Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

HIDROSEFALUS

DOSEN PENGAMPU :

Kusmini Suprihatin S.Kep,M.Kep,Sp.An

DI SUSUN OLEH :

NABILLA VIRONICA

P27.820.414.040

POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS SIDOARJO

2016
A. DEFINISI
Hidrosefalus adalah akumulasi berlebihan dari cairan serebro spinal (CSS) dalam
System ventrikel yang mengakibatkan dilatasi positif pada ventrikel. Dapat dibedakan
dua jenis anatomis yaitu hidrosefalus abstruktif dan hidrosefalus komunikans.
Hidrosefalus obstruktif atau non komunikans dimana terdapat gangguan sirkulasi
CSS dalam susunan ventrikel sendiri dan cairan tidak dapat mencapai ruang
subarachnoid, misalnya cacat dalam akueduktus atau foramina ventrikel keempat.
Hidrosefalus komunikans, dimana lintasan dalam susunan ventrikel terbuka dan cairan
ventrikel mampu untuk bergerak bebas ke dalam ruang subarachnoid spinal.

B. ETIOLOGI
Penyebab hidrosefalus terbagi dua, yaitu : congenital, disebabkan gangguan
perkembangan janin dalam rahim (misalnya Malformasi Arnold Chiari) atau infeksi
intrauterine. Dan dapat disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan.

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dibedakan menjadi dua, yakni pada bayi dan masa kanak-
kanak. Pada masa bayi yaitu kepala membesar, fontanel anterior menonjol, vena pada
kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi creckepdot
(tanda macewen), mata melihat ke bawah, mudah terstimulasi, lemah, kemampuan makan
kurang, perubahan kesadaran, opisthotonus, dan spatik pada ekstremitas bawah. Pada
bayi dengan malformasi Arnold chiari yaitu bayi mengalami kesulitan menelan, bunyi
nafas stridor, kesulitan bernafas, apnea, aspirasi, dan tidak reflek muntah. Pada masa
kanak-kanak yaitu sakit kepala, muntah, papil edema, strabismus, ataxia, mudah
terstimulasi, letargi, apatis, bingung, bicara inkoheren.

D. PATOFISIOLOGI
Hidrosefalus terjadi karena ada gangguan absorbsi CSS dalam subarachnoid dan
atau adanya obstruksi dalam ventrikel yang mencegah CSS masuk ke rongga
subarachnoid karena infeksi, neoplasma, perdarahan, atau kelainan bentuk perkembangan
otak janin.
Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan dilatasi ventrikel dan
penekanan organ-organ yang terdapat dalam otak.

Faktor genetis

Trauma lahir/ perdarahan,


dll
Peningkatan gradient
tekanan cairan
intraventrikel dan otak

Ventrikel otak membesar

Hidrosefalus

Obstruktif/ Non Komunikan


komunikan

Lintasan ventrikel
Gangguan sirkulasi terbuka
CSS dalam ventrikel

Cairan ventrikel bebas


Cairan tidak masuk bergerak ke
ruang subarachnoid subarachnoid spinal

E. KOMPLIKASI
Peningkatan tekanan intrakanial
Kerusakan otak
Infeksi : septikemis, endokarditis, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis,
abses otak
Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
Hematoma subdural, peritonitis, abses abdomen, perforasi organ dalam rongga
abdomen, fistula, hernia, dan ileus
Kematian

F. PENATALAKSANAAN
1. Beri keluarga penyuluhan mengenai penatalaksanaan yang di perlukan untuk
gangguan ini.
a. Penanganannya adalah pembedahan dengan pengangkatan obstruksi
langsung dan insersi pirau untuk memberikan drainase primer CSS ke
kompatermen ekstrakranial, biasannya peritoneum (pirau
ventrikuloperitoneal).
1) Komplikasi utama pirau adalah infeksi dan malfungsi.
2) Komplikasi lain mencakup hematoma subdural yang disebabkan
reduksi CSS terlalu cepat, peritonitis, abses abdominal, perforasi
organ, fistula, hernia, dan ileus.
b. Ventrikulostomi ketiga merupakan prosedur non pirau terbaru untuk
mengobati anak-anak yang mengalami hidrosefalus.

2. Beri asuhan keperawatan praoperatif


a. Kaji lingkar kepala, fontanel, sutura cranial, dan tingkat kesadaran,
periksa adanya iritabilitas, perubahan kebiasaan makan, dan tangisan
yang sangat keras.
b. Beri penyongkong yang kokoh pada kepala dan leher ketika
menggendong anak.
c. Beri perawatan kulit kepala untuk mencegah kerusakan.
d. Beri makan sedikit, tetapi sering untuk menurunkan risiko muntah.
e. Anjurkan kelekatan antara orangtua dan bayi baru lahir.

3. Beri asuhan keperawatan pascaoperatif


a. Kaji adanya tanda-tanda peningkatan TIK dan lakukan pemeriksaan
berikut: lingkar kepala
(setiap hari), ukuran dan keutuhan fontanel anterior, dan perilaku anak.
b. Beri obat-obatan yang diresepkan dapat mencakup antibiotic untuk
mencegah infeksi dan analgesik untuk nyeri.
c. Berikan perawatan untuk pirau.
1) Pantau adanya infeksi dan malfungsi pirau, dengan
karakteristik awitan muntah yang cepat, sakit kepala berat,
iritabilitas, letargi, demam, kemerahan sepanjang traktus pirau,
dan cairan di sekitar katup pirau.
2) Cegah infeksi (biasanya dari Staphylococcus epidermis atau
Staphylococcus aureus).
3) Pantau kemungkinan overdrainase pirau (sakit kepala, pusing,
dan mual). Drainase berlebihan dapat mengakibatkan sindrom
celah ventrikel, yaitu ventrikel menjadi sangat kecil atau
konfigurasi seperti celah, membatasi kemampuan menyangga
peningkatan TIK yang bervariasi.

4. Beri penyuluhan tentang perawatan di rumah


a. Anjurkan anak berpartisipasi dalam aktivitas sesuai usia yang dapat di
toleransi. Anjurkan orangtua untuk memberikan gaya hidup senormal
mungkin. Ingatkan anak maupun orangtua bahwa anak dilarang
melakukan aktivitas olahraga.
b. Jelaskan cara mengenali tanda dan gejala peningkatan TIK. Tanda-
tanda yang tak kentara antara lain perubahan prestasi di sekolah, sakit
kepala yang terus-menerus, dan perubahan perilaku yang ringan.
c. Atur jadwal skrining perkembangan anak yang sering dan kunjungan
medis ulang yang rutin.

5. Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium


a. Ultrasonografi tahap II pada janin akan menungkinkan diagnosis
prenatal. (penempatan pintas ventrikuloamniotik transuterin selama
kehamilan lanjut masih di kembangkan sebagai terapi modalitas).
b. CT scan akan mendiagnosis sebagian besar kasus prenatal.
c. MRI dapat digunakan jika di curigai terdapat lesi kompleks.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

A. Anamnesa.

1. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,


pendidikan, pekerjaan, alamat .

2. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah


apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.

3. Riwayat kesehatan masa lalu:

Terutama adanya riwayat luka / trauma dikepala atau infeksi di sebral

4. Riwayat kahamilan dan persalinan :

Kelahiran yang prematur

Neonatal meningitis

Perdarahan subaracnoid

Infeksi intra uterin

Perdarahan perinatal,trauma/cidera persalinan.

B. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Observasi tanda-tanda vital
- Peningkatan tekanan darah
- Penurunan nadi
- Peningkatan frekuensi pernafasan
4. Inspeksi :
- Anak dapet melihat ke atas atau tidak
- Ada pembesaran kepala
- Dahi menonjol dan mengkilat
- Pembuluh darah terlihat jelas
- Lesu
- Kebingungan
- Sering kali inkoheren
- Kejang
- Letargi
5. Palpasi :
- Ukur lingkar kepala
- Kepala semakin membesar
- Fontanela : keterlambatan penutupan fontanela anterior sehingga
fomtanela tegang, keras, dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak
6. Perkusi :
- Tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi crackedpot
7. Pemeriksaan mata
- Akomodasi
- Gerakan bola mata
- Luas lapang pandang
- Alis mata dan bulu mata keatas
- Pupil oedema
- Strabismus
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Risiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
(TIK).
2) Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan tekanan
intra-kranial, sekunder akibat peningkatan jumlah cairan serebrospinal
pada serebrum akibat obstruksi, gangguan reabsorpsi, atau peningkatan
produksi.
3) Nyeri akut berhubungan dengan insisi dan manipulasi pembedahan, sakit
kepala.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

1) Diagnosa 1 : Risiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan


tekanan intracranial (TIK).

Kriteria hasil :
Pasien tidak mengalami peningkatan tekanan intracranial
Intervensi :
1. Observasi dengan cermat adanya tanda-tanda peningkatan TIK.
Rasional : untuk mencegah keterlambatan tindakan.
2. Lakukan pengkajian neurologis dasar pada praoperasi.
Rasional : sebagai pedoman untuk pengkajian pascaoperasi dan
evaluasi fungsi pirau.
3. Hindari pemasangan infuse intravena di vena kulit kepala bila
pembedahan akan di lakukan.
Rasional : karena prosedur akan mempengaruhi sisi IV.
4. Posisikan anak pada sisi yang tidak di operasi.
Rasional : untuk mencegah tekanan pada katup pirau.
5. Tinggikan kepala tempat tidur.
Rasional : untuk meningkatkan aliran gravitasi melalui pirau.
6. Jaga agar anak tetap berbaring datar.
Rasional : untuk membantu mencegah komplikasi karena
penurunan cairan intracranial yang terlalu cepat.
7. Hindari sedasi.
Rasional : karena tingkat kesadaran adalah indicator penting dari
peningkatan TIK.
8. Jangan pernah memompa pirau untuk mengkaji fungsi pirau.
Rasional : karena hal ini dapat menimbulkan sumbatan, yang
menyebabkan sakit kepala karena penurunan CSS, atau
menghambat ujung kateter peritoneal.
9. Ajari keluarga tentang tanda-tanda peningkatan TIK dan kapan
harus memberitahu praktisi kesehatan.
Rasional : untuk mencegah keterlambatan tindakan.

2) Diagnosa 2 : Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan


peningkatan tekanan intra-kranial, sekunder akibat peningkatan
jumlah cairan serebrospinal pada serebrum akibat obstruksi,
gangguan reabsorpsi, atau peningkatan produksi.

Kriteria hasil :
1. Anak akan memiliki tingkat kesadaran yang tepat dan bebas
dari peningkatan tekanan intracranial.
2. Anak dan/atau keluarga akan mampu menyebutkan minimal 4
karakteristik penurunan tingkat kesadaran.
3. Anak dan/atau keluarga akan mampu menyatakan pengetahuan
tentang perawatan.

Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda vital neurologis dan adanya perdarahan,
drainase, pembengkakan pada area operasi.
Rasional : memberikan data tentang status neurologis anak,
tingkat kesadaran, dan area operasi.
2. Ukur lingkar kepala setiap hari.
Rasional : peningkatan FOC (Frontal occipital circumference)
dapat mengindikasikan peningkatan TIK sekunder akibat
akumulasi CSS.
3. Atur posisi anak pada sisi non-operasi.
Rasional : untuk mencegah tekanan pada area operasi.
4. Atur asuhan keperawatan agar anak dapat berisitirahat tanpa
gangguan.
Rasional : meningkatkan kenyamanan dan membantu
menurunkan TIK.
5. Berikan asupan (IV dan/ atau PO).
Rasional : overhidrasu dapat menyebabkan peningkatan TIK.
6. Ajarkan anak/ keluarga tentang karakteristik penurunan tingkat
kesadaran
Rasional : membantu anak/ keluarga dalam mengenali dan
melaporkan perubahan kondisi anak.
7. Ajarkan anak/ keluarga tentang perawatan.
Rasional : agar perawatan lebih akurat.

3) Diagnosa 3 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi dan manipulasi


pembedahan, sakit kepala.

Kriteria hasil :
1. anak akan mengalami penurunan nyeri atau bebas dari nyeri
hebat dan/atau konstan.
2. Anak dan/atau keluarga akan mampu menyebutkan minimal 4
karakteristik nyeri.
3. Anak dan/atau keluarga akan mampu menyatakan pengetahuan
tentang perawatan.
Intervensi :
1. Kaji dan catat frekuensi jantung, pernapasan, tekanan darah, dan setiap
tanda/gejala nyeri.
Rasional : memberikan data mengenai tingkat nyeri yang di alami oleh
anak.
2. Berikan analgesik
Rasional : untuk mengurangi nyeri.
3. Pegang anak dengan hati-hati.
Rasional : membantu meningkatkan kenyamanan,
4. Dorong anggota keluarga untuk menemani dan menenangkan, serta
berpartisipasi dalam perawatan anak.
Rasional : meningkatkan kenyamanan anak sehingga membantu anak
dalam mengatasi nyeri.
5. Gunakan aktivitas pengalihan (music, televise, bermain game).
Rasional : untuk mengalihkan perhatian dan dapat membantu
mengurangi nyeri.
6. Dorong anak untuk melakukan perawatan diri.
Rasional : agar anak memiliki control dapat membantunya pada
penatalaksanaan nyeri.
7. Lakukan hypnosis dan imajinasi terbimbing.
Rasional : untuk membantu mengurangi nyeri.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi dilakukan kepada pasien dengan intervensi keperawatan yang telah


di rumuskan.

5. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi dilakuakan setelah tindakan dengan membandingkan respon pasien


dengan tujuan dan kriteria hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Wong, Donna L.2003.Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi


4.Jakarta:EGC

Yuliandi, Rita.2010.Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi


2.Jakarta:Sagung Seto

Sacharin, Rosa M.1993.Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi


2.Jakarta:EGC

Muscari, Mary E.2005.Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik


Edisi 3.Jakarta:EGC

Axton, Sharon.2013.Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Edisi


3.Jakarta:EGC

Hidayat, Alimul Aziz.2006.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak buku


2.Jakarta Selatan:Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai