Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN

KEPERAWATAN
HIDROCEPALUS,
MENINGITIS,
DAN KEJANG
Hendi Lumban Gaol (160204015)
Sari Indah Wahyuni (160204091)
Ilham Wahyu (160204058)
Oinike K Bulolo (160204098)
Ridho Marwara (160204017)
Bobby Setiawan Gea (160204018)
1. Hidrocepalus

Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang


mengakibatkan beratmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau
pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro
spinal (Ngastiyah, 1997).
– ETIOLOGI

Hydrocephalus terjadi bila tempat penyumbatan aliran cairan serebro


spinal pada salah satu tempat antara tempat pembentukan cairan serebro
spinal dalam system ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subarachnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatsi ruangan cairan serebro
spinal diatasnya. Secata teoritis pembentukan cairan serebro spinal yangn
terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang normal akan menyebabkan
terjadinya Hydrocephalus, dapat juga Hydrocephalus pada bayi diakibatkan
oleh kelainan bawaan (congenital), infeksi, neoplasma dan pendarahan
(Ngastiyah, 1997).
– PATOFISIOLOGI

Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan


subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater
dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis.
Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak
mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang
tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan
penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan
anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan massa cranial.
– MANIFESTASI KLINIS
 Bayi
– Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun
– Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
– Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial
– MuntaH
– Gelisah
– Menangis dengan suara ringgi
– Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi –
stupor.
– Peningkatan tonus otot ekstrimitas

 Tanda – tanda fisik lainnya


– Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas.
– Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah – olah di atas iris.
– Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
– Strabismus, nystagmus, atropi optik.
– Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
 Anak yang telah menutup suturanya ;
– Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial
– Nyeri kepala
– Muntah
– Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
– Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun.
– Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
– Strabismus
– Perubahan pupil.
ASKEP
 PENGKAJIAN
Pada pengkajian didapat adanya perubahan tanda vital seperti :
– penurunan denyut apeks
– frekuensi pernapasan
– peningkatan tekanan darah
– muntah
– peningkatan lingkar kepala
– adanya iritabilitas letargi
– perubahan pada keadaan menangis yang bernada tinggi serta
– adanya aktivitas kejang

Pada Bayi didapatkan :


– pembesaran kepala
– bagian frontal menonjo
– mata turun ke bawah (sunset eyes)
– adanya distensi pada vena superfisial kulit kepala
Pada Anak besar dapat dijumpai :
– sakit kepala pada dahi disertai mual
– muntah
– nafsu makan menurun
– kekakuan pada ekstermitas bawah serta
– adanya penurunan prestasi di sekolah

 DIAGNOSA & INTERVENSI


1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan meningkatnya tekanan intrakranial
Data Indikasi : Adanya keluhan nyeri kepala, meringis atau menangis, gelisah, kepala membesar.
Tujuan : Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Intervensi :
– Jelaskan penyebab nyeri
– Atur posisi klien
– Ajarkan teknik relaksasi
– Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgetik
2. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat
Data Indikasi : Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisi
Intervensi :
– Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein
– Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup untuk menelan
– Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau-bauan yang tidak enak
– Monitor terapi secara intravena
– Timbang berat badan bila mungkin
– Jagalah kebersihan mulut (Oral hygieneI)
– Berikan makanan ringan diantara waktu malam

3. Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltarsi bakteri melalui shunt
Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi
Intervensi :
– Monitor terhadap tanda-tanda infeks
– Pertahankan teknik kesterilan dalam prosedur perawatan
– Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh
– Pertahankan prinsip aseptik pada drainase dan ekspirasi shunt
4. Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi
Tujuan : Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur
Intervensi :
– Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam
– Observasi terhadap tanda-tanda kerusakan integritas kulit
– Jagalah kebersihan dan kerapian tempat tidur
– Berikan latihan secara pasif dan perlahan

5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial


Tujuan : Pasien tidak mengalami peningkatan tekanan intrakranial
Intervensi :
– Observasi dengan cermat adanya tanda-tanda peningkatan intrakranial
– Hindari pemasangan infus intavena di vena kulit kepala bila pembedahan akan dilakukan
– Posisikan anak sesuai ketentuan
– Tempatkan pada sisi yang tidak dioperasi untuk mencegah tekanan katup pirau
– Tinggikan kepala tempat tidur, bila diinstruksika
– Jaga agar anak tetap berbaring datar, bila diinstruksikan
– Jangan pernah memompa pirau untuk mengkaji fungsi
– Ajari keluarga tentang tanda-tanda peningkatan TIK dan kapan harus memberi tahu praktisi kesehatan
2. Meningitis
Meningitis merupakan keradangan pada daerah meningen, meningitis itu
sendiri terdiri atas meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh bakteri dan
meningitis virus atau disebut nonpurulen meningitis atau istilahnya disebut
aseptic meningitis yang disebabkan oleh virus. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006)

– Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis purulenta
2. Meningitis serosa
– Etiologi
a. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis.Adapun beberapa bakteri yang secara umum diketahui dapat
menyebabkan meningitis adalah:
– Haemophillus influenza
– Nesseria meningitides (meningococcal)
– Diplococcus pneumoniae (pneumococca)
– Streptococcus, grup A
– Staphylococcus aureus
– Escherichia coli
– Klebsiella
– Proteus
– Pseudomonas
b. Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri.Virus biasanya bereplikasi
sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf
pusat melalui sistem vaskuler.Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
– Manifestasi Klinis
1. Neonatus : menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah atau diare,
tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah.

2. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan
perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,
halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus. Tanda
kernig dan brudzinski positif, reflex fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus
(menunjukkan adanya infeksi meningococcal).

3. Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas makan, muntah,
mudah terstimulasi, kejang, menangis dan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk,
dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.
– Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan
otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub
arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang,
direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan
subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki
cairan otak melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak.Cairan hidung (sekret
hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan
lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak
melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel
ASKEP
A. Pengkajian
– Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma riwayat pembedahan pada otak,
cedera kepala
– Pada neonatus : kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah dan
diare, tonus otot kurang, kurang gerak dan menagis lemah
– Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan
perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku
agresif atau maniak, penurunan kesadaran, kaku kuduk, opistotonus, tanda kernig dan Brudzinsky positif,
reflex fisiologis hiperaktif, petchiae atau pruritus.
– Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam, malas makan, muntah, mudah
terstimulasi, kejang, menangis dangan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan
Brudzinsky positif.
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
– Tujuan :
– Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
– Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
INTERVENSI RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak

Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS. Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt

Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi.
Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan
peningkatan sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien
yang tidak sadar, nausea yang menurunkan intake per oral

Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu
bergerak atau berbalik di tempat tidur. bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava

Kolaborasi
Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat. Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat
menurunkan edema cerebral

Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan
terjadinya iskhemik serebral

Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika.


Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunkan metabolik sel / konsumsi dan kejang.
2. Nyeri sehubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
– Tujuan
– Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol
INTERVENSI RASIONALISASI

Mandiri
Pantau berat ringan nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala nyeri Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakansehingga memudahkan pemberian intervensi

Pantau saat muncul awitan nyeri Menghindari pencetus nyeri merupakan


salah satu metode distraksi yang efektif

Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang Menurukan reaksi terhadap rangsangan ekternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan pasien untuk beristirahat

Kompres dingin (es) pada kepala dan kain dingin pada mata Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah otak
Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati- Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan rasa sakit /
hati disconfort

Kolaborasi
Berikan obat analgesic Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit. Catatan: Narkotika merupakan
kontraindikasi karena berdampak pada status neurologis sehingga sukar untuk dikaji.

3. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat
kesadaran
Tujuan:
- Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
INTERVENSI RASIONALISASI

Independent
monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi
yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan Melindungi pasien bila kejang terjadi
alat suction selalu berada dekat pasien.

Pertahankan bedrest total selama fae akut Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia terjadi

Kolaborasi
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital, dll. Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan:
– Suhu tubuh klien menurun dan kembali normal.

INTERVENSI RASIONALISASI

Ukur suhu badan anak setiap 4 jam suhu 38,9 – 41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius

Pantau suhu lingkungan Untuk mempertahankan suhu badan mendekati normal

Berikan kompres hangat Untuk mengurangi demam dengan proses konduksi

Berikan selimut pendingin Untuk mengurangi demam lebih dari 39,5 0C

Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus
5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
– Anak dapat mempertahankan fungsi sensori

INTERVENSI RASIONALISASI

Kaji tingkat kesadaran sensorik Tingkat kesadaran sensorik yang buruk dapat meningkatkan resiko terjadinya injury

Kaji reflek pupil, extraocular movement, respon terhadap suara, tonus otot dan Penurunan reflek menandakan adanya kerusakan syaraf dan dapat berpengaruh terhadap
reflek-reflek tertentu keamanan pasien

Hilangkan suara bising Menurunkan stimulan dari lingkungan

Bertingkah laku tenang, konsisten, bicara lambat dan jelas Dapat membantu memudahkan pasien dalam berkomunikasi dan meningkatkan
pemahaman anak
6. Resiko (penyebaran) infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan terhadap infeksi
Tujuan:
– Anak akan mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan
dengan orang lain
INTERVENSI RASIONALISASI

Pertahankan teknik aseptic dan cuci tangan baik pasien, pengunjung maupun staf Menurunkan pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi (mis: individu yang mengalami
infeksi saluran pernafasan atas)

Pantau dan catat teratur tanda-tanda klinis dari proses infeksi Terapi obat akan diberikan secara terus menerus selama lebih dari 5 hari setelah suhu turun (kembali normal) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbulnya
tanda klinis terus merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang dapat bertahan sampai dengan berminggu-minggu atau berbulan-bulan
atau penyebaran pathogen secara hematogen/sepsis

Ubah posis pasien secara tertatur setiap 2 jam Mobilisasi secret dan meningkatkan kelancaran secret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernafasan
Catat karakteristik urine seperti warna, kejernihan dan bau Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan resiko terhadap infeksi
kandung kemih/ginjal/awitan sepsis

Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antibiotic Obat yang dipilih tergantung infeksi dan sensitifitas individu.
Catatan: obat cranial mungkin diindikasikan untuk basillus gram negative, jamur, amoeba

7. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan:
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak tidak
terjadi.
INTERVENSI RASIONALISASI

Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi Berpengaruh terhadap pemilihan jenis makanan

Hindari makanan yang memperburuk mual dan muntah Meminimalkan mual dan muntah

Anjurkan menyajikan diet dalam keadaan hangat makanan hangat meminimalkan risiko muntah

Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dalam porsi kecil tapi meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan
sering

Timbang BB setiap hari Menunjukkan status nutrisi

Auskultasi bising usus Menentukan respon makan atau berkembangnya komplikasi

Kolaborasi dengan tim gizi Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien
8. Ansietas berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung (hospitalisasi)
Tujuan:
– Ansietas pasien berkurang
INTERVENSI RASIONALISASI

Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien/keluarga Gangguan kesadaran dapat mempengaruhi rasa takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimanainformasi tersebut dapat diterima individu

Berikan penjelasan hubungan proses penyakit dengan tanda gela Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidak tahuan serta dapat membantu menurunkan ansietas

Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatiandan berikan informasi mengenai prognosa penyakit Penting untuk menciptakan kepercayaan karena diagnose meningitis mungkin menakutkan, ketulusan dan informasi yang akurat dapat memberikan keyakinan kepada pasien dan juga keluarga

Libatkan pasien/keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari, membuat keputusan sebanyak mungkin Meningkatkan perasaan control terhadap diri dan meningkatkan kemandirian

Lindungi privasi klien jika terjadi kejang Memperhatikan kebutuhan privasi klien, memberikan peningkatan akan harga diri dan melindungi pasien dari rasa lalu
3. Kejang
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut
kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang
ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri
atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).

 ETIOLOGI
– Demam itu sendiri
– Efek produk toksik daripada mikroorganisme
– Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
– Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
– Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik
sepintas.
 PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang
dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh
natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi
perbedaan potensial membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp – ase yang terdapat pada permukaan sel.
Pada demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan
metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan
suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari
ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan
membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38o C dan anak dengan
ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit)
biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya
aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otek meningkat. (Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan
Ngastiyah, 1997: 229)
 MANIFESTASI KLINIS
– Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau tonik-klonik.
Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk
sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya
kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang yang unilateral
kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todd’s hemiplegia) yang berlangsung beberapa jam
atau bebarapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiplegi yang menetap.
(Lumbantobing,SM.1989:43)
– Menurut Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya
berkembang bila suhu tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas
menyeluruh tionik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap > 15
menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi
mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang.
ASKEP
A. PENGKAJIAN
– Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut Greenberg (1980 : 122 – 128)
– Riwayat Keperawatan
– Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
– Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia, gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
– Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh
– Adanya riwayat trauma kepala

– Pengkajian fisik
– Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
– Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
– Adanya kelemahan dan keletihan
– Adanya kejang
– Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning

– Riwayat Psikososial atau Perkembangan


– Tingkat perkembangan anak terganggu
– Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas
– Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada waktu sakit.
– Pengetahuan keluarga
– Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
– Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
– Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
– Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
– Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
– Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
– Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran darah ke otak
– Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd
kurangnya informasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1 : Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama poroses keperawatan diharapkan resiko cidera dapat di
hindari, dengan kriteria hasil
– NOC: Pengendalian Resiko
– Pengetahuan tentang resiko
– Monitor lingkungan yang dapat menjadi resiko
– Monitor kemasan personal
– Kembangkan strategi efektif pengendalian resiko
– Penggunaan sumber daya masyarakat untuk pengendalian resiko
– NIC : mencegah jatuh
– identifikasi faktor kognitif atau psikis dari pasien yang dapat menjadiakn potensial jatuh dalam setiap keadaan
– identifikasi mkarakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial jatuh
– monitor cara berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi
– instruskan pada pasien untuk memanggil asisten kalau mau bergerak
DX 2 : Hipertermi b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu dalam rentang norma
– NOC : Themoregulation
– Suhu tubuh dalam rentang normal
– Nadi dan RR dalam rentang normal
– Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan tidak pusing
– NIC : Temperatur regulation
– Monitor suhu minimal tiap 2 jam
– Rencanakan monitor suhu secara kontinyu
– Monitor tanda –tanda hipertensi
– Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
– Monitor nadi dan RR
DX 3 : Perfusi jaringan cerebral tidakefektif berhubungan dengan reduksi aliran darah ke otak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suplai darah ke otak
dapat kembali normal , dengan kriteria hasil :
– NOC : status sirkulasi
– TD sistolik dbn
– TD diastole dbn
– Kekuatan nadi dbn
– Tekanan vena sentral dbn
– Rata- rata TD dbn
– NIC : monitor TTV:
– monitor TD, nadi, suhu, respirasi rate
– catat adanya fluktuasi TD
– monitor jumlah dan irama jantung
– monitor bunyi jantung
– monitor TD pada saat klien berbarning, duduk, berdiri
DX 4 : Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang kondisi pasien
– NOC : knowledge ; diease proses
– Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi prognosis dan program pengobatan
– Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
– Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainya
– NIC : Teaching : diease process
– Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
– Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi dengan cara
yang tepat
– Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
– Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang tepat

Anda mungkin juga menyukai