Anda di halaman 1dari 28

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan Usia Muda


2.1.1 Pengertian
Menurut Monks (1999) dalam Nasution (2007) batasan usia secara global
berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun dengan pembagian 12-15 tahun masa muda
awal, 15-18 tahun masa muda pertengahan, 18-21 tahun masa muda akhir.
Menurut Hurlock (2003) menyatakan secara tradisional masa muda dianggap
sebagai badai dan tekanan yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya janin, lamanya 280
hari (40 mgg atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Manuaba,
IBG. 2010).
Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika
terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan beresiko
akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi dari reproduksi sehat
(Manuaba, IBG. 2010) .
Kehamilan yang terjadi diusia muda merupakan salah satu resiko seks
pranikah atau sesk bebas (kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Menurut Kartono
(1996) kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak
direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja

Universitas Sumatera Utara

yang mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sangsi sosial dari masyarakat
terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan (Lesnapurnawan.
2009).
2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Perkawinan Usia Muda
Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 Pasal 7 bahwa
perkawinan diizinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun.
Namun Pemerintah mempunyai kebijakan tentang prilaku reproduksi manusia yang
ditegaskan dalam UU No.10 tahun1992 yang menyebutkan bahwa Pemerintah
menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyak resiko
kehamilan yang akan dihadapi pada usia muda, untuk perkawinan diizinkan pada usia
21 tahun bagi laki-laki dan perempuan berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia
muda adalah perkawinan yang dilakukan pada laki-laki yang berusia kurang dari 21
tahun dan perempuan berusia kurang 19 tahun (Widyastuti, dkk.2009).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk menikah di usia muda,
yang selanjutnya akan hamil dan melahirkan diusia muda antara lain :
a. Tingkat Pendidikan
Makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepatnya perkawinan
usia muda (Romauli, S.dkk.2011).
b. Ekonomi
Apabila anak perempuan telah menikah, berarti orang tua bebas dari tanggung
jawab sehingga secara ekonomi mengurangi beban dengan kata lain sebagai
jalan keluar dari berbagai kesulitan (Romauli, S.dkk.2009). Kemiskinan

Universitas Sumatera Utara

mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita untuk


melakukan hubungan seksual pra nikah. Karena kemiskinan ini , remaja putri
terpaksa bekerja. Namun sering kali mereka tereksploitasi, bekerja lebih dari
12 jam sehari, bekerja di perumahan tanpa di bayar hanya diberi makan dan
pakaian, bahkan beberapa mengalami kekerasan seksual (Aryani, R. 2010).
c. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan
reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja
tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai
hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi dianggap tabu dibicarakan
dengan anak (remaja). Sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan
reproduksi menjadi sangat kurang (Manuaba, IBG.dkk.2009 dan Aryani, R.2010).

d. Hukum atau Peraturan


Dalam agama Islam, menikah diisyaratkan oleh beberapa pemeluknya
dianggap sesuatu yang harus disegerakan agar terhindar dari hal-hal yang
tidak diinginkan yaitu wanita umur 16 tahu dan pria umur 19 tahun. Dari segi
lain makin mudah orang bercerai dalam suatu masyarakat makin banyak
perkawinan usia muda (UU. Pernikahan tahun1974).
e. Adat Istiadat atau Pandangan Masyarakat
Adanya anggapan lingkungan dan adat istiadat jika anak gadis belum menikah di
anggap sebagai aib keluarga. Banyak di daerah ditemukan pandangan dan

Universitas Sumatera Utara

kepercayaan yang salah, kedewasaan seseorang dinilai dari status perkawinan,


status janda lebih baik daripada perawan tua (Romauli, S.2011).

f. Dorongan Biologis
Adanya dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan
insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon.
Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari luar, misalnya dengan
membaca buku atau melihat film/ majalah yang menanpilkan gambargambar
yang membangkitkan erotisme. Di era teknologi informasi yang tinggi
sekarang ini, remaja sangat mudah mengakses gambar tersebut melalui
telepon genggam dan akan selalu di bawa dalam setiap langkah remaja
(Aryani, R. 2009 dan Manuaba, IBG.2010).
g. Kepatuhan Terhadap Orang Tua
Perkawinan dapat berlangsung karena adanya kepatuhan remaja terhadap
orang tua atau sifat menentang ( Romauli, S. 2011).
h. Ketidakmampuan Mengendalikan Dorongan Biologis
Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilainilai
moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak
akan melakukan seks pra nikah, karena mengingat ini adalah dosa besar yang
harus dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Namun
keimanan ini dapat sirna tanpa tersisa bila remaja dipengaruhi obatobatan
misalnya psikotropika. Obat ini akan mempengarui pikiran remaja sehingga

Universitas Sumatera Utara

pelanggaran terhadap nilainilai agama dan moral dinikmati dengan tanpa


rasa bersalah (Aryani, R.2009)
i. Adanya Kesempatan Melakukan Hubungan Seks Pra Nikah
Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pra nikah sangat penting untuk
dipertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu
maka hubungan seks pra nikah tidak akan terjadi. Terbukanya kesempatan
pada remaja untuk melakukan hubungan seks didukung oleh kesibukan orang
tua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada remaja. Tuntutan kebutuhan
hidup sering menjadi alasan suami istri bekerja di luar rumah dan
menghabiskan hariharinya dengan kesibukan masing masing sehingga
perhatian terhadap anak remajanya terabaikan.
Selain itu pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara
berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja
untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel/ motel atau ke night club
sampai larut malam. Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan
seksual pra nikah (Aryani, R. 2009).
j. Pandangan terhadap Konsep Cinta
Menyalahartikan atau kebingungan dalam mengartikan konsep cinta,
keintiman, dan tingkah laku seksual sehingga remaja awal cenderung berfikir
bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pasangan, sedangkan remaja akhir
cenderung melakukan tingkah laku seksual jika telah ada ikatan dan saling
pengertian

dengan

pasangan.

Seks

sering

dijadikan

sarana

untuk

Universitas Sumatera Utara

berkomunikasi dengan pasangan (Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati,


2005).
2.1.3

Kerugian Remaja Melakukan Seks Pra Nikah


Kerugian remaja bila melakukan hubungan seksual pra nikah adalah sebagai

berikut :
a. Resiko menderita penyakit menular seksual, misalnya gonorhoe, sifilis, HIV/
AIDS. Herpes simplek, herpes genitalis dan lain sebagainya.
b. Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini
terjadi, maka beresiko terhadap tindakan aborsi yang tidak aman dan resiko
infeksi atau kematian perdarahan, Bila kehamilan diteruskan, maka beresiko
melahirkan bayi yang kurang/ tidak sehat.
c. Trauma kejiwaan (depresi,rasa rendah diri, dan rasa berdosa karena berzina).
d. Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan.
2.1.4

Gejala Awal Kehamilan


Menurut Dianawati (2002) gejala-gejala awal yang terjadi pada proses

kehamilan diantaranya ditandai dengan (Lesnapurnawan, 2009) :


a.

Tidak Datangnya Menstruasi


Seseorang yang telah melakukan hubungan seksual wajib memeriksakan diri ke
dokter jika dalam waktu satu minggu atau lebih tidak mendapatkan menstruasi
dari jadwal yang seharusnya. Kemungkinan besar dia telah hamil.

Universitas Sumatera Utara

b.

Perubahan pada Payudara


Biasanya, menjelang menstruasi, payudara perempuan akan terasa kencang dan
padat. Penyebabnya, jumlah hormon estrogen dalam tubuh meningkat. Kondisi
seperti itu akan hilang dengan sendirinya bersamaan dengan berakhirnya masa
menstruasi. Lain lagi jika terjadinya kehamilan, memadat dan mengencangnya
payudara akan berlangsung lama dan akan semakin membesar disertai dengan
rasa kesemutan. Semua perubahan ini terjadi karena pengaruh hormon estrogen
dan progeteron, yang sudah berfungsi untuk memproduksi air susu. Selain itu,
saluran-saluran jaringan payudara telah dialiri darah.

c.

Sering Buang Air Kecil


Hal ini biasanya terjadinya pada awal kehamilan. Penyebabnya adalah ginjal
bekerja terlalu berlebihan sehingga kantung kencing pun akan cepat terisi.

d.

Mual-mual dan Muntah


Gejala ini biasanya terjadi pada pagi hari. Dari gejala ini dapat diketahui bahwa
ia hamil, setelah lebih dari 1 minggu menstruasinya tidak datang. Gejala ini akan
hilang setelah memasuki 12 minggu sejak masa hamilan. Tidak setiap perempuan
mengalami gejala ini. Faktor yang menjadi penyebab timbulnya gejala ini masih
tidak jelas kemungkinan faktor emosi dan kecemasan.

Universitas Sumatera Utara

2.1.5

Dampak yang Terjadi Pada Kehamilan Usia Muda


Perkawinan dan kehamilan yang dilangsungkan pada usia muda (remaja)

umumnya akan menimbulkan masalahmasalah sebagai berikut : (Lesnapurnawan,


2009. Manuaba, IBG.2010. Romauli, S. 2011).
a. Masalah Kesehatan Reproduksi
Remaja yang akan menikah kelak akan menjadi orang tua sebaiknya
mempunyai kesehatan reproduksi yang sehat sehingga dapat menurunkan generasi
penerus yang sehat. Untuk itu memerlukan perhatian karena belum siapnya alat
reproduksi untuk menerima kehamilan yang akhirnya akan menimbulkan berbagai
bentuk komplikasi. Selain itu kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 25 kali lebih tinggi dari pada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
b. Masalah Psikologis
Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum
matang, sehingga masih lebih dalam menghadapi masalah yang timbul dalam
perkawinan. Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian, karena kawin cerai
biasanya terjadi pada pasangan yang umurnya pada waktu kawin relatif masih
muda. Tetapi untuk remaja yang hamil di luar nikah menghadapi masalah
psikologi seperti rasa takut, kecewa, menyesal, rendah diri dan lain-lain, terlebih
lagi masyarakat belum dapat menerima anak yang orang tuanya belum jelas.

Universitas Sumatera Utara

c. Masalah Sosial Ekonomi


Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan
dalam bidang sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umumnya dengan
bertambahnya umur akan makin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagai
penopang. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stress
(tekanan batin).
Dampak kebidanan yang terjadi pada kehamilan usia muda adalah
(Asfriyanti, 2009 dan Manuba, IBG. 2010) :
a. Abortus (Keguguran)
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan
remaja yang tidak dikehendaki. Abortus yang dilakukan oleh tenaga nonprofesional dapat menimbulkan tingginya angka kematian dan infeksi alat
reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan Prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Kelainan Bawaan
Kekurangan berbagai zat yang dibutuhkan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan
tingginya prematur, BBLR dan cacat bawaan.
c. Mudah Terinfeksi
Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan stres
memudahkan terjadinya infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas.
d. Anemia Kehamilan
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis)

Universitas Sumatera Utara

Merupakan kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan saat hamil dalam bemtuk eklampsi dan
pre eklampsi sehingga dapat menimbulkan kematian. Dimana keracunan
kehamilan merupakan penyebab kematian ibu yang terbesar ketiga.
f. Kematian Ibu yang Tinggi
Remaja yang stres pada kehamilannya sering mengambil jalan yang pintas untuk
melakukan abortus oleh tenaga non-profesional. Angka kematian abortus yang
dilakukan oleh dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui. Kematian
ibu terutama karena perdarahan dan infeksi. Penyebab kematian ibu dikenal
dengan trias klasik yaitu perdarahan, infeksi dan gestosis.
2.1.6

Penanggulangan
Manuaba, IBG. dkk. 2010 penanggulangan masalah kehamilan usia muda atau

remaja sangat sukar dan kompleks yang menyangkut berbagai segi kehidupan
masyarakat diantaranya :
a.

Pengaruh Globalisasi
Dengan derasnya arus informasi yang mendorong remaja mempunyai prilaku
seks yang bebas dan jumlah anak dalam suatu keluarga tidak terbatas sehingga
kualitas pendidikan rohani kurang mendapat perhatian. Untuk itu perlu
ditanamkan nilai-nilai moral dan etika agama yang baik mulai dari masa anakanak, karena semua agama berpendapat bahwa kehamilan dan anak harus
bersumber dari perkawinan yang syah menurut adat agama dan bahkan hukum

Universitas Sumatera Utara

yang disaksikan masyarakat. Untuk itu diperlukan sikap dan prilaku orang tua
yang dapat dijadikan panutan dan suri tauladan bagi remaja.
b.

Pendidikan Seks
Pendidikan seks pada remaja sangat berguna untuk memberikan pengetahuan
tentang seks dan penyakit hubungan seks. Program pendidikan seks ini lebih
besar kemungkinannya berhasil apabila terdapat pendekatan terpadu antara
sekolah dan layanan kesehatan. Staf layanan kesehatan dapat dilibatkan dalam
penyampaian pendidikan seks, dan sekolah dapat mengatur kunjungan kelompok
ke klinik sebagai pengenalan dan untuk meningkatkan rasa percaya diri dari para
remaja yang mungkin ingin mendapatkan layanan klinik tersebut.

c.

Keluarga Berencana untuk Remaja


Kenyataannya prilaku seks remaja menjurus kearah liberal, tidak dapat
dibendung, dan hanya mungkin mengendalikannya sehingga penyebaran
penyakit hubungan seks dan kehamilan dikalangan remaja dapat dibatasi. Untuk
itu perlu dicanangkan program keluarga berencana dikalangan remaja sehingga
pengendalian prilaku seks dapat tercapai.

d.

Pelayanan Gugur Kandungan


Pelayanan gugur kandungan pada remaja banyak dilakukan oleh lembaga tertentu
atau dilakukan secara perorangan untuk menghilangkan keadaan dalam
persimpangan jalan pada remaja. Melakukan gugur kandungan merupakan
tindakan yang paling rasional untuk menyelesaikan masalah hamil remaja dengan
keuntungan :

Universitas Sumatera Utara

(1). Bebas dari stres hamil yang tidak dikehendaki


(2). Bebas dari tekanan stres dan masyarakat
(3). Masih dapat melanjutkan sekolah atau bekerja
(4). Bila dilakukan secara legalitas penyulit sangat minimal dan tidak
mengganggu fungsi reproduksi
(5).

Biaya ringan, dibandingkan bila kehamilan diteruskan.


Walaupun pelaksanaan gugur kandungan merupakan tindakan yang paling

rasional dan menguntungkan kedua belah pihak tetapi bukanlah dapat dilakukan
begitu saja karena undang-undang kesehatan telah menetapkan petunjuk
pelaksanaannya dan disertai sangsi hukum. Dengan demikian melakukan gugur
kandungan bukan berarti bebas dari tuntutan hukum dan tuntutan moral pelaku
dan yang meminta dilakukannya.
Penanggulangan kehamilan pra nikah adalah (Asfriyanti, 2010) :
a. Pencegahan
Pencegahan hubungan seksual pra nikah memerlukan waktu yang sangat lama
dan bertahap. Dengan memperhatikan faktorfaktor yang dapat menyebabkan
timbulnya hubungan seksual pra nikah maka langkahlangkah yang perlu
dilakukan adalah :
(1). Melakukan pendidikan seksual pada anak dan remaja
Penyampaian materi pendidikan seksual dapat dilakukan di rumah
maupun di sekolah. Di sini peranan orang tua dan masyarakat sangat

Universitas Sumatera Utara

diharapkan, terutama untuk dapat memberikan informasi yang dibutuhkan


para remaja mengenai kesehatan reproduksinya dan juga apa saja yang
harus dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Sebelum usia
10 tahun pendidikan seksual bisa diberikan secara bergantian tetapi ibu
umumnya lebih berperan, menjelang akil baligh, saat sudah terjadi proses
diferensiasi jenis kelamin dan muncul rasa malu, sebaiknya ibu
memberikan penjelasan kepada anak perempuan dan ayah kepada anak
lakilaki.
Menurut dr.Paat dan dr.Yulia pendidikan seks di sekolah
hendaknya tidak terpisah dari pendidikan pada umumnya dan bersifat
terpadu. Bisa dimasukkan pada pelajaran Biologi, Kesehatan, Moral dan
Etika secara bertahap dan terusmenerus. Sekali waktu penyuluhan
seksual perlu diadakan misalnya tentang menghadapi masa haid dan
mimpi basah yang diberikan pada murid kelas VI.
(2). Meningkatkan pengetahuan agama bagi remaja.
Penegakan norma agama dan norma sosial lainnya juga harus
diupayakan secara maksimal untuk mencegah para remaja untuk
melakukan hubungan yang terlalu bebas yang dapat menyebabkan
kehamilan. Pemberian pengetahuan agama pada anak sejak usia dini
sampai akil baligh akan sangat besar pengaruhnya dalam mencegah
terjadinya hubungan seksual pra nikah.

Universitas Sumatera Utara

(3). Meningkatkan perhatian kedua orang tua terhadap anakanaknya.


Pada saat ini hubungan antara orang tua dan anak mulai kurang
karena keduanya sibuk bekerja dari pagi hingga sore, sehingga sedikit
sekali waktu yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan anak.
Untuk orang tua diharapkan khususnya yang bekerja agar bisa
menyisihkan waktunya dalam membina anakanaknya, minimal pada
waktu makan malam bersama dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
(4). Menunda hubungan seks bagi remaja yang terlibat pacaran.
Remaja juga harus dituntut untuk mengisi kegiatan sehariharinya
dengan kegiatan yang bermanfaat seperti olah raga, kesenian dan juga
belajar. Selama pacaran remaja harus dihindarkan untuk bercumbu secara
berlebihan, karena hal itu juga akan memancing mereka untuk melakukan
tindakan yang lebih jauh lagi dan akhirnya melakukan persenggamaan.
b. Pengobatan
Kehamilan yang dialami remaja adalah kehamilan yang beresiko tinggi.
Karena itu remaja yang hamil harus memeriksakan kehamilannya secara
intensif. Dengan demikian kelainan dan halhal yang menyulitkan nantinya
dapat segera dicegah dan diobati, sehingga proses kehamilan dan persalinan
dapat dilalui dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Analisis Faktor


2.2.1 Pengertian
Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu kelas
prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel
yang banyak menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah
menjadi 4 atau 5 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar
informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variabel) (Supranto, 2010).
Selain itu analisis faktor dapat juga berfungsi sebagai alat uji validasi internal dari
alat ukur yang dipergunakan (Ridwan, 2002).
Analisis faktor merupakan salah satu tekhnik analisis statistik multivariat,
dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara seksama bersama pada
semua variabel tanpa membedakan variabel tergantung dan variabel bebas atau
disebut sebagai metode antar ketergantungan (interdependence methode) tersebut.
Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar variabel yang saling
interdependen tersebut, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan varibel
yang lebih sedikit jumlah varibel awal sehingga memudahkan analisis statistik
selanjutnya (Wibowo, A. 2006).
Tujuan yang penting dari analisis faktor adalah menyederhanakan hubungan
yang beragam dan kompleks pada beberapa variabel yang diamati dengan
menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan pada suatu struktur data
baru yang mempunyai beberapa faktor yang lebih kecil (Wibisono, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Analisis faktor yang dipergunakan di dalam situasi sebagai berikut (Supranto,2010) :


a. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying
dimensions) atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.
b. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak
berkorelasi (independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan
suatu set variabel asli yang saling berkorelasi di dalam analisis multivariate
selanjutnya, misalnya analisis regresi berganda dan analisis diskriminan.
c. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set varibel yang penting dari suatu set
variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisis
multivariate selanjutnya.
2.2.2. Model Analisis Faktor dan Statistik yang Relevan
Secara matematis, analisis faktor agak mirip dengan regresi linier berganda,
yaitu setiap variabel dinyatakan sebagai suatu kombinasi linear dari faktor yang
mendasari (underlying factors) (Supranto, 2010).
Jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu varabel dengan variabel yang
lainnya tercakup dalam analisis disebut communality. Hubungan antara variabel yang
dinyatakan dalam suatu common factors yang sedikit jumlahnya ditambah dengan
faktor yang unik untuk setiap variabel. Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan
sesama faktor unik dan juga tidak berkorelasi dengan common faktor.
Common factor dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel
yang terlihat/ terobservasi (the observed variabels) hasil penelitian lapangan atau
hubungan yang tidak berkorelasi dengan faktor unik. Faktor unik biasanya juga

Universitas Sumatera Utara

dianggap saling tidak berkorelasi, akan tetapi mungkin atau tidak mungkin
berkorelasi satu sama lain. Masing-masing faktor dapat diekspresikan dengan
persamaan sebagai berikut :
F 1 = W i1 X 1 + W i2 X 2 + W i3 X 3 + ..+ W ik X k
Dimana : F 1 adalah : perkiraan faktor ke i (didasarkan pada nilai variabel X dengan
koefisiennya Wi)
Wi adalah : timbangan atau koefisien nilai faktor ke i
k

adalah : banyaknya variabel

Semakin besar bobot Wi suatu variabel terhadap faktor, maka pengaruh


variabel terhadap faktor tersebut semakin erat, yang berarti perubahan variabel
memberikan kontribusi yang semakin besar pada nilai faktor. Hal ini berlaku untuk
keadaan sebaliknya (Supranto, 2010).
Statistik kunci yang relevan dengan analisis dengan analisis faktor adalah :
Bartletts tes of sphericity yaitu suatu uji statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi (uncorrelated) dalam populasi.
2.2.3. Model Matematik dalam Analisis Faktor
Di dalam model analisis faktor, komponen hipotesis diturunkan dari hubungan
antara variabel terobservasi. Model analisis faktor mensyaratkan bahwa hubungan
antar variabel terobservasi harus linier dan nilai koefisien korelasi tak boleh nol,
artinya benar-benar harus ada hubungan. Komponen hipotesis yang diturunkan harus
memiliki sifat sebagai berikut :
a. Komponen hipotesis tersebut diberi nama faktor.

Universitas Sumatera Utara

b. Variabel komponen hipotesis yang disebut faktor bisa dikelompokkan


menjadi dua yaitu common faktor dan unique faktor. Dua komponen ini bisa
dibedakan kalau dinyatakan dalam timbangan di dalam persamaan linier, yang
menurunkan variabel terobservasi dari variabel komponen hipotesis. Common
factor mempunyai lebih dari satu variabel dengan timbangan yang bukan nol
nilainya. Suatu faktor unik hanya mempunyai satu variabel dengan timbangan
yang tidak nol terikat dengan faktor. Jadi hanya satu variabel yang tergantung
pada satu faktor unik.
c. Common faktor selalu dianggap tidak berkorelasi dengan faktor unik.
Faktor unik biasanya juga dianggap saling tidak berkorelasi satu sama
lainnya.
d. Umumnya dianggap bahwa jumlah common factor lebih sedikit dari jumlah
variabel asli, akan tetapi banyaknya faktor unik biasanya dianggap sama
dengan banyaknya variabel asli (Supranto, 2010)
2.2.4. Langkah-Langkah Analisis Faktor
Menurut Supranto (2010), langkah-langkah yang diperlukan dalam analis
faktor adalah :
a. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah faktor analisis dan mengidentifikasi/ mengenali
variabel-variabel asli yang akan dianalisis faktor.
Merumuskan masalah meliputi beberapa hal :
(1). Tujuan analisis faktor harus diidentifikasi.

Universitas Sumatera Utara

(2). Variabel yang akan dipergunakn di dalam analisis faktor harus


dispesifikasi berdasarkan penelitian sebelumnya, teori dan pertimbangan
dari peneliti.
(3). Pengukuran variabel berdasarkan skala interval atau ratio.
(4). Banyaknya elemen sampel (n) harus cukup/ memadai sebagai petunjuk
kasar, kalau k sebagai banyaknya jenis variabel (atribut) maka n=4 atau 5
kali k. Artinya kalau variabel 5, banyaknya responden minimal 20 atau
25 orang sebagai sampel acak.
b. Membentuk Matriks Korelasi
Proses analisis di dasarkan pada suatu matriks korelasi agar variabel
pendalaman yang berguna bisa diperoleh dari penelitian matriks ini. Agar
analisis faktor bisa tepat dipergunakan, varaiabel-variabel yang akan dianalisis
harus berkorelasi. Apabila koefisien korelasi antar-variabel terlalu kecil,
hubungan lemah, analisis faktor tidak tepat.
Prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi-asumsi
akan terkait dengan metode statistik korelasi yaitu :
(1) Besar korelasi atau korelasi independen variabel yang cukup kuat,
misalnya > 0,5 atau bila dilihat tingkat signifikansinya adalah < dari 0,5.
(2) Besar korelasi partial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap
variabel dengan mengganggap variabel lain adalah tetap (konstan) harus
kecil. Pada SPSS deteksi korelasi parsial diberikan pada Anti Image
Correlation.

Universitas Sumatera Utara

Statistik formal tersedia untuk menguji ketepatan model faktor yaitu


Barletts Test of Sphericity bisa digunakan untuk menguji hipotesis bahwa
variabel tak berkorelasi di dalam populasi. Nilai yang besar untuk uji statistik,
berarti hipotesis nol harus ditolak (berarti ada korelasi yang signifikan
diantara beberapa variabel). Kalau hipotesis nol terima, ketepatan analisis
faktor harus dipertanyakan.
Statistik lainnya yang berguna adalah KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)
mengukur

kecukupan

sampling

(sampling

adequancy).

Indeks

ini

membandingkan besarnya koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya


koefisien korelasi parsial. Nilai KMO yang kecil menunjukkan korelasi antar
pasangan variabel tidak bisa diterangkan oleh variabel lain dan analisis faktor
mungkin tidak tepat.
(1). Harga KMO sebesar 0,9 adalah sangat memuaskan
(2). Harga KMO sebesar 0,8 adalah memuaskan
(3). Harga KMO sebesar 0,7 adalah harga menengah
(4). Harga KMO sebesar 0,6 adalah cukup
(5). Harga KMO sebesar 0,5 adalah kurang memuaskan
(6). Harga KMO sebesar 0,4 adalah tidak dapat diterima
Measure of Sampling Adequacy (MSA) ukuran dihitung untuk seluruh
matriks korelasi dan setiap variabel yang layak untuk diaplikasikan pada
analisis faktor. Nilai MSA yang rendah merupakan pertimbangan untuk
membuang variabel tersebut pada tahap analisis selanjutnya (Wibisono,

Universitas Sumatera Utara

2003). Angka MSA berkisar 0-1 menunjukkan apakah sampel bisa dianalisis
lebih lanjut (Wibowo, 2006).
(1) MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel
lain.
(2) MSA > 0,5 variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih
lanjut.
(3) MSA < 0,5 variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih
lanjut.
c. Menentukan Metode Analisis Faktor
Segera setelah ditetapkan bahwa analisis faktor merupakan tekhnik
yang tepat untuk menganalisis data yang sudah dikumpulkan, kemudian
ditentukan atau dipilih metode yang tepat untuk analisis faktor. Ada dua cara
metode yang bisa digunakan dalam analisis faktor, khususnya untuk
menghitung timbangan atau koefisien skor faktor, yaitu principal components
analysis dan common factor analysis.
Di dalam principal component analysis, jumlah varian dalam data
dipertimbangkan. principal component analysis direkomendasikan kalau hal
yang pokok ialah menentukan bahwa banyaknya faktor minimum yang harus
memperhitungkan

faktor

maksimum

tersebut

dinamakan

principal

components.
Di dalam common factor analysis, faktor diestimasi didasarkan pada
common variance, communalities dimasukkan di dalam matriks korelasi.

Universitas Sumatera Utara

Metode ini dianggap tidak tepat kalau tujuan utamanya ialah mengenali/
mengidentifikasi dimensi yang mendasari dan common variance yang
menarik perhatian. Metode ini juga dikenal sebagai principal axis factoring
(Supranto,2010).
Communalities ialah jumlah varian yang sumbangkan oleh suatu
variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut
proporsi atau bagian varian yang dijelaskan common factor , atau besarnya
sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel. Semakin besar
communalities sebuah variabel, berarti semakin kuat hubungannya dengan
faktor yang dibentuknya.
Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap
faktor. Eigenvalue akan menunjukkan kepentingan relatif masing-masing
faktor dalam menghitung varian yang dianalisis (Wibowo, 2006).
d. Rotasi Faktor-Faktor
Suatu hasil atau out put yang penting dari analisis faktor ialah apa
yang disebut matriks faktor pola (faktor pattern matrix). Matriks faktor berisi
koefisien yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan
dinyatakan dalam faktor. Koefisien ini disebut muatan faktor, mewakili
korelasi antar-variabel dan faktor.
Di dalam melakukan rotasi faktor, kita menginginkan agar setiap
faktor mempunyai muatan atau koefisien yang tidak nol atau yang signif ikan
untuk beberapa variabel saja. Guna rotasi ini adalah untuk mengontrol/

Universitas Sumatera Utara

memeriksa variabel yang belum layak dimasukkan menjadi layak dimasukkan


dalam buat penamaan. Demikian halnya kita juga menginginkan agar setiap
variabel mempunyai muatan yang tidak nol atau signifikan dengan beberapa
saja, kalau mungkin dengan satu faktor saja. Kalau terjadi beberapa faktor
mempunyai muatan tinggi dengan variabel yang sama, sangat sulit untuk
membuat interpretasi tentang seluruh varian (dari seluruh variabel asli)
mengalami perubahan.
e. Interpretasi Faktor
Interpretasi faktor dipermudah dengan mengidentifikasi variabel yang
muatannya besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa
diinterpretasikan, dinyatakan dalam variabel yang mempunyai muatan tinggi
padanya. Variabel yang tidak dengan sumbu salah satu faktorberarti
berkorelasi dengan kedua faktor tersebut .
f. Menghitung Skor dan Nilai Faktor
Nilai faktor adalah ukuran yang mengatakan representasi suatu
variabel oleh masing masing faktor. Nilai faktor menunjukkan bahwa suatu
data mewakili karakteristik khusus yang dipresentasikan oleh faktor. Nilai
faktor ini selanjutnya digunakan untuk analisis lanjutan. Sebenarnya analisis
faktor tidak harus dilanjutkan dengan menghitung skor atau nlai faktor, sebab
tanpa menghitungpun hasil analisis faktor sudah bermanfaat yaitu mereduksi
variabel yang banyak menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari variabel
aslinya.

Universitas Sumatera Utara

g. Memilih Surrogate Variabels


Surrogate variabel adalah suatu bagian dari variabel asli yang dipilih
untuk digunakan di dalam analisis selanjutnya.
h. Proses Analisis Faktor
Secara garis besar tahapan pada analisis faktor adalah sebagai berikut
Supranto (2010) dan Riyanto,A.(2011) :
(1). Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor.
(2). Menguji variabel yang ditentukan, menggunakan metode Barlett Test of
Sphericity Sera pengukuran MSA (Measure Sampling Adequacy).
(3). Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel
tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor.
(4). Faktor yang terbentuk pada banyak kasus kurang menggambarkan
perbedaan

diantara

faktor-faktor

yang

ada.

Hal

tersebut

akan

mengganggu analisis, karena justru sebuah faktor harus berbeda secara


nyata dengan faktor lain.
(5). Kemudian interpretasikan hasil penemuan (artinya faktor-faktor tersebut
mewakili variabel yang mana saja), dan memberi nama atas faktor yang
terbentuk.
(6). Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk
telah valid. Validitas dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti :

Universitas Sumatera Utara

a. Membagi sampel awal menjadi dua bagian kemudian membandingkan


hasil faktor sampel satu dengan sampel dua. Jika hasil tidak banyak
perbedaan, bisa dikatakan faktor yang terbentuk telah valid.
b. Dengan melakukan metode Comfirmatory Faktor Analysis (CFA)
dengan cara Structural Equation Modelling (SEM). Proses ini bisa
dibantu dengan Software khusus, seperti Lisrel atau Amos.

2.3. Landasan Teori


Menurut BKKBN usia yang ideal untuk hamil dan melahirkan yaitu 20-30
tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah beresiko. Dengan kata lain disebut
reproduksi yang sehat untuk wanita saat hamil dan melahirkan, karena pada masa
hamil banyak terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologi untuk
itu diperlukan persiapan dalam menghadapi masa kehamilan tersebut. Persiapan
tersebut ada tiga hal yaitu persiapan phisik, persiapan mental/ emosi/ psikologi dan
persiapan sosial/ ekonomi (Manuaba, IBG. 2010).
Pada umumnya proses kehamilan menjadi hal yang bahagia bagi
pasangan yang terikat oleh jalinan perkawinan namun sebaliknya proses kehamilan
itu akan menjadi malapetaka bagi pasangan yang belum terikat perkawinan yang sah
atau bisa di sebut hubungan seksual pranikah. Istilah hubungan seksual pranikah
sudah merupakan hal yang tidak asing lagi, baik di kalangan masyarakat ilmuan
maupun di kalangan masyarakat awam. Yang dimaksud dengan hubungan seksual

Universitas Sumatera Utara

pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh sepasang insan sebelum
mereka diikat oleh tali perkawinan (Lesnapurnawan, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan usia muda
20 tahun dapat
menggunakan pendekatan faktor prilaku pada kerangka kerja. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi prilaku menurut Lawrence Green ( 1980 ) dalam Notoatmojo
(2007) ada 3 faktor utama yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factor) di dalamnya termasuk pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, tradisi, nilainilai, tingkat sosial ekonomi dan lain
sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan phisik,
sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.
c. Faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud di dalam sikap dan prilaku
petugas kesehatan, maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa
menjadi kelompok referensi dari prilaku masyarakat termasuk juga undangundang, peraturan-peraturan.
Dari faktorfaktor di atas dapat disimpulkan bahwa prilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan (kehamilan usia muda) ditentukan oleh pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tradisi dari orang yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan
fasilitas kesehatan dan prilaku petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat
terbentuknya prilaku. Berarti secara umum prilaku tergantung faktor intern (dari
dalam individu) dan faktor ekstern (dari luar individu) yang saling memperkuat. Jadi

Universitas Sumatera Utara

kalau kita ingin merubah prilaku kita harus memperhatikan faktorfaktor tersebut di
atas.
Dengan demikian landasan teori dari faktor-faktor yang memengaruhi
kehamilan usia muda tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Faktor Predisposisi :
Tingkat pendidikan
Ekonomi
Kurangnya pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi (tabu)
Adat istiadat atau pandangan
masyarakat
Pandangan terhadap konsep cinta

Faktor Pemungkin :
Dorongan
biologis
(melakukan
hubungan seksual karena pengaruh
buku,
film,
majalah
yang
menampilkan gambargambar erotis
yang mudah diakses melalui telepon
genggam atau internet)
Kesempatan (kesibukan orang tua,
kurang perhatian terhadap anak,
fasilitas yang berlebih/ uang)

Kehamilan di Usia
Muda 20 Tahun

Faktor Penguat 2009


:
Lesnapurnawan,
dan Dianawati, 2005
Keimanan dan etika moral yang
dimiliki remaja
Kepatuhan terhadap orang tua
Hukum dan peraturan
Gambar 2.1. Landasan Teori Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kehamilan
Usia Muda 20 Tahun. Modifikasi dari Romauli, S. 2011, Aryani,
R. 2009, Manuaba, IBG.2010 Lesnapurnawan, 2009 dan
Dianawati, 2005, Lawrence Green dalam Notoatmojo, 2007)

Universitas Sumatera Utara

2.4. Kerangka konsep


Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan arah dari alur penelitian ini
adalah seperti tergambar dalam kerangka konsep di bawah ini :
Variabel Independen
Faktor yang memengaruhi :
1. Tingkat pendidikan
2. Ekonomi
3. Dorongan biologis
4. Pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi
5. Kesempatan
6. Kepatuhan terhadap orang tua
7. Adat istiadat atau pandangan
masyarakat
8. Hukum dan peraturan
9. Pandangan terhadap konsep cinta

Variabel Dependen

Kehamilan Usia Muda


20 tahun

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai