Anda di halaman 1dari 18

TINGKATAN KOMUNIKASI DAN KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

DISUSUN OLEH :

Hendi N.P Lumban Gaol


Theresia Yuni Florensia S
Yosi Meichi Sianturi

DOSEN PENGAJAR :
Ns. Eva Kartika Hasibuan, M.Kep

RUANGAN:
1.2

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Komunikasi
keperawatan I yang berjudul Tingkatan Komunikasi Dan Konsep Komunikasi Terapeutik .
Dalam penulisan makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembimbing dan teman mahasiswa/i.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman- teman
mahasiswa/i Program Studi Ners Fakultas Farmasi & Ilmu Kesehatan yang akan memberikan
masukan kritik & saran. Demikianlah makalah ini kami tulis, semoga dapat bermanfaat, akhir
kata kami ucapkan terima kasih.

Medan, 27 Februari 2017

Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.

BAB I PENDAHULUAN..

1.1 Latar Belakang..

1.2 Tujuan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS.

2.1 Tingkatan Komunikasi..

2.2 Konsep Komunikais Terapeutik..

BAB III PENUTUP.

3.1 Kesimpulan..

3.2 Saran..

DAFTAR PUSTAKA..
Level-level komunikasi

Pengertian level komunikasi

Dalam leteratur komunikasi dikenal istilah level komunikasi yaitu tingkatan

komunikasi berdasarkan jumlah orang yang terlibat dalam sebuah proses komunikasi.

Sedangkan komunikasi itu sendiri adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih

membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada

gilirannya akan tiba saling pengertian yang mendalam. Sedangkan pengertian level

komunikasi itu sendiri menurut Patidar, level komunikasi ditentukan oleh dasar jumlah orang

yang terlibat dalam sebuah proses komunikasi, juga oleh tujuan komunikasi.

Level-level komunikasi

Level-level komunikasi terbagi menjadi 5 bagian

1. Interpersonal communication (komunikasi interpersonal)

Komunikasi intrapribadi yaitu komunikasi seseorang dengan dirinya sendiri

(communication with self). Tipe komunikasi intrapribadi sama dengan proses pribadi berfikir,

yaitu ketika seseorang secara sadar (sengaja) mengirimkan informasi pada dirinya untuk

menganalisis sebuah situasi dan mengmbil sikap atau keputusan. Riswandi menjabarkan

interpersonal communication adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang,

berupa pengolahan informasi melalui panca indra dan saraf. Contoh interpersonal

communication yaitu, berfikir, merenung, menggambar, menulis sesuatu, dan lain-lain.

2. Interpersonal communication (komunikasi antarpribadi)

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi secara langsung antara seseorang

dengan orang lainnya, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain

secara langsung, baik scara verbal atau nonverbal. Contoh interpersonal communication

yaitu, percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon, dan lain-lain.

Komunikasi antarpribadi dibagi menjadi tiga tipe:


Assertive communication (komunikasi asertif)

Nonassertive communication (komunikasi nonasetif)

Aggressive communication (komunikasi agresif)

5. Public communication (komunikasi publik)

Publik sering disetarakan dengan komunikasi massa karena komunukasi ini melalui

media massa walupun publik tidak sellalu dilakukan melalui media massa. Komunikasi

publik sering juga dipahami berbicara didepan ornang banyak (publik speaking)yang

membutuhkan ketermpilan komunikasi khusus, seperti, gesture, suara, bahan media yang

harus digunakan untuk mengkomunikasikan pesan secara efektif.

Konsep komunikasi terapeutik.


2.1 Definisi komunikasi terapeutik.
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.
Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif
komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI,
1997). Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau
keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan
psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W (1998)
menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat
dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama
dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Sedangkan S.Sundeen (1990)
menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar
menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang
terapeutik.
Definisi komunikasi menurut para ahli :
Menurut As Homby (1974) yang dikutip oleh Nurjannah, I (2001) mengatakan bahwa
terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan. Hal yang
menggambarkan bahwa dalam menjalani proses komunikasi terapeutik, seorang perawat
melakukan kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan masalah keperawatan, menentukan
rencana tindakan keperawatan, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan yang telah
direncanakan sampai pada evaluasi yang semuanya itu bisa dicapai dengan maksimal apabila
terjadi proses komunikasi yang efektif dan intensif. Hubungan take and give antara perawat
dan klien menggambarkan hubungan memberi dan menerima.

Kalthner, dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi dengan tujuan
menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang professional dengan menggunakan
pendekatan personal berdasarkan perasaan dan emosi. Didalam komunikasi terapeutik ini
harus ada unsur kepercayaan. (Mundakir, 2006)

Heri Purwanto (1994) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah


komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan dalam kegiatannya difokuskan
untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi professional yang mengarah pada
tujuan untuk penyembuhan pasien (Mundakir, 2006)

Mulyana (2000) mengatakan komunikasi terapeutik termasuk komunikasi


interpersonal yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun
non verbal. (Mundakir, 2006)

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yg direncanakan secara sadar, bertujuan


dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk
komunikasi interpersonal.

Northouse (1998: 12), komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan


perawat untuk membantu pasien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis,
dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.

Stuart G.W. (1998), komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpesonal antara


perawat dengan pasien, dalam hubungan ini perawat dan pasien memperoleh pengalaman
belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional pasien.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat dijelaskan bahwa komunikasi terapeutik
adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain.
Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat-klien yang terapeutik tidak mungkin
dicapai tanpa komunikasi (Budi Ana Keliat dalam Mundakir, (2006)

Hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik bagi klien maupun perawat
yang diidentifikasikan dalam empat tindakan yang harus diambil antara perawat klien,
yaitu:
- Tindakan diawali perawat
- Respon reaksi dari perawat
- Interaksi dimana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan
- Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai tujuan
hubungan

Komunikasi terapeutik terjadi apabila didahului hubungan saling percaya antara


perawat klien. Dalam konteks pelayanan keperawatan kepada klien, pertama-tama klien
harus percaya bahwa perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan dalam mengatasi
keluhannya, demikian juga perawat harus dapat dipercaya dan diandalkan atas kemampuan
yang telah dimiliki dari aspek kapasitas dan kemampuannya sehingga klien tidak meragukan
kemampuan yang dimiliki perawat. Selain itu perawat harus mampu memberikan jaminan
atas kualitas pelayanan keperawatan agar klien tidak ragu, tidak cemas, pesimis dan skeptis
dalam menjalani proses pelayanan keperawatan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper)
untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.

2.11 Tahapan komunikasi terapeutik.


Struktur dalam komunikasi terapeutik, menurut Stuart,G.W.,1998, terdiri dari empat
fase yaitu: (1) fase preinteraksi; (2) fase perkenalan atau orientasi; (3) fase kerja; dan (4) fase
terminasi (Suryani,2005). Dalam setiap fase terdapat tugas atau kegiatan perawat yang harus
terselesaikan.
a.Fase preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien. Tugas
perawat pada fase ini yaitu :
1). Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya;
2). Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih untuk
memaksimalkan dirinya agar bernilai tera[eutik bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu
belajar kembali, diskusi teman kelompok;
3). Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi;
4)Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat bertemu
dengan klien.

b.Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali
bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan
merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama perawat
pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan
penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-
tugas perawat pada tahap ini antara lain :
1)Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi
terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur,
ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien.
2)Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga kelangsungan sebuah
interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik
pertemuan.
3)Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk mendorong
klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan
terbuka.
4)Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien teridentifikasi.
Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi
(Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005)
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :
1).Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan
2). Memperkenalkan diri perawat
3). Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk
berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.
4). Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi penjelasan
tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada perawat.
5). Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau kejadian yang
membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan untuk mendapatkan fokus
pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan
utama. Pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui kondisi dan
kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya.
6).Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama klien
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.
Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi. Tujuan
orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan
klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya.

c.Fase kerja.
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi teraeutik.Tahap ini
perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan klien
mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan
pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang
sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi,
berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996, dikutip dari Suryani,
2005).

d.Fase terminasi.
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya
sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya merasa
kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu
atau saat klien akan pulang. Perawat dan klien bersama-sama meninjau kembali proses
keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan sukses
dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep kehilangan. Terminasi merupakan
akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:
1) Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan;
2). Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara
menyeluruh.
Tugas perawat pada fase ini yaitu :
a). Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut
evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah tindakan
dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi (Suryani,2005).
b). Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setalah
berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu.
c). Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini sering disebut
pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan
interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Dengan
tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam.
d). Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah
topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi sementara dan terminasi
akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil yang telah
dicapai selama interaksi.

Didalam sumber yang lain dikatakan bahwa tahapan komunikasi terapeutik meliputi :
1.PRAINTERAKSI
Dimulai sebelum kontak pertama perawat-klien
Tugas perawat : mengeksplorasi diri
Pada pengalaman pertama, perawat masih memiliki miskonsepsi dan image pada umumnya
ditambah dengan berbagai perasaan dan ketakutan yang muncul seperti:
- Takut ditolak klien
- Cemas karena merupakan pengalaman baru
- Memperhatikan klien secara berlebihan
- Meragukan kemampuan diri
- Takut dilukai klien secara fisik
- Gelisah melakukan komter
- Klien dicurigai sebagai orang yang aneh
- Merasa terancam identitasnya sebagai perawat
- Merasa tidak nyaman untuk melakukan tugas secara fisik
- Mudah terpengaruh secara emosional (tersinggung-diejek)
- Takut disakiti secara psikologis

Analisi diri
- Apakah saya menganggap klien sbg orang yang aneh?
- Apakah harapan saya terlalu tinggi sehingga bila klien kasar, bermusuhan, atau tidak
kooperatif saya menjadi marah atau merasa terluka?
- Apakah saya takut terhadap tanggung jawab yang dibebankan pada saya (dalam hubungan
dengan klien)?
- Apakah saya harus menutupi rasa inferior dengan mengedepankan rasa superior?
- Apakah saya harus bersimpati, memberikan kehangatan, dan perlindungan secara berlebihan
bila saya melakukan kekeliruan?

2.ORIENTASI
Perawat : menemukan alasan mengapa klien memerlukan pertolongan dasar pengkajian
keperawatan dan membantu perawat fokus pada masalah klien.
Tugas perawat pada fase ini :
- Membangun trust
- Memahami
- Menerima
- Membuka komunikasi dan membuat kontrak dgn klien

Kontrak pertama dimulai :


- Memperkenalkan diri perawat dan klien
- Menyebutkan nama
- Menjelaskan peran (meliputi tanggung jawab dan harapan baik klien maupun perawat
dengan menjelaskan apa yang perawat dapat atau tidak dapat lakukan).
- Mendiskusikan tujuan hubungan (dengan menekankan pada pengalaman hidup perawat
klien serta konflik)

Perawat dapat menyadari kecemasan dan ketakutan klien, tetapi klien mungkin kesulitan
untuk menerima bantuan perawat. Kemungkinan hal ini disebabkan :
- Sulit mengakui mempunyai kesulitan atau masalah .
- Tidak mudah trust atau terbuka pada seseorang yang baru dikenal.
- Masalah yang dihadapi terlihat sangat besar, rumit, atau unik untuk disharingkan pada orang
lain.
- Mengutarakan masalah dapat mengancam rasa independen, otonomi, dan harga diri.
- Dalam memecahkan suatu masalah melibatkan pemikiran tentang sesuatu yang mungkin
tidak menyenangkan, mereview kenyataan hidup, memutuskan suatu rencana, dan yang
terpenting adalah membawa suatu perubahan

3.KERJA
Selama fase ini
- Prwt-klien mengekplorasi stressor yang berkaitan dan terus meningkatkan perkembangan
insight klien (yang berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan)
- Insights harus diwujudkan dalam tindakan dan diintegrasikan ke dalam pengalaman hidup
klien
- Perawat membantu klien : menghilangkan kecemasan, meningkatkan rasa kebebasan dan
tanggung jawab terhadap diri sendiri mengembangkan mekanisme koping yang positif.
(Fokus fase ini : perubahan perilaku secara nyata)

4.TERMINASI
- Pemahaman antara perawat-klien lebih dioptimalkan
- Saling tukar pikiran dan memori
- Mengevaluasi perkembangan klien (berkenaan dengan tujuan asuhan keperawatan)
- Perawat-klien bersama-sama mereview perkembangan yang tercapai selama perawatan
- Perasaan rejeksi, kehilangan, sedih, dan marah diekspresikan dan diekplorasi

Tugas perawat dalam tiap-tiap fase :


Prainteraksi :Mengekplorasi perasaan, harapan, dan rasa takut diri sendiri.
Menganalisa kemamp. & kekurangan diri
Mengumpulkan data klien (bila mungkin)
Merencanakan pertemuan pertama dgn klien

Orientasi :Mengidentifikasi alasan klien meminta bantuan


Membangun trust, menerima, dan membuka komunikasi
Bersama-sama membuat kontrak
Mengekplorasi pikiran, perasaan, dan tindakan klien
Mengidentifikasi masalah klien
Menetapkan tujuan dgn klien

Kerja :Mengekplorasi stressor yg berkaitan


Meningkatkan insight dan mekanisme koping klien

Terminasi :Mereview perkembangan terapi dan tujuan yg tercapai


Mengekplorasi perasaan satu sama lain;rejeksi,
kehilangan, kesedihan, dan kemarahan dan dihubungan dgn perilaku.

Tahapan strategi komunikasi keperawatan secara sigkat


Contoh :
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1.Kondisi klien...
2.Diagnosis perawatan...
3.Tindakan keperawatan
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKANKEPERAWATAN
ORIENTASI.
Salam terapeutik..
Evaluasi / validasi
Kontrak :
o Topik..
oWaktu..
o Tempat
KERJA (Langkah langkah tindakan keperawatan)
1..
2..
TERMINASI
a. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif..
Evaluasi objektif
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah
dilakukan) : ....................................................
c. Kontrak yang akan datang
Topik.
Waktu
Tempat...
Contoh Analisis Kasus
Situasi
Seorang ibu bernama Neni, 25 tahun, post-partum (anak pertama) ingin mengetahui tentang
perawatan tali pusat pada bayi, dimana ners Irma sebelumnya sudah melakukan interaksi dan
menjalin hubungan saling percaya dengan ibu Neni. Dalam hal ini yang digunakan adalah
teknik komunikasi wawancara (tanya jawab).
Fase Orientasi
1. Ners Irma : Assalaualaikum Bu.../ selamat pagi bu (sambil mengulurkan tangan untuk
berjabat tangan).
Bu Neni : walaikumsalam, pagi juga ners Irma, (sambil tersenyum dan menjabat tangan).
2. Ners Irma: Bagaimana perasan Ibu Neni sekarang, adakah sesuatu yang ingin
disampaikan Ibu Neni ketika menemani si kecil selama kita tidak bertemu, coba Ibu
sampaikan? (sambil memegang bahui kanan Ibu Neni).
Bu Neni : Alhamdulillah, saya sanga senang Ners, setelah lahirnya sibuah hati yang kami
tunggu-tunggu. Oh, ya Ners ... saya masih kurang jelas mengenai perawatan tali pusat, saya
agak khawatir jangan-jangan nanti terjadi infeksi?.
3. Ners Irma : O...ya, Ibu sesuai dengan perjanjian kita kemarin,hari ini saya akan jelaskan
apa saja yang belum Ibu pahami dan saya juga akan jelaskan semua hal yang ingin Ibu
tanyakan, yaitu tentang perawatan tali pusat yan gbenar, begitukah bu?
Bu Neni: Ya Ners, saya masih bingung!
4. Ners Irma : Baiklah, saya akan coba menjelaskan tentang perawatan tali pusat pada bayi,
tetapi tolong Ibu perhatikan betul! Sekarang apakah Ibu sudah siap untuk
mendengarkannya?
Bu Neni : ya ners, saya siap
Fase Kerja
1. Ners Irma :Baiklah Bu, perawatan tali pusat pada bayi sangatlah penting kita ketahui dan
kita pahami agar bayi kita terbebas dari infeksi tetanus.
Bu Neni :Infeksi tetanus pada bayi bisa terjadi..., ya Ners?
2. Ners Irma : Benar Bu Neni, tetanus bisa berakibat kematian pada bayi. Jadi, perawatan
tali pusat kita laksanakan pada pagi hari setelah kita memandikan bayi kita dan kita harus
benar-benar menjaga kebersihannya.
Bu Neni :Berarti ners, setelah kita memandikan bayi kita, kita juga malkukan perawatan tali
pusat.
3. Ners Irma :Ya, sangat benar sekali Bu Neni, sebelum kita melaksanakannya, kita terlebih
dahulu mempersiapkan alat-alatnya. (Sambil memmpraktikkannya).
Bu Neni :Apa saja persiapan alatnya Ners?
4. Ners Irma :Kita harus menyiapkan alat-alat yang akan dipakai seperti kapas lidi,
trypleday, kassa steril semuanya diletakkan pada tempatnya masing-masing lalu disusun pada
baki. (sambil memegang dan menunjukkan alat tersebut)
Bu Neni :Terus caranya bagaimana ners...? (Klien menganggukkan kepala).
5. Ners Irma : Pertama-tama setelah bayi selesai dimandikan, kita ambil kapas lidi lalu
diolesi trypleday kemudian kita mulai membersihkannya dari sekeliling pangkal tali pusat
sampai bagian ujung. Sampai disini ada yang mau ditanyakan Bu Neni? Bu
Neni :O...ya ners, apakah kapas lidi tersebut tidak boleh kita bolak-balik?
6. Ners Irma :Benar sekali Bu Neni, jadi setiap kita membersihkan bagian tali pusat, kita
tukar dengan yang baru lagi dan jangan lupa juga Bu, sebelum kita melakukannya tangan ibu
harus bersih atau cuci tangan sebelum melakukan tindakan tersebut. Pokoknya kebersihan
herus dijaga sebaik-baiknya.
Bu Neni :Selanjutnya bagaimana ners...?
7. Ners Irma :Oh...ya, maaf Bu..., tadi pembicaran kita sampai dimana?
Bu Neni :Sampai...membersihkan tali pusat sampai bagian ujung.
8. Ners Irma :Kemudian dilanjutkan dengan membungkus tali pusat, bagaimaan Bu Neni,
tidak sulit bukan?
Bu Neni :Sepertinya saya bisa, ya... saya bisa melakukannya, ners.
Fase Terminal
1. Ners Irma :Bagaimana Bu Neni, apakah sudah mengerti denganpenjelasan tadi? Bu Neni
:Sudah, Ners.
2. Ners Irma :Apakah Bu Neni bisa mengulang kembali apa yang telah saya jelaskan?
Bu Neni :Insya Allah bisa Bu. Saya akan mencoba Ners, pertama-tama setelah bayi selesai
dimandikan, kita ambil kapas lidi lalu kita olesi tryplady setelah itu kita mulai membersihkan
tali pusat dari pangkal dan sekelilingnya sampai keujung, kemudian kita bungkus dengan
kain kassa steril yang kering. Terakhir baru kita rapikan dan baju bayi kita pasangkan.
Bagaimana Ners?
3. Ners Irma :Bagus Bu Neni, sepertinya Ibu telah mengerti dengan apa yang telah saya
sampaikan, apakah masih ada yang ingin Ibu tanyakan?
Bu Neni : Tidak ners, saya pikir sudah cukup!
4. Ners Irma :Oke...(tersenyum).
Bu Neni :Saya sangat berterima kasih karena Ners telah meluangkan waktu untuk saya.
5. Ners Irma :Sama-sama Bu Neni, itu semua sudah kewajiban saya.
Bu Neni :Terus saya ingin mengetahui bagaimana cara menyusui yang baik dan benar.
6. Ners Irma : (tersenyum)...baiklah Bu Neni. Insya Allah, saya akan datang lagi kesini
besok untuk menjelaskan bagaimana cara menyusui yang baik dan benar. Ibu mau saya
datang jam berapa?
Bu Neni :Sama seperti hari ini saja, ners.
7. Ners Irma :Baik Bu sampai ketemu besok, ya!
Bu Neni :Ya, ners.
8. Ners Irma : Kalau begitusaya permisi dulu ya Bu Neni. Selamat siang...,
Assalamualaikum! (tersenyum).
Bu Neni :Siang ners...walaikumsalam.

2.9 Teknik komunikasi terapeutik.


Dua persyaratan dasar agar komunikasi menjadi efektif (Stuart dan Sundeen, 1998),
yaitu
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi dan penerima pesan
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum
memberikan saran, informasi maupun masukan.
Komunikasi terapeutik akan menjadi efektif hanya melalui pengguanaan dan latihan yang
sering. Artinya dengan melatih diri dengan menggunakan komunikasi yang bersifat terapeutik
akan meningkatkan kepekaan diri diri kita akan perasaan orang lain, khususnya klien. Selain
itu dalam komunikasi terapeutik, diri kita akan terlatih mengerti akan keinginan yang
dibutuhkan klien.
Setiap kilen memiliki karakter yang berbeda, tidak ada klien yang sama. Oleh karena itu,
diperlukan teknik yang berbeda-beda dalam berkomunikasi dengan klien. Teknik komunikasi
berikut ini, yang dikutip dari artikel Purba, J.M. (2008) terdiri atas beberapa komponen
berikut ini.
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Dalam hal ini perawat berusaha memahami klien dengan cara mendengarkan masalah yang
disampaikan klien. Satu- satunya orang yang dapat menceritakan perasaan, pikiran, dan
persepsi klien terhadap perwat adalah klien itu sendiri.Mendengarkan klien menyampaikan
pesan verbal dan non-verbal mengandung arti bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan
dan masalah klien. Perawat yang mendengarkann dengan penuh perhatian merupakan salah
satu upaya agar dapat mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang
disampaikan klien.

2. Menunjukkan Penerimaan
Arti menerima adalah mendukung dan menerima informasi dengan dengan tingkah laku yang
menunjukan ketertarikan dan tidak menilai. Perlu diketahui bahwa menerima tidak berarti
menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan
keraguan dan ketidaksetujuan. Sebagai seorang perawat kita tidak harus menerima semua
perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindari ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
menunjukkan ketidak setujuan terhadap sesuatu, seperti mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala yang menandakan tidak percaya.
Tuju cara memfasilitasi agar memperoleh penerimaan ( Bolton Cit.R,1999)
1. Tidak seorangpun dapat menerima secara sempurna
2. Beberapa orang cendrung diterima dari pada orang lain
3. Tingkah penerimaan seseorang terus menerus berganti
4. Adalah ssuatu yang alami mempunyai sesuatu yang difavoritkan
5. Setiap orang dapat lebih menerima
6. Penerimaan yang hanya pura pura merupakan suatu hal yang berbahaya untuk hubungan
interpersonal
7. Penerimaan tidak sama dengan persetujuan.
Berikut ini sikap perawat yang menunjukkan rasa percaya.
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Membarikan umpan balik verbal kepada klien dengan cara yang baik.
c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal sesuai dengan komunikasi verbal.
d. Menghindari perdebatan, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah
pikiran klien. Perawat dapat menganggukkan kepalanya atau berkata,Ya atau, Saya
mengikuti apa yang Anda ucapkan.
Penerimaan juga digunakan untuk membangun rasa percaya dan mengembangkan empati
( Boyt & Nirhat, 1998)
Misalnya:
Klien : Saya telah melakukan beberapa kesalahan
Ners : Saya ingin mendengar itu, tidak apa jika anda ingin mendiskusikan hal itu dengan
saya
3. Menanyakan Pertanyaan yang Berkaitan
Menanyakan pertanyaan yang berkaitan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topikk yang
dibicarakan dan menggunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Pertanyaan
hendaknya disampaikan secara berurutan selama pengkajian.

4. Mengulang Ucapan Klien dengan Menggunakan kata-Kata Sendiri


Dengan mengulang kembali ucapan klien berarti perawat membarikan umpan balik sehingga
klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
Namun, perawat harus berhati-hati ketika menggunakan teknih ini, sebab pengertian bisa
rancu jika pengulangan ucapan mempunyai arti yang berbeda. Sebagai contoh, seorang klien
mengatakan, Saya tidak dapat tidur, semalam saya terjaga, lalu perawat menjawab, Anda
mengalami kesulitan untuk tidur tadi malam....
5. Memberi Kesempatan kepada Klien memulai Pembicaraan
Perawat sebaiknya memberikan kesempatan kepada klienuntuk berinisiatif dan mmemilih
temapembicaraan. Klien yang merasa ragu tentang perannya dalam berinteraksi dapat
diberikan stimulus untuk mengambil inisiatif, sehingga klien tersebut merasa bahwa ia
diharapkan dapat membuka pembicaraan. Misalnya Adakah sesuatu yang ingin Anda
sampaikan? atau Apakah yang sedang Anda pikirkan?.
6. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasikan pikiran
masing-masing. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri
dalam memproses informasi yang ada. Penggunaan teknik diam memerlukan keterampilan
dan ketetapan waktu, karena jika tidak demikian maka akan menimbulkan perasaan tidak
enak. Diam berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.
Arti diam ( Miyers & Miyers Cit.R,1999)
Saat seseorang marah dan frustasi tetapi menolak mengungkapkanya
Saat seseorang mendengarkan dengan penuh perhatian untuk sesuatu yang penting
Saat seorang bosan
Saat seseorang tidak dapat berpikir apa yang akan dikatakanya
Saat seseorang berpikir tentang hal yang penbicara katakana
Saat seseorang tidak memahami yang dikatakan pembicra
Saat seorang melihat pandangan yang indah sehingga membuat seseorang tidak bicara.

Diam digunakan saat klien perlu mengekspresikan ide tapi tidak tahu cara
melakukanya/menyampaikan hal tersebut ( Boyd & Nihart,1998)
Msalnya:
Klien : Saya marah
Ners : (Diam)
Klien : orang tua saya tidak perhatian lagi sama saya
7. Klarifikasi
Jika terjadi kesalahpahaman sebaiknya perawat menghentikan pembicaraan sejenak untuk
mengklarifikasi dan menyamakan pemahaman, karena keakuratan informasi sangat penting
dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan. Perawat perlu membarikan contoh yang
konkret agar pesan mudah dimengerti klien dan tidak ada kesalahpahaman.
Contoh:
Klien : Saya kurang yakin apakah bisa mengikuti apa yang Anda sampaikan.
Perawat : Apa yang Anda katakan tadi adalah.....
8. Memfokuskan
Teknik ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik
dan dimengerti. Perawat seharusnya tidak memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan
masalah yang penting, kecuali jika pemnicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
Misalnya, Hal ini sangat penting, nanti kita bicarakan lebih lanjut.
9. Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan respons kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya,
sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan baik dan benar. Perawat menguraikan
kesan yang ditimbulkan melalui syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan
perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus memfokuskan atau
mengklarifikasi pesan.
Contoh:
Anda kelihatan tegang...
Apakah Anda merasa cemas apabila Anda...
10. Menawarkan Infornasi
Pemberian tambahan informasi dapat dijadikan sebagai pendidikan kesehatan bagi klien dan
juga bisa menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Jika ada informasi yang ditutupi
oleh dokter, seorang perawat hendaknya mengklarifikasi alasannya. Perawat dalam
memberikan informasi tidak boleh terkesan seperti memberikan nasihat melainkan
memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan
11. Meringkas
Meriingkas adalah mengulang ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Teknik
ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek
penting dalam interaksinya. Sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik lain yang
berkaitan. Misalnya, Selama kurang lebih 2 jam, Anda dan saya telah membicarakan
tentang...
12. Memberikan Penghargaan
Memberikan penghargaan terhadap klien dapat dilakukan dengan cara seperti menyambutnya
dengan salam dan menyebutkan namanya. Dengan melakukan hal tersebut perawata dapan
menunjukkan kesadarannya tentang perubahan yang terjadi selain itu juga dapat
menunjukkan bahwa perawat menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai
hak dan tanggungjawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Namu penghargaan tersebut
jangan sampai menjadi beban baginya,dengan kata lain penghargaan tersebut jangan sampai
membuat klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau
persetujuan atas perbuatannya. Misalnya Selamat siang, Bapak Jaya, Assalamualaikum
atau Selamat datang Ibu, Ibu sangat tepat waktu sesuai janji.
Dengan agama islam, memberi salam dan penghargaan merupakan aklak terpuji, dengan
begitu berarti orang tersebut telah mendoakan orang lain agar memperoleh rahmat dari Allah
SWT. Salam menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah.
13. Menawarkan Diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Sering kali
perawat hanya menawarkan kehadirannya dan ketertarikannya tenpa mempertimbangkan
kondisi klien. Sesungguhnya teknik komunikasi ini harus dilakukan dengan tulus ikhas.
Misalnya, Saya mengharapkan Anda merasa tenang dan nyaman.

14. Mempersilakan Untuk Meneruskan Pembicaraan


Teknik ini mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan
selanjutnya respek dengan apa yang akan dibicarakan. Sikap perawat lebih berusaha untuk
menafsirkan dari pada mengarahkan pembicaraan. Misalnya, ...lanjutkan...!, ... dan
terus...?, atau Ceritakan kepaa saya....
15. Menganjurkan Klien untuk Menjelaskan Persepsinya
Jika perawat ingin mengerti klien lebih jauh, maka perawat tersebut harus melihat klien
dengan sesungguhnya dari segala perspektif. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan
atau menjelaskan persepsinya tentang sesuatukepada perawat. Perawat harus mewaspadai
adanya ansietas saat klien menceritakan pengalamannya. Misalnya, Ceritakan kepada saya
bagaimana perasaan Anda ketika akan dilakukan pemasangan infus, Atau apa yang sedang
Anda lihat.
16. Refleksi
Refleksi adalah suatu teknik yang menganjurkan klien untukmengemukakan dan menerima
ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Jika klien bertanya apa yang harus
ia pikirkan atau kerjakan dan apa yang harus ia rasakan, maka perawat dapat
menjawab,bagaimana menurut Anda? atau Bagaimana perasaan Anda. Kemudian
perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak
melakukan hal tersebut, selanjutnya klien pun akan berfikir bahwa dirinya adalah individu
yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain yang mempunyai kapasitas dan
kemampuan. Misalnya,Apakah menurut Anda, saya harus menyampaikannya kepada
dokter? atau Apakah menurut Anda, Anda yang harus menyampaikannya?.

Komunikasi Terapeutik:
1. Terjadi antara perawat dan klien atau anggota tim kesehatan lainnya
2. Lebih akrab, karena mempunyai tujuan dan fokusnya adalah pada pasien sebagai
orang yang membutuhkan bantuan untuk mengatasi masalah kesehatannya.
3. Perawat secara aktif mendengarkan dan membrikan responkeada pasien, sebagai
isyarat bahwa perawat peduli, mau memahami, serta empati, sehingga dapat lebih
menumbuhkan rasa percaya p[ada diri pasien serta pasien lebih menjadi terbuka dalam
menceritakan masalah kesehatannya kepada perawat.

Komunikasi Sosial:
1. Terjadi setiaphari antara orang dengan orang, baik dalam pergaulan biasa atapun
dalam lingkungan kerja.
2. Bersifat dangkal karena tidak adanya tujuan.
3. Lebih banyak terjadi didalam pekerjaanm aktifitas sosial, dll
4. Pembicaraan tidak mempunyai fokus tertentu, tetapi lebih kearah kebersamaan dan
rasa ssenang antar pembicaranya.
5. Dapat maupun tidak direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai