Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN HIDROSEFALUS

NI MADE DIAH KARTIKA SARI (P07120215007)


BAIQ CICI KAMALIANI (P07120215018)
1. DEFINISI 5. PATWAY

2. KLASIFIKASI 6. TANDA DAN GEJALA

HIDROSEFALUS

3. ETIOLOGI 7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

4. PATOFISIOLOGI 8. PENATALAKSANAAN MEDIS


1. DEFINISI

Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan


bertambahnya cairan serebrospinalis dikarenakan adanya tekanan
intrakranial yang meningkat. Hal ini menyebabakan terjadinya pelebaran
berbagai ruang tempat mengalirnya liquor (Dewi, Lia & Vivian, 2010).
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara aktif
yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak, walaupun pada kasus
hidrosefalus eksternal pada anak-anak cairan akan berakumulasi di dalam
rongga araknoid (Nurarif & Kusuma, 2015).
2. KLASIFIKASI
Menurut Satyanegara (2010), hidrosefalus dapat diklasifikan menjadi 4,
yaitu sebagai berikut :

1. Hidrosefalus interna 3. Hidrosefalus komunikans


Hidrosefalus interna Hidrosefalus komunikans adalah
menunjukkan adanya dilatasi keadaan dimana ada
ventrikel. hubungan antara sistem
ventrikel dengan rongga
2. Hidrosefalus eksternal
subarachnoid otak dan spinal.
Hidrosefalus eksternal
4. Hidrosefalus non-komunikans
cenderung menunjukkan
adanya pelebaran rongga Hidrosefalus non-komunikans
subarachnoid diatas permukaan terjadi bila ada blok didalam
korteks. sistem ventrikel atau salurannya
kerongga subarachnoid
3. ETIOLOGI

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), etiologi dari hidrosefalus yaitu :

1. Kelainan bawaan, seperti : 3. Neoplasma


a. Stenosis aquaduktus silvii Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang
b. Spina bifida dan cranium bifida dapat terjadi disetiap tempat aliran CSS.
c. Sindroma Dandy-Walker 4. Perdarahan
d. Kista Arachnoid Perdarahan sebelum dan sesudah lahir
e. Anomali pembuluh darah yang terjadi di dalam otak dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen.
2. Infeksi Obstruksi juga dapat muncul akibat
Infeksi pada selaput meningen dapat organisasi dari darah itu sendiri.
menimbulkan perlekatan meningen sehingga
dapat terjadi oblitersi ruang subarachnoid
4. Patofisiologi

Kerusakan dalam absorpsi dan sirkulasi CSS adalah hidrosefalus tidak komplet. CSS
melebihi kapasitas normal sistem ventriikel setiap 6-8 jam dan tidak adanya
absorpsi total akan menyebabkan kematian. Ventrikular yang melebar
menyebabkan sobeknya garis ependimal normal, khusunya pada dinding rongga
sehingga mengakibatkan peningkatan absorpsi. Jika rute kolateral cukup untuk
mencegah dilatasi ventricular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan
kompensasi.
5. Pathway Hidrosefalus
6. TANDA DAN GEJALA

Menurut Wim de Jong (2005), manifestasi klinis


dari hidrosefalus adalah sebagai berikut :
1. Pembesaran tengkorak, hipotrofi otak.
2. Kelainan neurologi, berupa mata selalu mengarah ke bawah, gangguan
perkembangan motorik, gangguan penglihatan.
3. Terjadi penipisan korteks cerebrum yang permanen jika penimbunan cairan
dibiarkan.
4. Vena kulit kepala sering terlihat menonjol.
5. Pada bayi yang suturanya masih terbuka, akan terlihat lingkar kepala fronto
osipital yang makin membesar, sutura yang meregang dengan fontanel
cembung.
Lanjutan
Darsono (2005) mengemukakan tanda dan gejala hidrosefalus pada bayi
dan anak, yaitu sebagai berikut :
1. Bayi
2. Anak
Pada bayi, kepala dengan mudah membesar
sehingga akan didapatkan gejala : Bila sutura kranialis sudah
a. Kepala makin membesar menutup, terjadi tanda-tanda
b. Vena-vena kepala prominen kenaikan tekanan intrakranial:
c. Ubun-ubun melebar dan tegang a. Muntah proyektil
d. Sutura melebar b. Nyeri kepala
e. Cracked-pot sign, yaitu bunyi seperti pot bunga yang
retak atau buah semangka pada perkusi kepala c. Kejang
f. Perkembangan motorik terlambat
g. Perkembangan mental terlambat
h. Tonus otot meningkat, hiperrefleksi (refleks lutut/akiles)
i. Nistagmus horisontal
j. Sunset phenomena, yaitu bola mata terdorong ke
bawah oleh tekanan dan penipisan tulang tulang
supraorbita, sklera tampak di atas iris, sehingga iris
seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan fisik, yang terdiri dari : 2. CT Scan


a. Pengukuran lingkar kepala secara berkala Pemeriksaan CT scan bertujuan untuk
Ukuran rata-rata lingkar kepala
mengetahui adanya pelebaran
ventrikel dan mengevaluasi struktur-
Saat lahir 35 cm struktur intraserebral lainnya.
Umur 3 bulan 41 cm 3. EEG (Elektroensefalogram)
Umur 6 bulan 44 cm Pemeriksaan EEG dapat
Umur 9 bulan 46 cm
menunjukkan adanya pelebaran
ventrikel akibat dari hidrosefalus
Umur 12 bulan 47 cm
maupun perdarah intraventrikuler.
Umur 18 bulan 48,5 cm
4. Isotope Ventriculograms

b. Transiluminasi kepala 5. MRI

Pada pemeriksaan ini, dapat menunjukkan


adanya cairan abnormal yang tertimbun di
berbagai daerah di kepala.
8. PENATALAKSANAAN
MEDIS

Farmakologi Terapi

Untuk mengurangi volume cairan 1. Terapi medikamentosa


serebrospinalis : a. Asetasolamid
1. Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO
b. Furosemid
dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat
dinaikkan 25 mg/KgBB/hari (Maksimal
2. Terapi pintas pemasangan shunting
100 mg/KgBB/hari) a. Eksternal
2. Furosemide 1 mg/KgBB/hari PO dibagi b. Internal
dalam 3-4 dosis
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hidrosefalus

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Agama
5) Alamat
6) Diagnosa medis
7) Sumber biaya
8) Identitas penanggung jawab
b. Data Subjektif (Anamnesa)
1) Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan
pupil, kontriksi penglihatan perifer.
2) Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras
atau tidak.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
c. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi :

Anak dapat melihat keatas atau tidak.

Pembesaran kepala.

Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.

2) Palpasi

Ukur lingkar kepala: Kepala semakin membesar

Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari
permukaan tengkorak.

3) Pemeriksaan Mata

Akomodasi

Gerakan bola mata

Luas lapang pandang

Konvergensi.

Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.

4) Gejala Kardinal

Tekanan darah : adanya peningkatan sistole.

Nadi : terjadi bradicardia.

Pernapasan : adanya peningkatan frekuensi pernapasan.

5) Pemeriksaan Penunjang
2. Diagnosa Keperawatan

1. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d. gangguan pertumbuhan fisik (hidrosefalus).


2. Nyeri akut b.d. peningkatan tekanan intracranial.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia, nausea, vomitus.
4. Hambatan mobilitas fisik.
5. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d. gangguan aliran darah ke otak akibat
peningkatan TIK, ditandai dengan pelebaran sutura dan vena diarea cerebral.
6. Risiko infeksi b.d luka post operasi (pemasangan VP Shunt)
7. Defisiensi pengetahuan b.d. kurangnya informasi tentang proses penyakit.
8. Ansietas b.d. ketakutan akan perkembangan anak selanjutnya (NANDA, 2015)
3. Rencana Keperawtan
terlampir
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan berdasarakan rencana yang telah disusun
sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan cara mengkaji respon pasien dengan
metode SOAP.
SEKIAN
TERIMAKASIH
OM SHANTI SHANTI SHANTI OM

Anda mungkin juga menyukai