganalisis sebuah situasi dan mengmbil sikap atau keputusan. Riswandi menjabarkan
interpersonal communication adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang,
berupa pengolahan informasi melalui panca indra dan saraf. Contoh interpersonal
dengan orang lainnya, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik scara verbal atau nonverbal. Contoh interpersonal communication
yaitu, percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon, dan lain-lain.
Publik sering disetarakan dengan komunikasi massa karena komunukasi ini melalui
media massa walupun publik tidak sellalu dilakukan melalui media massa. Komunikasi
publik sering juga dipahami berbicara didepan ornang banyak (publik speaking)yang
membutuhkan ketermpilan komunikasi khusus, seperti, gesture, suara, bahan media yang
Kalthner, dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi dengan tujuan
menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang professional dengan menggunakan
pendekatan personal berdasarkan perasaan dan emosi. Didalam komunikasi terapeutik ini
harus ada unsur kepercayaan. (Mundakir, 2006)
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat dijelaskan bahwa komunikasi terapeutik
adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain.
Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat-klien yang terapeutik tidak mungkin
dicapai tanpa komunikasi (Budi Ana Keliat dalam Mundakir, (2006)
Hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik bagi klien maupun perawat
yang diidentifikasikan dalam empat tindakan yang harus diambil antara perawat klien,
yaitu:
- Tindakan diawali perawat
- Respon reaksi dari perawat
- Interaksi dimana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan
- Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai tujuan
hubungan
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper)
untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.
b.Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali
bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan
merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama perawat
pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan
penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-
tugas perawat pada tahap ini antara lain :
1)Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi
terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur,
ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien.
2)Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga kelangsungan sebuah
interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik
pertemuan.
3)Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk mendorong
klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan
terbuka.
4)Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien teridentifikasi.
Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi
(Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005)
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :
1).Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan
2). Memperkenalkan diri perawat
3). Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk
berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.
4). Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi penjelasan
tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada perawat.
5). Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau kejadian yang
membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan untuk mendapatkan fokus
pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan
utama. Pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui kondisi dan
kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya.
6).Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama klien
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.
Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi. Tujuan
orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan
klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya.
c.Fase kerja.
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi teraeutik.Tahap ini
perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan klien
mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan
pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang
sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi,
berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996, dikutip dari Suryani,
2005).
d.Fase terminasi.
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya
sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya merasa
kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu
atau saat klien akan pulang. Perawat dan klien bersama-sama meninjau kembali proses
keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan sukses
dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep kehilangan. Terminasi merupakan
akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:
1) Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan;
2). Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara
menyeluruh.
Tugas perawat pada fase ini yaitu :
a). Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut
evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah tindakan
dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi (Suryani,2005).
b). Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setalah
berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu.
c). Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini sering disebut
pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan
interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Dengan
tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam.
d). Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah
topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi sementara dan terminasi
akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil yang telah
dicapai selama interaksi.
Didalam sumber yang lain dikatakan bahwa tahapan komunikasi terapeutik meliputi :
1.PRAINTERAKSI
Dimulai sebelum kontak pertama perawat-klien
Tugas perawat : mengeksplorasi diri
Pada pengalaman pertama, perawat masih memiliki miskonsepsi dan image pada umumnya
ditambah dengan berbagai perasaan dan ketakutan yang muncul seperti:
- Takut ditolak klien
- Cemas karena merupakan pengalaman baru
- Memperhatikan klien secara berlebihan
- Meragukan kemampuan diri
- Takut dilukai klien secara fisik
- Gelisah melakukan komter
- Klien dicurigai sebagai orang yang aneh
- Merasa terancam identitasnya sebagai perawat
- Merasa tidak nyaman untuk melakukan tugas secara fisik
- Mudah terpengaruh secara emosional (tersinggung-diejek)
- Takut disakiti secara psikologis
Analisi diri
- Apakah saya menganggap klien sbg orang yang aneh?
- Apakah harapan saya terlalu tinggi sehingga bila klien kasar, bermusuhan, atau tidak
kooperatif saya menjadi marah atau merasa terluka?
- Apakah saya takut terhadap tanggung jawab yang dibebankan pada saya (dalam hubungan
dengan klien)?
- Apakah saya harus menutupi rasa inferior dengan mengedepankan rasa superior?
- Apakah saya harus bersimpati, memberikan kehangatan, dan perlindungan secara berlebihan
bila saya melakukan kekeliruan?
2.ORIENTASI
Perawat : menemukan alasan mengapa klien memerlukan pertolongan dasar pengkajian
keperawatan dan membantu perawat fokus pada masalah klien.
Tugas perawat pada fase ini :
- Membangun trust
- Memahami
- Menerima
- Membuka komunikasi dan membuat kontrak dgn klien
Perawat dapat menyadari kecemasan dan ketakutan klien, tetapi klien mungkin kesulitan
untuk menerima bantuan perawat. Kemungkinan hal ini disebabkan :
- Sulit mengakui mempunyai kesulitan atau masalah .
- Tidak mudah trust atau terbuka pada seseorang yang baru dikenal.
- Masalah yang dihadapi terlihat sangat besar, rumit, atau unik untuk disharingkan pada orang
lain.
- Mengutarakan masalah dapat mengancam rasa independen, otonomi, dan harga diri.
- Dalam memecahkan suatu masalah melibatkan pemikiran tentang sesuatu yang mungkin
tidak menyenangkan, mereview kenyataan hidup, memutuskan suatu rencana, dan yang
terpenting adalah membawa suatu perubahan
3.KERJA
Selama fase ini
- Prwt-klien mengekplorasi stressor yang berkaitan dan terus meningkatkan perkembangan
insight klien (yang berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan)
- Insights harus diwujudkan dalam tindakan dan diintegrasikan ke dalam pengalaman hidup
klien
- Perawat membantu klien : menghilangkan kecemasan, meningkatkan rasa kebebasan dan
tanggung jawab terhadap diri sendiri mengembangkan mekanisme koping yang positif.
(Fokus fase ini : perubahan perilaku secara nyata)
4.TERMINASI
- Pemahaman antara perawat-klien lebih dioptimalkan
- Saling tukar pikiran dan memori
- Mengevaluasi perkembangan klien (berkenaan dengan tujuan asuhan keperawatan)
- Perawat-klien bersama-sama mereview perkembangan yang tercapai selama perawatan
- Perasaan rejeksi, kehilangan, sedih, dan marah diekspresikan dan diekplorasi
2. Menunjukkan Penerimaan
Arti menerima adalah mendukung dan menerima informasi dengan dengan tingkah laku yang
menunjukan ketertarikan dan tidak menilai. Perlu diketahui bahwa menerima tidak berarti
menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan
keraguan dan ketidaksetujuan. Sebagai seorang perawat kita tidak harus menerima semua
perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindari ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
menunjukkan ketidak setujuan terhadap sesuatu, seperti mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala yang menandakan tidak percaya.
Tuju cara memfasilitasi agar memperoleh penerimaan ( Bolton Cit.R,1999)
1. Tidak seorangpun dapat menerima secara sempurna
2. Beberapa orang cendrung diterima dari pada orang lain
3. Tingkah penerimaan seseorang terus menerus berganti
4. Adalah ssuatu yang alami mempunyai sesuatu yang difavoritkan
5. Setiap orang dapat lebih menerima
6. Penerimaan yang hanya pura pura merupakan suatu hal yang berbahaya untuk hubungan
interpersonal
7. Penerimaan tidak sama dengan persetujuan.
Berikut ini sikap perawat yang menunjukkan rasa percaya.
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Membarikan umpan balik verbal kepada klien dengan cara yang baik.
c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal sesuai dengan komunikasi verbal.
d. Menghindari perdebatan, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah
pikiran klien. Perawat dapat menganggukkan kepalanya atau berkata,Ya atau, Saya
mengikuti apa yang Anda ucapkan.
Penerimaan juga digunakan untuk membangun rasa percaya dan mengembangkan empati
( Boyt & Nirhat, 1998)
Misalnya:
Klien : Saya telah melakukan beberapa kesalahan
Ners : Saya ingin mendengar itu, tidak apa jika anda ingin mendiskusikan hal itu dengan
saya
3. Menanyakan Pertanyaan yang Berkaitan
Menanyakan pertanyaan yang berkaitan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topikk yang
dibicarakan dan menggunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Pertanyaan
hendaknya disampaikan secara berurutan selama pengkajian.
Diam digunakan saat klien perlu mengekspresikan ide tapi tidak tahu cara
melakukanya/menyampaikan hal tersebut ( Boyd & Nihart,1998)
Msalnya:
Klien : Saya marah
Ners : (Diam)
Klien : orang tua saya tidak perhatian lagi sama saya
7. Klarifikasi
Jika terjadi kesalahpahaman sebaiknya perawat menghentikan pembicaraan sejenak untuk
mengklarifikasi dan menyamakan pemahaman, karena keakuratan informasi sangat penting
dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan. Perawat perlu membarikan contoh yang
konkret agar pesan mudah dimengerti klien dan tidak ada kesalahpahaman.
Contoh:
Klien : Saya kurang yakin apakah bisa mengikuti apa yang Anda sampaikan.
Perawat : Apa yang Anda katakan tadi adalah.....
8. Memfokuskan
Teknik ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik
dan dimengerti. Perawat seharusnya tidak memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan
masalah yang penting, kecuali jika pemnicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
Misalnya, Hal ini sangat penting, nanti kita bicarakan lebih lanjut.
9. Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan respons kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya,
sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan baik dan benar. Perawat menguraikan
kesan yang ditimbulkan melalui syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan
perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus memfokuskan atau
mengklarifikasi pesan.
Contoh:
Anda kelihatan tegang...
Apakah Anda merasa cemas apabila Anda...
10. Menawarkan Infornasi
Pemberian tambahan informasi dapat dijadikan sebagai pendidikan kesehatan bagi klien dan
juga bisa menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Jika ada informasi yang ditutupi
oleh dokter, seorang perawat hendaknya mengklarifikasi alasannya. Perawat dalam
memberikan informasi tidak boleh terkesan seperti memberikan nasihat melainkan
memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan
11. Meringkas
Meriingkas adalah mengulang ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Teknik
ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek
penting dalam interaksinya. Sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik lain yang
berkaitan. Misalnya, Selama kurang lebih 2 jam, Anda dan saya telah membicarakan
tentang...
12. Memberikan Penghargaan
Memberikan penghargaan terhadap klien dapat dilakukan dengan cara seperti menyambutnya
dengan salam dan menyebutkan namanya. Dengan melakukan hal tersebut perawata dapan
menunjukkan kesadarannya tentang perubahan yang terjadi selain itu juga dapat
menunjukkan bahwa perawat menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai
hak dan tanggungjawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Namu penghargaan tersebut
jangan sampai menjadi beban baginya,dengan kata lain penghargaan tersebut jangan sampai
membuat klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau
persetujuan atas perbuatannya. Misalnya Selamat siang, Bapak Jaya, Assalamualaikum
atau Selamat datang Ibu, Ibu sangat tepat waktu sesuai janji.
Dengan agama islam, memberi salam dan penghargaan merupakan aklak terpuji, dengan
begitu berarti orang tersebut telah mendoakan orang lain agar memperoleh rahmat dari Allah
SWT. Salam menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah.
13. Menawarkan Diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Sering kali
perawat hanya menawarkan kehadirannya dan ketertarikannya tenpa mempertimbangkan
kondisi klien. Sesungguhnya teknik komunikasi ini harus dilakukan dengan tulus ikhas.
Misalnya, Saya mengharapkan Anda merasa tenang dan nyaman.
Komunikasi Terapeutik:
1. Terjadi antara perawat dan klien atau anggota tim kesehatan lainnya
2. Lebih akrab, karena mempunyai tujuan dan fokusnya adalah pada pasien sebagai
orang yang membutuhkan bantuan untuk mengatasi masalah kesehatannya.
3. Perawat secara aktif mendengarkan dan membrikan responkeada pasien, sebagai
isyarat bahwa perawat peduli, mau memahami, serta empati, sehingga dapat lebih
menumbuhkan rasa percaya p[ada diri pasien serta pasien lebih menjadi terbuka dalam
menceritakan masalah kesehatannya kepada perawat.
Komunikasi Sosial:
1. Terjadi setiaphari antara orang dengan orang, baik dalam pergaulan biasa atapun
dalam lingkungan kerja.
2. Bersifat dangkal karena tidak adanya tujuan.
3. Lebih banyak terjadi didalam pekerjaanm aktifitas sosial, dll
4. Pembicaraan tidak mempunyai fokus tertentu, tetapi lebih kearah kebersamaan dan
rasa ssenang antar pembicaranya.
5. Dapat maupun tidak direncanakan.