TINJAUAN PUSTAKA
yang mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sangsi sosial dari masyarakat
terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan (Lesnapurnawan.
2009).
2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Perkawinan Usia Muda
Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 Pasal 7 bahwa
perkawinan diizinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun.
Namun Pemerintah mempunyai kebijakan tentang prilaku reproduksi manusia yang
ditegaskan dalam UU No.10 tahun1992 yang menyebutkan bahwa Pemerintah
menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyak resiko
kehamilan yang akan dihadapi pada usia muda, untuk perkawinan diizinkan pada usia
21 tahun bagi laki-laki dan perempuan berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia
muda adalah perkawinan yang dilakukan pada laki-laki yang berusia kurang dari 21
tahun dan perempuan berusia kurang 19 tahun (Widyastuti, dkk.2009).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk menikah di usia muda,
yang selanjutnya akan hamil dan melahirkan diusia muda antara lain :
a. Tingkat Pendidikan
Makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepatnya perkawinan
usia muda (Romauli, S.dkk.2011).
b. Ekonomi
Apabila anak perempuan telah menikah, berarti orang tua bebas dari tanggung
jawab sehingga secara ekonomi mengurangi beban dengan kata lain sebagai
jalan keluar dari berbagai kesulitan (Romauli, S.dkk.2009). Kemiskinan
f. Dorongan Biologis
Adanya dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan
insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon.
Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari luar, misalnya dengan
membaca buku atau melihat film/ majalah yang menanpilkan gambargambar
yang membangkitkan erotisme. Di era teknologi informasi yang tinggi
sekarang ini, remaja sangat mudah mengakses gambar tersebut melalui
telepon genggam dan akan selalu di bawa dalam setiap langkah remaja
(Aryani, R. 2009 dan Manuaba, IBG.2010).
g. Kepatuhan Terhadap Orang Tua
Perkawinan dapat berlangsung karena adanya kepatuhan remaja terhadap
orang tua atau sifat menentang ( Romauli, S. 2011).
h. Ketidakmampuan Mengendalikan Dorongan Biologis
Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilainilai
moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak
akan melakukan seks pra nikah, karena mengingat ini adalah dosa besar yang
harus dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Namun
keimanan ini dapat sirna tanpa tersisa bila remaja dipengaruhi obatobatan
misalnya psikotropika. Obat ini akan mempengarui pikiran remaja sehingga
dengan
pasangan.
Seks
sering
dijadikan
sarana
untuk
berikut :
a. Resiko menderita penyakit menular seksual, misalnya gonorhoe, sifilis, HIV/
AIDS. Herpes simplek, herpes genitalis dan lain sebagainya.
b. Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini
terjadi, maka beresiko terhadap tindakan aborsi yang tidak aman dan resiko
infeksi atau kematian perdarahan, Bila kehamilan diteruskan, maka beresiko
melahirkan bayi yang kurang/ tidak sehat.
c. Trauma kejiwaan (depresi,rasa rendah diri, dan rasa berdosa karena berzina).
d. Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan.
2.1.4
b.
c.
d.
2.1.5
Merupakan kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan saat hamil dalam bemtuk eklampsi dan
pre eklampsi sehingga dapat menimbulkan kematian. Dimana keracunan
kehamilan merupakan penyebab kematian ibu yang terbesar ketiga.
f. Kematian Ibu yang Tinggi
Remaja yang stres pada kehamilannya sering mengambil jalan yang pintas untuk
melakukan abortus oleh tenaga non-profesional. Angka kematian abortus yang
dilakukan oleh dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui. Kematian
ibu terutama karena perdarahan dan infeksi. Penyebab kematian ibu dikenal
dengan trias klasik yaitu perdarahan, infeksi dan gestosis.
2.1.6
Penanggulangan
Manuaba, IBG. dkk. 2010 penanggulangan masalah kehamilan usia muda atau
remaja sangat sukar dan kompleks yang menyangkut berbagai segi kehidupan
masyarakat diantaranya :
a.
Pengaruh Globalisasi
Dengan derasnya arus informasi yang mendorong remaja mempunyai prilaku
seks yang bebas dan jumlah anak dalam suatu keluarga tidak terbatas sehingga
kualitas pendidikan rohani kurang mendapat perhatian. Untuk itu perlu
ditanamkan nilai-nilai moral dan etika agama yang baik mulai dari masa anakanak, karena semua agama berpendapat bahwa kehamilan dan anak harus
bersumber dari perkawinan yang syah menurut adat agama dan bahkan hukum
yang disaksikan masyarakat. Untuk itu diperlukan sikap dan prilaku orang tua
yang dapat dijadikan panutan dan suri tauladan bagi remaja.
b.
Pendidikan Seks
Pendidikan seks pada remaja sangat berguna untuk memberikan pengetahuan
tentang seks dan penyakit hubungan seks. Program pendidikan seks ini lebih
besar kemungkinannya berhasil apabila terdapat pendekatan terpadu antara
sekolah dan layanan kesehatan. Staf layanan kesehatan dapat dilibatkan dalam
penyampaian pendidikan seks, dan sekolah dapat mengatur kunjungan kelompok
ke klinik sebagai pengenalan dan untuk meningkatkan rasa percaya diri dari para
remaja yang mungkin ingin mendapatkan layanan klinik tersebut.
c.
d.
rasional dan menguntungkan kedua belah pihak tetapi bukanlah dapat dilakukan
begitu saja karena undang-undang kesehatan telah menetapkan petunjuk
pelaksanaannya dan disertai sangsi hukum. Dengan demikian melakukan gugur
kandungan bukan berarti bebas dari tuntutan hukum dan tuntutan moral pelaku
dan yang meminta dilakukannya.
Penanggulangan kehamilan pra nikah adalah (Asfriyanti, 2010) :
a. Pencegahan
Pencegahan hubungan seksual pra nikah memerlukan waktu yang sangat lama
dan bertahap. Dengan memperhatikan faktorfaktor yang dapat menyebabkan
timbulnya hubungan seksual pra nikah maka langkahlangkah yang perlu
dilakukan adalah :
(1). Melakukan pendidikan seksual pada anak dan remaja
Penyampaian materi pendidikan seksual dapat dilakukan di rumah
maupun di sekolah. Di sini peranan orang tua dan masyarakat sangat
dianggap saling tidak berkorelasi, akan tetapi mungkin atau tidak mungkin
berkorelasi satu sama lain. Masing-masing faktor dapat diekspresikan dengan
persamaan sebagai berikut :
F 1 = W i1 X 1 + W i2 X 2 + W i3 X 3 + ..+ W ik X k
Dimana : F 1 adalah : perkiraan faktor ke i (didasarkan pada nilai variabel X dengan
koefisiennya Wi)
Wi adalah : timbangan atau koefisien nilai faktor ke i
k
kecukupan
sampling
(sampling
adequancy).
Indeks
ini
2003). Angka MSA berkisar 0-1 menunjukkan apakah sampel bisa dianalisis
lebih lanjut (Wibowo, 2006).
(1) MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel
lain.
(2) MSA > 0,5 variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih
lanjut.
(3) MSA < 0,5 variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih
lanjut.
c. Menentukan Metode Analisis Faktor
Segera setelah ditetapkan bahwa analisis faktor merupakan tekhnik
yang tepat untuk menganalisis data yang sudah dikumpulkan, kemudian
ditentukan atau dipilih metode yang tepat untuk analisis faktor. Ada dua cara
metode yang bisa digunakan dalam analisis faktor, khususnya untuk
menghitung timbangan atau koefisien skor faktor, yaitu principal components
analysis dan common factor analysis.
Di dalam principal component analysis, jumlah varian dalam data
dipertimbangkan. principal component analysis direkomendasikan kalau hal
yang pokok ialah menentukan bahwa banyaknya faktor minimum yang harus
memperhitungkan
faktor
maksimum
tersebut
dinamakan
principal
components.
Di dalam common factor analysis, faktor diestimasi didasarkan pada
common variance, communalities dimasukkan di dalam matriks korelasi.
Metode ini dianggap tidak tepat kalau tujuan utamanya ialah mengenali/
mengidentifikasi dimensi yang mendasari dan common variance yang
menarik perhatian. Metode ini juga dikenal sebagai principal axis factoring
(Supranto,2010).
Communalities ialah jumlah varian yang sumbangkan oleh suatu
variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut
proporsi atau bagian varian yang dijelaskan common factor , atau besarnya
sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel. Semakin besar
communalities sebuah variabel, berarti semakin kuat hubungannya dengan
faktor yang dibentuknya.
Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap
faktor. Eigenvalue akan menunjukkan kepentingan relatif masing-masing
faktor dalam menghitung varian yang dianalisis (Wibowo, 2006).
d. Rotasi Faktor-Faktor
Suatu hasil atau out put yang penting dari analisis faktor ialah apa
yang disebut matriks faktor pola (faktor pattern matrix). Matriks faktor berisi
koefisien yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan
dinyatakan dalam faktor. Koefisien ini disebut muatan faktor, mewakili
korelasi antar-variabel dan faktor.
Di dalam melakukan rotasi faktor, kita menginginkan agar setiap
faktor mempunyai muatan atau koefisien yang tidak nol atau yang signif ikan
untuk beberapa variabel saja. Guna rotasi ini adalah untuk mengontrol/
diantara
faktor-faktor
yang
ada.
Hal
tersebut
akan
pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh sepasang insan sebelum
mereka diikat oleh tali perkawinan (Lesnapurnawan, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan usia muda
20 tahun dapat
menggunakan pendekatan faktor prilaku pada kerangka kerja. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi prilaku menurut Lawrence Green ( 1980 ) dalam Notoatmojo
(2007) ada 3 faktor utama yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factor) di dalamnya termasuk pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, tradisi, nilainilai, tingkat sosial ekonomi dan lain
sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan phisik,
sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.
c. Faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud di dalam sikap dan prilaku
petugas kesehatan, maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa
menjadi kelompok referensi dari prilaku masyarakat termasuk juga undangundang, peraturan-peraturan.
Dari faktorfaktor di atas dapat disimpulkan bahwa prilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan (kehamilan usia muda) ditentukan oleh pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tradisi dari orang yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan
fasilitas kesehatan dan prilaku petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat
terbentuknya prilaku. Berarti secara umum prilaku tergantung faktor intern (dari
dalam individu) dan faktor ekstern (dari luar individu) yang saling memperkuat. Jadi
kalau kita ingin merubah prilaku kita harus memperhatikan faktorfaktor tersebut di
atas.
Dengan demikian landasan teori dari faktor-faktor yang memengaruhi
kehamilan usia muda tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Faktor Predisposisi :
Tingkat pendidikan
Ekonomi
Kurangnya pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi (tabu)
Adat istiadat atau pandangan
masyarakat
Pandangan terhadap konsep cinta
Faktor Pemungkin :
Dorongan
biologis
(melakukan
hubungan seksual karena pengaruh
buku,
film,
majalah
yang
menampilkan gambargambar erotis
yang mudah diakses melalui telepon
genggam atau internet)
Kesempatan (kesibukan orang tua,
kurang perhatian terhadap anak,
fasilitas yang berlebih/ uang)
Kehamilan di Usia
Muda 20 Tahun
Variabel Dependen