Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS PADA ANAK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Anak

Disusun oleh : Melani Agustina (C.0105.17.024)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR PROGRM STUDI


PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
2021
Halaman | 1
Halaman | 2
A. DEFINISI

Hidrosefalus berasal dari kata “hidro” yang berarti air dan “chepalus”
yang berarti kepala. Meskipun hidrosefalus dikenal sebagai “air di otak”, “air"
ini sebenarnya cairan serebrospinal (CSS) yaitu cairan bening yang
mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Dari istilah medis,
hidrosefalus dapat diartikan sebagai penumpukan cairan serebrospinal (CSS)
secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi
akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang
subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak
seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS. Bila akumulasi CSS yang
berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma
subdural atau koleksi cairan subdural. Hidrosefalus juga bisa disebut sebagai
gangguan hidrodinamik CSS. Kondisi seperti cerebral atrofi juga
1
mengakibatkan peningkatan abnormal CSS dalam susunan saraf pusat (SSP).
Fungsi utama dari CSS adalah untuk menyediakan keseimbangan
dalam sistem saraf. CSS merupakan cairan yang mengelilingi otak. Berfungsi
untuk mengurangi berat otak dalam tengkorak dan menyediakan bantalan
mekanik dan melindungi otak dari trauma yang mengenai tulang tengkorak.
CSS merupakan medium transportasi untuk menyingkirkan bahan-bahan yang
tidak diperlukan dari otak seperti CO2, laktat, dan ion Hidrogen. CSS juga
bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormon-hormon dari
lobus posterior hipofise, hipothalamus, melatonin dari fineal dapat
dikeluarkan ke CSS dan transportasi ke sisi lain melalui intraserebral.CSS
juga mempertahankan tekanan intracranial dengan cara pengurangan CSS
dengan mengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat
pengalirannya melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus,
atau masuk ke dalam rongga subarachnoid lumbal yang mempunyai
kemampuan mengembang sekitar 30%.2
Hidrosefalus adalah pembesaran ventrikulus otak sebagai akibat
peningkatan jumlah cairan serebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara produksi, sirkulasi dan absorbsinya. Kondisi ini
juga bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik CSS.Kondisi seperti
cerebral atrofi juga mengakibatkan peningkatan abnormal CSS dalam susunan
saraf pusat (SSP). Dalam situasi ini, hilangnya jaringan otak meninggalkan
ruang kosong yang dipenuhi secara pasif dengan CSS. Kondisi seperti itu
bukan hasil dari gangguan hidrodinamik dan dengan demikian tidak
diklasifikasikan sebagai hidrochefalus. 3,4
B. KLASIFIKASI
Hidrosefalus dapat dikelompokkan berdasarkan dua kriteria besar
yaitu secara patologi dan secara etiologi. 5
Hidrosefalus Patologi dapat dikelompokkan sebagai
1) Obstruktif (non-communicating) - terjadi akibat penyumbatan
sirkulasi CSS yang disebabkan oleh kista, tumor, pendarahan, infeksi,
cacat bawaan dan paling umum, stenosis aqueductal atau penyumbatan
saluran otak.
2) Non – obstruktif (communicating) - dapat disebabkan oleh gangguan
keseimbangan CSS, dan juga oleh komplikasi setelah infeksi atau
komplikasi hemoragik.
Hidrosefalus Etiologi dapat dikelompokkan sebagai
1) Bawaan (congenital) - sering terjadi pada neonatus atau berkembang
selama intra-uterin.
2) Diperoleh (acquired) – disebabkan oleh pendarahan subarachnoid,
pendarahan intraventrikular, trauma, infeksi (meningitis), tumor,
komplikasi operasi atau trauma hebat di kepala.
Tekanan normal hidrosefalus (NPH), yang terutama mempengaruhi
populasi lansia. Ditandai dengan gejala yang spesifik: gangguan gaya
berjalan, penurunan kognitif dan inkontinensia urin (Trias Adam &
Hakim).
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan Gejala (Muttaqin, Arief. 2008)
1. Fontanel anterior yang sangat tegang.
2. Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
3. Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena
superfisial menonjol.
4. Fenomena „matahari tenggelam‟ (sunset phenomenon).
a. Bayi :
Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada
umur 3 tahun. Keterlambatan penutupan fontanela
anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras,
sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara
lain : Muntah, Gelisah dan Menangis dengan suara
ringgi
b. Anak yang telah menutup suturanya :
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :
1) Nyeri kepala
2) Muntah
3) Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
4) Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada
anak berumur 10 tahun
5) Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
6) Strabismus
7) Perubahan pupil

Tanda dan Gejala menurut (Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010)


1. Tengkorak kepala mengalami pembesaran
2. Muntah dan nyeri kepala
3. Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya,
teraba tegang dan menonjol
5. Dahi lebar, kulit kepal tipis, tegang dan mengkilat Pelebaran
vena kulit kepala Saluran tengkorak belum menutup dan teraba
lebar
6. Terdapat cracked pot sign bunyi pot kembang retak saat
dilakukan perkusi kepala
7. Adanya sunset sign dimana sklera berada di atas iris sehingga
iris seakan-akan menyerupai matahari terbenam
8. Pergerakan bola mata tidak teratur
9. Kerusakan saraf yang dapat memberikan gejala kelainan
neurologis berupa:
a. Gangguan Kesadaran
c. Kejang
d. Terkadang terjadi gangguan pusat vital
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI ALIRAN CSS
Ruangan cairan serebrospinal (CSS) terdiri dari sistem ventrikel,
sisterna magna pada dasar otak dan ruangan subaraknoid. Ruangan ini mulai
terbentuk pada minggu kelima masa embrio. Sistem ventrikel dan ruang
subarachnoid dihubungkan melalui foramen Magendi di median dan foramen
Luschka di sebelah lateral ventrikel IV.6

Gambar 1: anatomi aliran cairan serebrospinal 6

Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh pleksus koroidalis di ventrikel


otak. Cairan ini mengalir ke foramen Monro ke ventrikel III, kemudian
melalui akuaduktus Sylvius ke ventrikel IV. Cairan tersebut kemudian
mengalir melalui foramen Magendi dan Luschka ke sisterna magna dan
rongga subarachnoid di bagian cranial maupun spinal. 6
Sekitar 70% cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroidideus,
dan sisanya di hasilkan oleh pergerakan dari cairan transepidermal dari otak
menuju sistem ventrikel. Bagi anak-anak usia 4-13 tahun rata-rata volume
cairan liqour adalah 90 ml dan 150 ml pada orang dewasa. Tingkat
pembentukan adalah sekitar 0,35 ml /menit atau 500 ml / hari. Sekitar 14%
dari total volume tersebut mengalami absorbsi setiap satu jam. 6
E. ETIOLOGI
Pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi
yang normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik
sangat jarang terjadi, misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan
pada adenomata pleksus koroidalis. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang
sering terdapat pada bayi dan anak yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma
dan perdarahan.7
1) Kelainan bawaan7
a) Stenosis Akuaduktus Sylvius- merupakan penyebab terbanyak.
60%-90% kasus hidrosefalus terjadi pada bayi dan anak-anak.
Umumnya terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada
bulan-bulan pertama setelah lahir.
b) Spina bifida dan cranium bifida – berhubungan dengan
sindroma Arnord-Chiari akibat tertariknya medulla spinalis,
dengan medulla oblongata dan serebelum letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi
penyumbatan sebagian atau total.
c) Sindrom Dandy-Walker - atresiakongenital foramen Luschka
dan Magendi dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan
pelebaran system ventrikel, terutama ventrikel IV yang dapat
sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar
di daerah fossa posterior.
d) Kista arachnoid - dapat terjadi congenital maupun didapat
akibat trauma sekunder suatu hematoma.
e) Anomali pembuluh darah – akibat aneurisma arterio-vena yang
mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau
sinus tranversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.
2) Infeksi - Timbul perlekatan menings sehingga terjadi obliterasi ruang
subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta
terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat
purulen di akuaduktus Sylvius atau sisterna basalis. Pembesaran
kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah
sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan
jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah
lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen
terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan
interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya
lebih tersebar.7
3) Neoplasma - hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di
setiap tempat aliran CSS. Pada anak, kasus terbanyak yang
menyebabkan penyumbatan ventrikel IV dan akuaduktus Sylvius
bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum,
sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya
disebabkan suatu kraniofaringioma.7
4) Perdarahan - perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.7
F. EPIDEMIOLOGI
Insiden hidrosefalus kongenital di AS adalah 3 per 1.000 kelahiran
hidup sedangkan insiden untuk hidrosefalus akuisita (aquired hydrocephalus)
tidak diketahui secara pasti karena penyebab penyakit yang berbeda-beda. Pada
umumnya, insiden hidrosefalus adalah sama untuk kedua jenis kelamin,
kecuali pada sindrom Bickers-Adams, X-linked hydrocephalus ditularkan oleh
perempuan dan diderita oleh laki-laki. Hidrosefalus dewasa mewakili sekitar
40% dari total kasus hidrosefalus.8
G. PATOFISIOLOGI
Menurut teori hidrosefalus terjadi akibat dari tiga mekanisme yaitu;
produksi cairan yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran cairan,
peningkatan tekanan sinus venosa. Konsekuensi dari tiga mekanisme diatas
adalah peningkatan tekanan intrakranial sebagai upaya mempertahankan
keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel
masih belum dipahami dengan jelas, namun hal ini bukanlah hal yang
sederhana sebagaimana akumulasi akibat dari ketidakseimbangan antara
produksi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit
dan berlangsung berbeda-beda tiap saat tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
1) Kompensasi sistem serebrovaskular
2) Redistribusi dari liquor serebropinal atau cairan ekstraseluler atau
keduanya dalam susunan sistem saraf pusat.
3) Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas otak, gangguan
viskoelastisitas otak,kelainan turgor otak)
4) Efek tekanan denyut liquor serebrospinal (masih diperdebatkan)
5) Hilangnya jaringan otak
6) Pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda) akibat adanya
regangan abnormal pada sutura cranial.

Produksi cairan yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh tumor


pleksus khoroid (papiloma dan karsinoma). Adanya produksi yang berlebihan
akan menyebabkan tekanan intracranial meningkat dalam mempertahankan
keseimbangan antara sekresi dan absorbs liquor, sehingga akhirnya ventrikel
akan membesar. Adapula beberapa laporan mengenai produksi liquor yang
berlebihan tanpa adanya tumor pada pleksus khoroid, di samping juga akibat
hipervitaminosis. Gangguan aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan
dari kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan oleh
gangguan aliran akan meningkatkan tekanan cairan secara proporsional dalam
upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Derajat peningkatan resistensi aliran cairan dan kecepatan
perkembangan gangguan hidrodinamik berpengaruh pada penampilan klinis.

H. DIAGNOSIS
1) Pemeriksaan funduskopi - Evaluasi funduskopi dapat mengungkapkan
papilledema bilateral ketika tekanan intrakranial meningkat.
Pemeriksaan mungkin normal, namun, dengan hidrosefalus akut dapat
memberikan penilaian palsu. 9
2) Foto polos kepala lateral – tampak kepala membesar dengan
disproporsi kraniofasial, tulang menipis dan sutura melebar. 6
3) Pemeriksaan cairan serebrospinal – dilakukan pungsi ventrikel melalui
foramen frontanel mayor. Dapat menunjukkan tanda peradangan dan
perdarahan baru atau lama. Juga dapat menentukan tekanan ventrikel. 6
4) CT scan kepala - Meskipun tidak selalu mudah untuk mendeteksi
penyebab dengan modalitas ini, ukuran ventrikel ditentukan dengan
mudah. CT scan kepala dapat memberi gambaran hidrosefalus, edema
serebral, atau lesi massa seperti kista koloid dari ventrikel ketiga atau
thalamic atau pontine tumor.CT scan wajib bila ada kecurigaan proses
neurologis akut.9
Gambar 2: Gambaran CT-scan pada penderita hidrosefalus 6

5) MRI - dapat memberi gambaran dilatasi ventrikel atau adanya lesi


massa.9

Gambar 3: Gambaran MRI pada penderita hidrosefalus6

I. DIAGNOSIS BANDING
Berdasarkan gambaran radiologi, hidrosefalus memiliki gambaran
yang hampir sama dengan holoprosencephaly, hydraencephaly dan atrofi
cerebri.
1) Holoprosencephaly - Holoprosencephaly muncul karena kegagalan
proliferasi dari jaringan otak untuk membentuk dua hemisfer. Salah
satu tipe terberat dari holoprosencephaly adalah bentuk alobaris karena
biasa diikuti oleh kelainan wajah, ventrikel lateralis, septum pelusida
dan atrofi nervus optikus. Bentuk lain dari holoprosencephaly adalah
semilobaris holoprosencephaly dimana otak cenderung untuk
berproliferasi menjadi dua hemisfer. Karena terdapat hubungan antara
pembentukan wajah dan proliferasi saraf, maka kelainan pada wajah
biasanya ditemukan pada pasien holoprosencephaly.
2) Hydranencephaly - Hydranencephaly muncul karena adanya iskemik
pada distribusi arteri karotis interna setelah struktur utama sudah
terbentuk. Oleh karena itu, sebagian besar dari hemisfer otak
digantikan oleh CSS. Adanya falx cerebri membedakan antara
hydranencephaly dengan holoprosencephaly. Jika kejadian ini muncul
lebih dini pada masa kehamilan maka hilangnya jaringan otak juga
semakin besar. Biasanya korteks serebri tidak terbentuk, dan
diharapkan ukuran kepala kecil tetapi karena CSS terus di produksi
dan tidak diabsorbsi sempurna maka terjadi peningkatan TIK yang
menyebabkan ukuran kepala bertambah dan terjadi ruptur dari falx
serebri.
3) Atrofi Serebri - Secara progresif volume otak akan semakin menurun
diikuti dengan dilatasi ventrikel karena penuaan. Tetapi Atrofi
didefinisikan sebagai hilangnya sel atau jaringan, jadi atrofi serebri
dapat didefinisikan sebagai hilangnya jaringan otak (neuron dan
sambungan antarneuron). Biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit
degeneratif seperti multiple sklerosis, korea huntington dan
Alzheimer. Gejala yang muncul tergantung pada bagian otak yang
mengalami atrofi. Dalam situasi ini, hilangnya jaringan otak
meninggalkan ruang kosong yang dipenuhi secara pasif dengan CSS.
I. PATHWY

J. PENATALAKSANAAN
1) Terapi konservatif medikamentosa - untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dan pleksus
choroid (asetazolamit 100 mg/kgBB/hari; furosemid 1,2
mg/kgBB/hari) atau upaya meningkatkan resorpsinya (isorbid).
Terapi diatas hanya bersifat sementara sebelum dilakukan terapi
defenitif diterapkan atau bila ada harapan kemungkinan pulihnya
gangguan hemodinamik tersebut; sebaliknya terapi ini tidak efektif
untuk pengobatan jangka panjang mengingat adanya resiko
terjadinya gangguan metabolik.6
2) Ventriculoperitoneal shunting - Cara yang paling umum untuk
mengobati hidrosefalus. Dalam ventriculoperitoneal (VP) shunting,
tube dimasukkan melalui lubang kecil di tengkorak ke dalam ruang
(ventrikel) dari otak yang berisi cairan serebrospinal (CSF). Tube
ini terhubung ke tube lain yang berjalan di bawah kulit sampai ke
perut, di mana ia memasuki rongga perut (rongga peritoneal). Shunt
memungkinkan CSS mengalir keluar dari ventrikel dan ke rongga
perut di mana ia diserap. Biasanya, katup dalam sistem membantu
mengatur aliran cairan.10
Gambar 4: VP shunt6
3) Terapi etiologi - Merupakan strategi penanganan terbaik; seperti
antara lain; pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi
vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran
liquor, pembersihan sisa darah dalam liquor atau perbaikan suatu
malformasi. Pada beberapa kasus diharuskan untuk melakukan
terapi sementara terlebih dahulu sebelum diketahui secara pasti lesi
penyebab; atau masih memerlukan tindakan operasi shunting
karena kasus yang mempunyai etiologi multifaktor atau mengalami
gangguan aliran liquor skunder.6
1. PROSES KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS
Proses asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus di
awali dengan pengkajian, diagnosis, dan intervensi keperawatan.
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi
penglihatan perifer.
c. Kaji Riwayat Perkembangan
Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis keras
atau tidak. Apakah pernah terjatuh dengan kepala
terbentur. Keluhan sakit perut.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
1) Anak dapat melihat keatas atau tidak.
2) Adanya Pembesaran kepala.
3) Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh
darah terlihat jelas.
b. Palpasi :
1) Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
2) Fontanela : fontanela tegang keras dan
sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata :
1) Akomodasi.
2) Gerakan bola mata.
3) Luas lapang pandang
4) Konvergensi.

Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak


bisa melihat keatas. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
1.2 Observasi Tanda –tanda vital Didapatkan
data – data sebagai berikut :
1) Peningkatan sistole tekanan darah.
2) Penurunan nadi / Bradicardia.
3) Peningkatan frekwensi pernapasan.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada pasien anak dengan Hydrocephalus diagnosa yang dapat muncul (
Nanda Nic-Noc, 2013 ) , yaitu :
1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial.
2. Potensial terhadap perubahan integritas kulit kepala
berhubungan dengan faktor mekanik (pemasangan Vp shunt)
3. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan berhubungan dengan anoreksia,nausea,vomitus
4. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis
5. Resiko tinggi terjadi cidera b/d peningkatan tekanan intra
kranial
C. Masalah keperawatan dan data penunjang
NO DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH
1 DO : - Produksi CSS meningkat Perfusi jaringan
DS : -
serebral tidak efektif
Penumpukan cairan CSS berhubungan dengan
dalam ventrikel otak
secara aktif peningkatan tekanan
(hidrosefalus) intrakranial.

Perfusi jaringan
serebral tidak efektif
berhubungan dengan
peningkatan tekanan
intrakranial.

2 DO : - Penumpukan cairan CSS Potensial terhadap


DS : -
dalam ventrikel otak
perubahan integritas
secara aktif
(hidrosefalus) kulit kepala
berhubungan dengan

Penatalaksanaan faktor mekanik


pemasangan vp shunt (pemasangan Vp shunt)

Potensial terhadap
perubahan integritas
kulit kepala
berhubungan dengan
faktor mekanik
(pemasangan Vp shunt)

3 DO : - Penumpukan cairan CSS Resiko gangguan nutrisi :


DS : -
dalam ventrikel otak kurang dari kebutuhan
secara aktif tubuh sehubungan
(hidrosefalus) berhubungan dengan
anoreksia,nausea,vomitus

Pemasangan vp shunt
Resiko infeksi

Resiko gangguan nutrisi :


kurang dari kebutuhan
tubuh sehubungan
berhubungan dengan
anoreksia,nausea,vomitu
s
4 DO : - Obstruksi aliran pada Nyeri akut berhubungan
DS : -
shunt diventrikel otak dengan Agen cidera
biologis

Peningkatan colume CSS

Nyeri akut berhubungan


dengan Agen cidera
biologis

5 DO : - Produksi CSS
DS : - Resiko tinggi terjadi
cidera b/d peningkatan
Absorbsi menurun
tekanan intra kranial

Penumpukan cairan CSS


dalam ventrikel otak
secara aktif
(hidrosefalus)

Resiko tinggi terjadi


cidera b/d peningkatan
tekanan intra kranial
D. Diagnosa keperawatan

1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan


peningkatan tekanan intrakranial.
2. Potensial terhadap perubahan integritas kulit kepala
berhubungan dengan faktor mekanik (pemasangan Vp shunt)
3. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan berhubungan dengan anoreksia,nausea,vomitus
4. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis
5. Resiko tinggi terjadi cidera b/d peningkatan tekanan intra
kranial
E. Rencana keperawatan

NO No. Tujuan Intervensi Rasional


Dx
kep
1 1 Setelah dilakukan a. Kaji faktor a.Deteksi dini
untuk
tindakan penyebab dari
memprioritaskan
keperawatan 2x24 situasi/ keadaan intervensi,
mengkaji status
jam diharapkan individu atau
neurologis/tanda-
Perfusi jaringan penyebab tanda kegagalan
untuk
serebral tidak koma/penurunan
menentukan
efektif teratasi perfusi jaringan perawatan
kegawatan atau
dengan kriteria dan kemungkinan
tindakan
hasil : penyebab pembedahan.

-klien tidak peningkatan TIK


mengeluh nyeri
kepala,dan mual b.suatu keadaan
muntah b. Monitor tanda-
normal bila
-TTV dalam batas tanda vital tiap 4
normal jam sirkulasi serebri
terpelihara
c. Pertahankan dengan baik
kepala/leher pada atau fluktuasi
posisi yang netral,
ditandai dengan
usahakan dengan
tekanan darah
sedikit bantal.
sistemik,
Hindari
penurunan dari
penggunaan bantal
autoregulator
yang tinggi pada
kebanyakan
kepala
merupakan
d. kolaborasi
tanda
Pemberian oksigen
sesuai indikasi penurunan
difusi lokal
e.kolaborasi terapi
vaskularisasi
farmakologi
darah serebri
contohnya :
c. perubahan
manitol, furoscide kepala pada
suatu sisi dapat
menimbulkan
penekanan pada
vena jugularis
dan menghambat
aliran darah ke
otak
(menghambat
drainase pada
vena serebri)
untuk itu dapat
meningkatkan
tekanan
intrakranial

d. mengurangi
hipoksemia,
dimana dapat
meningkatkan
vasodilatasi
serebri dan
volume darah
dan menaikkan
TIK

e. Diuretik
mungkin
digunakan pada
fase akut untuk
mengalirkan air
dari kerusakan
sel dan
mengurangi
edema serebri
dan TIK

2 2 Setelah dilakukan a.Kaji kulit kepala a. Untuk


tindakan setiap 2 jam dan
memantau
keperawatan 2x24 monitor terhadap
jam diharapkan area yang keadaan
Potensial terhadap tertekanan
integumen kulit
perubahan integritas
kulit kepala dengan b. Ubah posisi tiap secara dini.
kriteria hasil : Tidak 2 jam dapat
b. Untuk
terjadi gangguan dipertimbangkan
integritas kulit untuk mengubaha meningkatkan
dengan kriteria : kepala tiap jam
sirkulasi kulit
Kulit utuh, bersih
dan kering c. Linen dapat
c. Hindari tidak
adanya linen pada menyerap
tempat tidur
keringat
sehingga kulit
d. Baringkan
tetap kering
kepala pada bantal
karet busa d. Untuk
/menggunakan mengurangi

tempat tidur air tekanan yang


menyebabkan
stess mekanik
e. Berikan nutrisi
e. Jaringan akan
sesuai kebutuhan mudah nekrosis
bila kalori dan
protein kurang
3 3 Setelah dilakukan a. pertahankan a. mulut yang
kebersihan mulut tidak bersih
tindakan
sebelum dan mempengaruhi
keperawatan 1x24 sesudah mengunyah rasa makanan
makanan dan mual
jam diharapkan
b. berikan makanan b. makanan porsi
Resiko gangguan porsi kecil tapi kecil tapi sering
sering dapat
nutrisi kurang dari
meringankan
c. observasi berat
kebutuhan tubuh kerja
badan klien lambung,saluran
teratasi dengan
pencernaan dapat
kriteria hasil : d. kolaborasi terganggu karena
hidrosefalus
-tidak terjadi dengan ahli gizi
penurunanberat
c. mengetahui
badan sebanyak
berat badan klien
10%
secara bertahap
-tidak adanya mual
muntah
d. mengetahui
status gizi klien
4 4 Setelah dilakukan a.kaji penglaman a. membantu
tindakan nyeri minta anak mengevaluasi
keperawatan 1x24 menunjukan area rasa nyeri
jam diharapkan yang sakit dan skala
Nyeri akut klien nyeri ( 1-5) b. perubahan
teratasi dengan TTV
kriteria hasil : b. observasi TTV menunjukan
- klien trauma batang
mengatakan c. jelaskan pada otak
nyeri orang tua anak bisa
berkurang menangis lebih c. meningkatkan
atau hilang, keras bila mereka pengetahuan
- skala nyeri 0 ada,tetapi kehadiran rang tua tentang
- klien tampak mereka itu penting kapan anak harus
rileks untuk meningkatkan di dampingi atau
- tidak kepercayaan tidak
meringis
d. kolaborasi d. jika nyeri
pemberian terapi tidak tertahankan
farmakologi lagi.
terapi farmakologi
5 5 Setelahdilakukan a.Observasi ketat a. Untuk
tindakan tanda-tanda mengetahui
keperawatan 1x24 peningkatan TIK secara dini
jam diharapkan peningkatan TIK
tidak terjadi Resiko b. Tentukan skala
tinggi terjadi cidera coma b. Penurunan
Tanda vital normal, keasadaran
pola nafas efektif, c. hindari menandakakan
reflek cahaya pemasangan infus adanya
positif,tidak tejadi dikepala peningkatan TIK
gangguan
kesadaran, tidak d.hindari sedasi c. Mencegah
muntah dan tidak terjadi infeksi
kejang Intervensi e. Jangan sekali-kali sistemik
memijat atau
memopa shunt d. Karena tingkat
untuk memeriksa kesadaran
fungsinya merupakan
indikator
peningkatan TIK

e. Dapat
mengakibatan
sumbatan
sehingga terjdi
nyeri kepala
karena
peningkatan CSS
atau obtruksi
pada ujung
kateter
diperitonial

DAFTAR PUSTAKA
1. U.S. Department Of Health And Human Services. Public Health Service
National Institutes Of Health.
2. Dr. Iskandar Japardi (2002). Cairan Serebrospinal. USU Digital Library,
Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara.
3. Jason G. Mandell et. All. 2010. Journal of Neurosurgery: Pediatrics. July 2010
Volume 6, Number 1.
4. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 3, Februari 2013; Korespondensi:
Farhad Bal'afif. Laboratorium Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang, Jl. Jaksa Agung Suprapto No.2 Malang,
5. Milani Sivagnanam and Neilank K. Jha (2012). Hydrocephalus: An
Overview, Hydrocephalus.
6. Harold L. Rekate, M.D. January 2003. Hydrocephalusassociation 2nd Edition.
San Francisco, California.
7. Said Alfin Khalilullah (2011). Review Article Hidrosefalus. RSUD dr.Zainoel
Abidin Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
8. Stephen L Nelson Jr, MD, PhD. Hydrochephalus.
9. Rukaiya K.A. Hamid, Mbbs, Ffarcs, Md, and Philippa Newfield, Md. (2001).
Pediatric Neuroanesthesia Hydrocephalus.
10. Dr. BC Warf (2008). Strategy for treatment of Hydrocephalus in developing
countries.
1.

Anda mungkin juga menyukai